KATA PENGANTAR
Syukur kami ucapakan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan karunia-Nya kami
masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa juga kami ucapkan terima
kasih kepada dosen pembimbing ”MAMAN” yang telah memberi dukungan dalam menyelesaikan
makalah ini, dan juga teman-teman yang telah membantu serta mendukung dalam penyelesaian
makalah ini. Kami mohon maaf jika ada kekurangan dalam makalah ini, oleh sebab itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran, dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi,
kami, pembaca dan teman-teman.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar……………………………………………………………………..i
Daftar Isi……………………………………………………………………………ii
BAB I : PENDAHULUAN………………………………………………………1
A. Latar Belakang…………………………………………………………..1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………….1
C. Ruang Lingkup………………………………………………………….2
D. Maksud dan Tujuan……………………………………………………..2
E. Metode Pengumpulan Data………………………………………….….2
F. Sistematika Penulisan…………………………………………………...2
BAB II : PEMBAHASAN………………………………………………………..4
A. Cara Memilih Pedamping Hidup……………………………………….4
B. Arti Pernikahan Menurut Islam…………………………………………7
C. Tujuan Pernikahan Dalam Islam………………………………………..8
D. Pengertian Keluarga…………………………………………………….8
E. Pengertian Keluarga Sakinah…………………………………………...9
F. Ciri-ciri keluarga sakinah………………………………………………10
G. Faktor-faktor Pembentukan Keluarga Sakinah………………………...16
BAB III : PENUTUP……………………………………………………………..19
A. Kesimpulan……………………………………………………………..19
B. Kritik dan Saran………………………………………………………...19
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Menurut Undang-Undang RI nomor 1 tahun 1974 pengertian dan tujuan
perkawinan terdapat dalam satu pasal, yaitu Bab 1 pasal 1 menetapkan bahwa ”Perkawinan adalah
ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan
membentuk rumah tangga, keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha
Esa”. Dengan demikian jelas bahwa diantara tujuan pernikahan adalah membentuk sebuah rumah
tangga yang sakinah, mawaddah dan warahmah. Sebuah masyarakat di negara manapun adalah
kumpulan dari beberapa keluarga. Apabila keluarga kukuh, maka masyarakat akan bersih dan kukuh.
Namun apabila rapuh, maka rapuhlah masyarakat. Menikah memang tidaklah sullit, tetapi
membangun Keluarga Sakinah bukan sesuatu yang mudah. Pekerjaan membangun, pertama harus
didahului dengan adanya gambar yang merupakan konsep dari bangunan yang diinginkan. Demikian
juga membangun keluarga sakinah, terlebih dahulu orang harus memiliki konsep tentang keluarga
sakinah. Al-Qur’an membangunkan sebuah keluarga yang sakinah dan kuat untuk membentuk suatu
tatanan masyarakat yang memelihara aturan-aturan Allah SWT dalam kehidupan. Aturan yang
ditawarkan oleh Islam menjamin terbinanya keluarga bahagia, lantaran nilai kebenaran yang
dikandunginya, serta keselarasannya yang ada dalam fitrah manusia. Hal demikianlah yang
mendasari kami menulis makalah ini. Pada makalah ini akan diuraikan tentang keluarga sakinah, dan
konsep-konsep cara membangun keluarga sakinah berdasarkan Al-Qur’an.
C. Ruang Lingkup Dalam makalah ini, kami membatasi masalah mengenai keluarga sakinah dan
konsep membangun keluarga sakinah berdasarkan Al-Qur’an. Hal tersebut dimaksudkan untuk
mempertegas pembahasan sehingga dapat terfokus pada masalah yang akan dibahas serta dapat
memberikan gambaran umum tentang isi makalah sehingga pembaca lebih mudah dalam
mempelajarinya.
D. Maksud dan Tujuan Maksud dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi dan melengkapi
salah satu tugas mata kuliah Agama Islam di Bina Sarana Informatika. Sedangkan tujuan dari
penulisan tugas ini adalah :
1. Memahami bagaimana memilih pendamping hidup
2. Memahami hakekat keluarga
3. Memahami fungsi-fungsi keluarga
4. Memberikan konsep tentang keluarga sakinah dan bagaimana membangun keluarga sakinah
E. Metode Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang digunakan dalam penyusunan tugas
ini,penulis menggunakan metode membaca buku referensi-referensi dan browsing internet yang
berkaitan dengan masalah yang dibahas tugas ini dibuku maupun internet.
F. Sistematika Penulisan Makalah ini terbagi dalam 3 bagian inti yakni : BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini, penulis menguraikan tentang latar belakang penulisan, rumusan masalah, ruang
lingkup, maksud dan tujuan, serta metode-metode yang digunakan dalam pengumpulan data untuk
menyusun tugas ini. Selain itu, penulis juga menguraikan mengenai sitematika penulisan. BAB II
PEMBAHASAN Dalam bab ini, penulis menguraikan tentang materi-materi yang akan dibahas karena
bab ini merupakan bab utama dari makalah ini. Dalam bab ini, penulis menguraikan tentang keluarga
sakinah, meliputi: cara memilih pendamping hidup, arti pernikahan menurut islam, pengertian
keluarga, pengertian keluarga sakinah, cirri-ciri keluarga sakinah, faktor-faktor pembentukan keluarga
sakinah . BAB III KESIMPULAN Dalam Bab ini, penulis menguraikan tentang kesimpulan-kesimpulan
dari masalah yang dibahas pada makalah ini.
BAB II PEMBAHASAN
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Memasuki gerbang kehidupan rumah tangga laksana menapaki jalan yang tak berujung dan tak
pernah kita kenal. Kadang datar,menurun,dan menanjak terjang,kadang lempang dan berkelok tanpa
rambu maka pesan dan nasihat Nabi pilihan bisa dijadikan cahaya pelita yang menerangi jalan.
Pernikahan merupakan ikatan antarmanusia yang paling suci. Ia harus sepi dari keinginan-keinginan
sahwati. Rasulullah membimbing dan menuntun kita saat menentukan pasangan. Jangan terjebak
oleh nafsu sesaat. Menelusuri perjalanan yang panjang perlu teman pendamping yang bisa saling
mengingatkan. “Pilihlah wanita yang baik kehidupan beragamanya”, ini salah satu pesan Nabi. Beliau
juga memberikan bimbingan bagimana kiat mewujudkan keluarga yang kokoh dan harmonis.
Termasuk didalamnya menuntun bagaimana menjadikan bahtera keluarga sebagai tempat menabur
amal shalih dan damai dalam Ridho Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA
Adil Fathi Abdullah, Nasihat Pengantin, Embun Publishing, Jakarta, 2007. Nur Atik Kasim dan Rose
Faujiah.Solo. Agar Telapakmu Menjadi Surga, Indiva Media Kreasi, 2009. Ustadz ilham azis, Amalan
doa dan dzikir untuk mendapatkan jodoh, Araska, 2011. Ichsnudin, Agar diberi jodoh terbaik oleh
Allah, Al-ihsan media utama, 2010. http://google.com
http://cintaituindahblogb031.blogspot.co.id/2013/05/makalah-agama-tentang-keluarga-
sakinah.html
3. Kewajiban Isteri
a. Mendidik dan memelihara anak dengan baik dan penuh tanggung jawab.
b. Menghormati serta mentaati suami dalam batasan wajar.
c. Menjaga kehormatan keluarga.
d. Menjaga dan mengatur pemberian suami (nafkah suami) untuk mencukupi kebutuhan keluarga.
e. Mengatur dan mengurusi rumah tangga keluarga demi kesejahteraan dan kebahagiaan keluarga.
4. Hak Istri
a. Mendapatkan nafkah batin dan nafkah lahir dari suami.
b. Menerima maskawin dari suami ketika menikah.
c. Diperlakukan secara manusiawi dan baik oleh suami tanpa kekerasan dalam rumah tangga / kdrt.
d. Mendapat penjagaan, perlindungan dan perhatian suami agar terhindar dari hal-hal buruk.
5. Kewajiban Suami dan Istri
a. Saling mencintai, menghormati, setia dan saling bantu lahir dan batin satu sama lain.
b. Memiliki tempat tinggal tetap yang ditentukan kedua belah pihak.
c. Menegakkan rumah tangga.
d. Melakukan musyawarah dalam menyelesaikan problema rumah tangga tanpa emosi.
e. Menerima kelebihan dan kekurangan pasangan dengan ikhlas.
f. Menghormati keluarga dari kedua belah pihak baik yang tua maupun yang muda.
g. Saling setia dan pengertian.
h. Tidak menyebarkan rahasia / aib keluarga.
hari, kata keluarga dipakai dengan banyak pengertian diantaranya, orang seisi rumah
Kata sakinah berasal dari susunan kata, “sakana, yaskunu, sakinatan” yang berarti rasa
tentram, aman, dan damai. Sakinah yang bermula dari akar kata sakan, berarti menjadi tenang,
mereda, hening, tinggal.[2] sakinah adalah adanya ketentraman dalam hati pada saat datangnya
sesuatu yang tidak diduga, dibarengi satu nur (cahaya) dalam hati yang member ketenangan dan
ketentraman pada yang menyaksikannya, dan merupakan keyakinan berdasarkan (ain al-yaqin).
[3] Kata sakinah diartikan oleh Cyril Glasse dengan ketenangan, dan kedamaian.[4] Seseorang
akan merasakan sakinah apabila terpenuhi unsur-unsur hajat hidup spiritual dan material secara
Keluarga sakinah pada dasarnya terbangun atas dua dimensi, yaitu dimensi kualitas
hidup dan dimensi waktu, durasi, atau stabilitas. Oleh karena itu, keluarga dapat digambarkan
yang menjadi cita-cita setiap keluarga muslim karena menyangkut masa depan pendidikan anak-
anaknya. Keluarga sakinah seringkali digambarkan dengan berbagai istilah yang ideal. Keluarga
sakinah adalah istana kehidupan suami istri, ditandai dengan istri dan anak-anak yang saleh,
rumahku adalah surgaku (bayti jannati), dan rumah tangga berkah. Menurut ajaran Islam
mencapai ketenangan hati dan kehidupan yang aman damai adalah hakekat perkawinan muslim
yang disebut “sakinah”. Untuk hidup bahagia sejahtera manusia membutuhkan ketenangan hati
dan jiwa yang aman damai. Dengan ketenangan dan keamanan hati, banyak masalah dalam
M.Thohir menjelasakan bahwa keluarga sakinah adalah keluarga yang mampu menciptakan
suasana kehidupan berkeluarga yang tentram, dinamis, dan aktif, yang asih, asah dan asuh.
[7] Dalam penjelasan yang lain dijelaskan bahwa “Keluarga sakinah adalah keluarga yang dibina
atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi hajat hidup spiritual dan material secara layak dan
seimbang, diliputi suasana kasih sayang antara anggota keluarga dan lingkungannya dengan
Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud keluarga
sakinah itu adalah keluarga yang tenang, tentram, bahagia, dan sejahtera lahir dan batin serta
tidak gentar ketika mengahadapi badai ujian yang terjadi di dalam rumah tangga atau keluarga.
Munculnya istilah keluarga sakinah adalah berdasarkan Firman Allah Surat Ar-Ruum:
21, yang menyatakan bahwa tujuan dari pernikahan itu adalah mencari ketenangan dan
ketentraman yang Allah tanamkan dalam jiwa suami istri itu akan mawaddaah wa
rahmah (cinta dan kasih sayang). Firman Allah dalam Surat Ar-Ruum; 21, berbunyi:
ومن آياته أن خلق لكم من أنفسكم أزواجا لتسكنوا إليها وجع ل بينكم م ودة ورحم ة
)٢١ :إن فى ذلك آليات لقوم يتفكرون (الروم
Artinya: “Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya, Dialah menciptakan untukmu istri dari jenismu
sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikannya di antara
kamu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang berpikir. (Q.S. Ar-Ruum: 21)
Dalam keluarga sakinah, setiap anggota merasakan suasana tentram, damai, bahagia,
dan sejahtera lahir dan batin. Sejahtera lahir adalah terbebas dari kemiskinan harta dan tekanan-
tekanan penyakit jasmani. Sedangkan sejahtera batin adalah bebas dari kemiskinan iman, serta
agama melalui proses perkawinan yang anggotanya memiliki kemampuan dan tanggung jawab
untuk mewujudkan ketentraman melalui pergaulan yang baik sehingga menjadi sandaran dan
tempat berlindung bagi anggotanya dan tumpuan kekuatan masyarakat untuk memperoleh
kedamaian hidup.[10]
Islam menghargai hubungan (relasi) keluarga terutama antara suami dan Istri serta unit
anggota keluarga lainnya yang dibangun berdasarkan keadilan, saling membutuhkan, dan saling
Perkawinan yang baik adalah sebuah ikatan seumur hidup dan memerlukan sesuatu yang
lebih banyak daripada sekedar “peduli”, “pemenuhan diri”, dan “komitmen”. Perkawinan
menuntut agar masing-masing jujur kepada diri sendiri, jujur kepada pasangan hidup dan jujur
kepada Allah. Islam memandang potret keluarga yang ideal adalah keluarga yang dapat
membutuhkan cara dan langkah yang beragam yang bisa saja berbeda antara satu keluarga
dengan lainnya.
Dari penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa konsep Islam terhadap pembentukan
keluarga sakinah ialah dengan cara membangun rumah tangga berdasarkan Islam melalui proses
perkawinan yang anggotanya memiliki kemampuan dan tanggung jawab untuk mewujudkan
ketentraman melalui pergaulan yang baik sehingga menjadi sandaran dan tempat berlindung
bagi anggotanya dan tumpuan kekuatan masyarakat untuk memperoleh kedamaian hidup.
Memiliki keluarga sakinah merupakan dambaan dan impian setiap orang. Karenanya
tidak dapat dipungkiri keluarga sakinah memiliki peranan besar dalam meningkatkan upaya
masyarakat dalam mengamalkan nilai-nilai agama, keimanan, ketaqwaan dan akhlaqul karimah
baik yang dilakukan melalui pendidikan keluarga maupun pendidikan masyarakat untuk
mencapai hasil pembangunan manusia bahagia dan sejahtera.
Akan tetapi perlu diketahui, bahwa untuk mencapai keluarga sakinah tersebut tidaklah
mudah, karena banyaknya permasalahan yang timbul dalam sebuah keluarga. Ada beberapa hal
yang harus dilakukan jika ingin membina keluarga sakinah sebagaimana disebutkan
olehMutiullah dalam bukunya Menggapai Keluarga sakinah, antara lain:
1. Mencitai dan dicintai adalah kunci utama dalam membina keluarga sakinah. Membentuk
keluarga yang sakinah adalah proses yang terus menerus yang harus diusahakan. Keluarga
sakinah bukan sesuatu yang begitu saja turun dari langit, tapi diusahakan dengan ketulusan
cinta dan kasih sayang.
2. Dalam banyak kasus perselisihan keluarga banyak yang sebetulnya hanya disebabkan
oleh kurang lancarnya komunikasi dalam keluarga. Fungsi komunikasi adalah untuk
menghubungkan beberapa keinginan yang seringkali berbeda.
3. Keluarga sakinah adalah keluarga yang menemukan kesesuain antara suami dan istri.
Satu sama lainnya harus bisa saling memahami apa yang seharusnya dilakukan dan tidak
dilakukan. Kesesuain pandangan dalam membina rumah tangga mendapat porsi yang sangat
besar untuk membina keharmonisan.
4. Faktor yang tidak kalah penting dalam keluarga sakinah adalah sikap memelihara
hubungan yang harmonis. Hubungan yang harmonis merupakan kunci utama dalam berumah
tangga. Segala persoalan harus dihadapi bersama dengan tetap berprinsip kebersamaan, sikap
saling pengertian dan saling memahami.[11]
Perkawinan yang baik adalah sebuah ikatan seumur hidup dan memerlukan sesuatu yang
lebih banyak dari pada sekedar “peduli”, “pemenuhan diri”, dan “komitmen”. Perkawinan
menuntut agar masing-masing jujur kepada diri sendiri, jujur kepada pasangan hidup dan jujur
kepada Allah.
Islam memandang menggabungkan antara sakinah, mawaddah dan rahmah sebagai satu
kesatuan dan dapat merealisasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk dapat mencapainya,
tentu membutuhkan cara dan langkah yang beragam yang bisa saja berbeda antara satu keluarga
dengan lainnya. Uraian berikut mencoba memberikan semacam hal-hal yang perlu dilakukan
dalam upaya pembentukan sebuah keluarga bahagia yang sifatnya umum namun bisa
kehidupan kemanusiaan. Oleh karena itu secara naluriah manusia akan berusaha untuk
mendapatkan pasangan hidup yang sesuai dengan keinginan mereka walaupun dalam ketentuan
Permasalahan memilih jodoh merupakan sesuatu yang pernah dialami oleh orang dalam
menempuh rumah tangga. Seseorang dalam memilih calon istri atau suami mesti dipertimbangi
oleh kriteria tertentu, walaupun upaya tersebut bukan merupakan suatu yang kunci, namun
Berdasarkan hadis tersebut, dapat dipahami bahwa dalam memilih pasangan hidup,
seseorang harus melihat dari segi harta, keturunan, kecantikan, dan agamanya. Namun diantara
kriteria tersebut, agama merupakan hal yang sangat diutamnya. Karena hal tersebutlah yang
Dalam segala aspek kehidupan dalam rumah tangga harus diputuskan dan diselesaikan
berdasarkan hasil musyawarah minimal antara suami dan istri. Adapun maksud demokratis
adalah bahwa seluruh anggota keluarga harus saling terbuka untuk menerima pandangan dari
masing-masing pihak.
Realisasi lebih jauh dari sikap musyawarah dan demokratis dapat dikelompokkan
kepada:
Untuk merealisasikan prinsip ini, maka setiap anggota keluarga harus saling
menciptakan suasana yang kondusif untuk munculnya rasa persahabatan di antara mereka baik
dalam hal suka maupun duka, dan merasa mempunyai kedudukan yang sejajar dan bermitra,
tidak ada pihak yang merasa lebih hebat dan lebih tinggi kedudukannya, tidak ada pihak yang
mendominasi dan menguasai. Dengan prinsip ini diharapkan akan memunculkan kondisi yang
saling melengkapi dan saling mengisi antara satu dengan yang lain.
3. Menciptakan rasa aman dan tentram dalam keluarga.
Dalam kehidupan rumah tangga harus tercipta suasana yang merasa saling kasih, saling
asih, saling cinta, saling melindungi dan saling sayang. Semua anggota keluarga harus
menciptakan suasana bahwa rumah adalah tempat yang nyaman bagi mereka. Keluarga menurut
Toffler, dapat berfungsi laksana raksasa peredam kejutan yakni tempat kembali berteduh setiap
individu (anggota keluarga) yang babak belur dan kalah dalam pertaruhan hidup diluar rumah.
[15]
Dalam bahasa Islam, keluarga berfungsi sebagai surga atau taman indah, tempat setiap
anggota keluarga menikmati kebahagiaan hidup, dan menjadi penangkal gelombang kehidupan
yang keras. Jika suasana kehidupan keluarga berantakan dan terpecah, tidak aman dan tentram
maka kehidupan keluarga akan mengalami ketidak harmonisan. Aman dan tentram disini bukan
hanya terbatas pada aspek fisik semata, tetapi juga dalam aspek kehidupan kejiwaan (psikis).
Dalam kehidupan berkeluarga, jangan sampai ada anggota keluarga yang merasa berhak
memukul atau melakukan tindak kekerasan fisik dalam bentuk apapun, dengan dalih atau alasan
apapun, termasuk alasan atau dalih agama terhadap sesama anggota keluarga. Begitu juga setiap
Setiap anggota keluarga harus mampu menciptakan suasana kejiwaan yang aman,
merdeka, tentram dan bebas dari segala bentuk ancaman yang bersifat kejiwaan, baik dalam
bentuk kata atau kalimat sehari-hari yang digunakan maupun panggilan antar anggota keluarga
yang menimbulkan rasa tidak aman dan ketakutan bahkan sekedar ketersinggungan.[16]
5. Menjadikan hubungan suami istri dan anggota keluarga lainnya adalah hubungan relasi.
Relasi gender dalam hubungan suami dan istri dan anggota keluarga lainnya merupakan
makna yang seragam, persis sama, tetapi pengertian kemitrasejajaran yang dimaksud disini
adalah suatu relasi yang berdasarkan keadilan, saling membutuhkan, dan saling melengkapi
Implikasi dari prinsip seperti ini akan memunculkan sikap saling mengerti latar belakang
pribadi, saling menerima hobi, kelebihan dan kekurangan dari masing-masing anggota keluarga,
saling menghormati perkataan, perasaan, bakat dan keinginan serta menghargai keluarga, saling
mempercayai pribadi maupun kemampuan setiap anggota keluarga, saling mencintai dan
(proporsional). Jika ada diantara anggota keluarga baik laki-laki maupun perempuan yang
mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan diri harus di dukung tanpa memandang dan
sepenuhnya bahwa dirinya adalah bagian dari keluarga yang harus memberi dan mendapat
perhatian. Contohnya, bapak yang kerja dan mempunyai kewajiban di kantor atau sekolah, juga
mempunyai kewajiban untuk memberikan perhatian kepada anak-anak, istrinya serta anggota
keluarga lainnya. Demikian pula, ibu yang harus menuntaskan tugas kantor, tugas sekolah juga
mempunyai kewajiban untuk memberikan perhatian bagi suami, anak-anak, dan anggota
keluarga lainnya.
Ini berarti semua anggota keluarga harus berlaku adil baik bagi dirinya dan anggota
keluarganya. Suami, istri dan anggota keluarga adalah penentu dalam mencapai keluarga yang
bahagia. Segala sesuatu menyangkut tugas-tugas untuk menciptakan keluarga yang sakinah
haruslah adil, terbuka dan demokratis. Intinya berbagi tugas sesuai dengan kondisi atas
yang seharusnya dipunyai seorang pria yang nantinya akan berfungsi sebagai suami ataupun
seorang wanita yang akan menjadi seoang istri dan ibu dari anak-anaknya.
keluarga adalah masing-masing pasangan saling mencintai. Ada juga yang menyatakan bahwa
Salah satu unsur terpenting dalam mencapai kebahagiaan dalam rumah tangga adalah
kedewasaan diri. Kedewasaan dalam bidang fisik-biologis, sosial ekonomi, emosi dan tanggung
jawab, pemikiran dan nilai-nilai kehidupan serta keyakinan atau agama. Semua hal tersebut akan
menyebabkan keluarga yang terbentuk dalam keadaan yang demikian mempunyai saham yang
cukup besar dan meyakinkan untuk meraih taraf kebahagiaan dan kesejahteraan hidup dalam
keluarganya.[18]
Islam menganjurkan kawin karena ia mempunyai pengaruh yang baik bagi para
bahagia dalam rumah tangga, maka ada beberapa faktor yang harus dipenuhi oleh suami-istri,
1. Faktor Utama
berkeluarga. Dalam berkeluarga ada beberapa faktor yang perlu difahami, antara lain:
a. Memahami hak suami terhadap istri dan kewajiban istri terhadap suami
1) Menjadikannya sebagai Quwwam (yang bertanggung jawab)
Suami merupakan pemimpin yang Allah pilihkan. Suami wajib ditaati dan dipatuhi dalam setiap
keadaan kecuali yang bertentangan dengan syariat Islam.
Menjaga akhlak dalam pergaulan. Menjaga izzah suami dalam segala hal. Tidak memasukkan
orang lain ke dalam rumah tanpa seizin suami
b. Memahami hak istri terhadap suami dan kewajiban suami terhadap istri
1). Istri berhak mendapat mahar
2). Mendapat perhatian dan pemenuhan kebutuhan lahir batin
Mendapat nafkah: sandang, pangan, papan. Mendapat pengajaran Diinul Islam. Suami
memberikan waktu untuk memberikan pelajaran. Memberi izin atau menyempatkan istrinya
untuk belajar kepada seseorang atau lembaga dan mengikuti perkembangan istrinya. Suami
memberi sarana untuk belajar. Suami mengajak istri untuk menghadiri majlis ta’lim, seminar
atau ceramah agama.
2. Faktor penunjang
3). Tamu
3. Faktor pemeliharaan
c. Tidak menghidupkan hal-hal yang dapat merusak kemesraan keluarga baik dalam sikap,
penampilan maupun prilaku.[22]
pembentukan keluarga sakinah terbagi kedalam tiga bahagian yaitu faktor utama, faktor
penunjang dan faktor pemeliharaan. Dengan terpenuhinya faktor-faktor tersebut, maka akan
terbentuk sebuah keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah dalam rumah tangga.
menimbulkan akibat hukum terhadap akad tersebut, dengan demikian akan menimbulkan juga
hak dan kewajibannya selaku suami istri dalam keluarga, yang meliputi: hak suami istri secara
bersama, hak suami atas istri, dan hak istri atas suami.[23]
Untuk mewujudkan rumah tangga yang sakinah, haruslah bersama-sama antara suami
dan istri untuk mengekalkan cinta yang merupakan anugerah dari Allah, karena tidak dapat
dipungkiri bahwa kualitas hubungan suami dan istri dalam rumah tangga sangat mempengaruhi
adalah rumus dari kebahagiaan dunia. Maka ciptakanlah keluarga yang bahagia agar hidup di
Oleh sebab itu, suami-istri harus sama-sama menjaga dan menghormati ikatan
perkawinan yang telah dibuat sebagai sebuah ikatan yang suci. Agar perkawinan itu menjadi
kuat, diperlukan pengikat yang kuat pula. Adapun pengikat perkawinan yaitu:
1. Mawaddah
Mawaddah adalah kelapangan dada dan kekosongan jiwa dari kehendak buruk.
Quraish Shihab mengatakan: “Mawaddah” adalah “cinta plus”. Orang yang di dalam hatinya ada
mawaddah tidak akan memutuskan hubungan, seperti apa yang terjadi pada orang bercinta.
Ini disebabkan hatinya begitu lapang dan kosong dari keburukan, sehingga pintu-pintunya
2. Rahmah
Quraish Shihab mengatakan: “Rahmah” kondisi psikologis yang muncul di dalam hati
cemburu buta, tidak mencari keuntungan sendiri, tidak menjadi pemarah apalagi
pendendam.[27]
Kualitas mawaddah wa rahmah di dalam rumah tangga, yang dipupuk oleh suami
dan istri sangat menentukan bagaimana kondisi rumah tangga tersebut, apakah bahagia
atau tidak.
Jadi, tidak bisa di sangkal lagi, bahwa istri tidak hanya membutuhkan makanan,
minuman, pakaian, tempat tinggal dan segala kebutuhan material belaka, namun istri juga
sangat mengharapkan dari suami perhatian yang tulus, perkataan yang halus, wajah yang cerah,
senyum yang ceria, senda gurau yang menyenangkan, sentuhan yang lembut, ciuman yang
mesra serta berbagai perilaku mulia yang menyejukkan hati dan mendinginkan gundahnya,
Pernikahan dalam Islam menawarkan ketenangan jiwa dan kedamaian pikiran, sehingga
laki-laki dan perempuan bisa hidup bersama dalam cinta, kasih sayang, harmonis, kerjasama,
saling menasehati, menghargai dan toleran meletakkan pondasi mengangkat keluarga Islam
Untuk mewujudkan itu, tidak hanya perempuan yang harus dipilih oleh laki-laki, tetapi
perempuan pun diberi hak untuk memilih laki-laki yang akan dijadikannya suami. Dan yang
terbaik dalam pemilihan criteria calon pendamping hidup adalah yang bagus agamanya.
تنكح الم رأة: عن ابى هريرة رضي هللا عنه عن النبى ص لى هللا علي ه وس لم ق ال
ولدينها فاظفر بذات ال دين ت ربت ي داك (متف ق, ولجمالها, ولحسبها, لمالها: الربع
)عليه
Artinya: “Dari Abi Hurairah ra, dari Nabi Saw, Beliau bersabda: “Seorang wanita dinikahi karena
empat sebab: Karena hartanya, karena kedudukannya, sebab kecantikannya, dan sebab
agamanya; maka hendaklah kamu memilih sebab agamanya, engkau pasti akan bahagia”
(HR. Bukhari-Muslim).[30]
Selama ini, orang yang selalu di sorot dalam kehidupan rumah tangga adalah seorang
istri, karena dia memang dianggap sebagai yang paling bertanggung jawab tentang kehidupan
di dalam rumah, mulai dari melayani suami, merawat dan mendidik anak, ini berakibat
ketika ada sesuatu kesalahan di rumah tangga itu, istri lah yang sering disalahkan.
Sebenarnya tidaklah pantas untuk selalu menyalahkan istri, karena suami pun ikut
bertanggung jawab. Tidak becusnya seorang istri dalam melayani suami, tidak berhasil
dalam mendidik anak dan lain sebagainya, juga menggambarkan bahwa suami tidak bisa
menjadi pemimpin dalam rumah tangga tersebut, sehingga ia tidak bisa membimbing istrinya.
keluarganya, menjadi bapak bagi anak-anaknya, menjadi teman hidup serta sebagai saudara
bagi istrinya. Dengan demikian, istri bukanlah menjadi saingan bagi suami, apalagi sebagai
musuh. Tetapi suami dan istri itu akan jalan bersama, saling melengkapi dan membutuhkan
Suami istri adalah pondasi dasar bagi sebuah bangunan rumah tangga, karena itulah
Islam menetapkan kriteria khusus baginya, hingga menimbulkan rasa cinta, kasih sayang,
Jadi, peranan suami-istri dalam membina keluarga sakinah adalah bagian dari tugas
utama yang harus dilakukan oleh sama-sama (laki-laki yang menjadi pasangan hidup resmi
Pada diri manusia mempunyai kelebihan dan juga kekurangan, kelebihan. Dan
kekurangan itu membuktikan bahwa manusia tidak ada yang sempurna dan sifat yang
sempurna itu hanyalah ada pada Allah swt. untuk itulah manusia hidup di dunia ini harus
Allah Swt juga telah menciptakan perbedaan antara laki-laki dan perempuan, dalam
susunan badannya, bentuk dan sifatnya, kulit dan dagingnya, tulang dan darahnya, kepala dan
rambutnya, akal dan pikirannya, kekuatan tubuh dan anggotanya, jenis kelamin dan
seterusnya.
Perbedaan-perbedaan itu tentu mempunyai hikmah yang banyak dan laki-laki maupun
perempuan tidak akan dapat membantah dan menyangkalnya, sehingga dengan perbedaan itu,
mereka dapat saling mengerti, cinta mencintai, sayang menyayangi dan selanjutnya mereka
juga dapat saling kuasa menguasai. Maka dari itu, pendamping istri yang baik adalah suami yang
bertanggung jawab.
Menurut Al-Quran, suami yang bertanggung jawab adalah suami yang bergaul dengan
istrinya secara baik dan sabar atas apa yang tidak disukai darinya.[32]
Sesuai dengan firman Allah Swt dalam surat An-Nisa ayat 19, yaitu:
ياأيها الذين امنوا ال يحل لكم أن ترثوا النساء كرها وال تعض لوهن لت ذهبوا ببعض
ف إن كرهتم وهن ما اتيتموهن إال أن يأتين بفاحشة مبين ة وعاش روهن ب المعروف
)١٩ :فعسي أن تكرهوا شيأ ويجعل هللا فيه خيرا كثيرا (النساء
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan
paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali
sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka
melakukan pekerjaan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka secara patut.
Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak
menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak”. (Q.S. An-Nisa:
19).
Pandangan Al-Quran di atas tentang suami yang bertanggung jawab, sama dengan
pandangan hadis dari Rasulullah saw. yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra, yaitu:
Artinya: “Sesungguhnya mukmin yang sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya, dan
sebaik-baik kalian adalah kalian yang baik terhadap istri-istri kalian” (HR. Tirmidzi).[33]
Sejalan dengan Al-Qur’an dan hadis di atas, Syaikh Hafizh Ali Syuaisyi mengatakan
bahwa suami akan menjaga istrinya, dan memperlakukannya dengan patut seperti yang
Ahmad Kusyairi, yang menyebut suami dengan istilah Suami yang Shalih mengatakan:
“Yang selalu menunaikan kewajiban-kewajiban Allah, keluarga dan semua orang yang ada dalam
tanggungannya, dengan ikhlas penuh semangat dan lapang dada, yang selalu berusaha
membahagiakan istrinya”.[35]
bahwa ada peranan yang harus dilakukan oleh suami-istri dalam membina rumah tangga yang
sakinah. Ketika peranan itu dilakukan, maka hadirlah di tengah-tengah keluarga kebaikan dan
keberkahan.
Jadi menciptakan rumah tangga sakinah, yaitu menciptakan rumah tangga (sesuatu
yang berkenaan dengan keluarga) yang penuh dengan kedamaian, ketentraman, ketenangan
dan kebahagiaan.
Pada dasarnya, membangun rumah tangga itu membutuhkan perjuangan yang luar
biasa beratnya, dimulai dari pemancangan pondasi aqidah dan pilar-pilar akhlak. Sebelum
menciptakan rumah tangga yang sakinah, seorang suami harus memiliki kepribadian suami yang
shaleh, agar suami sukses membentuk keluarga sakinah. Berhubungan dengan itu, Kasmuri
Laki-laki yang shaleh adalah seorang laki-laki yang senantiasa berpegang teguh kepada
syariat Allah dalam segala urusan kehidupannya. Ia tunaikan kewajiban-kewajiban yang Allah
telah tentukan keduanya. Jika ia menjadi seorang suami, ia akan melaksanakan kewajiban
terhadap keluarganya penuh tanggung jawab, bersemangat, penuh perhatian serta berlapang
dada.[36]
Dalam kehidupan sehari-hari sikapnya tidak tamak, tidak menuntut lebih banyak dari
yang semestinya, bahkan ia menerima dengan rela terhadap kekurangan-kekurangan yang ada.
menuntut haknya.
Laki-laki yang shaleh tentu akan membahagiakan istrinya. Dalam kehidupan berumah
tangga ia senantiasa berpedoman kepada petunjuk Rasulullah Saw dalam segala perbuatannya
sehari-hari termasuk dalam hal berumah tangga. Karena apa-apa yang telah dibawa oleh
Rasulullah Saw baik berupa perkataan maupun perbuatan, merupakan sesuatu yang patut untuk
dipedomani oleh umat Islam agar memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat kelak.
Artinya: “Dan hak meraka (istri) kepada kalian adalah; kalian harus berbuat baik kepada mereka dalam
masalah sandang dan pangan (pakaian dan makanan) (HR. Tirmizdi).[37]
Itulah kesaksian agung Rasulullah Saw bagi suami yang shaleh, kesaksian kebajikan yang
diiringi dengan kesempurnaan iman serta akhlak yang mulia. Disamping itu ciri-ciri dari laki-
laki shaleh yang membahagiakan kehidupan rumah tangga sebagaimana Kasmuri Selamat
f. Tidak mencaci istri di hadapan orang lain dan tidak memuji wanita lain di hadapannya.
g. Bersabar dan menerima kelemahan istri dengan hati yang terbuka, serta meyakini bahwa
segala sesuatu yang dijadikan Allah swt pasti terdapat hikmah yang tersembunyi di
sebaliknya.
h. Mengelakkan agar jangan terlalu mengikuti kemauan istri, karena ia akan melunturkan
nama baik dan prestasi suami selaku pemimpin rumah tangga.
k. Bertanggung jawab menidik akhlak istri dan anak-anak sesuai dengan kehendak Islam.
m. Memberi kasih sayang dan rel berkorban apa saja demi kepentingan dan kebahagiaan
bersama. [38]
Membina sebuah rumah tangga yang sakinah, mawaddah, wa rahmah, adalah dambaan dari
setiap suami istri yang berikrar dalam cinta dan kasih sayang.
Semua orang Islam berharap dengan penuh perjuangan dan pengorbanan, agar mahligai
rumah tangga yang dibangun dengan landasan cinta dan kasih sayang dalam rumah tangga
menjadi teladan bagi penghuninya maupun generasi yang akan lahirkan. Namun, ternyata
ketika bahtera itu mulai mengarungi lautan yang luas, seringkali kemudi menjadi rebutan
antara suami istri. Mereka berusaha menjadi nakhoda yang handal, dan bersikeras
Begitu banyak yang merindukan berumah tangga menjadi suatu yang teramat indah,
bahagia, penuh dengan pesona cinta dan kasih sayang. Akan tetapi, kenyataan yang ada, di
saksikan deretan antrian orang-orang yang gagal dalam menciptakan rumah tangga bahagia.
Hari demi harinya hanya diisi kecemasan, ketakutan, kekerasan, kegelisahan dan
penderitraan. Bahkan tidak jarang diakhiri dengan kenistaan yang berujung dengan
yang dilahirkan.
Ternyata merindukan rumah tangga sakinah harus benar-benar disertai dengan
kesungguhan, yakni mengerahkan segala daya dan upaya dalam pengertian yang sebenarnya.
1. Jadikan rumah tangga sebagai pusat ketentraman bathin dan ketenangan jiwa.
Keluarga/rumah tangga adalah sebuah institusi terkecil di dalam masyarakat yang
berfungsi sebagai wahana untuk mewujudkan kehidupan yang tentram, aman, damai, dan
Sesungguhnya rumah tangga itu bisa dijadikan pusat ketenangan, ketentraman dan
kenyamanan bathin para penghuninya. Sehingga ketika sang suami sudah berlumuran
keringat, bersimbah peluh, bekerja keras, ia akan selalu merindukan untuk pulang ke rumah.
Ketika rumah tangga mampu di jadikan sebagai pusat ketentraman batin dan
ketenangan jiwa, maka anak-anak pun akan rindu berkumpul bersama dengan orang tuanya
dalam lingkungan keluarga. Oleh sebab itu, suami-istri harus mampu menciptakan rumah
sebagai pusat ketenangan batin dan ketenangan jiwa, hal ini dimaksudkan agar rumahtangga
Rumah tangga yang ditingkatkan derajatnya oleh Allah Swt bukanlah rumah tangga
yang memiliki status sosial keduniawian. Tidak pula rumah tangga yang para penghuninya
adalah penuh dengan deretan titel dan gelar. Bahkan justru hal seperti itu seringkali
memisahkan kita dengan kebahagiaan bathin dan ketentraman jiwa. Tidak jarang pula rumah
tangga yang berlimpah dengan kekayaan justru membuat penghuninya di miskinkan oleh
sesudah memantapkan niat kita kepada Allah untuk mengarungi bahtera rumah tangga, maka
kekayaan yang harus dimiliki dalam berkeluarga adalah ilmu. Merawat dan mendidik anak
Suami istri hendaknya mengetahui bahwa semakin hari semakin banyak yang harus
dilakukan. Untuk itulah di butuhkan orang lain agar bisa melengkapi kekurangan tersebut guna
memperbaiki kesalahan serta bisa nasehat menasehati diantara sesama. Rumah tangga bahagia
adalah rumah tangga yang dengan sadar menjadikan sikap saling menasehati, saling
memperbaiki, serta saling mengoreksi dalam kebenaran dan kesabaran sebagai kekayaan yang
Suami yang baik adalah suami yang mau dinasehatin oleh sang istri, begitupula
sebaliknya. Karena keduanya tidaklah boleh merasa lebih baik dan lebih berjasa dalam
membangun rumah tangga. Apabila sebuah rumah tangga mulai saling menasehati, maka
rumah tangga tersebut bagaikan cermin, yang tentu cermin akan mampu membuat sebuah
penampilan penghuninya menjadi lebih baik. Tidak ada koreksi yang paling aman selain
Hendaknya suami istri mampu menjadikan rumah tangga seperti cahaya matahari.
Keluarga yang mulia adalah keluarga yang bisa menjadi contoh kebaikan bagi keluarga
yang lainnya. Sehingga tidak ada yang diucapkan selain kebaikan tentang keluarga yang telah
dibangun. Demikianlah empat kiat menuju keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah yang
hendaknya dilakukan oleh keluarga muslim di era modern in. Karena betapa memilukan
sekaligus memalukan jika ada keluarga muslim yang melakukan tindakan kekerasan rumah
dalam pembinaan keluarga agar menjadi sebuah keluarga yang sakinah, maka ada beberapa hal
yang kiranya perlu dilakukan oleh suami-istri yaitu dengan menjadikan rumah tangga sebagai
pusat ketentraman batin dan ketenagan jiwa, pusat kemuliaan, pusat nasehat, serta pusat ilmu
pengetahuan. Hal tersebut akan dapat terwujud manakala ada upaya-upaya yang ditempuh oleh
suami-istri untuk menuju kea rah itu, jadi dengan adanya peranan antara suami-istri, maka akan
[4]Cyril Glasse, Ensiklopedi Islam Ringkas, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999), hal.
5.
[9] Ibid, hal. 7.
[15]Alvin Toffler, Kejutan dan Gelombang, terj. Sri Kasdiyantinah (Jakarta: Pantja Simpati,
1987), hal. 239.
[20] Www.Dakwatuna.com/2008.Pernikahan-Sebagai-landasan-menuju-keluarga-
sakinah, (16 Juli 2010).
[21] Ibid.,
[22] Ibid.,
[24] Shaleh Gisymar, Kado Cinta untuk Istri, (Yogyakarta: Arina, 2005), hal. 91.
[28]Adil Fathi Abdulloh, Menjadi Suami Tercinta, Terj. Bukhori Abu Syauqi, (Pasuruan:
Hilal Pustaka, 2007), hal. xiii.
[32]Majdi Fathi Al-Sayyid, Bingkai Cinta Sepasang Merpati: Bahagia Menjadi Suami Ideal
dan Istri Ideal, Terj. Ibnu Ali, (Jakarta: Aillah, 2005), hal. 185.
[34]Syaikh Hafizh Ali Syuaisyií, Kado Pernikahan, Terj. Abdul Roysad Shiddiq, (Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar, 2007), hal. 83.
[36] Kasmuri Selamat. Suami Idaman Istri Impian, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2005), hal.
1.
[39] Sri Mulyati. Relasi Suami Istri dalam Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 2003), hal. 39.