Anda di halaman 1dari 24

CRITICAL JOURNAL REVIEW

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Dosen Pengampu:
Drs. Ramli, M.A

Diajukan Untuk Memenuhi


6 Tugas KKNI

SILVIA FAUZIAH NASUTION


(Nim. 6173510025)
IKOR C 2017

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN


ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIMED
2019
KATA PENGANTAR

Pertama-tama marilah kita mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT,

sebab telah memberikan rahmat dan karuniaNya serta kesehatan kepada saya,

sehingga mampu menyelesaikan Critical Journal Review ini. Critical Journal Review

ini dibuat untuk memenuhi salah satu mata kuliah saya yaitu “Pendidikan Agama

Islam” yang diampu oleh bapak Drs. Ramli, MA.

Critical Journal Review ini disusun dengan harapan dapat menambah

pengetahuan dan wawasan kita semua. Akan tetapi saya menyadari bahwa Critical

Journal Review ini masih jauh dari kesempurnaan.

Apabila dalam Critical Journal Review ini terdapat kekurangan dan

kesalahan, saya mohon maaf karena sesungguhnya manusia itu pasti mempunyai

salah. Akhir kata saya berharap semoga Critical Journal Review ini dapat

memberikan wawasan dan pengetahuan bagi siapa saja yang memerlukannya

dimasa yang akan datang.


A. REVIEW JURNAL

Judul Jurnal Karakteristik Keluarga Sakinah dalam Perspektif Islam dan


Pendidikan Umum

Jurnal Pendidikan Agama Islam


No Issn -
Volume Volume 16, No 1,
Halaman 6 Halaman
Tahun 2006
Penulis Siti Romiah
Riviwer Ali Sahdinan Pohan
Tanggal 30 April 2018
Tujuan Penelitian Untuk mendapatkan gambaran tentang keluarga sakinah. Masalah
utamanya adalah bagaimana keluarga itu berperan terhadap situasi
global sekarang ini.
Subjek Penelitian Ada empat keluarga yang diteliti secara intensif, terdiri dari dua
keluarga muslim berpendidikan rendah dan dua keluarga muslim
yang berpendidikan tinggi. Ke empat keluarga itu bertempat tinggal
di komplek UPI.
Asesment Data Data itu diperoleh melalui instrumen yang penulis kembangkan
dengan fokus: sandang, pangan, papan, pendidikan dan pelaksanaan
ajaran Islam dalam keluarga tersebut dan nilai, norma yang dihormati
dalam keluarga.
Metode Penelitian Metode kualitatif naturalistik.
Hasil Penelitian 1. Keluarga sakinah adalah keluarga yang terpenuhi kebutuhan
sandang keluarga, ada tempat tinggal tertata rapih, makan cukup.
Masing-masing keluarga menempati kamar tersendiri (ibu,
bapak, anak, pembantu). Juga ada ruang makan, ruang tamu,
dapur, ruang keluarga. Keluarga memiliki fasilitas hiburan
(radio, televisi), komunikasi (telepon rumah dan seluler), dan
transportasi (mobil, motor).
2. Keluarga tidak sakinah (dhu’afa’), dalam artian kurang sandang,
pangan, dan papan. Keluarga ini tampak harmonis dan penuh
kasih sayang, suasana dalam rumah ceria: ibu, bapak dan anak-
anak suka berkelakar, riang seperti keluarga yang tidak
kekurangan materi. Hubungan ibu-bapak rukun, anak-anak
mendapat perhatian ibu-bapak. Sentuhan cinta dan kasih terasa
dalam keluarga tersebut. Keluarga itu mampu merealisir jiwa
sakinah yaitu mawaddah wa rahmah.
3. dalam keluarga dimensi kasih sayang berupa kejujuran,
kesetiaan, perhatian dan penerimaan “apa adanya” antara suami-
isteri merupakan pengikat utuhnya keluarga tersebut. Nilai dan
norma kasih sayang berikut dimensinya diturunkan dari leluhur
melalui pepatah-petitih, nasihat, ujaran dan kisah-kisah.
Kesimpulan Dapat Disimpulkan Bahwa Keluarga adalah komponen masyarakat
yang terdiri dari suami, istri dan anak-anak. Atau bisa juga suami dan
istri saja (sekiranya pasangan masih belum mmpunyai anak baik anak
kandung atau anak angakat). Keluarga dapat diartikan juga sebagai
kelompok paling kcil dalam masyarakat, sekurang kurangnya
dianggotai oleh suami dan istri atau ibu bapak dan anak. Ia adalah
asas pembentukan sebuah masyarakat kebahagiaan masyarakat
adalah bergantung setiap keluarga yang menganggotai masyarakat.
Daftar Pustaka A. Rahman Zaenudin, H. Fachrudin Hs., Zaenudin Hamidy
H.(Penterjemah). (1984). Tarjamah Hadist Shohih Bukhari. Penerbit:
Wijaya.
B. KELEBIHAN JURNAL
1. Terdapat berbagai jenis Metode dalam penjelasan penelitiandari abstrak terdapat juga
konteks, hasil dan kesimpulan yang terdapat pada penjelasan utama yaitu abstraknya
jurnal.
2. Pada kata kunci jurnal ini tertera, point utama dari penjelasan awal juga di jelaskan dan
akibat akibatnya poin penting ada.
3. Metode sudah mantap, sangat jelas

4. Peserta dalam sampel diterterakan dengan usia usianya.

5. Sangat penting untuk dikuasai dalam matakuliah Pendidikan Agama Islam

6. Kesimpulan hasil singkat dan jelas.

C. KELEMAHAN JURNAL
1. Tidak ada nya ISSN

2. Tidak lengkap identitasnya pada jurnal ini


CRITICAL BOOK REPORT
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Dosen Pengampu:
Drs. Ramli, M.A

Diajukan Untuk Memenuhi


6 Tugas KKNI

SILVIA FAUZIAH NASUTION


(Nim. 6173510025)
IKOR C 2017

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN


ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIMED
2019
KATA PENGANTAR

Pertama-tama marilah kita mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT,

sebab telah memberikan rahmat dan karuniaNya serta kesehatan kepada saya,

sehingga mampu menyelesaikan Critical Book Report ini. Critical Book Report ini

dibuat untuk memenuhi salah satu mata kuliah saya yaitu “Pendidikan Agama

Islam” yang diampu oleh bapak Drs. Ramli, MA.

Critical Book Report ini disusun dengan harapan dapat menambah

pengetahuan dan wawasan kita semua. Akan tetapi saya menyadari bahwa Critical

Book Report ini masih jauh dari kesempurnaan.

Apabila dalam Critical Book Report ini terdapat kekurangan dan kesalahan,

saya mohon maaf karena sesungguhnya manusia itu pasti mempunyai salah. Akhir

kata saya berharap semoga Critical Book Report ini dapat memberikan wawasan

dan pengetahuan bagi siapa saja yang memerlukannya dimasa yang akan datang.
Daftar Isi

Kata Pengantar ..........................................................................................................


Daftar Isi .....................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................................
1.1 Informasi Bibliografi Buku ...................................................................................
1.2 Informasi Bibliografi Pembanding 1 ....................................................................
1.3 Informasi Bibliografi Pembanding 2 ....................................................................
BAB II PEMBAHASAN...................... ......................................................................
2.1 Ringkasan Buku Utama
........................................................................................
2.2 Ringkasan Buku Pembanding 1 .............................................................................
2.3 Ringkasan Buku Pembanding 2 .............................................................................
BAB III KAJIAN PUSTAKA................ ...................................................................
A. Latar Belakang Masalah yang akan dikaji ..............................................................
B. Permasalahan yang akan dikaji ...............................................................................
C. Kajian teori yang digunakan/konsep yang digunakan ............................................
D. Analisis Critical Book Report .................................................................................
BAB IV PENUTUP.............................. ......................................................................
A. Kesimpulan............................... .............................................................................
B. Saran............................................. ..........................................................................
DAFTAR PUSTAKA.................. ...............................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Informasi Bibliografi Buku Utama

Judul : Islam Kaffah

Pengarang : Dr. H. Husnel Anwar Matondang, M.Ag.(Ed)

Penerbit : Perdana Publishing

ISBN : 978-602-6462-34-3

Kota Terbit : Medan

Tahun Terbit : 2017

Bahasa : Indonesia

Jumlah Halaman : 234 Halaman


B. Informasi Bibliografi Pembanding 1

Judul : Filsafat Islam

Pengarang : Dr. Ilyas Supena, M. Ag

Penerbit : Ombak

ISBN : 978-607-258-127-7

Tebal Buku : 206 Halaman

Tahun Terbit : Oktober 2013

Bahasa : Indonesia

Kota Terbit : Yoyakarta


C. Informasi Bibliografi Pembanding 2

Judul : Etika MembangunMasyarakat Modern

Pengarang : Srijanti, Purwanto S.K, Wahyudi Pramono

Penerbit : Graha Ilmu

ISBN : 978-979-755-283-0

Kota Terbit : Yogyakarta

Tahun Terbit : 2006

Bahasa : Indonesia

Jumlah Halaman : 224 Halaman


BAB II
RINGKASAN ISI BUKU

2.1 Ringkasan Buku Utama

Akhlak adalah daya dan kekuatan jiwa yang mendorong perbuatan dengan mudah dan
spontan tanpa dipikir dan direnungkan lagi. Akhlak pada dasarnya adalah sikap yang melekat
pada diri seseorang dan telah terbentuk dalam tingkah laku dan perbuatan.

A. Akhlak Terhadap Allah dan Rosul

1) Akhlak kepada Allah


Beribadah kepada Allah, yaitu melaksanakan perintah Allah untuk menyembahNya
sesuai dengan perintah-Nya. Berzikir kepada Allah, yaitu mengingat Allah dalam berbagai
situasi dan kondisi,baik diucapkan dengan mulut maupun dalam hati. Berzikir kepada Allah
melahirkan ketenangan dan ketentraman hati. Berdo’a kepada Allah, yaitu memohon apa saja
kepada Allah. Do’a merupakan inti ibadah, karena ia merupakan pengakuan akan
keterbatasan dan ketidakmampuan manusia, sekaligus pengakuan akan kemahakuasaan Allah
terhadap segala sesuatu Tawakal kepada Allah, yaitu berserah diri sepenuhnya kepada Allah
dan menunggu hasil pekerjaan atau menanti akibat dari suatu keadaan. Tawaduk kepada
Allah, yaitu rendah hati di hadapan Allah. Mengakui bahwa dirinya rendah dan hina di
hadapan Allah Yang Maha Kuasa. Mengakui bahwa hakikat ilmu hanyalah pada Allah
sementara manusia adalah mahluk yang jahil dan bergantung kepada pemberian dan petunjuk
Allah. Allah tempat bertaubat dari segala dosa yang pernah dilakukan Allah menjadi hakim
atas segala kehidupan. Menanamkan optimisme didalam jiwa terhadap hidayah dan kehendak
Allah.

2) Akhak Kepada Rasulullah


Contoh akhlak terhadap Rasulullah antara lain :

 Mencintai dan memuliakannya : Mencintai Rasulullah juga berarti mencintai orang-


orang yang di cintai oleh beliau dan membenci orang-orang yang di bencinya.Lebih
khusus mencintai keluarga dan sahabat-sahabatnya.
 Menghormati dan memuliakan Rasulullah : Bentuk penghormatan dan pemuliaan
terhadap beliau adalah tidak boleh mendahului beliau dalam mengambil keputusan
atau menjawab pertanyaan. Bentuk lain menghormati Rasulullah dapat di teruskan
oleh umatnya yaitu dengan tidak mengeraskan suara di hadapan para ulama pewaris
nabi.
 Mengikuti dan menaati segala yang di ajarkan kepada kita : Mengikuti Rasuullah
adalah bukti kecintaan seorang hamba terhadap Allah SWT.
 Mengucapkan sholawat dan salam untuk Rasulullah : Perintah untuk bersholawat
menunjukkan betapa mulia dan terhormatnya kedudukan Rasulullah di sisi Allah.
Di samping bukti penghormatan kepada beliau juga untuk kebaikan kita sendiri.
B. Akhlak Kepada Diri Sendiri
Akhlak terhadap diri sendiri adalah sikap seseorang terhadap diri pribadinya baik itu
jasmani sifatnya atau ruhani. Kita harus adil dalam memperlakukan diri kita, dan jangan
pernah memaksa diri kita untuk melakukan sesuatu yang tidak baik atau bahkan
membahayakan jiwa.Sesuatu yang dapat membahayakan diri kita itu bisa bersifat psikis.
Misalkan iri, dengki, munafik dan lain sebagainya. Itu semua dapat membahayakan jiwa kita,
semua itu merupakan penyakit hati yang harus kita hindari. Cara untuk memelihara akhlak
terhadap diri sendiri :

Shidiq, artinya benar atau jujur, lawan dari dusta atau bohong. Seorang muslim
dituntut selalu berada dalam keadaan benar lahir batin, benar hati, benar perkataan
dan benar perbuatan. Rasulullah memerintahkan setiap muslim untuk selalu shidiq,
karena sikap shidiq membawa kepada kebaikan, dan kebaikan akan mengantarkannya
ke surga.Shidiq (benar) meliputi benar perkataan, benar pergaulan, benar kemauan,
benar janji dan benar kenyataan.
Amanah, artinya dapat dipercaya, seakar dengan kata iman. Sifat amanah lahir dari
kekuatan iman. Semakin menipis keimanan seseorang semakin pudar pula sifat
amanah pada dirinya.Bentuk amanah dapat berupa tidak menyalahgunakan jabatan
untuk kepentingan tertentu, menunaikan kewajiban dengan baik dan memelihara
semua nikmat yang diberikan Allah SWT.
Istiqamah, adalah sikap teguh dalam mempertahankan keimanan dan keislaman
sekalipun menghadapi berbagai tantangan dan godaan. Seorang yang beriman
haruslah istiqamah dalam ketiga dimensi tersebut. Dia akan selalu menjaga kesucian
hatinya, kebenaran perkataan dan kesesuaian perbuatannya dengan ajaran Islam.
Iffah, yaitu menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak baik dan memelihara kehormatan
diri dari segala hal yang akan merendahkan, merusak dan menjatuhkannya. Untuk
menjaga kehormatan diri tersebut, dia harus dapat mengendalikan hawa nafsunya,
tidak saja dari hal-hal yang haram, bahkan kadang-kadang harus juga menjaga dirinya
dari hal-hal yang halal karena bertentangan dengan kehormatan dirinya.
Tawadhu’, artinya rendah hati, kebalikan dari sombong atau takabur. Orang yang
rendah hati tidak memandang dirinya lebih hebat dari orang lain. Rendah hati berbeda
dengan rendah diri.Sikap tawadhu’ adalah sifat mulia yang lahir dari kesadaran akan
Kemahakuasaan Allah atas semua hamba-Nya.
Malu atau dalam bahasa Arab al-hayaa-u adalah sikap menahan segala
kecenderungan berbuat keburukan, kedzaliman, kekejian, kewenang-wenangan dan
tindak kemaksiatan lainnya. Orang yang memiliki rasa malu akan mendapatkan
banyak kebaikan. Perasaan malu juga merupakan akhlak yang paling asli dan pokok
pada Rasulullah SAW.
Sabar bermakna menahan diri dari segala sesuatu yang tidak disukai karena
mengharapkan ridho Allah. Sabar dalam hal ini berarti menahan dan mengekang diri
dari mempertuhankan hawa nafsu.
Pemaaf adalah sikap suka memberi maaf terhadap kesalahan orang lain tanpa harus
menunggu orang yang bersalah meminta maaf kepadanya, tetapi boleh jadi karena
hambatan psikologis menyebabkan seseorang tidak mau meminta maaf.
C. Akhlak Kepada Sesama Manusia

1). Akhlak kepada Tetangga atau masyarakat

 Tidak Menyakiti Tetangga dan Murah Hati : Menyakiti tetangga adalah perbuatan
yang diharamkan dan termasuk di antara dosa-dosa besar yang wajib untuk dijauhi.
Sedangkan Islam mengajarkan umatnya agar senantiasa bersikap murah hati terhadap
para tetangga dan memuliakannya.
 Memulai Salam : Memulai salam adalah bagian dari tanda-tanda tawadhu (rendah hati)
seseorang dan tanda ketaatannya kepada Allah subhanahu wata’ala. Sebagaimana
Allah subhanahu wata’ala berfirman,”…Dan berendah dirilah kamu terhadap orang-
orang yang beriman.” (Q: Al-Hijr: 88).
 Bermuka Berseri-seri (ceria) : Berwajah berseri-seri dan selalu tersenyum saat
bertemu dengan para shahabatnya adalah merupakan kebiasaan Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,”Senyummu
kepada saudaramu adalah sedekah.” (HR. at-Tirmidzi. Dishahihkan oleh al-Albani).
 Memberikan Penghormatan yang Istimewa : Seorang muslim yang baik adalah
seorang yang memperhatikan tata krama dalam bertetangga, tidak mencampuri urusan
yang tidak bermanfaat baginya, dan tidak menanyakan urusan-urusan orang lain yang
bersifat pribadi.Maka jika anda ingin mendapat cinta dan simpati tetangga, janganlah
pernah mencampuri urusan-urusan pribadi mereka.
 Menerima Udzur (permohonan maaf) : Bersikap toleransi dengan tetangga, dan lemah
lembut dalam berinteraksi dengannya merupakan salah satu kiat untuk menarik simpati
tetangga. Contohnya: Dengan menerima permohonan maaf darinya, dan menganggap
seolah-olah ia tidak pernah melakukan kesalahan tersebut. Karena tidak ada manusia
yang tidak pernah berbuat salah.
 Menasehati dengan Lemah Lembut : Seorang muslim yang baik ketika ia tahu
tetangganya berbuat maksiat adalah menasehatinya dengan lemah lembut, dan
mengajaknya kembali ke jalan Allah shallallahu ‘alaihi wasallam, memotivasinya agar
berbuat baik, dan memperingatkannya dari kejahatan, serta mendo’akannya tanpa
sepengetahuannya.
 Menutup Aib : Seorang mu’min adalah seorang yang mencintai saudara-saudaranya,
menutup aibnya, bersabar atas kesalahannya, dan menginginkan saudaranya selalu
mendapatkan kebaikan ,taufiq serta istiqamah.
 Bersikap Ramah Tamah : Di antara para tetangga adalah dengan bersikap ramah tamah
terhadap mereka dengan ungkapan dan ucapan yang baik dan lembut, atau dengan
memberikan hadiah istimewa kepadanya, atau dapat pula dengan mengundang mereka
untuk makan di rumah kita, dan lain sebagainya.

D. Akhlak Terhadap Orang Tua (Ibu Dan Bapak)


1) Akhlak terhadap orang tua yang masih hidup
Orang tua (ibu dan bapak) adalah orang secara jasmani menjadi asal keturunan anak.
Itu pula sebabnya secara kudrati, setiap orang tua menyayangi dan mencintai anaknya sebagai
mana ia menyayangi dan mencintai dirinya sendiri. Orang tua tidak mengharapkan balas jasa
dari anak atas semua pengorbanan yang diberikan kepada anak. Harapan orang tua hanya satu
yaitu kelak anaknya menjadi anak yang saleh dan salehah, anak yang memberi kebahagiaan
orang di dunia dan mendo’akan mereka setelah mereka meninggal dunia.Atas dasar itu,
antara lain yang menyebabkan seorang anak harus berbakti kepada orang tua.
2) Akhlak terhadap orang tua yang Sudah Meninggal
Seorang ayah atau ibu yang sudah meninggal dunia masih memiliki hak mendapatkan
limpahan pahala dari do’a yang disampaikan anaknya. Hal ini juga mengandung arti bahwa
anak memiliki kewjiban mendo’akan orang tuanya yang sudah meninggal. Dalam ajaran
tasawuf, dikatakan, do’a yang paling besar kemungkinan diterima Allah adalah do’a seorang
anak untuk orang tuanya dan do’a oaring fakir untuk orang kaya.Kita sebagai anak, meskipun
orang tua kita sudah wafat, orang tua tetap sebagai orang tua yang wajib dihormati, oleh
sebab itu, kewajiban anak terhadap mereka berlanjut sampai mereka wafat.

3) Akhlak terhadap Keluarga

Beberapa sikap yang harus dimunculkan oleh setiap anggota keluarga diantaranya:

 Memimpin rumah tangga adalah sebuah tanggung jawab, demikian juga memimpin
bangsa. Tanggung jawab itu pun idealnya harus ditunjang dengan kemampuan
diberbagai bidang termasuk kemampuan leadership (kepemimpinan).
 Kerjasama. Kepemimpinan di setiap daerah itu sendiri pun tidak akan berjalan mulus
jika bertentangan dengan kepemimpinan atau langkah-langkah keluarga dan jelaslah
pula bahwa keluarga merupakan tulang punggung bagi tegaknya suatu bangsa
 Perhitungan dan Keseimbangan. Pengaturan dan keseimbangan dalam kehidupan
keluarga dituntut oleh ajaran Islam. Hal tersebut lahir dari rasa cinta terhadap anak
dan tanggung jawab terhadap generasi selanjutnya. Dalam al-Qur’an anak disebut
sebagai “buah hati yang menyejukkan”, serta “Hiasan kehidupan dunia”.
 Disiplin. Dalam kehidupan berkeluarga, sikap kedisiplinan ini begitu penting. Untuk
mendapatkan kesejahteraan, seorang kepala keluarga perlu memiliki sikap disiplin
dalam mengatur waktu untuk bekerja, ibadah dan istirahat, demikian juga seorang
anak, untuk menggapai cita-citanya dia harus rela mendisiplinkan diri dan waktunya
untuk belajar, bermain, ibadah dan istirahat. Tanpa kedisiplinan, keteraturan hidup
susah tercapai.
 Kasih sayang. Keajaiban dari kekuatan besar yang dinamakan cinta yang merupakan
anugrah dari Allah SWT. Sejatinya, kekuatan besar tersebut melandasi seluruh aspek
kehidupan berkeluarga, karena dengan cinta sesuatu yang berat akan terasa mudah.

4) Akhlak Kepada Lingkungan Hidup

Alam adalah segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi beserta isinya, selain
Allah. Allah melalui Al-Qur’an mewajibkan kepada manusia untuk mengenal alam semesta
beserta isinya. Manusia sebagai khalifah diberi kemampuan oleh Allah untuk mengelola
bumi dan mengelola alam semesta ini. Manusia diturunkan ke bumi untuk membawa rahmat
dan cinta kasih kepada alam seisinya. Oleh karena itu, manusia mempunyai tugas dan
kewajiban terhadap alam sekitarnya, yakni memakmurkan, mengelola, dan melestarikan
alam, sebagaimana firman-Nya: “Dia menciptakan kalian dari bumi dan menjadikan kalian
sebagai pemakmurnya.” (Q: Hud : 61)

2.2 Ringkasan Buku Pembanding 1

BAB 1 PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP FILSAFAT ISLAM

A. Pengertian Filsafat
Secara etimologis, kata filsafat (philosophy) diambil dar perkataan Yunani : Philo
(suka, cinta) dan sophia (kebijaksanaan). Jadi “philosophia” berarti cinta kepada
kebijaksanaan atau cinta kepada kkebenaran. Berdasarkan makna etimologis ini, seorang
yang ahli filsafat (filosof) adalah orang yang dalam hidupnya sangat mencintai
kebijaksanaan, kebenaran dan pengetahuan.

B. Latar Belakang Munculnya Filsafat Islam


Munculnya filsafat dalam dunia islam dilatarbelakangi oleh dua faktor. Pertama,
faktor eksternal. Ketika Aleksander Ynag Agung datang ke Timur Tengah pada abad IV
SM, ia tidak hanya datang membawa kaum militer untuk meluaskan daerah kekuasannya
ke luar Masedonia, tetapi juga membawa kaum sipil untuk menanamkan kebudayaan
Yunani di daerah-daerah yang dimasukinya.

C. Isu-Isu Penting Dalam Filsafat Islam


1. Keesaan Tuhan (Tauhid) : Berdasarkan pengaruh faktor eksternal dan internal
tersebut, maka dalam panggung sejarah pemikiran Islam lahir teologi rasional yang
dipelopori kaum Mu’tazilah.

2. Jiwa Manusia : Selain soal kemahaesaan Tuhan, topik lain yang dibahas para filosof
Islam adalah soal jiwa manusia (al-nafs).

D. Filsafat Dalam Pandangan Ulama


Dalam dunia Islam, filsafat hanya dijadikan sebagai alat atau sarana bagi
pengembangan ilmu-ilmu keislaman. Kedudukan filsafat yang demikian sangat terkait
dengan posisi teologi Islam yang menurut L. Gardet sebagai teologi defensif. Artinya,
teologi hanya diperlukan bila dalil-dalil agama diragukan oleh orang dalam atau diserang
dari luar.

E. Hubungan antara Filsafat dan Agama


Kehadiran islam sebagai agama yang menkhobatkan janji keselamatan daan
kebahagiaan abadi turut pula menyuguhkan pandangan dunia yang mampu memaknai
ayat-ayat eksitensi. Agama di satu sisi menuntun keimanan dan ketundukan mutlak,
semetarafilsafat di sisi lain dibangun di atas kebebasan berpikir manusia. Filsafat dimulai
dengan rasa heran dan takjub atas fenomena yang dihadap yang kemudia membakar
hasrat keinginantahuan manusia untuk menembus rahasia realitas yang meliputinya.
Misalnya, misteri tentang hakikat dirinya, mencari tahu akan keberlanjutan hidupnya
nanti, dan menyingkap makna di setiap ayat keberadaan.

BAB II FILSAFAT DITENGAH PERKEMBANGAN ILMU – ILMU


KEISLAMAN

A. Peta Perkembangan Ilmu-Ilmu Keislaman Klasik


Era klasik merupakan era penyususnan, pembentukan pemantapan dan
pemapanan ajaran-ajaran doktrinal dan normatif setiap agama kharismaik. Dalam upaya,
ulama yang diklaim sebagai pewaris nabi memiliki peran yang sentral dan signifikan.

1) Aspek Teologi
Secara historis, aliran teologis yang pertama kali muncul adalah khawarij yang
secra aliteral berarti pembelot atau pemberontak. Aliran ini dituduh sebagai kelompok
Islam pertaama yang menandai perpecahan aktif dalam dunia Islam karena mereka
melawanAli pada tahun 38/658. Disamping itu, pemimpin-pemimpin Khawarij juga
cenderung membicarakan secara sistetamatis tentang religio-moral. Mereka umumnya
menuntut tingkah laku yang baik, khusunya di sektor publik dan bagian otoritas
administratif aatau sulthan. Kesalahan, kekliruan atau dosa besar menuntut penyesalan
(tobat) dengan segera. Jika penguasa tidak menyatakan penyesalan, maka “pemungkiran”
atau penolakan adalah satu-satunya alternatif yang mengakibatkan perlunya perjuangan
aktif untuk perbaikan urusan negara.

2) Aspek Hukum
Langkah sistematis terhadap rumusan hukum Islam pada periode klasik
bersamaan dengan sistematisi pemikiran Islam klasik yang lain yang mendapat pengaruh
pemikiran filsafat Yunani, sehingga tema-tema yang muncul pada periode klasik ini
berkaitan dengan posisi dan peran akal dan wahyu, akibatnya muncul polaritas ganda
antara pilihan sikap rasional dan sikaap tradisional.

3) Aspek Tasawuf
Pada awalnya, tasawuf merupakan sebuah gerakan pembaharuan terhadap kondisi
masyarakat Islam saat itu yang hidup dengan kemewahan dan kemegahan berkat
kekayaan yang diperoleh dari penaklukan, sehingga pada pola hidup sederhana
masyarakat Arab diubah menjadi kehidupan istana Damaskus yang pada gilirannya akan
mengancam moral agama dan ummat.

B. Eksistensi Filsafat Di Tengah Persaingan Ideologis dan Intelektual


Filsafat merupakan wacana ideologis militan, yang mempunyai komitmen
pengabdian pada pengetahuan, kemajuan serta konsep dinamika masyarakat. Karena itu,
musuh-musuh yang menjadi lawan filsafat selalu datang dari unssur masyarakat yang
bersifat reaksioner dan konservatif, dan kebanyakan berangkat dari kesadaran etnik atau
kepentingan kelas yang melaksanakan sejarah untuk berjalan mundur.

BAB III TOKOH-TOKOH FILSAFAT ISLAM (Wilayah Baghdad)

1) Al-Kindi
Nama lengkapnya Abu Yusuf, Ya’kub bin Ishak Al-Sabbah bin Imran bin Al-
Asha’ath bin Kays Al-Kindi. Beliau biasa disebut Ya’kub, lahir pada tahun 185 H (801
M) di Kufah.Keturunan dari suku Kays, dengan gelar Abu Yusuf (bapak dari anak yang
bernama Yusuf) nama orang tuanya Ishaq Ashshabbah, dan ayahnya menjabat gubernur
di Kufah, pada masa pemerintahan Al-Mahdi dan Harun Al-Rasyid dari Bani Abbas.
Nama Al-Kindi adalah merupakan nama yang diambil dari nama sebuah suku, yaitu :
Banu Kindah. Banu Kindah adalah suku keturunan Kindah, yang berlokasi di daerah
selatan Jazirah Arab dan mereka ini mempunyai kebudayaan yang tinggi.
Al-Kindi mengarang buku-buku yang menganut keterangan Ibnu Al-Nadim buku
yang ditulisnya berjumlah 241 dalam bidang filsafat, logika, arithmatika, astronomi,
kedokteran, ilmu jiwa, politik, optika, musik, matematika dan sebagainya. Dari karangan-
karangannya, dapat kita ketahui bahwa Al-Kindi termasuk penganut aliran Eklektisisme;
dalam metafisika dan kosmologi mengambil pendapat Aristoteles, dalam psikologi
mengambil pendapat Plato, dalam hal etika mengambil pendapat Socrates dan Plato.

2) Hubungan Filsafat Dan Agama


Dengan melihat konteks historis ini , kita bisa menilai bahwa filsafat tidak pernah
menjadi kemewahan intelektual dalam masyarakat islam .Secara de facto , sejak
kelahirannya ia menjadi sebuah wacana ideologis yang militan . Al-kindi terlibat secara
langsung dalam konflik ideologi yang muncul pada masanya antara Mu’tazilah yang saat
itu mempresentasikan ideologi negara pada sastu sisi , dengan penganut gnotis (‘irfan )
dan penganut sunni pada sisi yang lain.

3) Teori Pengetahuan
Pendapat Al-Kindi mengenai paralisme agama dan filsafat ini kemudian
mengpengaruhi pandanganya dalam melihat pengetahuan.Menurut Al-kindi, pengetahuan
dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok .Pertama , pengetahuan Ilahi ( Ilmu al-
ilahi,Divine Science ) sebagaimana yang tercantum dalam al-quran yaitu pengetahuan
langsung yang diperoleh Nabi dai Tuhan.

4) Penemuan Ilmiah dan Pemikiran Al-Kindi


Al-Kindi adalah seorang ilmuwan besar yang setara dengan Ibnul Haitsam dan
Al-Biruni.Dia memiliki pemikiran besar yang mungkin mengungguli penemuan para
ilmuwan besar lainnya sepanjang sejarah. Kalau saja dia tidak hidup pada masa itu,
barangkali peradaban Islam tidak akan semaju waktu itu. Demikian juga pada masa Ibnul
Haitsam, Al-Biruni, Al-Karakhi dan Ibnu Sina. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa
perkembangan peradaban terjadi karena pergerakan yang selalu bertambah atau dengan
kata lain ada kerja berkesinambungan yang terus-menerus dilakukan antar generasi.
Sebagaimana pada saat itu, Arab tidak memiliki karya besar terjemah sebelumnya.

BAB IV TOKOH – TOKOH FILSAFAT ISLAM (Wiliyah Andalusia)

A. Ibnu Bajah
Ibnu Bajjah (‫ )نبا ةجاب‬atau lengkapnya Abu Bakar Muhammad bin Yahya bin ash-
Shayigh (‫ )وبأ ركب دمحم نب ىيحي نب غياصال‬merupakan filsuf dan dokter Muslim Andalusia
yang dikenal di Barat dengan nama Latinnya, Avempace. Ia lahir di Saragossa di tempat
yang kini bernama Spanyol dan meninggal di Fez pada 1138. Pemikirannya memiliki
pengaruh yang jelas pada Ibnu Rushdi dan Yang Besar Albert.Kebanyakan buku dan
tulisannya tidak lengkap (atau teratur baik) karena kematiannya yang cepat.Ia memiliki
pengetahuan yang luas pada kedokteran, Matematika, dan Astronomi. Sumbangan
utamanya pada filsafat Islam ialah gagasannya pada Fenomenologi Jiwa, namun
sayangnya tak lengkap.Ekspresi yang dicintainya ialah Gharib (‫ )بيرغ‬dan Motivahhed
(‫)حوتم‬, ekspresi yang diakui dan terkenal dari Gnostik Islam.
Para ahli sejarah memandangnya sebagai orang yang berpengetahuan luas dan
mampu dalam berbagai ilmu.Fath ibnu Khayan yang telah menuduh Ibnu Bajjah sebagai
ahli bid’ah dan mengecam pedas dalam karyanya (Qawa’id al-Iqyan) pun mengakui
kekuasaan ilmu pengetahuannya dan tidak pernah meragukan kepandaiannya.Ibnu Bajjah
menguasai sastra, tata bahasa, dan filsafat kuno.Oleh tokoh-tokoh sezamannya, Ibnu
Bajjah disejajarkan dengan al-Syam al-Rais Ibnu Sina. Beberapa karya Ibnu Bajjah
adalah:

Filsafat al-Wada’, berisi tentang ilmu pengobatan


Tardiyyan, berisi tentang syair pujian
Kitab an-Nafs, berisi tentang catatan dan pendahuluan dalam bahasa Arab
Tadbir al-Mutawahhid, rezim satu orang
Risalah-risalah Ibnu Bajjah yang berisi tentang penjelasan atas risalah-risalahal-
Farabi dalam masalah logika
Majalah al-Majama’ al-Ilm al-Arabi
Pandangan-pandangan Filosofis Ibnu Bajah

2.3 Ringkasan Buku Pembanding 2

Imam Al-Gazali menyatakan mengenai akhlak adalah sebagai berikut


“Sesungguhnya akhlak itu adalah kemauan yang kuat tentang sesuatu yang dilakukan
berulang-ulang sehingga menjadi adat yang membudaya yang mengarah kepada
kebaikan, dan sesungguhnya akhlak adalah hal ihwal yang melekat pada jiwa dalam
wujud tindakan dan perilaku”.
Berbicara mengenai Akhlak Islami, maka berikut ini adalah 10 indikator akhlak
pribadi Islami yang dinyatakan oleh Imam Ahmad Al-Ghazali (dalam buku Srijanti, dkk,
2006 : 89-132), yang harus dimengerti dan dijalankan oleh pribadi muslim, sehingga
perilaku dan adatnya sesuai dengan kaidah agama, yang merupakan kunci sukses pribadi
Islam.
1. Jujur
Jujur dapat diartikan adanya kesesuaian/keselarasan antara apa yang
disampaikan/diucapkan dengan apa yang dilakukan/kenyataan yang ada. Kejujuran juga
memiliki arrti kecocokan dengan kenyataan atau fakta yang ada. Lawan kata dari
kejujuran adalah dusta, dimana dusta adalah apa yang diucapkan dan diperbuat tidak
sesuai dengan apa yang dibatinnya, dan tidak sesuai dengan kenyataan. Dusta juga dapat
berarti tidak berkata sebenarnya, dan menyembunyikan yang sebenarnya.
Di dalam Al-Quran, juga sangat dianjurkan untuk berbuat jujur sebagaimana
Firman Allah SWT yang artinya “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada
Allah dan hendaklah kamu bersama-sama orang yang benar” (Q: At-Taubah: 119).
Berdasarkan Tafsir Ibnu Sa’di, maksud ayat ini adalah menjadikan semua orang untuk
jujur dalam ucapan mereka (tidak berbohong dengan alasan apapun), dalam perbuatan
dan segala keadaan (tidak berbohong dalam kondisi apapun). Sehingga setiap orang
menjadi ucapan/perkataannya jujur (sesuai dengan batin dan fakta), perbuatan terbebas
dari kemalasan, kebosanan sehingga selamat dari hal-hal yang buruk, dan selalu berbuat
dengan niat ikhlas dan baik.
Rasulullah juga bersabda mengenai pentingnya kejujuran sebagaimana
diriwayatkan oleh Hakim bin Hizam ”Senantiasalah kalian jujur, karena sesungguhnya
kejujuran itu membawa kepada kebajikan, dan kebajikan kepada surga. Seseorang yang
senantiasa jujur dan berusaha selalu jujur, akhirnya ditulis Allah sebagai orang yang
selalu jujur. Dan jauhilah kedustaan karena kedustaan itu membawa kepada
kemaksiatan, dan kemaksiatan membawa ke neraka. Seseorang yang senantiasa berdusta
dan selalu berdusta, hingga akhirnya ditulis disisi Allah sebagai seorang pendusta”.
Ada tiga tingkatan kejujuran, yakni :
1) Pertama, jujur kepada diri sendiri. Dapat dimulai dengan jujur dalam niat dan
kehendak. Setiap keinginan pada diri sendiri harus didasarkan niat yang baik dan
mengharapkan ridho Allah. Jujur pada diri sendiri harus dimulai dari mengenal diri
sendiri, mengenal kelemahan, mengenal kelebihan, mengenal kebutuhan, dan
mengenal keinginan.
2) Kedua, jujur kepada sesama. Dapat dimulai untuk menyampaikan dan berbuat
sebagaimana mestinya, menyampaikan fakta dengan benar dan tidak berbohong
atau berdusta. Jujur terhadap sesama iini dapat dilakukan dengan membuat
pertaggungjawaban terhadap setiap tanggungjawab yang diberikan baik itu
wewenang atau tugas, uang, amanah/pesan, dan lain-lain.
3) Ketiga, jujur kepada Allah yang merupakan tingkatan jujur yang paliing rendah.
Jujur kepada Allah diwujudkan adanya rasa pengharapan, cinta dan tawakal pada
setiap niat, ucapan, dan perbuatan. Ikhlas dalam melakukan seluruh kewajiban yang
ditentukan Allah denngan haraoan mendapat ridho-Nya.
2. Percaya Diri
Pengertian percaya diri atau tawadhu adalah merendahkan hati atau diri tanpa
harus menghinakannya atau meremebkan harga diri sehingga orang lain berani
menghinanya dan menganggap ringan. Lawan sikap percaya diri adalah Takabur, yaitu
sikap merasa dirinya lebih tinggi, lebih mampu, dan lebih sempurna daripada orang lain,
sedangkan pada kenyataannya tidak.
Terkait dengan percaya diri dan tidak berbuat sombong, Allah SWT berfirman
yang artinya “Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong” (Q: An-
Nahl: 23) dan “Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-
Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina” (Q: Al-Mu’min: 60.
Rasulullah bersabda (dalam Kanzul Unmal, Juz II, Hal. 25) yang artinya
“Sesungguhnya Allah SWT telah mewahyukan kepadaku agar kamu semua bertawadhu
sehingga tidak ada yang sombong terhadap yang lainnya dan tidak ada seorang
menganiaya lainnya”, “Orang-orang yang sombong dan orang-orang yang sewenang-
wenang kepada orang lain, pada hari kiamat akan dikumpulkan seperti butir-butir debu.
Mereka diinjak-injak oleh para manusia, disebabkan mereka hina di sisi Allah SWT”.
3. Bekerja Keras
Al-Hufiy (dalam Keteladanan Akhlak Rasul) menyatakan bahwa “Islam
membenci pengangguran, kemalasan, dan kebodohan karena hal itu merupakan maut
yang lambat laun akan mematikan semua daya kekuatan dan menjadi sebab kerusakan
dan keburukan di dunia dan akhirat.
Terkait dengan bekerja keras, Allah SWT berfirman yang artinya “Apabila telah
ditunaikan sholat, maka bertebaranlah kamu dimuka bumi, dan carilah karunia Allah
dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung” (Q: Al-Jumuah: 10).
Rasulullah SAW juga bersabda yang artinya “Sesungguhnya sebaik-baik yang dimakan
seseorang ialah hasil dari pekerjaannya sendiri”. Dua orang lelaki datang kepada Rasul
SAW untuk meminta bagian dari sedekah. Kemudian Rasul memperhatikan keduanya.
Mereka berdua dianggap oleh beliau orang yang kuat, lalu beliau berkata “Bila kamu
mau, aku akan memberimu. Akan tetapi, dalam sedekah ini, tidak ada bagian bagi orang
yang kaya atau orang yang masih kuat bekerja”.
4. Menghargai Waktu
Terkait dengan menghargai waktu, Allah SWT berfirman yang artinya “Demi
masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam keadaan merugi, kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasehat menasehati
supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran” (Q:
Al-Ashr: 1-3).
Rasulullah bersabda yang artinya “Pergunakanlah lima kesempatan sebelum
datang lima kesempatan yang lain : kehidupanu sebelum datang kematianmu,
kesehatanmu sebelum datang sakitmu, kelonggaranmu sebelum datang kesibukanmu,
masa mudamu dalam datang masa tuamu, dan masa kayamu sebelum datang masa
miskinmu”.
5. Berfikir Positif
Allah berfirman dalam Al-Quran Surah Al-Hujurat ayat 12 yang artinya, “Hai
orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya
sebagian dari prasangka itu dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang
lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukalah salah
seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati ? maka tentulah
kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.
Dari ayat tersebut, Allah melarang untuk berfikir negatif, berprasangka buruk,
mencari-cari kesalahan orang lain atau menggunjingkan orang lain. Terhadap orang
islam yang telah meninggal, juga dilarang membuka aibnya. Oleh sebab itu, umat Islam
harus mulai merancang aktivitas yang produktif dan selalu bekerja keras, sehingga tidak
mempunyai waktu luang untuk menggosip.
6. Memiliki Harga Diri
Untuk meningkatkan harga diri, manusia tidak boleh sombong atau riya, tetapi
harga diri dibangun melalui berbagai usaha kepada kebaikan yang udah ditentukan Allah,
sebagaimana firman-Nya :”Barang siapa membawa amal baik maka baginya pahala
sepuluh kali lipat amalnya dan barangsiapa membawa perbuatan yang jahat maka dia
tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatanya, sedang mereka
sedikitpun tidak dianiaya. (Q. Al-An’aam: 160).
Berdasarkan ayat tersebut, kita semua memulai dari menghargai diri sendiri dapat
dilakukan dengan melakukan perbuatan baik, dan menghindarkan perbuatan yang
berdosa dan nista. Apabila setiap manusia banyak berbuat baik, maka Allah akan
memberikan pahala dan kehormatan sebagai manusia.
7. Mandiri
Menjadi manusia mandiri adalah manusia yang memiliki harga diri. Mandiri
adalah sumber percaya diri. Tentang kemandirian manusia, Allah SWT berfirman yang
artinya “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum hingga mereka
berusaha mengubahnya sendiri” (Q: Ar-Ar’d: 11). Kita diberi kemampuan oleh Allah
untuk merubah nasib kita sendiri dan tidak bergantung pada orang lain, ini berarti kita
harus mandiri dalam mengarungi hidup ini.
8. Hemat atau Hidup Sederhana
Hidup hemat adalah sikap hidup yang mengendalikan diri sendiri untuk
mencukupkan kebutuhannya, sehingga tidak boros dan tidak kikir. Terkait hidup hemat,
Allah SWT berfirman yang artinya “Dan orang-orang yang membelanjakan harta
mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak pula kikir, dan adalah pembelanjaan itu di
tengah antara yang demikian” (Q: Al- Furqan:67). “Hai anak Adam, pakailah
pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, dan
jangannlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-
lebihan” (Q: Al-A’raf: 37).
9. Memelihara Amanah
Terkait dengan amanah, Allah SWT berfirman yang artinya “Hai orang-orang
yang beriman, janganlah kamu menghianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga)
janganlah kamu menghianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang
kamu mengetahui” (Q: Al-Anfal: 27).
10. Bersyukur
Terkait dengan bersyukur, Allah SWT berfirman yang artinya “Sesungguhnnya
jika kamu bersyukur pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azabku sangat pedih” (Q: Ibrahim: 7).
“Dan Kami akan membalas orang-orang yang bersyukur” (Q: Ali Imran: 145).
BAB III
KAJIAN PUSTAKA

3.1 Latar Belakang Masalah yang akan dikaji


Membaca adalah kegiatan yang sangat mendatangkan banyak manfaat. Mereka yang
gemar membaca buku akan mendapatkan banyak informasi sehingga memperluas wawasan dan
pengetahuan mereka serta mempunyai kecenderungan bijak untuk menghadapi permasalahan.
Selain membaca, pembaca juga seharusnya memiliki kemampuan atau keterampilan dalam
mengulas buku baik secara sederhana hingga secara utuh dan kompleks.
Resensi buku berasal dari bahasa Latin yaitu revidere yang artinya pertimbangan atau
pembicaraan tentang buku. Dalam KBBI disebutkan bahwa resensi merupakan ulasan buku. Jadi
resensi adalah uraian singkat mengenai isi suatu buku, majalah, novel, drama atau film. Adapun
tindakan meresensi adalah memberikan suatu penilaian, membahas, mengkritik atau
mengungkapkan kembali isi di dalamnya.
Menulis resensi berarti menyampaikan informasi mengenai ketepatan buku bagi
pembaca. Ulasan dikaitkan dengan selera pembaca dalam upaya memenuhi kebutuhan akan
bacaan yang dapat dijadikan acuan bagi kepentingannya. Tujuan meresensi adalah untuk
memberikan suatu pemahaman dan informasi secara komprehensif kepada masyarakat atau
pembaca tentang isi buku yang diresensi dan mengajak pembaca untuk mendiskusikanlebih jauh
tentang masalah yang ada dalam buku.
Resensi memberikan gambaran umum bagi pembaca terkait dengan buku dan memuat
deskripsi buku baik judul hingga sistematika penyusunan buku. Resensi dapat juga berupa
sinopsis atau cuplikan dari keseluruhan buku yang dapat mempermudah pembaca dalam
mengetahui dan memahami buku secara utuh. Dengan melakukan resensi pada buku maka dapat
dilihat kelebihan maupun kelemahan buku, juga melakukan ulasan terhadap buku agar pembaca
dapat mengetahui isi buku tanpa harus membaca buku secara keseluruhan.
Dengan menggunakan resensi juga dapat diketahui bagaimana cara mengatasi atau
memperbaiki kelemahan yang terdapat dalam buku sebaliknya, meningkatkan kualitas buku
melalui perbaikan-perbaikan. Dengan melakukan resensi, selain dapat diketahui kelebihan dan
kelemahan namun juga dapat dilihat buku secara deskriptif dan informatif.

3.2 Permasalahan yang akan dikaji


Dalam sebuah buku sudah pasti memiliki kelebihan dan kekurangan didalamnya. Untuk
itu diperlukan resensi sebagai perbandingan buku untuk melihat kelebihan dan kekurangan
tersebut serta memperbaikinya. Buku yang dibandingkan ada 3 yaitu buku karangan Dr. H.
Husnel Anwar Matondang, M.Ag.(Ed) berjudul Islam Kaffah yang diterbitkan pada tahun
2017, buku karangan Dr. Ilyas Supena, M. Ag yang berjudul Filsafat Islam yang diterbitkan
pada tahun 2013 dan terakhir buku karangan Srijanti, Purwanto S.K, Wahyudi Pramono berjudul
Etika MembangunMasyarakat Modern yang diterbitkan pada tahun 2006
Kita bisa melihat bahwa ketiga buku tersebut diterbitkan pada tahun yang berbeda.
Apakah dengan perbedaan tahun terbit tersebut menjadi pengaruh perbandingan signifikan
dalam kualitas penulisan maupun kualitas isi. Penulisan perbandingan tidak sebatas pada isi
buku saja, tetapi sistematika penulisan, gaya bahasa, bahkan ilustrasi hal-hal intrinsik buku.
3.3 Kajian teori yang digunakan/konsep yang digunakan
Kajian teori yang digunakan didalam merensi buku adalah teori studi literatur. Dimana
studi literatur dapat diartikan cara yang dipakai untuk menghimput data-data atau sumber-
sumber yang berhubungan dengan topik yang diangkat dalam suatu penelitian.

3.4 Metode yang digunakan


Metode yang digunakan dalam merensi buku adalah metode kualitatif dan metode
kuantitatif.

3.5 Analisis Critical Book Report

Anda mungkin juga menyukai