Anda di halaman 1dari 21

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pelayanan keperawatan merupakan bagian penting dalam pelayanan kesehatan yang
bersifat komprehensif meliputi biopsikososiokultural dan spiritual yang ditujukan
kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, baik dalam keadaan sehat
maupun sakit dengan pendekatan proses keperawatan. Pelayanan keperawatan yang
berkualitas didukung oleh pengembangan teori dan model konseptual keperawatan.
Perlu diyakini bahwa penerapan suatu teori keperawatan dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan akan berdampak pada peningkatan kualitas asuhan keperawatan.
Pelayanan keperawatan sebagai pelayanan profesional akan berkembang bila didukung
oleh teori dan model keperawatan serta pengembangan riset keperawatan dan
diimplementasikan di dalam praktek keperawatan.
Asuhan keperawatan merupakan pendekatan ilmiah dan rasional dalam
menyelesaikan masalah keperawatan yang ada, dengan pendekatan yang dilakukan
tersebut bentuk penyelesaian masalah keperawatan dapat terarah dan terencana dengan
baik, dimana dalam asuhan keperawatan terdapat beberapa tahap yaitu pengkajian,
penegakkan diagnosa, perencanaan, implimentasi tindakan, dan evaluasi.
Profesi keperawatan mengenal empat tingkatan teori, yang terdiri dari meta theory,
grand theory, middle range theory, dan practice theory. Teori-teori tersebut
diklasifikasikan berdasarkan tingkat keabstrakannya, dimulai dari meta theory sebagai
yang paling abstrak, hingga practice theory sebagai yang lebih konkrit. Level ke empat
dari teori tersebut (metatheory) adalah teori dengan level tertinggi dan dijelaskan
dengan prefix “meta”, yang berarti “perubahan pada posisi”, “diluar”, pada level
tertinggi, atau “melebihi” dan merujuk pada body of knowledge tentang body of
knowledge atau tentang suatu bidang pembelajaran seperti metamatematika
(Krippendorf 1986 dalam Sell dan Kalofissudis, 2004). Model konseptual keperawatan
dikembangkan oleh para ahli keperawatan dengan harapan dapat menjadi kerangka
berpikir perawat, sehingga perawat perlu memahami konsep ini sebagai kerangka
konsep dalam memberikan askep dalam praktek keperawatan.
Teori Middle Range yang merupakan level kedua dari teori keperawatan akan
dibahas lebih jauh dalam makalah ini.

1.2 Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk menjelaskan konsep middle range theory
dan beberapa teori didalamnya yang dikembangkan oleh beberapa tokoh keperawatan.
1.3 Sistematika Penulisan
Dalam makalah ini akan dibahas:

a. Definisi Middle Range Theories


b. Perbandingan dengan Level Teori yang lain

Pengelompokan Teori :

a. Ciri Middle Range Theory


b. Perkembangan middle range theory
c. Penggunaan middle range theory
d. Tokoh-tokoh middle range theory
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Middle Range Theories


Middle range theories dapat didefinisikan sebagai serangkaian ide/ gagasan yang
saling berhubungan dan berfokus pada suatu dimensi terbatas yaitu pada realitas
keperawatan (Smith dan Liehr, 2008).
Teori-teori ini terdiri dari beberapa konsep yang saling berhubungan dan dapat
digambarkan dalam suatu model. Middle range theories dapat dikembangakan pada
tatanan praktek dan riset untuk menyediakan pedoman dalam praktik dan
riset/penelitian yang berbasis pada disiplin ilmu keperawatan.

2.2 Perbandingan dengan Level Teori yang lain


Dalam lingkup dan tingkatan abstrak, middle range theory cukup spesifik untuk
memberikan petunjuk riset dan praktik, cukup umum pada populasi klinik dan
mencakup fenomena yang sama. Sebagai petunjuk riset dan praktek, middle range
theory lebih banyak digunakan dari pada grand theory, dan dapat diuji dalam pemikiran
empiris.
Teori Middle-Range memiliki hubungan yang lebih kuat dengan penelitian dan
praktik. Hubungan antara penelitian dan praktik menurut Merton (1968), menunjukkan
bahwa Teori Mid-Range amat penting dalam disiplin praktik, selain itu Walker and
Avant (1995) mempertahankan bahwa mid-range theories menyeimbangkan
kespesifikannya dengan konsep secara normal yang nampak dalam grand teori.
Mid-range teori memberikan manfaat bagi perawat, mudah diaplikasikan dalam
praktik dan cukup abstrak secara ilmiah.Teori Middle Range, tingkat keabstrakannya
pada level pertengahan, inklusif, diorganisasi dalam lingkup terbatas, memiliki
sejumlah variabel terbatas, dapat diuji secara langsung.
Kramer (1995) mengatakan bahwa mid-range theory sesuai dengan lingkup
fenomena yang relatif luas tetapi tidak mencakup keseluruhan fenomena yang ada dan
merupakan masalah pada disiplin ilmu.
Bila dibandingkan dengan grand teori, middle range theory ini lebih konkrit.
Merton (1968) yang berberperan dalam pengembangan middle range theory,
mendefinisikan teori ini sebagai sesuatu yang minor tetapi penting dalam penelitian dan
pengembangan suatu teori.
Sependapat dengan Merton, beberapa penulis keperawatan mengemukakan
middle range theory jika dibandingkan dengan grand theory:
a. ruang lingkupnya lebih sempit
b. lebih konkrit, fenomena yang disajikan lebih spesifik
c. terdiri dari konsep dan proposisi yang lebih sedikit
d. merepresentasikan bidang keperawatan yang lebih spesifik/ terbatas
e. lebih dapat diuji secara empiris
f. lebih dapat diaplikasikan secara langsung dalam tatanan praktik

2.3 Pengelompokan Teori


Berdasarkan pengelompokkannya Middle Range Theory dikelompokkan oleh
beberapa penyusun buku menurut:

2.3.1. Peterson & Bredow (2004) mengklasifikasikan middle range theories ke


dalam tipe-tipe :
a. Tipe fisiologis
b. Tipe kognitif
c. Tipe emosional
d. Tipe sosial
e. Tipe integrative
2.3.2. Tomey & Alligood (2006), berdasar tema masing-masing teori:
a. Illness trajectory (Wiener & Dodd, 1993)
b. Tidal Model (Phil Barker, 2001)
c. Comfort (Kolcaba, 1992)
d. Peacefull end of life (Ruland & More, 1998) dan sebagainya

2.4 Ciri Middle Range Theory

2.4.1. Menurut Mc. Kenna h.p. (1997) :


a. Bisa digunakan secara umum pada berbagai situasi
b. Sulit mengaplikasikan konsep ke dalam teori
c. Tanpa indikator pengukuran
d. Masih cukup abstrak
e. Konsep dan proposisi yang terukur
f. Inklusif
g. Memiliki sedikit konsep dan variabel
h. Dalam bentuk yang lebih mudah diuji
i. Memiliki hubungan yang kuat dengan riset dan praktik
j. Dapat dikembangkan secara deduktif, retroduktif. Lebih sering secara
induktif menggunakan studi kualitatif
k. Mudah diaplikasikan ke dalam praktik, dan bagian yang abstrak
merupakan hal ilmiah yang menarik
l. Berfokus pada hal-hal yang menjadi perhatian perawat.
m. Beberapa di antaranya memiliki dasar dari grand teori
n. Mid-range theory tumbuh langsung dari praktik.
2.4.2. Menurut Meleis, A. I. (1997) :
a. Ruang lingkup terbatas,
b. Memiliki sedikit abstrak,
c. Membahas fenomena atau konsep yang lebih spesifik, dan
d. Merupakan cerminan praktik (administrasi, klinik, pengajaran)

2.4.3. Menurut Whall (1996) :


a. Konsep dan proposisi spesifik tentang keperawatan
b. Mudah diterapkan
c. Bisa diterapkan pada berbagai situasi
d. Proposisi bisa berada dalam suatu rentang hubungan sebab
akibat

2.5 Perkembangan middle range theory


Liehr & Smith (1999) menjelaskan bahwa perkembangan middle range
theory bersumber pada proses intelektual yang meliputi:
a. Teori induktif yang membangun teori melalui riset
b. Teori deduktif yang berasal dari grand theory
c. Kombinasi dari teori keperawatan dan non keperawatan
d. Sintesa teori yang berasal dari penelitian yang telah terpublikasi
e. Mengembangkan teori dari pedoman praktik klinik
Beberapa teori keperawatan yang sudah berkembang, telah dikombinasikan
dengan teori dari disiplin ilmu lain untuk membentuk middle range theory.
Sebagian besar Middle range theory bersumber pada penemuan dari penelitian yang
telah terpublikasi.

2.6 Penggunaan middle range theory


Middle range theory telah digunakan dalam bidang praktik dan penelitian.
Teori ini mampu menstimulasi dan mengembangkan pemikiran rasional dari
penelitian.serta membimbing dalam pemilihan variable dan pertanyaan
penelitian.(Lenz,1998.p.26) Middle range Teori dapat membantu praktik dengan
memfasilitasi pemahaman terhadap perilaku klien dan memungknkan untuk
menjelaskan beberapa efektifitas dari intervensi.
Review terhadap beberapa penelitian yang dipublikasikan mengungkapkan
penggunaan Middle Range Teori dalam penelitian keperawatan masih cukup luas.
Dan sebagian besar Middle Range Teori berasal dari disiplin ilmu lain.Hal ini
sangat jelas ketika kita membandingkan seberapa sering Middle Range Teori dan
Grand Teori dikutip dalam literatur penelitian keperawatan. Dari 173 penelitian,
yangdiidentifikasi menggunakan teori adalah 79 (45%). Dan dari 79 penelitian
tersebut diidentifikasi hanya 25 penelitian yang benar-benar menggunakan teori
keperawatan dan 54 lainnya menggunakan mengadopsi dari disiplin ilmu lainnya
dan kebanyakan dari ilmu psikologi.

2.7 Kontroversi Tentang Middle Range Teori


Identifikasi middle Range Teori telah cukup jelas.Disisi lain ,Chenitz,
seorang penulis utama dari Entry into a Nursing Home as Status
Passage,memasukan teori ini ke dalam praktikal teori ini., sedangkan yang lainnya
memasukkan kedalam middle range teori. Dalam analisis dasar Middle Range Teori
“ Pertanyaan tentang Middle Range teori bukanlah merupakan sesuatu pernyataan
hitam dan putih namun memiliki definisi yang jelas. Middle Range Teori
mengandung nilai abstrak, tidak terlalu luas namun juga tidak terlalu sempit, tetapi
berada pada kondisi dipertengahan.Untuk mencegah salah penafsiran dalam
pemahaman terhadap teori, para penemu teori harus memberikan Identitas Teori
terhadap komponen konsep dalam teori tersebut.
Ketidakakuratan dari middle range teori hanya salah satu dari sekian banyak
kritik terhadap teori ini. Selain hal tersebut, ketidakjelasan definisi middle range
teori telah dikritisi untuk membedakannya dengan Grand Teori,karena mampu
untuk diuji meggunakan ide postif –logis.

2.8 Tokoh-tokoh middle range theory

2.8.1. Ramona T. Mercer


Ramona T. Mercer mengembangkan Salah satu model konseptual keperawatan
yang mendasari keperawatan meternitas yaitu Maternal Role Attainment-Becoming a
Mother. Fokus utama dari teori ini adalah gambaran proses pencapaian peran ibu dan
proses menjadi seorang ibu dengan berbagai asumsi yang mendasarinya. Model ini juga
menjadi pedoman bagi perawat dalam melakukan pengkajian pada bayi dan
lingkungannya, digunakan untuk mengidentifikasi kebutuhan bayi, memberikan bantuan
terhadap bayi dengan pendidikan dan dukungan, memberikan pelayanan pada bayi yang
tidak mampu untuk melakukan perawatan secara mandiri dan mampu berinteraksi
dengan lingkungannya.
Konsep teori Mercer ini dapat diaplikasikan dalam perawatan bayi baru lahir
terutama pada kondisi psikososial dan emosional bayi baru lahir masih sering
terabaikan. Model konseptual Mercer memandang bahwa sifat bayi berdampak pada
identitas peran ibu. Respon perkembangan bayi baru lahir yang berinteraksi dengan
perkembangan identitas peran ibu dapat diamati dari pola perilaku bayi.
Model pencapaian peran maternal yang dikemukakan oleh Mercer dengan
menggunakan konsep Bronfenbrenner’s (1979) memperlihatkan bagaimana lingkungan
berpengaruh terhadap pencapaian peran ibu.
2.8.2. Katharine Kolcaba
Kolcaba mengembangkan Teori Kenyamanan melalui tiga jenis pemikiran logis
antara lain :
a. Induksi
Induksi terjadi ketika penyamarataan dibangun dari suatu kejadian yang diamati
secara spesifik. Di mana perawat dengan sungguh-sungguh melakukan praktek dan
dengan sungguh-sungguh menerapkan keperawatan sebagai disiplin, sehingga mereka
menjadi terbiasa dengan konsep Implisit atau eksplisit, terminologi, dalil, dan asumsi
pendukung praktek mereka. Ketika perawat lulus sekolah, mereka mungkin diminta
untuk menjelaskan diagram prakteknya, yang mana tugas tersebut sangatlah mudah.
b. Deduksi
Deduksi adalah suatu format dari pemikiran logis di mana kesimpulan spesifik
berasal dari prinsip atau pendapat yang lebih umum; prosesnya dari yang umum ke yang
spesifik. Langkah mengurangi pengembangan teori mengakibatkan teori kenyamanan
dapat dihubungkan dengan konsep lain untuk menghasilkan suatu teori. Kerja dari tiga
ahli teori keperawatan diperlukan untuk mendefinisikan kenyamanan. Oleh karena itu
Kolcaba lebih dulu melihat di tempat lain untuk bekerja secara bersama untuk
menyatukan kebutuhan seperti keringanan, ketentraman dan hal yang penting. Apa
yang dibutuhkan, dia merealisir suatu yang abstrak dan kerangka konseptual umum
yang sama dengan kenyamanan dan berisi dalam jumlah banyak yang bersifat abstrak.
c. Retroduksi
Retroduksi adalah suatu format pemikiran untuk memulai ide. Bermanfaat untuk
memilih suatu fenomena yang dapat dikembangkan lebih lanjut dan diuji. Pemikiran
jenis ini diterapkan di (dalam) bidang di mana tersedia sedikit teori. Seperti pada kasus
hasil riset, di mana saat ini memusat pada pengumpulan database besar untuk mengukur
hasil dan berhubungan pada pengeluaran untuk jenis keperawatan, medis, institusi, atau
protokol masyarakat. Penambahan suatu kerangka teori keperawatan untuk riset hasil
akan meningkatkan area penelitian keperawatan karena praktek dasar teori
memungkinkan perawat untuk mendisain intervensi yang sama dan selaras dengan hasil
yang diinginkan.
Teori kenyamanan yang dikembangkan oleh Kolcaba mudah dimengerti dan
dipahami, selain itu teori ini kembali kepada keperawatan dasar dan misi/tujuan
keperawatan tradisional yaitu kenyamanan.
Teori ini melibatkan semua aspek (holistik) yang meliputi fisik, psikospiritual,
lingkungan dan sosial kultural. Namun untuk menilai semua aspek tersebut dibutuhkan
komitmen tinggi dan kemampuan perawat yang trampil dalam hal melakukan asuhan
keperawatan berfokus kenyamanan (pengkajian hingga evaluasi), yang di dalamnya
dibutuhkan teknik problem solving yang tepat.
2.8.3. Pamela G.Reed (Teori Self Transendensi)
a. Vulnerability
Kesadaran seseorang akan adanya kematian, Konsep vulnerable
meningkatkan kesadaran akan situasi mendekati kematian termasuk di dalamnya
adalah keadaan gawat seperti disabilitas, penyakit kronik, kelahiran, dan
pengasuhan.
b. Self-Transcendence
Transendensi diri berarti suatu gerak melampaui apa yang telah dicapai, suatu
gerak dari yang kurang baik menjadi baik dan dari yang baik menjadi lebih baik.
c. Well-Being
Didefiniskan sebagai perasaan sehat secara menyeluruh baik fisik, psikologis,
sosial, budaya dan spiritual yang menunjukkan suatu kesejahteraan dan keadan
yang baik.
d. Moderating-Mediating Factors
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses transendensi diri yang
berkontribusi terhadap kondisi yang baik, misalnya : usia, jenis kelamin,
kemamapuan kognitif, pengalaman hidup, persepsi spiritual, lingkungan sosial,
dan riwayat masa lalu.
e. Point of Intervention
Berdasarkan teori transendensi diri, terdapat dua poin intervensi.
1. Tindakan keperawatan secara langsung berfokus pada sumber-sumber
yang berasal dari dalam diri seseorang terhadap transendensi diri
2. Tindakan yang berfokus pada beberapa faktor personal dan
kontekstual yang mempengaruhi hubungan antara transendensi diri dan
vulnerabel ; hubungan antar transendensi diri dan keadaan baik/sehat.

2.8.4. Carolyn L Wiener


Hidup disituasikan dalam konteks biografi,konsepsi diri berakar pada kondisi fisik
dan diformulasikan berdasarkan kemampuan menerima untuk membentuk kebiasaan
atau aktifitas yang diharapkan dalam mencapai tujuan dari aturan yang
berbeda.Interaksi dengan orang lain adalah pengaruh utama (major influence) untuk
membentuk suatu konsep diri. Sebagai ragam peran perilaku,seseorang memonotor
reaksi orang lain dan merasakan dirinya merupakan bagian yang terintegrasi dari proses
yang dibentuk/dihasilkan.
Pengalaman tentang sakit selalu ditempatkan alam konteks biografi oleh karena
itu kondisi sakit adalah pengalaman yang masih berlanjut.Domain dari kondisi sakit
adalah berhubungan dengan ketidakpastian bervariasi dalam dominasi di lintasan
penyakit (table 30.1) melalui aliran dinamis dari persepsi tentang diri dan interaksi
dengan orang lain. Aktifitas dari hidup dan kehidupan seseorang dalam kondisi sakit
merupakan bentuk kerja .Lingkungan dari kerja termasuk individu dan yang lainnya
dengan semua interaksi,termasuk keluarga dan pelayanan kesehatan. Semua komponen
yang berperan tersebut disebut total organisasi. Seorang yang sakit (pasien) merupakan
pekerja utama namun semua pekerjaan yang diambil didalamnya dipengaruhi oleh total
organisasi.

2.8.5. Cheryl Tatano Beck, DNSc, CNM, FAAN


Teori Depresi Postpartum/ Postpartum Depression Theory
Depresi Postpartum adalah gangguan mood yang secara historis sering diabaikan
dalam perawatan kesehatan, membiarkan ibu menderita dalam ketakutan, kebingungan,
dan keheningan. Jika hal ini tidak terdiagnosa, dapat mempengaruhi hubungan ibu-bayi
dan menyebabkan masalah emosional jangka panjang bagi anak. Teori ini membedakan
depresi postpartum dari gangguan mood dan kecemasan postpartum lainnya dan aspek-
aspek depresi postpartum: gejala, prevalensi, faktor risiko, intervensi, dan efek pada
hubungan dan perkembangan anak. Juga dibahas tentang Instrumen yang tersedia yang
digunakan untuk skrining depresi postpartum. Cheryl menegaskan bahwa depresi
merupakan hasil dari kombinasi stres fisiologis, psikologis, dan lingkungan dan bahwa
gejala bervariasi dan kemungkinan akan muncul beberapa gejala.
Cheryl memperkenalkan NURSE program untuk menangani depresi postpartum.
NURSE program ini meliputi 5 aspek perawatan yang diperlukan untuk menyembuhkan
depresi postpartum, yaitu:
a. Nourishment and needs (nutrisi dan kebutuhan lain)
b. Understanding (pemahaman)
c. Rest and relaxation (istirahat dan relaksasi)
d. Spirituality (spiritualitas)
e. Exercise (latihan)
Masing-masing aspek didiskusikan secara terpisah dan dikolaborasikan dengan
ibu yg bersangkutan. Mereka seringkali hanya bisa berfokus pada satu atau dua aspek
dalam satu waktu, namun program ini harus diselesaikan dalam setiap tahap
penyembuhan mereka.

2.8.6. Merle Helaine Mishel.


Teori Keraguan terhadap penyakit/ Uncertainty in Illness Theory
Teori ini menjelaskan bahwa keraguan dapat mempengaruhi kemampuan pasien
untuk beradaptasi pada suatu penyakit. Keraguan dalam hal ini diartikan sebagai
“ketidakmampuan pasien untuk menentukan makna kejadian suatu penyakit dan
kemungkinan memprediksi secara akurat akibat yang ditimbulkan oleh penyakit
tersebut”.
Konsep keraguan terhadap penyakit yang berlaku untuk penyakit akut dan kronis
telah dijelaskan dalam literatur sebagai stressor kognitif, rasa kehilangan kontrol, dan
persepsi keraguan bahwa terjadi perubahan keadaan dari waktu ke waktu. Keraguan
terhadap penyakit berhubungan dengan penyesuaian yang buruk, dan sering perlu
dinilai sebagai ancaman yang memiliki efek merusak. Dalam populasi sakit, keraguan
terhadap penyakit terkait dengan kepekaan yang meningkat terhadap nyeri dan toleransi
yang menurun terhadap rangsangan nyeri. Keraguan terhadap penyakit juga terkait
dengan koping maladaptif, distress psikologis yang lebih tinggi, dan penurunan kualitas
hidup. Literatur mengenai keraguan terhadap penyakit dalam kaitannya dengan nyeri
agak terbatas tetapi jelas menunjukkan potensi dampak negatif terhadap persepsi dan
penyesuaian terhadap nyeri.
Mishel menyatakan keraguan pada awalnya merupakan tingkatan netral kognitif
yang mewakili ketidakmampuan pasien dengan kondisi kronis atau yang mengancam
jiwa untuk mengintepretasi kejadian yang terkait dengan penyakit dan bahwa intervensi
keperawatan harus membantu pasien beradaptasi dan mengatasi keraguan ini secara
produktif, mengintegrasikannya ke dalam kehidupan mereka dan meningkatkan kualitas
hidup. Keraguan masing-masing pasien harus dipahami sebagai karakteristik masalah
dari pengalaman penyakit individu terlepas dari sifat akut atau kronis berbagai penyakit.

2.8.7. Phil Barker


Tidal Model of Mental Health Recovery Oleh Phil Barker
Tidal model diaplikasikan melalui enam kunci asumsi filosofis yaitu:
a. Keyakinan tentang keingintahuan dalam arti positif
b. Pengakuan atas kekuatan sumberdaya, daripada berfokus pada masalah,
kekurangan atau kelemahan
c. Menghormati keinginan seseorang, bukannya paternalistik
d. Penerimaan paradoks krisis sebagai peluang
e. Mengakui bahwa semua tujuan berfokus pada seseorang
f. Keutamaan mengejar elegan dengan cara sederhana yang mungkin harus
dicari
Proses keterlibatan (engagement process)
Agar praktisi dapat memulai proses keterlibatan menggunakan Tidal model, hal-hal
yang perlu diperhatikan:
a. bahwa pemulihan mungkin terjadi
b. bahwa perubahan tidak bisa dihindari, tidak ada yang tetap
c. bahwa pada akhirnya, orang tahu apa yang terbaik untuk mereka
d. bahwa orang memiliki semua sumber daya yang mereka butuhkan untuk
memulai
perjalanan pemulihan
e. bahwa orang tersebut adalah guru dan tenaga penolong/praktisi adalah muridnya
f. bahwa tenaga penolong/praktisi harus kreatif dan mempunyai rasa ingin tahu
dalam mempelajari apa yang perlu dilakukan untuk membantu seseorang
Proses keterlibatan dengan orang yang dalam masalah dan kesusahan terjadi
dalam tiga domain atau dimensi. Dengan Tidal model, praktisi mengeksplorasi dimensi-
dimensi tersebut untuk sadar akan situasi di saat ini dan menentukan apa yang harusnya
terjadi sekarang.
a. Domain diri (self domain) adalah di mana orang merasakan pengalaman mereka. Ada
penekanan untuk membuat orang merasa lebih aman dan praktisi membantu
mengembangkan “rencana keamanan” atau security plan untuk mengurangi ancaman
terhadapnya atau orang lain di sekitarnya.
b. Domain dunia (world domain) di mana orang berpegang pada kisah mereka. Praktisi
Tidal model menggunakan cara khusus untuk mengeksplorasi cerita ini bersama-sama,
mengungkapkan makna yang tersembunyi, menggali sumber daya yang ada, dan untuk
mengidentifikasi apa yang perlu dilakukan untuk membantu pemulihan.
c. Domain lainnya (others domain) menggambarkan berbagai hubungan yang dimiliki
seseorang di masa lalu, masa sekarang dan masa depan, tidak hanya praktisi Tidal
model tetapi juga anggota lain dari tim perawatan kesehatan dan sosial, teman, keluarga
dan pendukung lainnya.
Kekuatan metafora
Tidal model menggunakan metafora atau filosofi air dan menjelaskan bagaimana
orang-orang dalam kesusahanatau distress bisa menjadi rapuh secara emosional , fisik
dan spiritual. Filosofi ini memandang pengalaman sehat dan sakit seperti zat cair, bukan
sebuah fenomena yang stabil, dan kehidupan sebagai sebuah perjalanan yang dilakukan
di lautan pengalaman. Filosofi ini menyatakan bahwa kesehatan jiwa, faktor yang
terkait dengan krisis kejiwaan, bisa beragam serta kumulatif. Dengan berprinsip pada
filosofi ini, perawat atau tenaga penolong lainnya akan mendapatkan pemahaman yang
lebih tentang situasi yang saat itu sedang dihadapi seseorang dan perlunya suatu
perubahan. Dengan ini, praktisi atau tenaga penolong, seiring berjalannya waktu, akan
dibimbing untuk merawat atau mengasuh seseorang mulai dari awal perjalanan mereka
hingga terdampar, tenggelam atau sebaliknya dicampakkan oleh permasalahan hidup
mereka. Eksplorasi kemudian dapat dilakukan untuk mengetahui apa yang sebenarnya
menyebabkan badai dan apa yang perlu dilakukan segera untuk dapat berlayar lagi.
Nilai Tidal model dapat diringkas menjadi sepuluh komitmen yang perlu
diperhatikan:
1. Value the voice (menghargai suara)
Mendengarkan cerita seseorang adalah yang hal yang terpenting.
2. Respect the language (hormati bahasa)
Memungkinkan orang untuk mengekspresikan, menggambarkan, dan mendeskripsikan
pengalaman hidup mereka menggunakan cara dan bahasa mereka sendiri.
3. Develop genuine curiosity (mengembangkan rasa ingin tahu)
Menunjukkan ketertarikan dan rasa ingin tahu tentang cerita orang tersebut.
4. Become the apprentice (menjadi apprentice)
Menempatkan diri dalam cerita tersebut dan belajar serta mengambil hikmah dari cerita
orang yang anda bantu (klien).
5. Reveal personal wisdom (mengungkapkan kebijaksanaan)
Pada dasarnya setiap orang memiliki sikap bijaksana dalam menghadapi setiap
pengalaman hidupnya. Praktisi atau tenaga penolong mempunyai tugas untuk
membantunya mengungkapkan kebijaksanaan tersebut yang akan membantu dalam
proses pemulihannya.
6. Be transparent (jadilah transparan atau terbuka)
Baik klien maupun praktisi atau tenaga penolong profesional berada dalam posisi
istimewa dan harus menjadi model yang percaya diri, dengan cara setiap saat menjadi
transparan atau terbuka dan membantu untuk memastikan klien tersebut memahami apa
yang sebenarnya sedang dilakukannya.
7. Use the available toolkit (gunakan sumberdaya yang ada)
Cerita seseorang berisi informasi yang berharga untuk mengetahui sumberdaya mana
yang dapat digunakan untuk membantu proses pemulihan dan mana yang tidak dapat
digunakan.
8. Craft the step beyond (menentukan langkah)
Praktisi atau tenaga penolong bersama-sama dengan klien membangun sebuah apresiasi
dan menentukan langkah apa yang harus dilakukan "sekarang" karena langkah awal
merupakan langkah yang penting.
9. Give the gift of time (berikan waktu)
Tidak ada yang lebih berharga daripada waktu yang dihabiskan praktisi dan klien
bersama-sama. Pertanyaan yang harus ditanyakan bukan “Berapa banyak waktu yang
masih kita punya?” melainkan "Bagaimana kita menggunakan waktu yang ada saat
ini?".
10. Know that change is constant (ketahuilah bahwa perubahan adalah konstan)
Hal ini merupakan pengalaman umum bagi semua orang.
Konsep mayor dan definisi
Tidal model berawal dari empat poin penting, yaitu:
1. Fokus terapeutik yang utama dalam kesehatan jiwa ialah dalam komunitas.
Manusia hidup di “lautan pengalaman” dan krisis kejiwaan hanyalah satu dari sekian
banyak hal yang dapat “menenggalamkan” mereka. Tujuan keperawatan atau asuhan
kesehatan jiwa ialah untuk mengembalikan mereka ke “lautan pengalaman” tersebut
sehingga mereka dapat melanjutkan perjalanan hidup mereka.
2. Perubahan merupakan proses yang terus berjalan dan konstan
Manusia akan terus berubah, namun kadang mereka tidak menyadarinya. Salah satu
tujuan utama intervensi yang dilakukan ialah untuk membantu klien membangun
kesadaran bahwa sekecil apapun perubahan itu akan membawa dampak yang besar bagi
hidupnya.
3. Kekuatan terletak pada proses asuhan
Perawat membantu klien untuk mengidentifikasi bagaimana ia dapat lebih berperan
ddalam hidupnya dan mengontrol hidupnya serta pengalaman yang didapatnya.
4. Perawat dan klien adalah satu, tidak dapat dipisahkan seperti penari dalam sebuah
tarian.

8. Kristen Swanson
Theory Of Caring Oleh Kristen Swanson
Asal teori Swanson dapat ditemukan dalam wawancara yang dilakukannya pada
wanita yang mengalami keguguran, orangtua yang memiliki anak di unit perawatan
intensif, dan ibu yang secara sosial berisiko dan telah melalui system untuk menerima
berbagai macam bentuk perawatan kesehatan (Potter et al. 2005).
Melalui wawancara ini, Swanson mampu memahami ruang lingkup caring
secara keseluruhan dan pada saat yang sama menguraikan dimensi spesifik dari apa
yang diperlukan seorang perawat untuk merawat pasien. Salah satu hal paling penting
yang memberikan kontribusi pada teori keperawatan dalam hal ini, yaitu argumen
bahwa pasien seharusnya tidak hanya dilihat sebagai individu yang terpisah, melainkan
sebagai manusia seutuhnya, yang saat ia menulis "berada di tengah-tengah dan yang
menjadi keutuhan dibuat nyata dalam pikiran, perasaan dan perilaku "(Swanson, 1993).
Hal yang menarik tentang pengertian pasien ini adalah bahwa Swanson selalu
menempatkan peran perawat dalam proses becoming tersebut. Jadi dalam aspek
kesehatan becoming tersebut, perawat tidak hanya menjadi dispenser pengobatan medis,
tetapi juga merupakan mitra dalam membantu pasien lebih dekat dengan tujuannya
(well-being).

Tingkat dan Ruang Lingkup Teori


Tingkat dan ruang lingkup teori memerlukan segala sesuatu baik hubungan
antara pasien dan perawat, maupun keseluruhan hubungan antara profesi keperawatan
dan masyarakat. Hal ini karena konsep Swanson tentang “person” tergantung pada
tingkat analisis dan disposisi yang sedang dilakukan perawat dalam merawat pasien.
Dalam beberapa kasus, "person" dapat diartikan hanya satu orang saja yaitu pasien,
sementara dalam kasus lain bisa diartikan juga anggota keluarga yang secara langsung
sangat erat terlibat. Menurut Swanson, yang lain bahkan bisa menjadi konsep dan ideal
yang harus diperjuangkan perawat, termasuk hak asasi manusia, akses ke perawatan
kesehatan, dan keadilan sosial.

Konsep Mayor dan Definisi


1. Caring
Caring adalah cara mengasihi orang lain dengan adanya komitmen dan tanggungjawab
terhadap orang tersebut (Swanson,1991).
2. Knowing
Knowing dalam hal ini dimaksudkan memahami arti sebuah peristiwa yang terjadi
dalam hidup orang lain, menghindari asumsi-asumsi, berfokus pada orang yang dirawat
/ pasien, mengkaji, serta melibatkan orang yang memberi asuhan dan orang yang diberi
asuhan dalam proses “knowing” atau pengenalan (Swanson,1991).
3. Being with
Dalam hal ini dimaksudkan mendukung orang lain secara emosional termasuk
keberadaannya untuk orang lain dan berbagi kesedihan dengan orang tersebut
(Swanson,1991).
4. Doing for
Yang dimaksud adalah melakukan sesuatu demi kepentingan orang lain termasuk
memenuhi kebutuhan, kenyamanan, dan melindungi orang tersebut (Swanson,1991).
5. Enabling
Yaitu memfasilitasi orang lain untuk melalui masa-masa transisi dalam hidupnya dan
melewati setiap peristiwa hidupnya dengan berfokus pada peristiwa tersebut,
mendukungnya, memberi penjelasan, memvalidasi apa yang dirasakan, menemukan
alternatif penyelesaian, dan memberikan feedback / umpan balik (Swanson,1991).
6. Maintaining belief
Yaitu menumbuhkan keyakinan seseorang dalam melalui setiap peristiwa hidup dan
masa-masa transisi dalam hidupnya serta menghadapi masa depan dengan penuh
keyakinan, meyakini kemampuan orang lain, menumbuhkan sikap optimis, membantu
menemukan arti atau mengambil hikmah dari setiap peristiwa, dan selalu ada untuk
orang lain dalam situasi apa pun.
Asumsi Teori
Asumsi dasar dari teori ini ditemukan dalam gagasan caring yang dijelaskan
Swanson. Menurut Swanson, caring adalah proses multifaset yang terus ada dalam
dinamika hubungan pasien-perawat. Ada yang melihat proses ini sebagai hubungan
yang linear, namun juga harus dianggap sebagai hubungan siklik, dan proses yang
terjadi harus selalu diperbarui karena peran perawat untuk membantu klien mencapai
kesehatan dan kesejahteraan.
Secara umum, proses yang terjadi sebagai berikut, pertama perawat membantu
klien mempertahankan keyakinannya, yang berarti bahwa perawat mendorong pasien
dan membantu untuk memperkuat harapan mereka mengatasi kesulitan saat ini. Hal ini
sangat penting terutama dalam kasus di mana pasien menghadapi penyakit yang
mengancam nyawa seperti kanker, atau peristiwa yang sangat traumatis seperti
keguguran (Swanson & Wojnar, 2004).
Sebagai pelengkap dan langkah berikutnya dalam proses untuk
mempertahankan keyakinan, adalah "knowing". Dalam proses “knowing”, perawat
berusaha untuk memahami apa arti situasi yang terjadi saat ini bagi pasien, hal ini
muncul dalam bentuk latihan sebagai seorang perawat, yang menciptakan seseorang
dengan rasa tertentu bagaimana kondisi fisik dan psikologis dapat mempengaruhi
seseorang secara keseluruhan. Dengan mengetahui apa yang dialami pasien, perawat
kemudian dapat melanjutkan proses "do for", ada untuk memberikan tindakan terapi dan
intervensi bagi pasien. Proses “do for”, diikuti dengan proses "enabling" yang
memungkinkan pasien untuk mencapai kesehatan dan kesejahteraannya.

9. SHIRLY M. MOORE
Teori Hidup damai di akhir
Sumber Teoritis
Akhir Hidup Damai (EOL). Teori ini adalah informasi oleh sejumlah kerangka
teoritis. Hal ini didasarkan terutama pada model klasik Donabedians struktur, proses
dan hasil (Ruland & Moore, 1998) yang sebagian, dikembangkan dari teori besar
pengaruh systems. Dalam teori EOL, pengaturan struktur adalah sistem keluarga (pasien
sakit parah dan semua orang lain yang signifikan) yang menerima perawatan dari
profesional pada unit rumah sakit perawatan akut.
Proses didefinisikan sebagai tindakan-tindakan (intervensi keperawatan) yang dirancang
untuk mempromosikan positif hasil dari berikut:
(1) bebas dari rasa sakit,
(2) mendapatkan penghiburan,
(3) mendapatkan martabat dan rasa hormat,
(4) Berada dalam kedamaian dan
(5) mengalami kedekatan kepada orang lain yang signifikan dan mereka yang peduli.
Penggunaan Bukti Empiris
Teori EOL damai didasarkan pada bukti empiris yang berasal dari kedua
pengalaman langsung dari perawat ahli dan mengkaji secara menyeluruh literatur
menangani beberapa komponen teori. Para standart perawatan terdiri dari praktek
terbaik berdasarkan bukti penelitian yang diturunkan di bidang nyeri, kenyamanan gizi
manajemen, dan teori preskriptif relaxation.
Ruland dan Moore (1998) mengidentifikasi enam pernyataan teoritis untuk teori
mereka sebagai berikut:
1. Monitoring dan mengelola rasa sakit dan menerapkan intervensi farmakologis dan
nonpharmacologic kontribusi dari pengalaman pasien tidak sakit.
2. Mencegah, pemantauan dan menghilangkan ketidaknyamanan fisik, memfasilitasi
istirahat, relaksasi dan kepuasan, dan mencegah komplikasi berkontribusi dengan
pengalaman pasien kenyamanan.
3. Termasuk yang lain pasien dan signifikan dalam pengambilan keputusan tentang
perawatan pasien, memperlakukan pasien dengan martabat, empati dan rasa hormat dan
menjadi perhatian terhadap pasien menyatakan kebutuhan, keinginan, dan preferensi
berkontribusi dengan pengalaman pasien martabat dan rasa hormat.
4. Memberikan dukungan emosional, pemantauan dan pertemuan pasien menyatakan
kebutuhan untuk obat antiansietas, kepercayaan inspirasi, memberikan yang lain pasien
dan signifikan dengan bimbingan dalam masalah-masalah praktis dan memberikan
kehadiran fisik orang lain peduli apakah berkontribusi diinginkan untuk pengalaman
pasien merasa damai.
5. Fasilitasi dan berpatisipasi signifikan dalam perawatan pasien, empati kesedihan
orang lain, kekhawatiran dan pertanyaan dan memfasilitasi peluang untuk kedekatan
keluarga kepada orang lain yang signifikan atau orang yang peduli.
6. Pengalaman pasien tidak sakit, kenyamanan, martabat, dan rasa hormat yang damai,
kedekatan dengan orang lain yang signifikan atau orang-orang yang peduli
berkontribusi sampai akhir hidup damai.
Pengembangan Lebih Lanjut
Teori EOL damai adalah sebuah teori baru yang menggunakan sumber asli dan
dengan demikian, Ruland dan Moore mengakui. Sejumlah langkah dapat digunakan
untuk memajukan pembangunan. orang bisa mempertimbangkan penggabungan
beberapa kriteria proses dari tiga conceps (nyeri, kenyamanan, damai) menciptakan
sebuah konsep tunggal yang terkait dengan manajemen gejala fisik psikologis.
Konsep atau pemetaan analisis dapat digunakan untuk menentukan jika beberapa kriteria
proses yang berhubungan dengan tiga konsep (nyeri, kenyamanan, damai). Misalnya :
1. Kreteria proses dan konsep nyeri (monitoring dan mengelola rasa sakit dan
menerapkan intervensi farmakologis dan non phramlocological)
2. kriteria proses kenyamanan (mencegah, pemantauan, dan menghilangkan
ketidaknyamanan fisik)
3. proses perdamaian kriteria (pemantauan dan pasien yang memenuhi kebutuhan
obat anti ansietas).
4. Intervensi nonpharmacological (misalnya musik, humor, atau relaksasi) yang
berfungsi untuk distrac pasien sekarat yang berguna untuk menghilangkan nyeri,
kecemasan, dan ketidaknyamanan fisik secara umum. Revisi ini juga akan berfungsi
untuk menghubungkan Teori EOL Damai untuk berbagai teori tengah Baik dan Moore
(1996).

10. Georgene Gaskill Eakes


Para NCRCS ( The Nursing Consurtium For Research on Chronic Sorrow )
berdasarkan berbagai Middle Range Theory kesedihan Cronic pada dua sumber utama.
Karya Olshansky pada tahun 1962 dikutip sebagai dasar dari konsep asli kesedihan
kronis (Eakes, Burke & Hainsworth, 1998). Lazarus dan Folksmans (1984) model stres
dan adaptasi membentuk dasar bagi konseptualisasi tentang bagaimana orang mengatasi
kesedihan kronis.
Konsep kesedihan kronis berasal karya Olshansky Tahun 1962 (Lindgren, Burke,
Hainsworth, & Eakes, 1992). Para ahli teori NCRCS mengutip pengamatan Olshanskys,
orang tua mengalami kesedihan berulang dan kesedihan kronis panjang. Konsep
aslinya digambarkan secara luas sebagai deskripsi sederhana reaksi psikologis untuk
situasi tragis "(Lindgren et al, 1992).
Selama 1980 peneliti lain mulai meneliti pengalaman orang tua dari anak-
anak baik secara fisik atau cacat mental. Karya ini divalidasi kesedihan yang berulang
dan sifat tidak pernah berakhir duka yang dialami oleh orang tua. Sebelumnya untuk
pekerjaan ini, duka dikonseptualisasikan sebagai proses yang menyelesaikan dari waktu
ke waktu dan jika belum terselesaikan, kesedihan yang abnormal menurut Bowlby dan
Lindemans (Lindgren et al, 1992). Berbeda dengan konseptualisasi terikat waktu, yang
melekat dalam konsep kesedihan kronis adalah bahwa kesedihan berulang merupakan
pengalaman normal, menurut Wikler, Wasow, dan Hatfiled (Lindgren et al, 1992).
Burke dalam studinya anak-anak dengan spina bifida, kesedihan kronis didefinisikan
sebagai kesedihan luas yang bersifat permanen, periodik dan progresif di alam
'(hainsworth, Eakes, Burke 1994).
NCRCS tidak membatasi teori mereka adanya kesedihan kronis tetapi berusaha untuk
memeriksa respon terhadap duka. Mereka memasukkan Lazarus dan Folksmans 1984
bekerja pada stres dan adaptasi sebagai dasar untuk metode manajemen yang efektif
yang dijelaskan dalam model mereka (Eakes et al, 1998) Kesenjangan ditemui dan
respon untuk kembali kesedihan merangsang mekanisme koping individu. Ada kategori
mengatasi gaya atau manajemen. Strategi koping internal meliputi tindakan -
berorientasi kognitif penilaian kembali dan perilaku interpersonal. Dengan demikian
berbagai Middle Range Theory kesedihan kronis diperpanjang dasar teoritis kesedihan
kronis dalam situasi tertentu tetapi juga tanggapan berupaya untuk fenomena tersebut.
Konsep Mayor dan Definisi Kesedihan Kronis
Kesedihan kronis adalah kesenjangan yang sedang berlangsung yang dihasilkan dari
kerugian ditandai dengan pervasif dan permanen. Gejala kesedihan berulang secara
periodik dan gejala ini berpotensi progresif.

Kerugian
Kerugian terjadi sebagai akibat dari kesenjangan antara situasi ideal dan nyata atau
pengalaman. Misalnya ada seorang anak yang sempurna dan seorang anak dengan
kondisi kronis yang berbeda dari ideal itu.

Pemicu Kejadian
Situasi pemicu kejadian , keadaan dan kondisi yang menonjolkan perbedaan atau
kehilangan berulang dan memulai atau memperburuk perasaan berduka.

Metode manajemen
Metode manajemen sarana yang berhubungan dengan individu kesedihan kronis. Ini
mungkin internal (strategi koping pribadi) atau eksternal (praktisi perawatan kesehatan
atau orang lain yang intervensi)
Manajemen yang tidak efektif
Efektif manajemen hasil dari strategi yang meningkatkan ketidaknyamanan individu
atau meningkatkan perasaan kesedihan kronis.
Manajemen Efektif
Efektif manajemen hasil dari strategi yang mengarah pada peningkatan kenyamanan
individu yang terkena.
BAB III
ANALISA KELOMPOK

Berdasarkan uraian yang telah dibahas pada tinjauan teori, Middle Range teori
adalah suatu pengembangan teori pada tingkat yang lebih kongkret daripada Grand
Teori,karena pada Grand teori lebih berfokus pada fenomena pusat dari disiplin ilmu
seperti individu sebagai sistem adaptif, defisit perawatan diri,kesatuan manusia, atau
menjadi manusia. Grand Teori yang kerangkanya terdiri dari konsep-konsep dan
pernyataan relasional yang menjelaskan fenomena abstrak.Sedangkan Midle Range
Theory diorganisasi dalam lingkup terbatas, memiliki sejumlah varibel terbatas, dapat
diuji secara langsung. Teori Middle-Range memiliki hubungan yang lebih kuat dengan
penelitian dan praktik. Hubungan antara penelitian dan praktik menurut Merton (1968),
menunjukkan bahwa Teori Mid-Range amat penting dalam disiplin praktik.
Pengembangan Middle Range Theory bisa bersumber dari Grand Teori,atau
dapat pula bersumber dari hasil penelitian klinis langsung, hal ini dapat kita lihat dari
pernyataan beberapa ahli. Mungkin ada hubungan yang eksplisit antara beberapa grand
teori dan middle range teori. Sebagai contoh, (middle range teori) Reed
(1991) transendensi-diri dan (1988) teori Barrett kekuasaan secara langsung terkait
dengan Ilmu Rogers dari Kesatuan Manusia. Teori Midle range lainnya mungkin tidak
memiliki hubungan langsung dengan grand teori. Dalam hal ini,asumsi-asumsi filosofis
yang mendasari middle range teori dapat berada pada tingkat paradigma, bukan dari
Grand Teori. Namun demikian, hubungan ini penting untuk menetapkan validitas
sebagai teori.
Jika kita bandingkan dengan filosofi teori dan Grand teori,middle range teori
dapat digunakan langsung dalam tatanan praktik, karena memiliki variable yang
spesifik misalnya kita ambil contoh dari Teori Trajectory Illness dari Wiener dan Dodd,
teori ini lahir dari bentuk studi kualitatif yang dilakukan pada khusus penderita
kanker,kemudian juga teori Cheryl T.Beck yang mengkhususkan teori pada tatanan
praktik yang diaplikasikan pada Post Partum Depresion.
Midle range teori adalah bagian dari struktur disiplin ilmu keperawatan.Teori ini
menjelaskan fenomena spesifik yang terkait dengan praktek keperawatan. Kajian
analisis teori transendensi-diri menjelaskan bagaimana penuaan atau mendorong
kerentanan manusia melampaui batas-batas untuk diri intrapribadi fokus pada makna
kehidupan, interpersonal pada koneksi dengan orang lain dan lingkungan, temporal
untuk mengintegrasikan masa lalu, sekarang, dan masa depan, dan transpersonally
untuk terhubung dengan dimensi di luar fisik realitas. Transendensi-diri ini terkait
dengan kesejahteraan atau penyembuhan, salah satu dari diidentifi kasi fokus dari
disiplin keperawatan. Teori ini telah diuji dalam penelitian dan digunakan untuk
memandu praktik keperawatan. Dengan ekspansi Middle Range Teori memperkaya
disiplin ilmu keperawatan.
Dari beberapa ciri yang dimiliki Middle Range Teori ada beberapa aspek yang
menjadi catatan penting yaitu posisi Middle Range Teori berada pada lingkaran tengah,
semi konsep semi praktis. Dapat dilakukan ditarik keatas mendekati tatanan konsep
dapat pula ditarik kebawah lebih mendekati praktik klinik, tergantungan penggunaan
konsep-konsep dan aplikasinya. Hal ini dapat kita lihat pada beberapa cirri yang
diungkapkan oleh beberapa ahli yang menyatakan Middle Range Teori dipengaruhi oleh
penggunaannya yang mampu diaplikasikan dalam berbagai situasi, masih memiliki
suatu unsur abstrak ,namun lebih mudah diaplikasikan ke dalam praktik dibandingkan
dengan Grand Teori.
DAFTAR PUSTAKA

Beck, Cheryl Tatano.2006. Postpartum mood and anxiety disorders : a clinician’s guide.
Sudbury: Jones and Bartlett Publishers
Kim, Hesook Suzie & Kollak, Ingrid. 2006. Nursing Theories, Conceptual & Philosophical
Foundations. Second edition. New York: Springer Publishing Company.
Kolcaba. 1997. Comfort Theory and Practice. www.thecomfortline.com. Diunduh tanggal 30
September 2011, jam 21.10
McKenna, Hugh.1997. Nursing Theories and Models. New York: Routledge.
Meleis, Afaf Ibrahim. 2010.Transitionstheory: middle-range and situation specific theories in
nursing research and practice. New York: SpringerPublishingCompany.
Parker,Marilyn E. & Smith, Marlaine Cappelli. 2010. Nursing theories and nursing
practice. 3rd ed. Philadelphia: F. A. Davis Company.
Peterson,Sandra J. & Bredow, Timothy S.2009. Middle Range Theories, Application to
Nursing Research. Second edition. Philadelphia: Lippincott William & Wilkins.
Sieloff, Christina Leibold and Frey, Maureen A. 2007. Middle Range Theory Development
Using King’s Conceptual System. New York: Springer Publishing Company .
Smith,Mary Jane & Liehr, Patricia R. 2008. Middle range theory for nursing. 2nd ed. New
York: Springer Publishing Company.
Tomey, Alligood. 2006. Nursing Theorist and Their Work. Sixth edition. Toronto: The CV
Mosby Company St. Louis

Anda mungkin juga menyukai