TINJAUAN PUSTAKA
Pengukuran berat badan anak dan dewasa yang sudah dapat berdiri
tanpa bantuan orang lain dapat menggunakan timbangan berat
badan skala elektronik. Alat timbang diletakkan di permukaan yang
rata. Subjek berdiri di tengah bagian timbangan dan pandangan
lurus kedepan, badan relaks tapi tetap tegak, dan lebih baik diukur
tanpa busana. Jika tidak memungkinkan tanpa busana subjek dapat
menggunakan pakaian dalam yang tipis atau menggunakan baju
khusus yaitu paper examination gown (Gibson, 2005).
(a)
(b)
Lihat
Diatas 1 SD Kemungkinan Kemungkinan
catatan 2 risiko kelebihan risiko kelebihan
BB (Lihat catatan BB (Lihat catatan
3) 3)
0 (Median)
Dibawah -1
SD
Dibawah -2Pendek Berat badan Kurus Kurus
SD Kurang
Dibawah -3Sangat Berat badan Sangat kurus Sangat kurus
SD pendek sangat
Kurang
Sumber: IDAI, 2019
Keterangan:
Catatan 1 = Anak tergolong sangat tinggi. Rujuk bila tinggi anak
sangat berlebihan (jauh melebih potensi genetik) yang mengindikasikan
gangguan endokrin seperti tumor yang memproduksi hormon pertumbuhan.
Catatan 2 = Anak yang berat badan menurut umur berada pada rentang
ini bisa mempunyai masalah pertumbuhan, sebaiknya dinilai berdasarkan
BB/TB atau IMT/U.
Catatan 3 = Z-score diatas 1 menunjukkan adanya kemungkinan risiko
dan bila ada kecenderungan.
lampau.
7) Dapat mengidentifikasi status nutrisi yang buruk baik yang
ringan maupun yang berat.
8) Dapat digunakan sebagai alat utuk tes skrining nutrisi.
Kelemahan antropometri gizi sebagai metode penilaian status gizi yaitu
(Supariasa, 2012):
1) Tidak sensitif, sebab metode ini tidak dapat mendeteksi status
gizi dalam waktu singkat. Disamping itu tidak dapat
membedakan kekurangan zat gizi tertentu seperti zinc dan zat
besi.
2) Faktor diluar gizi (penyakit, genetik, dan penurunan
penggunaan energi) dapat menurunkan spesifisitas dan
sensitivitas pengukuran antropometri.
3) Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat
memengaruhi presisi, akurasi, dan validitas pengukuran
antropomteri gizi.
b. Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk melihat
status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan yang
terjadi dan dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat
dilihat pada jaringan epitel (supervicial epithelial tissues) seperti kulit,
mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan
permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid (Supariasa, 2012). Metode klinis
umumnya untuk survey klinis secara cepat (rapid clinical suveys).
Survey ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis
umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu
digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan
melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala (symptom)
atau riwayat penyakit (Supariasa, 2012).
c. Biokimiawi
Pemeriksaan secara biokimia merupakan pemeriksaan spesimen yang
diuji secara laboratorium yang dilakukan pada berbagai macam
bisa berujung menderita kurang gizi. Anak yang makanannya tidak mencukupi baik
jumlah dan mutunya bisa menyebabkan daya tahan tubuhnya melemah. Anak yang
situasi dan keadaannya seperti itu akan mudah terserang infeksi sehingga dapat
mengurangi nafsu makan, dan akhirnya dapat menderita kurang gizi atau gizi buruk
(Thaha, 2012).
anak yang baru dilahirkannya dan komposisinya ASI juga sesuai untuk
pertumbuhan bayi, ASI mengandung zat pelindung yang dapat
menghindari bayi dari berbagai macam penyakit (Alkatiri, 2013). Air
Susu Ibu (ASI) merupakan sumber nutrisi yang sangat penting bagi bayi
dalam jumlah yang cukup dan ASI juga dapat memenuhi kebutuhan gizi
bayi selama 6 bulan pertama setelah kelahiran. Air Susu Ibu (ASI)
mengandung semua zat gizi yang diperlukan bayi, mengandung zat
kekebalan terhadap suatu penyakit, dan tidak perlu dibeli, sekaligus
merupakan ungkapan kasih sayang ibu kepada bayinya. Kandungan zat
gizi pada ASI hanya dapat memenuhi kebutuhan anak sampai usia 6
bulan (Suradi, 2012).
Air Susu Ibu (ASI) mengandung zat gizi yang cukup lengkap untuk
kekebalan tubuh pada bayi. Keunggulan lainnya, ASI disesuaikan
dengan sistem pencernaan bayi sehingga zat gizi cepat terserap, berbeda
dengan susu formula atau makanan tambahan yang diberikan secara
dini kepada bayi. Susu formula sangat susah diserap oleh usus bayi
sehingga terkadang dapat menyebabakan bayi susah untuk membuang
air besar. Proses pembuatan susu formula yang tidak steril juga dapat
menyebabkan bayi terkena diare. Hal ini akan menjadi pemicu
terjadinya kurang gizi pada balita (Santoso et al., 2013). Dalam
penelitian Suradi, 2012 menyatakan bahwa balita yang tidak diberikan
ASI Eksklusif akan terjadi 2,86 kali kemungkinan mengalami gizi
kurang dan hal tersebut bermakna secara statistik.
d. Riwayat Penyakit Infeksi
Terdapat hubungan yang erat antara penyakit infeksi (bakteri, virus dan
parasit) dengan kejadian malnutrisi (Supariasa, 2012). Penyakit infeksi
akan menyebabkan gangguan gizi melalui beberapa cara yaitu dengan
menghilangkan bahan makanan melalui muntah-muntah maupun diare.
Selain itu penyakit infeksi seperti infeksi saluran pernapasan juga dapat
menurunkan nafsu makan (Arisman, 2010). Mekanisme patologisnya
dapat bermacam-macam, baik secara sendiri-sendiri maupun
bersamaan, seperti penurunan asupan zat gizi akibat kurangnya nafsu
Keterangan:
Jenis Kelamin
ASI Eksklusif
Penyakit Infeksi
Pendapatan Keluarga