Anda di halaman 1dari 22

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II. 1 Status Gizi


Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh keseimbangan antara
asupan zat gizi dari makanan dan kebutuhan zat gizi oleh tubuh. Status gizi sangat
dipengaruhi oleh asupan gizi. Status gizi dapat dipengaruhi oleh susunan makanan
yang dikonsumsi tidak tepat dan makanan yang memiliki zat gizi yang tidak
mencukupi kebutuhan tubuh karena adanya gangguan pada pemanfaatan zat gizi
dalam tubuh. Zat gizi adalah zat yang terdapat dalam makanan yang sangat
diperlukan oleh tubuh untuk metabolisme, sedangkan gizi adalah keseimbangan
antara zat gizi yang masuk ke dalam tubuh (intake) dari makanan dengan zat gizi
yang dibutuhkan untuk keperluan proses metabolisme tubuh (Kemenkes, 2017).
Status gizi yang kurang dapat menyebabkan terjadinya gangguan
pertumbuhan anak, produksi tenaga yang kurang, kurangnya daya tahan tubuh, dan
terganggunya kecerdasan dan perilaku (Kemenkes, 2017).

II.1.1 Klasifikasi Status Gizi Balita


Status gizi memiliki indikator atau tanda-tanda yang dapat diketahui untuk
menggambarkan status gizi pada seseorang. Indikator status gizi dapat berupa gizi
kurang, gizi baik dan gizi lebih (Kemenkes, 2017).
Status gizi pada balita memiliki ukuran baku yang sering disebut reference.
Pengukuran baku antropomentri yang sekarang digunakan di Indonesia adalah
WHO-NCHS. Supariasa (2012) mengklasifikasikan status gizi menjadi empat
yaitu:
a. Gizi lebih (Overweight)
Gizi lebih dapat terjadi bila tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam
jumlah berlebihan sehingga dapat menimbulkan efek toksik atau
membahayakan (Almatsier, 2011). Kelebihan berat badan pada balita
terjadi karena ketidakseimbangan antara energi yang masuk dan keluar,
terlalu banyak makan, terlalu sedikit olahraga atau keduanya (Arisman,
2010).

Noura Azmia Tabah, 2020 5


FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DNEGAN STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN
PANGKALAN JATI KECAMATAN CINERE KOTA DEPOK TAHUN 2020
UPN Veteran Jakarta, Fakultas Kedokteran, Program Studi Kedokteran Program Sarjana
[www.upnvj.ac.id-www.repository.upnvj.ac.id]
6

b. Gizi baik (well nourished)


Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh
cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien sehingga
memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan
kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi-tinginya
(Almatsier, 2011).
c. Gizi kurang (underweight)
Status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu atau
lebih zat-zat esensial (Almatsier, 2011).
d. Gizi buruk (severe Protein Calorie Malnutrition (PCM))
Gizi buruk adalah suatu kondisi di mana seseorang dinyatakan
kekurangan nutrisi, atau dengan ungkapan lain status nutrisinya berada
di bawah standar rata-rata. Nutrisi yang dimaksud bisa berupa protein,
karbohidrat dan kalori. Di Indonesia, kasus Kurang Energi Protein
(KEP) adalah salah satu masalah gizi utama yang banyak dijumpai pada
balita (Lusa, 2010).

II.1.2 Indikator status gizi balita


Masa balita merupakan masa yang menentukan tumbuh kembang dasar
terbentuknya manusia seutuhnya. Karena itu pemerintah memandang perlu
memberikan suatu bentuk pelayanan yang menunjang tumbuh kembang balita
secara menyeluruh, terutama dalam aspek mental dan sosial. Pertumbuhan dan
perkembangan saling mendukung satu sama lain, perkembangan seorang anak tidak
dapat maksimal tanpa dukungan atau optimalnya pertumbuhan. Misalnya seorang
anak yang kekurangan gizi akan memengaruhi perkembangan mental maupun
sosialnya, oleh karena itu keduanya harus mendapat perhatian baik dari pemerintah,
masyarakat maupun orang tua. Salah satu indikator untuk melihat pertumbuhan
fisik anak adalah dengan melihat status gizi anak dalam hal ini balita. Sebagai alat
ukur untuk mengetahui tingkat perkembangan seorang anak dengan menggunakan
kartu menuju sehat (KMS) (Soetjiningsih, 2013). Semua kejadian yang
berhubungan dengan kesehatan anak sejak lahir sampai berusia lima tahun, perlu
dicatat dalam K MS, misalnya identitas anak, tanggal lahir dan tanggal pendaftaran,

Noura Azmia Tabah, 2020


FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DNEGAN STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN
PANGKALAN JATI KECAMATAN CINERE KOTA DEPOK TAHUN 2020
UPN Veteran Jakarta, Fakultas Kedokteran, Program Studi Kedokteran Program Sarjana
[www.upnvj.ac.id-www.repository.upnvj.ac.id]
7

serta penyakit yang pernah dideritanya. KMS berisi pesan-pesan penyuluhan


tentang penanggulangan diare, dan makanan anak. Sehingga ibu senantiasa
membawa KMS pada semua kegiatan kesehatan dan cenderung ingin kontak
dengan petugas kesehatan untuk merujuk anaknya. Hal ini dapat digunakan sebagai
pengamatan status gizi anak, disamping mempunyai kelebihan maupun
kekurangannya (Soetjiningsih, 2013).
Berat badan dan tinggi badan normal, lebih rendah atau lebih tinggi dari yang
seharusnya dapat di ketahui dengan suatu standar internasional yang ditetapkan oleh
WHO (Soekirman, 2012). Status gizi tidak hanya diketahui dengan mengukur BB
atau TB menurut usia (U) secara sendiri-sendiri, tetapi juga dalam bentuk indikator
yang dapat merupakan kombinasi antara ketiganya, sebagai berikut:
a. Indikator Berat Badan menurut Usia (BB/U)
Indikator BB/U menunjukkan secara sensitif status gizi saat ini (saat
diukur) karena mudah berubah. Kelebihan indikator BB/U adalah dapat
dengan mudah dan cepat dimengerti oleh masyarakat umum; sensitif
untuk melihat perubahan status gizi dalam jangka waktu pendek; dan
dapat mendeteksi kegemukan. Kelemahan indikator BB/U adalah
interpretasi status gizi dapat keliru apabila terdapat pembengkakan atau
oedem; data usia yang akurat sering sulit diperoleh terutama di negara-
negara yang sedang berkembang; kesalahan pada saat pengukuran
karena pakaian anak yang tidak dilepas/ dikoreksi dan anak bergerak
terus, masalah sosial budaya setempat yang memengaruhi orang tua
untuk tidak mau menimbang anaknya karena dianggap seperti barang
dagangan (Soekirman, 2012).
b. Indikator Tinggi Badan menurut Usia (TB/U)
Indikator TB/U menggambarkan status gizi masa lalu. Kelebihan
indikator TB/U adalah dapat memberikan gambaran riwayat keadaan
gizi masa lampau sehingga dapat dijadikan indikator keadaan sosial
ekonomi penduduk, sedangkan kekurangannya adalah kesulitan dalam
melakukan pengukuran panjang badan pada kelompok usia balita; tidak
dapat menggambarkan keadaan gizi saat kini; memerlukan data usia
yang akurat yang sering sulit diperoleh di negara- negara berkembang;

Noura Azmia Tabah, 2020


FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DNEGAN STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN
PANGKALAN JATI KECAMATAN CINERE KOTA DEPOK TAHUN 2020
UPN Veteran Jakarta, Fakultas Kedokteran, Program Studi Kedokteran Program Sarjana
[www.upnvj.ac.id-www.repository.upnvj.ac.id]
8

kesalahan sering dijumpai pada pembacaan skala ukur, terutama bila


dilakukan oleh petugas non-profesional (Soekirman, 2012)
c. Indikator Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB)
Indikator BB/TB menggambarkan secara sensitif dan spesifik status
gizi saat ini. Berat badan berkorelasi linier dengan tinggi badan, artinya
dalam keadaan normal perkembangan berat badan akan mengikuti
pertambahan tinggi badan pada percepatan tertentu. Kelebihan
indikator BB/TB adalah independen terhadap usia dan ras; dapat menilai
status “kurus” dan “gemuk”; dan keadaan marasmus atau KEP berat
lain. Kelemahannya adalah kesalahan pada saat pengukuran karena
pakaian anak yang tidak dilepas dan anak bergerak terus; masalah sosial
budaya setempat yang memengaruhi orangtua untuk tidak mau
menimbang anaknya karena dianggap seperti barang dagangan;
kesulitan dalam melakukan pengukuran panjang atau tinggi badan pada
kelompok usia balita; kesalahan sering dijumpai pada pembacaan skala
ukur, terutama bila dilakukan oleh petugas non-profesional; tidak dapat
memberikan gambaran apakah anak tersebut pendek, normal dan
jangkung (Soekirman, 2012).

Noura Azmia Tabah, 2020


FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DNEGAN STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN
PANGKALAN JATI KECAMATAN CINERE KOTA DEPOK TAHUN 2020
UPN Veteran Jakarta, Fakultas Kedokteran, Program Studi Kedokteran Program Sarjana
[www.upnvj.ac.id-www.repository.upnvj.ac.id]
9

II.1.3 Penilaian status gizi balita


Menurut (Supariasa, 2012), pada dasarnya penilaian status gizi dapat dibagi
dua yaitu secara langsung dan tidak langsung

Sumber: Supraiasa, 2012

Bagan 1 Metode Penilaian Status Gizi

II.1.3.1 Pengukuran Langsung


Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat yaitu:
antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik.
a. Antropometri
Antropometri berasal dari kata anthropo yang berarti manusia dan metri
yang berarti ukuran (Kemenkes, 2017). Antropometri adalah
pengukuran variasi dimensi fisik dan kasar tubuh pada level usia dan
derajat nutrisi yang berbeda (Gibson, 2005). Ukuran antropometri
sebagai parameter adalah sebagai berikut:
1) Berat Badan
Berat badan merupakan ukuran antropometrik yang terpenting dan
harus dilakukan pada setiap pemeriksaan kesehatan anak pada
semua kelompok usia. Berat badan merupakan hasil peningkatan
atau penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh, antara lain
tulang, otot, lemak, cairan tubuh dan lain-lain (Soetjningsih, 2013).
Pengukuran berat badan menggunakan alat yang hasil ukurannya

Noura Azmia Tabah, 2020


FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DNEGAN STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN
PANGKALAN JATI KECAMATAN CINERE KOTA DEPOK TAHUN 2020
UPN Veteran Jakarta, Fakultas Kedokteran, Program Studi Kedokteran Program Sarjana
[www.upnvj.ac.id-www.repository.upnvj.ac.id]
10

akurat seperti dacin untuk menimbang berat badan balita,


timbangan detecto bathroomscale, timbangan injak digital dan
timbangan berat badan lainnya. Syarat alat ukur berat badan antara
lain alat ukur harus mudah digunakan dan dibawa, mudah didapat,
harga relatif murah dan terjangkau, ketelitian 0,1 kg, skala jelas dan
mudah dibaca, aman jika digunakan dan selalu dikalibrasi
(Kemenkes, 2017). Pemeriksaan berat badan bayi dilakukan dalam
keadaan telanjang atau dengan pakaian yang minim. Jika
menggunakan pan pediatric scale, pengukur harus yakin bahwa
bayi terletak ditengah pan scale sehingga berat badan bayi tersebar
merata. Bayi juga harus dipastikan diam agar tidak memengaruhi
hasil dari pemeriksaan (Gibson, 2005).

Sumber: Gibson, 2005

Gambar 1 Pengukuran berat badan menggunakan


(a)Timbangan Dacin, (b) Pan Pediatric Scale

Pengukuran berat badan anak dan dewasa yang sudah dapat berdiri
tanpa bantuan orang lain dapat menggunakan timbangan berat
badan skala elektronik. Alat timbang diletakkan di permukaan yang
rata. Subjek berdiri di tengah bagian timbangan dan pandangan
lurus kedepan, badan relaks tapi tetap tegak, dan lebih baik diukur
tanpa busana. Jika tidak memungkinkan tanpa busana subjek dapat
menggunakan pakaian dalam yang tipis atau menggunakan baju
khusus yaitu paper examination gown (Gibson, 2005).

Noura Azmia Tabah, 2020


FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DNEGAN STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN
PANGKALAN JATI KECAMATAN CINERE KOTA DEPOK TAHUN 2020
UPN Veteran Jakarta, Fakultas Kedokteran, Program Studi Kedokteran Program Sarjana
[www.upnvj.ac.id-www.repository.upnvj.ac.id]
11

Sumber: Gibson, 2005

Gambar 2 Macam-macam timbangan berat badan skala


elektronik

Antropometri menggunakan dua atau lebih penghitungan


antropometri. Penghitungan antropometri yang digunakan untuk
indeks pertumbuhan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
1) Ukuran yang bergantung usia
a) Berat badan terhadap usia (BB/U)
b) Tinggi badan/panjang badan terhadap usia (TB/U)
2) Ukuran yang tidak bergantung usia
a) Berat badan terhadap tinggi badan (BB/TB)
Hasil dari penilaian perhitungan antropometrik tersebut akan
diinterpretasikan berupa rasio untuk pengukuran yang tidak
bergantungumur dan untuk yang bergantung umur
diinterpretasikan lebih kompleks seperti Z-score pada grafik
WHO (Gibson, 2005). Untuk menentukan pertumbuhan dan
perkembangan fisik bayi dan anak dapat menggunakan grafik
pertumbuhan WHO dan grafik pertumbuhan CDC. Grafik
pertumbuhan adalah alat mendasar yang sangat baik digunakan
untuk bayi, anak, dan remaja yang berfungsi untuk evaluasi
pertumbuhan perkembangan fisik dan digunakan untuk
menghitung status nutrisi (Lee dan Nieman, 2012). Indonesia
menggunakan grafik WHO untuk mengukur pertumbuhan dan
perkembangan fisik anak berumur 0-59 bulan dan grafik CDC
untuk mengukur pertumbuhan dan perkembangan fisik untuk

Noura Azmia Tabah, 2020


FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DNEGAN STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN
PANGKALAN JATI KECAMATAN CINERE KOTA DEPOK TAHUN 2020
UPN Veteran Jakarta, Fakultas Kedokteran, Program Studi Kedokteran Program Sarjana
[www.upnvj.ac.id-www.repository.upnvj.ac.id]
12

anak berumur 5-18 tahun sesuai ketentuan ikatan dokter anak


Indonesia (IDAI).

Sumber: IDAI, 2019

(a)

Sumber: IDAI, 2019

(b)

Gambar 3 Contoh grafik WHO BB/U

Noura Azmia Tabah, 2020


FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DNEGAN STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN
PANGKALAN JATI KECAMATAN CINERE KOTA DEPOK TAHUN 2020
UPN Veteran Jakarta, Fakultas Kedokteran, Program Studi Kedokteran Program Sarjana
[www.upnvj.ac.id-www.repository.upnvj.ac.id]
13

Grafik WHO akan diinterpretasikan menggunakan Z-score. Z-


Score adalah skor yang menggambarkan selisih nilai atau jarak
seseorang ke nilai rerata dari kelompok orang tersebut yang
dinyatakan dalam bentuk satuan Standar Deviasi (SD). Z-score
dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 − 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑟𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑝𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖


𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑍 𝑠𝑒𝑠𝑒𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 =
𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 𝑑𝑒𝑣𝑖𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑝𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖

Menurut WHO, 2008 hasil Z-score diinterpretasikan berdasarkan


empat indikator pertumbuhan yaitu tinggi badan terhadap usia
(TB/U), berat badan terhadap usia (BB/U), dan berat badan
terhadap tinggi badan (BB/TB), Interpretasi menurut WHO
terdapat di tabel 1 sebagai berikut:

Tabel 1 Interpretasi Indikator Pertumbuhan

Z-Score Indikator Pertumbuhan

TB/U BB/U BB/TB IMT/U


Diatas 3 SD Lihat catatan 1 obesitas obesitas

Diatas 2 SD Kelebihan Kelebihan


berat badan berat badan

Lihat
Diatas 1 SD Kemungkinan Kemungkinan
catatan 2 risiko kelebihan risiko kelebihan
BB (Lihat catatan BB (Lihat catatan
3) 3)

Noura Azmia Tabah, 2020


FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DNEGAN STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN
PANGKALAN JATI KECAMATAN CINERE KOTA DEPOK TAHUN 2020
UPN Veteran Jakarta, Fakultas Kedokteran, Program Studi Kedokteran Program Sarjana
[www.upnvj.ac.id-www.repository.upnvj.ac.id]
14

0 (Median)
Dibawah -1
SD
Dibawah -2Pendek Berat badan Kurus Kurus
SD Kurang
Dibawah -3Sangat Berat badan Sangat kurus Sangat kurus
SD pendek sangat
Kurang
Sumber: IDAI, 2019

Keterangan:
Catatan 1 = Anak tergolong sangat tinggi. Rujuk bila tinggi anak
sangat berlebihan (jauh melebih potensi genetik) yang mengindikasikan
gangguan endokrin seperti tumor yang memproduksi hormon pertumbuhan.
Catatan 2 = Anak yang berat badan menurut umur berada pada rentang
ini bisa mempunyai masalah pertumbuhan, sebaiknya dinilai berdasarkan
BB/TB atau IMT/U.
Catatan 3 = Z-score diatas 1 menunjukkan adanya kemungkinan risiko
dan bila ada kecenderungan.

Menurut Gibson, 2005 keunggulan antropometri gizi sebagai metode


penilaian status yaitu:
1) Prosedurnya sederhana, aman, dan tidak bersifat invasif.
2) Dapat digunakan untuk satu subjek maupun subjek dalam
jumlah besar.
3) Tidak memerlukan peralatan yang mahal peralatan yang
digunakan mudah dibawa dan tahan lama.
4) Relatif tidak membutuhkan tenaga ahli, cukup dilakukan oleh
tenaga yang sudah dilatih dalam waktu singkat.
5) Dapat menghasilkan data yang akuran dan tepat jika
prosedurnya dilakukan oleh tenaga yang sudah dilatih.
6) Dapat mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi di masa

Noura Azmia Tabah, 2020


FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DNEGAN STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN
PANGKALAN JATI KECAMATAN CINERE KOTA DEPOK TAHUN 2020
UPN Veteran Jakarta, Fakultas Kedokteran, Program Studi Kedokteran Program Sarjana
[www.upnvj.ac.id-www.repository.upnvj.ac.id]
15

lampau.
7) Dapat mengidentifikasi status nutrisi yang buruk baik yang
ringan maupun yang berat.
8) Dapat digunakan sebagai alat utuk tes skrining nutrisi.
Kelemahan antropometri gizi sebagai metode penilaian status gizi yaitu
(Supariasa, 2012):
1) Tidak sensitif, sebab metode ini tidak dapat mendeteksi status
gizi dalam waktu singkat. Disamping itu tidak dapat
membedakan kekurangan zat gizi tertentu seperti zinc dan zat
besi.
2) Faktor diluar gizi (penyakit, genetik, dan penurunan
penggunaan energi) dapat menurunkan spesifisitas dan
sensitivitas pengukuran antropometri.
3) Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat
memengaruhi presisi, akurasi, dan validitas pengukuran
antropomteri gizi.
b. Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk melihat
status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan yang
terjadi dan dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat
dilihat pada jaringan epitel (supervicial epithelial tissues) seperti kulit,
mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan
permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid (Supariasa, 2012). Metode klinis
umumnya untuk survey klinis secara cepat (rapid clinical suveys).
Survey ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis
umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu
digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan
melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala (symptom)
atau riwayat penyakit (Supariasa, 2012).
c. Biokimiawi
Pemeriksaan secara biokimia merupakan pemeriksaan spesimen yang
diuji secara laboratorium yang dilakukan pada berbagai macam

Noura Azmia Tabah, 2020


FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DNEGAN STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN
PANGKALAN JATI KECAMATAN CINERE KOTA DEPOK TAHUN 2020
UPN Veteran Jakarta, Fakultas Kedokteran, Program Studi Kedokteran Program Sarjana
[www.upnvj.ac.id-www.repository.upnvj.ac.id]
16

jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain: darah,


urine, tinja, dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot.
Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan
akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi (Supariasa, 2012).
d. Biofisik
Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status
gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan
melihat perubahan struktur dan jaringan. Umumnya dapat digunakan
dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemik, cara yang
digunakan adalah tes adaptasi gelap (Supariasa, 2012).

II.1.3.2 Pengukuran Tidak Langsung


Menurut Suparaisa (2012) penilaian status gizi secara tidak langsung dapat
dibagi tiga yaitu: survei konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi.
a. Survei konsumsi makanan
Merupakan metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan
melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.
b. Statistik vital
Merupakan pengukuran dengan menganalisis data beberapa statistik
kesehatan seperti angka kematian bedasarkan usia, angka kesakitan dan
kematian akibat penyebab tertentu.
c. Faktor ekologi
Digunakan untuk mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan
masalah ekologi sebagai hasil interkasi beberapa faktor fisik, biologis,
dan lingkungan budaya.

II.1.4 Faktor-faktor yang memepengaruhi status gizi balita


Menurut UNICEF, faktor yang memengaruhi status gizi diklasifikasikan
menjadi penyebab langsung, penyebab tidak langsung, penyebab pokok dan akar
masalah. Kurang Energi Protein (KEP) disebakan bukan hanya karena asupan
makanan yang kurang tetapi juga bisa dikarenakan oleh penyakit. Anak yang
mendapatkan makanan yang cukup baik tetapi sering menderita diare atau demam,

Noura Azmia Tabah, 2020


FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DNEGAN STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN
PANGKALAN JATI KECAMATAN CINERE KOTA DEPOK TAHUN 2020
UPN Veteran Jakarta, Fakultas Kedokteran, Program Studi Kedokteran Program Sarjana
[www.upnvj.ac.id-www.repository.upnvj.ac.id]
17

bisa berujung menderita kurang gizi. Anak yang makanannya tidak mencukupi baik
jumlah dan mutunya bisa menyebabkan daya tahan tubuhnya melemah. Anak yang
situasi dan keadaannya seperti itu akan mudah terserang infeksi sehingga dapat
mengurangi nafsu makan, dan akhirnya dapat menderita kurang gizi atau gizi buruk
(Thaha, 2012).

II.1.4.1 Penyebab Langsung


a. Jenis Kelamin
Menurut Almatsier (2011), anak laki-laki memiliki peluang lebih besar
untuk menderita KEP dibandingkan anak perempuan, hal ini
disebabkan karena anak laki-laki memiliki aktivitas yang lebih tinggi
dibandingkan anak perempuan, sehingga anak laki-laki membutuhkan
gizi yang lebih tinggi.
b. Berat Badan Lahir Balita
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) yaitu bayi yang ditimbang pada saat
lahir sampai dengan 24 jam pertama setelah kelahiran, dengan berat
lahir kurang dari 2.500 gram. Berat badan lahir rendah merupakan salah
satu faktor yang berpengaruh terhadap kematian bayi pada masa
perinatal dan neonatal (Depkes RI, 2013). Balita dengan BBLR
pertumbuhan dan perkembangannya akan lebih lambat. Keadaan ini
akan bertambah buruk jika bayi BBLR kurang mendapatkan asupan
energi, zat gizi, pola asuh yang kurang baik, serta sering menderita
penyakit infeksi, sehingga bayi BBLR cenderung memiliki status gizi
kurang dan buruk. Bayi BBLR akan mengalami gangguan pertumbuhan
dikarenakan belum sempurnanya pertumbuhan dan pematangan organ
pada tubuhnya, sehingga sering mengakibatkan bayi BBLR mengalami
komplikasi yang berakhir pada kematian (Depkes RI, 2013).
c. Status pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif
Air Susu Ibu (ASI) adalah emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa
dan garam organik yang disekresi oleh kelenjar payudara ibu sebagai
makanan utama pada bayi. Air Susu Ibu (ASI) juga merupakan
makanan alamiah terbaik yang dapat diberikan oleh seorang ibu kepada

Noura Azmia Tabah, 2020


FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DNEGAN STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN
PANGKALAN JATI KECAMATAN CINERE KOTA DEPOK TAHUN 2020
UPN Veteran Jakarta, Fakultas Kedokteran, Program Studi Kedokteran Program Sarjana
[www.upnvj.ac.id-www.repository.upnvj.ac.id]
18

anak yang baru dilahirkannya dan komposisinya ASI juga sesuai untuk
pertumbuhan bayi, ASI mengandung zat pelindung yang dapat
menghindari bayi dari berbagai macam penyakit (Alkatiri, 2013). Air
Susu Ibu (ASI) merupakan sumber nutrisi yang sangat penting bagi bayi
dalam jumlah yang cukup dan ASI juga dapat memenuhi kebutuhan gizi
bayi selama 6 bulan pertama setelah kelahiran. Air Susu Ibu (ASI)
mengandung semua zat gizi yang diperlukan bayi, mengandung zat
kekebalan terhadap suatu penyakit, dan tidak perlu dibeli, sekaligus
merupakan ungkapan kasih sayang ibu kepada bayinya. Kandungan zat
gizi pada ASI hanya dapat memenuhi kebutuhan anak sampai usia 6
bulan (Suradi, 2012).
Air Susu Ibu (ASI) mengandung zat gizi yang cukup lengkap untuk
kekebalan tubuh pada bayi. Keunggulan lainnya, ASI disesuaikan
dengan sistem pencernaan bayi sehingga zat gizi cepat terserap, berbeda
dengan susu formula atau makanan tambahan yang diberikan secara
dini kepada bayi. Susu formula sangat susah diserap oleh usus bayi
sehingga terkadang dapat menyebabakan bayi susah untuk membuang
air besar. Proses pembuatan susu formula yang tidak steril juga dapat
menyebabkan bayi terkena diare. Hal ini akan menjadi pemicu
terjadinya kurang gizi pada balita (Santoso et al., 2013). Dalam
penelitian Suradi, 2012 menyatakan bahwa balita yang tidak diberikan
ASI Eksklusif akan terjadi 2,86 kali kemungkinan mengalami gizi
kurang dan hal tersebut bermakna secara statistik.
d. Riwayat Penyakit Infeksi
Terdapat hubungan yang erat antara penyakit infeksi (bakteri, virus dan
parasit) dengan kejadian malnutrisi (Supariasa, 2012). Penyakit infeksi
akan menyebabkan gangguan gizi melalui beberapa cara yaitu dengan
menghilangkan bahan makanan melalui muntah-muntah maupun diare.
Selain itu penyakit infeksi seperti infeksi saluran pernapasan juga dapat
menurunkan nafsu makan (Arisman, 2010). Mekanisme patologisnya
dapat bermacam-macam, baik secara sendiri-sendiri maupun
bersamaan, seperti penurunan asupan zat gizi akibat kurangnya nafsu

Noura Azmia Tabah, 2020


FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DNEGAN STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN
PANGKALAN JATI KECAMATAN CINERE KOTA DEPOK TAHUN 2020
UPN Veteran Jakarta, Fakultas Kedokteran, Program Studi Kedokteran Program Sarjana
[www.upnvj.ac.id-www.repository.upnvj.ac.id]
19

makan, menurunnya absorbsi dan kebiasaan mengurangi makan pada


saat sakit, peningkatan kehilangan cairan/zat gizi akibat penyakit diare,
mual/muntah dan perdarahan terus menerus serta meningkatnya
kebutuhan baik dari peningkatan kebutuhan akibat sakit dan parasit
yang terdapat dalam tubuh (Supariasa, 2012). Beberapa penyakit
infeksi yang sering diderita oleh anak antara lain:
a. Diare
Bayi dan balita dinyatakan menderita diare, apabila bentuk tinja
encer atau buang air besar tidak normal dengan frekuensi lebih
dari 3 kali dalam sehari. Diare yang bersifat akut dapat berubah
menjadi diare kronis. Diare akut yaitu diare yang berlangsung
secara mendadak, tanpa gejala gizi kurang dan demam serta
berlangsung kurang dari 14 hari. Sedangkan yang dimaksud
dengan diare kronik yaitu diare yang berlangsung lebih dari 15
hari (Depkes RI, 2011)
Diare masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia terutama
pada anak-anak usia di bawah 5 tahun atau balita. Data nasional
menyebutkan bahwa di Indonesia 100.000 balita meninggal dunia
disebabkan diare, yang berarti setiap hari sekitar 273 balita yang
meninggal dunia dengan sia-sia, sama saja dengan 11 jiwa
meninggal setiap jamnya atau 1 jiwa meninggal setiap 5,5 menit
akibat diare (Depkes RI, 2011).
b. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) disebabkan oleh virus
ataupun bakteri. Penyakit ini biasanya diawali dengan panas
disertai salah satu atau lebih gejala seperti tenggorokan sakit atau
nyeri saat menelan, pilek, batuk kering ataupun batuk berdahak.
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) selalu menduduki
peringkat pertama dari 10 penyakit terbanyak di Indonesia
(Kemenkes RI, 2018).

Noura Azmia Tabah, 2020


FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DNEGAN STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN
PANGKALAN JATI KECAMATAN CINERE KOTA DEPOK TAHUN 2020
UPN Veteran Jakarta, Fakultas Kedokteran, Program Studi Kedokteran Program Sarjana
[www.upnvj.ac.id-www.repository.upnvj.ac.id]
20

II.1.4.2 Penyebab Tidak Langsung


a. Tingkat Pendidikan Ibu
Pendidikan sangat memengaruhi penerimaan informasi mengenai gizi.
Masyarakat dengan pendidikan yang rendah biasanya sulit menerima
informasi baru di bidang gizi, yang menyebabkan masyrakat lebih
mempertahankan tradisi-tradisi yang berhubungan dengan makanan.
Tingkat pendidikan juga menentukan seseorang dalam menerima suatu
pengetahuan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan
semakin mudah menyerap informasi yang diterima termasuk
pendidikan dan informasi mengenai gizi, di mana dengan pendidikan
gizi diharapkan terciptanya pola kebiasaan yang baik dan sehat. Tingkat
pendidikan yang lebih tinggi memudahkan seseorang atau masyarakat
untuk menyerap informasi dan mengimplementasikannya dalam bentuk
perilaku serta gaya hidup sehari-hari, khususnya dalam hal kesehatan
dan perbaikan gizi (Ernawati, 2009).
b. Pengetahuan Ibu Tentang Gizi
Pengetahuan ibu yang baik tentang kesehatan dan gizi dapat
mengurangi kekurangan gizi pada anak-anak. Pemahaman tentang
peran pengetahuan terkait gizi anak menetukan pengetahuan ibu
tentang memilih makanan, memberikan makan, dan mencari perawatan
kesehatan ketika anak sakit sangat penting untuk menghasilkan hasil
nutrisi yang baik untuk anak-anaknya (Fadare et al., 2019). Menurut
teori pengetahuan akan memudahkan seseorang untuk menyerap
informasi dan mengimplementasikannya dalam perilaku dan kehidupan
sehari-hari. Kurangnya pengetahuan ibu mengenai gizi akan berakibat
pada rendahnya anggaran dalam membelanjakan pangan, mutu, serta
keanekaragaman bahan makanan yang akan dibeli, sehingga ibu lebih
banyak membeli barang karena pengaruh kebiasaan, iklan, dan
lingkungan. Selain itu, gangguan gizi juga dapat disebabkan karena
kurangnya kemampuan ibu menerapkan informasi tentang gizi dalam
kehidupan sehari-hari (Ernawati, 2009). Dampak pengetahuan pada
status gizi anak juga dipengaruhi oleh pendidikan formal ibu, ibu yang

Noura Azmia Tabah, 2020


FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DNEGAN STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN
PANGKALAN JATI KECAMATAN CINERE KOTA DEPOK TAHUN 2020
UPN Veteran Jakarta, Fakultas Kedokteran, Program Studi Kedokteran Program Sarjana
[www.upnvj.ac.id-www.repository.upnvj.ac.id]
21

berpendidikan tinggi memepngaruhi pengetahuan lebih dalam memilih


makanan yang baik untuk anaknya (Appoh et al., 2005).
c. Pendapatan Keluarga
Kemiskinan menjadi salah satu penyebab terjadinya gizi kurang yang
menduduki posisi pertama pada kondisi yang umum di masyarakat
(Ernawati, 2009). Jika suatu keluarga memiliki pendapatan yang besar
serta cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi pada anggota keluarganya
maka pemenuhan kebutuhan gizi pada balita juga akan terjamin.
(Handayani (dalam Putri, 2015)). Penelitian ini sejalan dengan (Putri,
2015) bahwa pendapatan yang rendah akan menyebabkan daya beli
menjadi rendah sehingga keluarga tidak mampu membeli pangan dalam
jumlah yang diperlukan dan pada akhirnya berakibat buruk terhadap
status gizi pada anak balitanya.
d. Pekerjaan Ibu
Pekerjaan sangat berkaitan dengan pendapatan yang diperoleh dalam
keluarga. Hal yang muncul selain memperoleh pendapatan yaitu
penelantaran pada anak akibat dari kegiatan yang dilakukan ibu di luar
rumah. Pengasuhan dan keadaan gizi sedari bayi akan memengaruhi
masa-masa penting di usia balita. Penurunan berat badan pada balita
bisa diakibatkan karena perilaku ibu yang kurang mempersiapkan
makan pada anak. Pekerjaan diluar rumah maupun didalam rumah akan
memengaruhi pada kurangnya pemantauan ibu dalam konsumsi makan
anaknya. Himawan (2006) juga menyatakan bahwa terdapat kaitan
pekerjaan dengan status gizi balita.
e. Jumlah Anggota Keluarga
Jumlah anggota keluarga yang bertambah dapat membuat pangan untuk
setiap anak menjadi berkurang. Usia balita merupakan usia yang paling
rawan. Kurang energi protein (KEP) akan sedikit dijumpai pada
keluarga yang memiliki jumlah anggota keluarganya lebih sedikit
(Ernawati 2009). Jumlah keluarga juga merupakan faktor penting dalam
memengaruhi malnutrisi, penelitian yang dilakukan di india
menunjukkan prevalensi total dari kekurangan gizi secara signifikan

Noura Azmia Tabah, 2020


FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DNEGAN STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN
PANGKALAN JATI KECAMATAN CINERE KOTA DEPOK TAHUN 2020
UPN Veteran Jakarta, Fakultas Kedokteran, Program Studi Kedokteran Program Sarjana
[www.upnvj.ac.id-www.repository.upnvj.ac.id]
22

lebih tinggi pada anak-anak dengan jumlah keluarga yang memiliki


lebih dari 1 kepala keluarga dibandingkan dengan anak yang hanya
tinggal dengan 1 kepala keluarga saja (Nanda, 1996).

II.1.4.3 Faktor Pokok dan Akar Masalah


a. Kesehatan dan Tenaga Kesehatan
Permasalahan dalam hal kesehatan dan tenaga kesehatan meliputi akses
bertemu tenaga kesehatan, tenaga kesehatan yang berkualitas,
ketersediaan pasokan obat-obatan, infrastruktur serta sistem dan
kebijakan perawatan kesehatan. Buruknya penanganan kesehatan akan
meningkatkan prevalensi anak sakit pada suatu daerah. Jika hal ini
terjadi pada anak, anak mengalami gangguan pertumbuhan dan
perkembangan yang berpengaruh pada status gizinya (WHO, 2014).
b. Kultur Sosial
Permasalahan yang terdapat pada kultur sosial meliputi kepercayaan
dan norma masyarakat, ketidakhadirannya dukungan sosial, dan
pengasuh anak baik orangtua maupun wali asuh (WHO, 2014). Salah
satu contohnya adalah budaya membuang kolostrum saat menyusui
bayi di beberapa daerah tertentu. Hal ini dapat menyebabkan hilangnya
kesempatan anak untuk mendapat sumber ketahanan tubuh dari ASI
(Arisman, 2010).
c. Sistem Pertanian dan Pangan
Selain kementrian kesehatan, kementrian pertanian juga turut andil
pada status gizi balita. Permasalahan yang terjadi pada sistem pertanian
dan pangan tersebut meliputi proses produksi makanan, ketersediaan
makanan yang kaya akan mikronutrien dan keamanan serta kualitas
makanan (WHO, 2014). Jika hal ini terpenuhi, maka kejadian
malnutrisi dapat diminimalisir.
d. Air, Sanitasi, dan Lingkungan
Air, sanitasi, dan lingkungan tidak pernah lepas dari permasalahan
nutrisi di Indonesia. Permasalahan yang sering muncul adalah
kurangnya infrastruktur dan pelayanan air bersih dan sanitasi, densitas

Noura Azmia Tabah, 2020


FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DNEGAN STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN
PANGKALAN JATI KECAMATAN CINERE KOTA DEPOK TAHUN 2020
UPN Veteran Jakarta, Fakultas Kedokteran, Program Studi Kedokteran Program Sarjana
[www.upnvj.ac.id-www.repository.upnvj.ac.id]
23

populasi, perubahan iklim, urbanisasi, dan bencana alam yang dapat


menyebabkan terjadinya kejadian malnutrisi di berbagai daerah yang
berpengaruh pada status gizi (WHO, 2014).
e. Politik Ekonomi
Permasalahan politik ekonomi berpengaruh pada status gizi balita
seperti harga makanan, kebijakan perdagangan, regulasi marketing,
kemiskinan, dan pekerjaan (WHO, 2014). Terdapat kendala yang dapat
memengaruhi status gizi balita yaitu masalah koordinasi yang sulit,
strategi yang tidak cukup kuat, minat yang kurang dari stake holders,
jaringan antar stake holders yang tidak kuat, masih lemahnya power
dalam merekat kebijakan, struktur dalam kolaborasi yang tidak sama,
sumber daya manusia yang terbatas, dan tidak terjaminnya ketersediaan
anggaran (Aryastami et al., 2017).

Noura Azmia Tabah, 2020


FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DNEGAN STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN
PANGKALAN JATI KECAMATAN CINERE KOTA DEPOK TAHUN 2020
UPN Veteran Jakarta, Fakultas Kedokteran, Program Studi Kedokteran Program Sarjana
[www.upnvj.ac.id-www.repository.upnvj.ac.id]
24

II.2 Penelitian terkait

Tabel 2 Penelitian Terkait


No. Nama dan Judul Persamaan Perbedaan
Tahun

1. Wardani, Faktor-faktor yang - Variabel terikat: - Variabel bebas:


2012 memengaruhi status gizi status gizi balita Wardani: Pemberian
balita di RW 06 - Beberapa variabel colostrum
Kelurahan Pancoran Mas bebas seperti: - Desain penelitian
Kecamatan Pancoran Jenis kelamin, Peneliti:
Mas-Depok berat badan lahir Crossectional
anak balita, ASI
eksklusif,
penyakit infeksi,
tingkat
pendidikan ibu,
pengetahuan ibu
tentang gizi
balita, status
pekerjaan ibu

2. Khayati, Faktor-Faktor Yang - Variabel terikat: - Beberapa variabel


2011 Berhubungan Dengan status gizi balita bebas seperti:
Status Gizi Balita Pada - Beberapa variabel Peneliti: Jenis
Keluarga Buruh Tani Di bebas seperti: kelamin, status ASI
Desa Situwangi pendidikan ibu, Eksklusif, Berat
Kecamatan Rakit pekerjaan ibu, badan lahir balita
Kabupaten Banjarnegara pengetahuan ibu Khayati: tingkat
tentang gizi, konsumsi energi dan
penyakit infeksi, protein, kepemilikan
jumlah anggota lahan pertanian,
keluarga pemanfaatan lahan
- Desain penelitian: pekarangan
cross sectional

Noura Azmia Tabah, 2020


FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DNEGAN STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN
PANGKALAN JATI KECAMATAN CINERE KOTA DEPOK TAHUN 2020
UPN Veteran Jakarta, Fakultas Kedokteran, Program Studi Kedokteran Program Sarjana
[www.upnvj.ac.id-www.repository.upnvj.ac.id]
25

II.3 Kerangka Teori

PENYEBAB LANGSUNG PENYEBAB FAKTOR POKOK


TIDAK DAN AKAR
• Jenis Kelamin LANGSUNG MASALAH
• Berat Badan Lahir
Balita • Status Pekerjaan Ibu • Kesehatan dan
• ASI Eksklusif • Tingkat pendidikan Ibu Tenaga Kesehatan
• Riwayat Penyakit • Pendapatan Keluarga • Kultur Sosial
Infeksi • Jumlah Anggota Keluarga • Sistem Pertanian dan Pangan
• Pengetahuan Ibu tentang • Air, Sanitasi ,
gizi balita dan
Lingkungan
• Politik dan Ekonomi

STATUS GIZI BALITA

Keterangan:

Variabel yang di teliti


Variabel yang tidak di teliti

Sumber: Modifikasi UNICEF, 1998; Suparaisa, 2012; Wardani, 2012

Bagan 2 Kerangka Teori

Noura Azmia Tabah, 2020


FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DNEGAN STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN
PANGKALAN JATI KECAMATAN CINERE KOTA DEPOK TAHUN 2020
UPN Veteran Jakarta, Fakultas Kedokteran, Program Studi Kedokteran Program Sarjana
[www.upnvj.ac.id-www.repository.upnvj.ac.id]
26

II.4 Kerangka Konsep

Variabel independen Variabel dependen

Jenis Kelamin

Berat Badan Lahir Balita

ASI Eksklusif

Penyakit Infeksi

Status Pekerjaan Ibu Status Gizi Balita

Tingkat Pendidikan Ibu

Pendapatan Keluarga

Pengetahuan Ibu Tentang Gizi

Jumlah anggota keluarga

Bagan 3 Kerangka Konsep

II.5 Hipotesis Penelitian


Terdapat hubungan antara jenis kelamin, berat badan lahir balita, ASI
Eksklusif, penyakit infeksi, status pekerjaan ibu, tingkat pendidikan ibu,
pengetahuan ibu tentang gizi, pendapatan keluarga, jumlah anggota keluarga
terhadap status gizi balita.

Noura Azmia Tabah, 2020


FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DNEGAN STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN
PANGKALAN JATI KECAMATAN CINERE KOTA DEPOK TAHUN 2020
UPN Veteran Jakarta, Fakultas Kedokteran, Program Studi Kedokteran Program Sarjana
[www.upnvj.ac.id-www.repository.upnvj.ac.id]

Anda mungkin juga menyukai