STATUS LOKALIS:
A/R PERIANAL : ARAH JAM 3,2CM DARI ANAL VERGE,
DITEMUKAN EDEMA (+), HIPEREMIS (+), LUKA (-),
FLUKTUASI (+), NYERI (+)
RT : TIDAK DAPAT DILAKUKAN KARENA NYERI HEBAT
PEMERIKSAAN PENUNJANG:
LABORATORIUM: HB 11,4G/DLL, LEUKOSIT 21.300/ML,
ERITROSIT 4,4 JUTA/ML, TROMBOSIT 434.000/ML,GDS 235
MG/DL
DEFINISI
• Anamnesis
– Nyeri
– Gatal di sekitar perianal
– Nyeri diperburuk dengan gerakan, duduk maupun defekasi.
– Demam
• Pemeriksaan fisik
– Massa, eritem, berfluktuasi, nyeri tekan.
DIAGNOSIS
Pemeriksaan penunjang
• rektoskopi untuk menentukan adanya karsinoma atau proktitis TB,
amuba, morbus Crohn.
• Fistulografi dilakukan dengan injeksi kontras melalui pembukaan
internal, diikuti dengan anteroposterior, lateral dan gambaran X-ray
oblik untuk melihat jalur fistula.
• Pemeriksaan lain yang bisa dilakukan adalah EUA (Examination
Under Anasthesia), CT Scan, USG endoanal (digunakan untuk
menentukan hubungan antara traktus primer dengan sfingter anal,
untuk menentukan apakah simpel atau kompleks dengan
perpanjangan, dan untuk menentukan lokasi bukaan primer)
• MRI (sangat akurat dalam mengidentifikasi bukaan internal dan
traktus fistula).
• MRI menjadi pilihan utama dalam mengidentifikasi fistula yang
kompleks.
FISTULOGRAFI (ANTEROPOSTERIOR)
USG ENDOANAL CT SCAN
DIAGNOSIS • Abses perianal
DIAGNOSIS BANDING
Pada hemoroid terjadi pelebaran pembuluh darah pada Fisura anal adalah adanya robekan kecil pada mukosa
rektum bagian distal akibat adanya kongesti pada vena anus, umumnya akibat konsistensi feses yang keras.
hemorrhoidalis karena gangguan aliran balik. Pada Pasien dengan fisura anal akan mengeluhkan nyeri
anamnesis gejala yang sering dikeluhkan adalah pada anus seperti dirobek. Pasien juga dapat
perdarahan saat buang air besar, rasa sakit saat buang mengeluhkan timbul perdarahan saat buang air. Pada
air besar, benjolan, serta gatal pada anus. pemeriksaan fisik akan didapatkan fisura dan nyeri
tekan. Kondisi ini dapat sembuh dengan sendirinya.
Thrombosis Hemoroid
TATALAKSANA
• Beberapa hal yang harus diwaspadai dan dievaluasi pada anak dengan
kejang demam adalah mortalitas, perkembangan mental dan
neurologis, berulangnya kejang demam dan resiko terjadinya epilepsy
di kemudian hari. Mortalitas pada Kejang Demam sangat rendah yaitu
0,64-0,74 %
PROGNOSIS
• Sekitar dua pertiga pasien dengan abses anorektal yang diobati dengan
insisi dan drainase atau dengan drainase spontan akan mendapat
komplikasi sebuah fistula anorektalkronis.
• Tingkat kekambuhan fistula anorektal setelah fistulotomi,
fistulektomi, atau penggunaan seton adalah sekitar 1,5%. Tingkat
keberhasilan pengobatan bedah primer dengan fistulotomy tampaknya
cukup baik.