Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN KASUS

IDA AYU PUTU RATIH S


03015087
SKENARIO II
TN. ZN, LAKI-LAKI, USIA 55 TAHUN, DATANG KE IGD
DENGAN KELUHAN BENGKAK DISEKITAR ANUS DAN
TERASA NYERI. KELUHANN DIRASAKAN SEJAK 3 HARI
SMRS. DEMAM (+), MUAL (-), MUNTAH (+). PASIEN
SEBELUMNYA SUDAH BEROBAT KE KLINIK TERDEKAT
NAMUN TIDAK KUNJUNG SEMBUH. RIWAYAT DM (+)
NAMUN TIDAK KONTROL TERATUR.
STATUS GENERALIS:

TD 130/70 MMHG, NADI 102X/MNT, RR 22X/MNT, SUHU


38,5℃

STATUS LOKALIS:
A/R PERIANAL : ARAH JAM 3,2CM DARI ANAL VERGE,
DITEMUKAN EDEMA (+), HIPEREMIS (+), LUKA (-),
FLUKTUASI (+), NYERI (+)
RT : TIDAK DAPAT DILAKUKAN KARENA NYERI HEBAT

PEMERIKSAAN PENUNJANG:
LABORATORIUM: HB 11,4G/DLL, LEUKOSIT 21.300/ML,
ERITROSIT 4,4 JUTA/ML, TROMBOSIT 434.000/ML,GDS 235
MG/DL
DEFINISI

• Abses perianal merupakan gangguan sekitar anus dan rectum, dimana


sebagian besar timbul dari obstruksi kripta anal. Infeksi dan stasis dari
kelenjar dan sekresi kelenjar menghasilkan supurasi dan pembentukan
abses dalam kelenjar anal. Biasanya, abses terbentuk awal-awal dalam
ruang intersfingterik dan kemudian ke ruang potensial yang
berdekatan.
EPIDEMIOLOGI

• Abses perianal  bentuk paling sering.


• Kejadian puncak dari abses anorektal pada usia dekade ketiga dan
keempat dalam kehidupan.
• Pria lebih sering terkena daripada wanita 2:1 sampai 3:1
KLASIFIKASI ABSES
ETIOLOGI

Organisme aerobik dan anaerobik telah ditemukan merupakan penyebab


abses ini:
• Bacteroides fragilis, Peptostreptococcus, Prevotella, Fusobacterium,
Porphyromonas, spesies Clostridium, Staphylococcus aureus,
Streptococcus, dan Escherichia coli
FAKTOR RESIKO

• Faktor resiko terjadinya abses perianal :


– infeksi seksual
– Crohn’s disease atau kolitis ulseratif
– kegiatan seks melalui anus
– diabetes melitus
– mengonsumsi prednison
– HIV/AIDS.
PATOFISIOLOGI

• Obstruksi pada kriptus analis merupakan hasil dari stasis sekresi


kelenjar lalu ketika terjadi infeksi, terbentuk supurasi dan
pembentukan abses pada glandula analis.
• Abses biasanya terbentuk di ruang intersphincteric dan dapat
menyebar di sepanjang ruang.
• Seiring membesarnya abses, abses dapat menyebar ke beberapa arah.
• Abses perianal adalah manifestasi paling sering dan muncul sebagai
pembengkakan yang nyeri di ambang analis.
MANIFESTASI KLINIS :

• Anamnesis
– Nyeri
– Gatal di sekitar perianal
– Nyeri diperburuk dengan gerakan, duduk maupun defekasi.
– Demam
• Pemeriksaan fisik
– Massa, eritem, berfluktuasi, nyeri tekan.
DIAGNOSIS

Pemeriksaan penunjang
• rektoskopi untuk menentukan adanya karsinoma atau proktitis TB,
amuba, morbus Crohn.
• Fistulografi dilakukan dengan injeksi kontras melalui pembukaan
internal, diikuti dengan anteroposterior, lateral dan gambaran X-ray
oblik untuk melihat jalur fistula.
• Pemeriksaan lain yang bisa dilakukan adalah EUA (Examination
Under Anasthesia), CT Scan, USG endoanal (digunakan untuk
menentukan hubungan antara traktus primer dengan sfingter anal,
untuk menentukan apakah simpel atau kompleks dengan
perpanjangan, dan untuk menentukan lokasi bukaan primer)
• MRI (sangat akurat dalam mengidentifikasi bukaan internal dan
traktus fistula).
• MRI menjadi pilihan utama dalam mengidentifikasi fistula yang
kompleks.
FISTULOGRAFI (ANTEROPOSTERIOR)
USG ENDOANAL CT SCAN
DIAGNOSIS • Abses perianal

DIAGNOSIS BANDING

Thrombosis Hemoroid Fissura anal

Pada hemoroid terjadi pelebaran pembuluh darah pada Fisura anal adalah adanya robekan kecil pada mukosa
rektum bagian distal akibat adanya kongesti pada vena anus, umumnya akibat konsistensi feses yang keras.
hemorrhoidalis karena gangguan aliran balik. Pada Pasien dengan fisura anal akan mengeluhkan nyeri
anamnesis gejala yang sering dikeluhkan adalah pada anus seperti dirobek. Pasien juga dapat
perdarahan saat buang air besar, rasa sakit saat buang mengeluhkan timbul perdarahan saat buang air. Pada
air besar, benjolan, serta gatal pada anus. pemeriksaan fisik akan didapatkan fisura dan nyeri
tekan. Kondisi ini dapat sembuh dengan sendirinya.
Thrombosis Hemoroid
TATALAKSANA

• Antibiotik  tidak terlalu efektif, jika diberikan hanya menunda


intervensi  keterlambatan drainase  infeksi semakin parah.
• Intrvensi utama  insisi + drainase
TATALAKSANA
KOMPLIKASI

• Beberapa hal yang harus diwaspadai dan dievaluasi  pada anak dengan
kejang demam adalah mortalitas, perkembangan mental dan
neurologis, berulangnya kejang demam dan resiko terjadinya epilepsy
di kemudian hari. Mortalitas pada Kejang Demam sangat rendah yaitu
0,64-0,74 %
PROGNOSIS

• Sekitar dua pertiga pasien dengan abses anorektal yang diobati dengan
insisi dan drainase atau dengan drainase spontan akan mendapat
komplikasi sebuah fistula anorektalkronis.
• Tingkat kekambuhan fistula anorektal setelah fistulotomi,
fistulektomi, atau penggunaan seton adalah sekitar 1,5%. Tingkat
keberhasilan pengobatan bedah primer dengan fistulotomy tampaknya
cukup baik.

Anda mungkin juga menyukai