0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
47 tayangan19 halaman
Dokumen tersebut membahas perubahan komposisi tubuh dan perubahan fisiologi saluran pencernaan pada lansia yang berdampak pada kebutuhan gizi mereka. Dokumen juga menjelaskan masalah gizi umum pada lansia seperti kehilangan berat badan, obesitas, osteoporosis, dan anemia serta tatalaksana gizi yang dianjurkan untuk menjaga kesehatan lansia.
Dokumen tersebut membahas perubahan komposisi tubuh dan perubahan fisiologi saluran pencernaan pada lansia yang berdampak pada kebutuhan gizi mereka. Dokumen juga menjelaskan masalah gizi umum pada lansia seperti kehilangan berat badan, obesitas, osteoporosis, dan anemia serta tatalaksana gizi yang dianjurkan untuk menjaga kesehatan lansia.
Dokumen tersebut membahas perubahan komposisi tubuh dan perubahan fisiologi saluran pencernaan pada lansia yang berdampak pada kebutuhan gizi mereka. Dokumen juga menjelaskan masalah gizi umum pada lansia seperti kehilangan berat badan, obesitas, osteoporosis, dan anemia serta tatalaksana gizi yang dianjurkan untuk menjaga kesehatan lansia.
Disusun oleh: Wenny Damayanti/ 406181044 Perubahan Komposisi Tubuh pada Lansia • Komposisi tubuh: • Kimiawi:air, mineral, protein dan lemak • Anatomi:otot skelet, jaringan lemak, tulang, darah dan lain-lain (organ dalam) • Cairan: jaringan bebas lemak, massa sel tubuh, total air tubuh, dan lemak tubuh. • Perubahan komposisi tubuh: Jaringan bebas lemak menurun dan lemak tubuh meningkat. • Dari usia 25 tahun sampai 65 tahun atau lebih, lemak tubuh meningkat dari 17% menjadi 29% pada laki-laki dan dari 29% menjadi 38% pada perempuan. • Jaringan bebas lemak mengalami penurunan setelah 45 tahun yaitu dari 65% menjadi 55% pada laki-laki dan dari 48% menjadi 39% pada perempuan. Perubahan Fisiologis Saluran Cerna pada Lansia • Penurunan indera pengecap, mencerna, menyerap dan metabolisme • Penurunan produksi saliva (xerostomis) • Kehilangan gigi geligi • Menurunnya sensitivitas esophagus dan sfingter esophagus. • Menurunnya motilitas lambung dan atrofi mukosa lambung: penurunan pH: menurunkan absorpsi besi kalsium, vitamin B6, B12 dan Folat, serta dapat menyebabkan pertumbuhan bakteri pada usus halus. • Atrofi mukosa dan perubahan pada sel penghasil mukus. Otot polos pada dinding kolon juga melemah dan digantikan dengan jaringan ikat yang kemudian menurunkan motilitas kolon. • Penurunan ukuran dan fungsi hati terutama CYP 450 Kebutuhan Makronutrien • Asupan energi 20% dibawah AKG menunjukan dampak yang positif. • Protein: kebutuhan protein lansia lebih tinggi dari orang dewasa yakni sekitar 1-1,25 gr/kgBB/hari. • Pada lansia yang sakit, kebutuhan dapat meningkat menjadi 1,5 gr/kgBB/hari • Asupan lemak maksimal 20% dari asupan energi dalam sehari. Hal ini berguna untuk menjegah terjadinya penyakit jantung koroner • Sumber lemak yang diperbolehkan adalah lemak tidak jenuh dan yang mengandung banyak omega-3 dan omega-6 seperti minyak nabati, kacang- kacangan, ikan laut. • Lemak jenuh, terutama lemak yang dihidrogenasi perlu dihindari karena dapat meningkatkan kadar kolesterol total dan LDL dan menurunkan kadar HDL.2 • Kebutuhan karbohidrat kemudian mengisi kebutuhan yang tersisa setelah kebutuhan lemak dan protein terpenuhi. • Minimal 100 gr/hari untuk mencegah ketosis. Maksimal 4 gr/kgBB/hari • Pada lansia sumber karbohidrat yang dianjurkan adalah yang memiliki indeks glikemik yang rendah serta kadar serat yang cukup. Karbohidrat yang telah dihilangkan kandungan seratnya (refined carbohydrates) seperti gula dan tepung-tepungan perlu dihindari.2 • Kebutuhan cairan pada lansia sangat penting untuk diobservasi setiap harinya. • Kejadian dehidrasi pada lansia tidak jarang terjadi karena menurunnya persepsi haus. • Cuaca tropis, immobilitas dan penyakit kronik juga memperparah kemungkinan dehidrasi. Kebutuhan Mikronutrien • Kebutuhan mikronutrien seperti vitamin E, C, dan sebagian besar vitamin B pada lansia tidak jauh berbeda dengan kebutuhan orang dewasa • Pada usia tua kemampuan ginjal untuk mensintesis vitamin D sebagai respon terhadap sinyal hormon paratiroid menurun. Selain itu, • Kurang responsif terhadap sinyal vitamin D untuk meningkatkan absorpsi kalsium. • Kulit yang tua pun menurunkan kemampuan untuk mensintesis prokolekalsiferol yang diubah menjadi vitamin D dengan bantuan sinar UV. • Dengan demikian, lansia yang dietnya kurang kandungan vitamin dan kalsium, akan memperoleh manfaat dari suplementasi vitamin D. • Absorpsi vitamin A berlangsung secara efisien namun metabolisme oleh hati berlangsung kurang efisien. • Dengan demikian, kadar vitamin A dalam darah akan meningkat sehingga dapat menimbulkan kerusakan hepar pada lansia. • Oleh karena itu pemberian suplemen vitamin A harus diberikan dengan hati-hati. 2 • Pada lansia absorpsi seng dan magnesium menurun. • Perubahan absorpsi ini data disebabkan karena menurunnya fungsi intestinum. • Defisiensi seng dapat berpengaruh terhadap indra pengecapan dan penyembuhan luka menjadi lebih lambat. 2 • Asupan kalsium yang dianjurkan di Indonesia adalah 800 gr/ hari. • Absorpsi kalsium menurun dengan bertambahnya umur. Hal ini mungkin berhubungan dengan respon intestinum terhadap vitamin D • Oleh karena itu untuk memenuhi AKG kalsium, diperlukan suplementasi kalsium yang diperoleh dari susu tinggi kalsium minimal dua gelas per hari. • Upaya ini dapat menurunkan resiko fraktur terhadap osteoporosis. 2 Masalah Gizi pada Lansia Kehilangan Berat Badan • Wasting, yaitu kehilangan berat badan yang tidak disadari, pada umumnya karena asupan yang tidak adekuat yang disebabkan oleh penyakit, maupun faktor psikososial. • Cachexia, kehilangan massa tubuh bebas lemak yang tidak disadari yang disebabkan oleh proses katabolisme, ditandai oleh peningkatan kecepatan metabolic dan peningkatan pemecahan protein. • Sarcopenia, kehilangan massa otot yang tidak disadari sebgai bagian dari proses menua. Kadang-kadang tidak ada penyakit yang mendasari. 2 Obesitas • Perubahan komposisi tubuh pada lansia berkontribusi pada terjainya obesitas terutama obesitas sentral. • Proporsi lemak intraabdominal meningkat seiring bertambahnya usia. • Penurunan aktivitas fisik dan immobilitas juga meningkatkan kemungkinan terjadinya obesitas. • Osteoporosis dapat dicegah dengan asupan vitamin D dan kalsium yang cukup, olahraga, dan menghindari merokok dan minim- minuman beralkohol. • Bila sudah terjadi osteoporosis tatalaksana yang dapat dilakukan antara lain menurunkan reabsorpsi tulang dengan terapi hormon dan bifosfat atau menstimulasi pembentukan tulang dengan pemberian fluoride, calcitonin dan calcitriol. Anemia Gizi • Anemia gizi dapat terjadi pada lansia karena asupan makanan yang menurun atau efek samping obat-obatan. • Pada umumnya lansia yang mempunyai berat badan rendah juga menderita anemia. Anemia gizi yang sering terjadi adalah anemia defisiensi besi, dan anemia defisiensi B12. • Asupan makanan yang mengandung besi dan B12 dapat mengatasi anemia. • Pada pemberian suplemen, dapat diberikan dengan dosis rendah kemudian dinaikan secara bertahap untuk menghindari efek samping obat. 2 Tatalaksana Gizi Lansia Sehat • Rekomendasi gizi yang dapat diberikan pada lansia yang hidup mandiri di tengah masyarakat antara lain: • Pola makan seimbang dengan variasi bahan makanan • Sumber karbohidrat terutama dari karbohidrat komplek dan mengurangi refined karbohidrat • Sumber protein bervariasi antara protein nabati dan hewani • Sumber lemak terutama dari lemak tidak jenuh dan mengurangi sumber lemak jenuh dan lemak trans • Cukup vitamin, mineral, dan serat dengan mengonsumsi sayur dan buah (3 porsi sayur dan 2 porsi buah per hari) • Cukup cairan. 2 Tatalaksana Lansia di RS • Penapisan Gizi • Subjective Goal Asessment (SGA) • Mini Nutritional Asessment (MNA). • Pemeriksaan Fisik • Pemeriksaan Fungsional Pengukuran Antropometri • Indeks Massa Tubuh • Skinfold • Pemeriksaan laboratorium: kadar protein dan lemak dalam darah • Asesmen diet dengan Food Frequency Questionnaire (FFQ) Kebutuhan Zat Gizi Makro dan Mikro pada Lansia pada Saat Sakit • Lansia yang tidak dapat mencerna makanan dengan baik, kesadaran menurun, menderita penyakit kronis, mempunyai masalah saluran cerna (malabsorpsi, maldigesti, gangguan motilitas) memerlukan gizi. • Suplemen Oral • Makanan Enteral • Gastric Feeding • Endoscopic gastrostomy • Jejunal Feeding • Nutrisi Parenteral Daftar Pustaka • Nutrition for older persons [Internet]. World Health Organization. World Health Organization; 2014 [cited 2018Nov6]. Available from: http://www.who.int/nutrition/topics/ageing/en/index1.html • Pranaka, Kris. 2010. Buku Ajar Boedhi Darmojo Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Edisi 4. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia • Johnson L, Sullivan D. Nutrition and Failure to Thrive. In: Landefeld C, Palmer R, Johnson M, Johnston C, Lyons W, editors. Current Geriatric Diagnosis & Treatment. Boston: McGraw-Hill; 2004. P. 391-406