id
Tugas Akhir
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan
Oleh:
AIDINA FITRIYANA
NIM. M3509002
DIPLOMA 3 FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa ujian akhir ini adalah penelitian saya sendiri
dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar apapun
disuatu perguruan tinggi, serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah
Apabila di kemudian hari dapat ditemukan adanya unsur penjiplakan maka gelar
Aidina Fitriyana
NIM. M3509002
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
AIDINA FITRIYANA
Jurusan D3 Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sebelas Maret
INTISARI
Daun sirih (Piper betle Linn.) merupakan salah satu tumbuhan obat asli
Indonesia yang memiliki aktivitas antibakteri, seperti pada bakteri jerawat
Propinibacterium acnes. Ekstrak etanol daun sirih diketahui memiliki KBM
(Kadar Bunuh Minimum) terhadap bakteri jerawat Propinibacterium acnes
sebesar 0,25%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi optimum
salep ekstrak etanolik daun sirih (Piper betle Linn.) dengan menggunakan basis
larut air. Basis larut air yang digunakan yaitu kombinasi PEG 400 dan PEG 6000.
Penelitian ini dilakukan dengan model simplex lattice design,
menggunakan basis PEG 400 (A) dan PEG 6000 (B), sehingga didapatkan 3
rancangan formula yaitu : F1 PEG 400 100%, F2 PEG 400 50%: PEG 6000 50%,
dan F3 PEG 6000 100%. Setiap formula dilakukan uji sifat fisik salep meliputi uji
daya lekat, uji pH dan uji viskositas. Data yang diperoleh dilakukan pendekatan
dengan metode simplex lattice design dengan parameter optimasi daya lekat, pH
dan viskositas.
Hasil penelitian menunjukkan interaksi PEG 400 dan PEG 6000
berpengaruh terhadap sifat fisik salep. Berdasarkan pendekatan dengan metode
simplex lattice design komposisi PEG 400 78%: PEG 6000 22% merupakan
formula optimum salep ekstrak etanolik daun sirih (Piper betle Linn.) sebagai
antijerawat dengan daya lekat 6,299 detik, pH 6,439 dan viskositas 219,226 dPas .
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
AIDINA FITRIYANA
Department of Pharmacy, Faculty of Mathematic and Science
Sebelas Maret University
ABSTRACT
Betel leaf (Piper betle Linn.) is one of the medicinal plants native to
Indonesia which has antibacterial activity, such as the acne bacteria
Propinibacterium acnes. Ethanol extract of betel leaf were found to have MBC
(Minimum Bacterisid Concentration) against the acne bacterium
Propinibacterium acnes of 0.25%. This study aims to determine the optimum
concentration of ethanolic extract ointment of betel leaf (Piper betle Linn.) Using
a water soluble base. Water-soluble base used is a combination of PEG 400 and
PEG 6000.
The research was conducted with the model of simplex lattice design,
using the base PEG 400 (A) and PEG 6000 (B), so we get 3 design formula is: F1
PEG 400 100%, F2 PEG 400 50%: PEG 6000 50%, and F3 PEG 6000 100%.
Each formula tested the physical properties of ointments include adhesion test,
test pH and viscosity test. The data obtained were performed by the method of
simplex lattice design approach to the design optimization of adhesion
parameters, pH and viscosity.
The results showed the interaction of PEG 400 and PEG 6000 affects the
physical properties of the ointment. Based approach with the method of simplex
lattice design composition of 78% PEG 400: 22% PEG 6000 is the optimum
formula ointment ethanolic extract of betel leaf (Piper betle Linn.) as an adhesion
antiacne by 6.299 seconds, pH 6.439 and viscosity 219.226 dPas.
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
MOTTO
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka
“Menuai apa yang kamu tabur, bersyukur untuk apa yang kamu tuai dan bekerja
(Yoseob)
(Penulis)
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Kedua orang tua dan adik-adikku tercinta yang memberikan semangat, kasih sayang dan
kesabaran selama ini.
Keluarga farmasi UNS dimana aku menjalani 3 tahun yang begitu indah.
Teman-teman terdekat, Bu’ne “Iis”, Bebeb “dyta”, “Evi” mariPhi, Mami “Reyza”, Lek
ngKEN, Kakaq “Okti”, MbShan-san, Mbok Dhe Atun, Umu “Cyrin” terima kasih telah
berjalan bersama ku selama ini ku harap persaudaraan ini akan tetap terjaga.
Mereka yang telah mempercayai dan meragukan ku, sehingga aku terdorong untuk terus
berjuang dan membuktikan bahwa aku BISA.
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
Akhir berjudul “Optimasi Formula Salep Ekstrak Etanolik Daun Sirih (Piper betle
Linn.) dengan Menggunakan Basis Larut Air” dengan baik dan lancar.
Penyusunan laporan tugas akhir merupakan salah satu syarat untuk dapat
mungkin untuk memberikan hasil yang terbaik. Dan tak mungkin terwujud tanpa
maupun materiil, dan do’a dari berbagai pihak. Karena itu penulis pada
1. Prof. Ir. Ari Handono Ramelan, M.Sc.(Hons), Ph.D, selaku Dekan Fakultas
4. Kedua orang tua, nenek dan adik-adik ku yang telah memberikan dukungan
dan semangat.
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu
Akhir ini. Untuk itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak untuk perbaikan sehingga akan menjadi bahan
berharap semoga laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan dapat menjadi bekal bagi penulis dalam pengabdian Ahli Madya
Penulis
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Hal
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
C. Hipotesis ........................................................................................ 17
BAB III. METODE PENELITIAN ........................................................... 18
A. Alat dan Bahan .............................................................................. 18
B. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................ 18
C. Metode Penelitian .......................................................................... 19
D. Prosedur Kerja ............................................................................... 19
1. Determinasi Tanaman ............................................................ 19
2. Pembuatan Simplisia .............................................................. 20
3. Pembuatan Serbuk .................................................................. 20
4. Pembuatan Ekstrak.................................................................. 20
5. Uji Fitokimia .......................................................................... 20
6. Formulasi Salep ...................................................................... 21
7. Pembuatan Salep .................................................................... 21
8. Pemeriksaan Sifat Fisik Salep ................................................ 22
E. Analisis Hasil ................................................................................. 23
BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................. 24
A. Determinasi Tanaman ................................................................... 24
B. Hasil Preparasi Simplisia ............................................................... 24
C. Hasil Pembuatan Ekstrak ............................................................... 24
D. Hasil Perhitungan Rendemen ......................................................... 24
E. Hasil Skrining Fitokimia ............................................................... 25
F. Pembuatan Salep ........................................................................... 25
G. Pemeriksaan Sifat Fisik Salep ........................................................ 26
H. Pendekatan Optimasi dengan Menggunakan Simplex Lattice
Design ........................................................................................... 30
I. Penentuan Formula Optimum ........................................................ 35
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................... 40
B. Saran ............................................................................................. 40
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 41
commit to user
LAMPIRAN ............................................................................................. 42
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel I. Formula Salep Ekstrak Etanolik Daun Sirih .......................... 21
Tabel II. Pemeriksaan Sifat Fisik Salep Ekstrak Etanolik Daun Sirih . 26
Tabel III. Hasil Pengujian pH Salep Ekstrak Etanolik Daun Sirih ...... 28
Tabel IV. Hasil Pengujian Daya Lekat Salep ..................................... 30
Tabel V. Hasil Pengujian pH Salep .................................................... 32
Tabel VI. Hasil Pengujian Viskositas Salep ....................................... 34
Tabel VII. Normalitas Parameter Optimasi ........................................ 36
Tabel VIII. Respon Parameter Optimasi ............................................ 37
Tabel IX. Pendekatan Normalitas Parameter Optimasi ....................... 38
Tabel X. Pendekatan Respon Parameter Optimasi .............................. 38
Tabel XI. Hasil Formula Optimum Menggunakan Metode Simplex
Lattice Design ..................................................................... 39
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 1. Daun Sirih (Piper betle Linn.) ....................................... 4
Gambar 2. Simplex Lattice Design dengan 2 Komponen ................. 13
Gambar 3. Struktur Kimia PEG ...................................................... 14
Gambar 4. Diagram Daya Lekat Salep Ekstrak Etanolik Daun Sirih 27
Gambar 5. Diagram Viskositas Salep Ekstrak Etanolik Daun Sirih .. 29
Gambar 6. Profil Daya Lekat Salep dengan Pendekatan Simplex
Lattice Design ............................................................... 31
Gambar 7. Profil pH Salep dengan Pendekatan Simplex Lattice
Design ........................................................................... 33
Gambar 8. Profil Viskositas Salep dengan Pendekatan Simplex
Lattice Design ............................................................... 35
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DARTAR LAMPIRAN
Hal
Lampiran 1. Hasil Determinasi Tanaman ................................................. 43
Lampiran 2. Perhitungan Rendemen Ekstrak ........................................... 44
Lampiran 3. Skrining Fitokimia dan Salep Ekstrak Etanolik Daun Sirih
(Piper betle Linn.) dengan Basis Larut Air .......................... 45
Lampiran 4. Diagram Alir Cara Kerja ..................................................... 46
Lampiran 5. Hasil Pemeriksaan Sifat Fisik Salep .................................... 47
Lampiran 6. Optimasi Formula dengan Metode Simplex Lattice Design .. 48
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu penyakit kulit yang selalu menjadi perhatian para remaja dan
dewasa muda adalah jerawat atau dalam bahasa medisnya acne vulgaris.
endokrin, keaktifan dari kelenjar sebasea itu sendiri, faktor psikis, musim dan
(Yuindartanto, 2009).
al.,2001).
et al., 2005). Ekstrak dan minyak atsiri daun sirih mempunyai aktivitas sebagai
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Minimum) 0,25 %.
(Piper betle Linn.) pada kulit, dilakukan formulasi dalam sediaan salep dengan
basis larut air. Formulasi pada sediaan salep akan mempengaruhi jumlah dan
kecepatan zat aktif yang dapat diabsorpsi. Zat aktif dalam sediaan salep
masuk ke dalam basis atau pembawa yang akan membawa obat untuk
absorpsi obat dan memiliki efek yang menguntungkan jika dipilih secara
tepat. Secara ideal, basis dan pembawa harus mudah diaplikasikan pada
kulit, tidak mengiritasi dan nyaman digunakan pada kulit (Wyatt et al., 2001).
Basis salep larut air yang biasa digunakan adalah Polietilenglikol (PEG).
PEG memiliki keuntungan yaitu tidak mengiritasi, memiliki daya lekat dan
distribusi yang baik pada kulit dan tidak menghambat pertukaran gas dan produksi
dicuci dengan air dan dapat digunakan pada bagian tubuh yang berambut (Voigt,
1994).
berat molekul rata-rata 200, 400, dan 600 berupa cairan bening tidak berwarna
dan yang mempunyai berat molekul rata-rata lebih dari 1000 berupa lilin putih,
macam kombinasi dari polietilenglikol bisa digabung dengan cara melebur dengan
memakai dua jenis atau lebih untuk memperoleh konsistensi basis yang
penelitian dengan tujuan mengetahui proporsi optimum campuran PEG 400 dan
PEG 6000 dalam formulasi salep anti jerawat ekstrak etanolik daun sirih (Piper
B. RUMUSAN MASALAH
Berapa perbandingan komposisi kombinasi PEG 400 dan PEG 6000 untuk
memperoleh formula optimum salep anti jerawat ekstrak etanolik daun sirih
C. TUJUAN PENELITIAN
PEG 400 dan PEG 6000 dalam formulasi salep anti jerawat ekstrak etanolik daun
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Mengetahui proporsi optimum PEG 400 dan PEG 6000 dalam formulasi salep
ekstrak etanolik daun sirih (Piper betle Linn.) sebagai basis salep yang baik.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah tumbuhan daun sirih
a.Uraian tanaman
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Orde : Piperales
Familia : Piperaceae
Genus : Piper
b.Nama lain
c.Deskripsi tanaman
Permukaan daun sirih halus, pertulangan menyirip, berwarna hijau atau hijau tua,
daun tunggal, bulat panjang, pangkal bentuk jantung, ujung meruncing, tepi
rata, panjang 5-8 cm, lebar 2-5 cm, bertangkai. Bunga termasuk bunga
majemuk, bentuk bulir, daun pelindung ± 1 mm, bentuk bulat panjang, bulir
jantan panjang 1,5-3 cm, benang sari dua, pendek, bulir betina panjang 1,5-6
cm, kepala putik tiga sampai lima, putih, hijau kekuningan. Buahnya buni, bulat,
hijau keabu-abuan. Sedang akarnya termasuk akar tunggang, bulat dan berwarna
d.Khasiat
e.Kandungan Kimia
1980).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
6
f. Skrining Fitokimia
• Fenol
ester atau terdapat pada daun di dalam fraksi yang tidak larut dalam etanol;
atau mungkin terdapat dalam fraksi yang larut dalam etanol, yaitu sebagai
tumbuhan Lignin ialah polimer fenol yang terdapat dalam dinding sel
karena sampai 30% bahan organik pepohonan terdiri atas zat ini. ini. Bila
(Harborne,1987).
• Flavonoid
itu, sering terdapat campuran yang terdiri atas flavonoid yang berbeda
mula didasarkan pada telaah sifat kelarutan dan reaksi warna. Kemudian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7
2. Metode Penyarian
a.Simplisia
Simplisia adalah bahan alami yang dipergunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain berupa bahan
b.Ekstraksi
Ekstractio berasal dari perkataan “ekstraher” , “to draw out” menarik sari,
yaitu suatu cara untuk menarik satu atau lebih zat dari bahan asal. Dalam
dari bahan asal dengan menggunakan cairan penarik atau pelarut. Tujun utama
1) Infundasi
menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati.
Penyarian dengan cara ini menghasilkan sari yang tidak stabil dan mudah
tercemar oleh kuman dan kapang. Infus merupakan sediaan cair yang dibuat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8
dengan menyari simplisia dengan air pada suhu 900C selama 15 menit
(Anonim,1986).
2) Maserasi
merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus
dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif
akan larut dan kerena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di
dalam sel dengan diluar sel, maka larutan yang terpekat akan keluar. Peristiwa ini
3) Perkolasi
penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Prinsip perkolasi adalah
bejana silinder yang dibawahnya diberi sekat berpori. Cairan penyari akan
melarutkan zat aktif sel-sel yang dilalui melalui sampai keadaan jenuh
(Anonim,1986).
4) Soxhlet
Pada proses ini sampel yang akan disari dimasukkan pada alat penyari
Soxhlet, kemudian dielusi dengan pelarut yang cocok, sehingga akan terjadi dua
tetesan yang akan terkumpul kembali dan bila akan 8 melewati batas lubang pipa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9
3. Jerawat (Acnes)
pada folikel kelenjar minyak (sebaceous) yang terletak di wajah atau tubuh bagian
atas. Faktor utama yang terlibat dalam pembentukan lesi jerawat, yaitu
(komedo, pustule, papula, nodula, atau kista) pada daerah wajah, punggung, atau
topical dan oral. Penanganan jerawat ini tergantung dari tingkat keparahan
jerawat. Jerawat sendiri tidak dapat ditangani tetapi dapat dikontrol melalui
4. Propionibacterium acnes
Kingdom : Bacteria
Divisio : Actinobacteria
Ordo : Actinomycetales
Family : Propionibacteriaceae
Genus : Propionibacterium
lendir manusia. Pada pewarnaan gram kuman ini sangat pleomorfik, berbentuk
panjang, dengan ujung yang melengkung, berbentuk gada atau lancip, dengan
kokoid atau bulat. P. acnes ikut serta dalam patogenesis jerawat dengan
menghasilkan lipase, yang memecahkan asam lemak bebas dari lipid kulit. Asam
lemak ini dapat menimbulkan radang jaringan dan ikut menyebabkan jerawat. P.
5. Salep
pada kulit atau selaput lendir. salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi
dalam 4 kelompok, yaitu dasar salep senyawa hidrokarbon, dasar salep serap,
dasar salep yang dapat dicuci dengan air, dasar salep larut dalam air. Setiap salep
Dasar salep ini dikenal sebagai dasar salep berlemak, antara lain vaselin
putih dan salep putih. Salep ini dimaksudkan untuk memperpanjang kontak bahan
commit to user
obat dengan kulit dan bertindak sebagai pembalut penutup. Dasar salep
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11
Dasar salep serap ini dibagi dalam 2 kelompok. Kelompok pertama terdiri
atas dasar salep yang dapat bercampur dengan air membentuk emulsi air dalam
minyak (parafin hidrofilik dan lanolin anhidrat), dan kelompok kedua terdiri atas
emulsi air dalam minyak yang dapat bercampur dengan sejumlah larutan air
Dasar salep ini adalah emulsi minyak dalam air, antara lain salep hidrofilik
(krim). Dasar salep ini dinyatakan juga sebagai dapat dicuci dengan air, karena
mudah dicuci dari kulit atau dilap basah sehingga lebih dapat diterima untuk dasar
kosmetika.
Kelompok ini disebut juga dasar salep tak berlemak dan terdiri dari
konstituen larut air. Dasar salep jenis ini memberikan banyak keuntungannya
seperti dasar salep yang dapat dicuci dengan air dan tidak mengandung bahan tak
larut dalam air, seperti paraffin, lanolin anhidrat atau malam (Anonim,1995).
Pemilihan dasar salep tergantung pada beberapa faktor yaitu khasiat yang
diinginkan, sifat bahan obat yang dicampurkan, ketersediaan hayati, stabilitas dan
ketahanan sediaan jadi. Dalam beberapa hal perlu menggunakan dasar salep yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12
6. Optimasi
fraksi dari salah satu komponen dari campuran akan merubah satu variabel atau
bahkan lebih fraksi komponen lain. Metode simplex lattice design dapat
suatu formula, sehingga diharapkan akan dapat dihasilkan suatu formula yang
paling baik sesuai dengan kriteria yang ditentukan (Kurniawan, dan Sulaiman,
2009)
maka : X1 + X2 + X3 +........+Xq = 1
dapat dinyatakan oleh interior dan garis batas dari suatu gambar dengan q tiap
sudut dan q-1 dimensi. Simplex lattice design yang paling sederhana adalah
dengan dua sudut yaitu merupakan gambar garis yang menyatakan banyaknya tiap
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13
dengan persamaan :
Keterangan :
hasil yang diinginkan. Nilai A ditentukan, maka B dapat dihitung. Semua nilai
didapatkan, dimasukkan ke dalam garis maka akan didapat contour plot yang
Dari persamaan di atas diperoleh respon total dan formula optimum maka
dilakukan verifikasi pada tiap formula yang memiliki respon paling optimum pada
setiap uji sifat fisisk granul dan tablet (Amstrong dan James, 1996).
7. Tinjauan Bahan
Polietilen glikol stabil, zat hidrofilik yang dasarnya non irritant pada kulit.
Polyethylen glikol tidak mudah menembus kulit, meskipun polietilena glikol yang
larut dalam air dan mudah dihapus dari kulit dengan mencuci, sehingga berguna
sebagai basis salep. Nilai padat umumnya digunakan dalam salep topikal, dengan
konsistensi dasar disesuaikan dengan penambahan nilai cair dari polietilen glikol
dan udara yang disebabkan oleh adanya daya hisap osmotik yang tinggi
(Voight,1994).
Pemerian bahan : PEG 6000; serbuk licin putih atau potongan putih
berwarna atau sedikit berwarna kuning, cairan kental, agak berbau, rasa pahit
dengan sedikit rasa terbakar. PEG 400 dan PEG 6000 berfungsi sebagai zat
b.Propylenglikol
C3H8O2
adalah pelarut yang umumnya lebih baik dibandingkan dengan gliserin, dan dapat
barbiturat, vitamin (A dan D), alakaloid dan anestesi lokal. Propilen glikol juga
dan sebagai penutup untuk rasa dalam preferensi etanol, karena kurangnya
volatilitas menyediakan rasa yang lebih seragam (Rowe dkk, 2009). Pemerian
bahan : cairan kental, jernih, tidak berwarna, tidak berbau, berfungsi sebagai
pelarut (Anonim,1979)
B. KERANGKA PEMIKIRAN
Daun sirih (Piper betle Linn.) merupakan salah satu tanaman herbal yang
diketahui bahwa ekstrak etanol daun sirih memiliki KBM (Kadar Bunuh
commit
Minimum) 0,25% terhadap P. acnes to user
(Fadila,2010). Kemungkinan efek samping
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16
yang timbul dalam pengobatan dengan daun sirih sangatlah kecil dibandingkan
dengan obat sintetis lainnya. Saat ini pengembangan daun sirih dalam bentuk
pengembangan sediaan daun sirih dalam bentuk tablet. Sehingga masih perlu
adanya pengembangan bentuk sediaan topikal dari daun sirih untuk mengobati
Pada penelitian ini agar dapat menyari senyawa flavonoid dan polifenol
yang terkandung dalam daun sirih, maka dilakukan proses ekstraksi dengan cara
memungkinkan kontak dengan tempat aplikasi lebih lama sehingga pelepasan zat
aktif akan lebih maksimal. Salep terdiri dari basis salep yang merupakan
pembawa bersama kombinasi bahan aktif dalam penyiapan salep menjadi obat.
Basis salep juga turut mengambil bagian yang sangat menentukan terhadap
pada kulit maka dilakukan formulasi salep dengan basis larut air. Formulasi salep
basis larut air yang digunakan yaitu kombinasi PEG 400 dan PEG 6000. PEG 400
dengan bobot molekul rendah dan PEG 6000 dengan bobot molekul tinggi akan
menghasilkan produk salep dengan konsistensi yang lunak dan meleleh pada kulit.
Karena bentuk PEG 400 yang berupa cairan kental kombinasinya dalam jumlah
yang lebih banyak dibandingkan PEG 6000 akan diperoleh massa salep yang lebih
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17
lunak, sehingga mudah diambil dari wadah, memiliki daya sebar dan daya lekat
optimasi formula salep ekstrak etanolik daun sirih dengan menggunakan basis
PEG 400 dan PEG 6000 dengan menggunakan parameter daya lekat, pH dan
viskositas.
C. HIPOTESA
PEG 400 lebih banyak daripada PEG 6000 diduga merupakan formula optimum
sebagai basis salep khususnya sebagai salep anti jerawat dengan ekstrak etanolik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : Oven (Memmet),
Toples kaca, Kain Flanel, Blender, Pengaduk Kaca, Rotary Evaporator (Stuart
RE 300 DB), Lemari Es, Mortir dan Stamper, Neraca Analit, Cawan Porselin,
WaterBath, Pot Salep, Set alat uji daya lekat, Viscosimeter (Vt-Rion 04), PH
2. Bahan
Bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu : Etanol 96% (teknis),
Simplisia Daun Sirih Hijau (Piper betle Linn.), PEG 400, PEG 6000,
propylenglikol, Aquadest.
1. Waktu
2. Tempat
commit
UNS untuk pembuatan ekstrak, to userdan pengujian sifat fisik pH dan
formulasi
18
perpustakaan.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id
daya lekat salep serta laboratorium Biologi Pusat UNS untuk pengujian
fitokimia.
C. METODE PENELITIAN
1. Metode Penelitian
untuk memperoleh data hasil. Dilakukan dalam 3 tahap yaitu tahap pertama
pembuatan salep ekstrak etanolik daun sirih PEG 400, tahap kedua pembuatan
salep ekstrak etanolik daun sirih PEG 400 50% dan PEG 6000 50%, dan tahap
ketiga pembuatan salep ekstrak etanolik daun sirih dengan PEG 6000.
dan PEG 6000 50%, dan formula 3 PEG 6000 100%. Untuk menentukan
formula optimum komposisi kombinasi PEG 400 dan PEG 6000 dilakukan
D. PROSEDUR KERJA
1. Determinasi Tanaman
2. Pembuatan Simplisia
Daun sirih hijau yang digunakan diambil dari Pasar Ceper, Klaten. Daun
pengotornya, lalu ditiriskan diatas papan. Daun sirih tadi ditimbang sebagai
3. Pembuatan Serbuk
Daun sirih hijau yang sudah kering dihancurkan dengan cara ditumbuk
4. Pembuatan Ekstrak
penyari, yaitu etanol 96%. Maserasi dilakukan selama 5 hari sambil diaduk
ampas dan sari. Sari dipekatkan menggunakan rotary evaporator dengan suhu
60-65°C dan kecepatan 5 Rpm sehingga didapatkan ekstrak kental daun sirih
5. Uji Fitokimia
a) Uji Flavonoid
dipanaskan diatas tangas air. Setelah itu ditambahkan dengan amil alkohol,
b) Uji Polifenol
6. Formulasi Salep
Sediaan salep yang akan dibuat mengandung ekstrak etanolik daun sirih
Keterangan
F 1 : Salep dengan basis PEG 400 100%
F 2 : Salep dengan basis PEG 400 50% dan PEG 6000 50%
F 3 : Salep dengan basis PEG 6000 100%
*masing-masing formula dibuat 3 replikasi
7. Pembuatan Salep
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
22
Uji daya lekat dilakukan dengan menggunakan kaca objek yang telah
diikat dengan 2 statif yang berbeda. Dimana salah satu ujung dari ikatan
dihasilkan dioleskan pada salah satu kaca objek dan ditutup dengan kaca
Kaca objek diposisikan sehingga kedua tali yang mengikat kedua kaca
2) Uji pH
sediaan yang akan diperiksa diencerkan dengan air suling hingga 10 mL.
3) Uji Viskositas
04). Salep dimasukkan dalam wadah dan diberi rotor. Rotor kemudian
E. ANALISA HASIL
ekstrak etanolik daun sirih (Piper betle Linn.) sebagai obat anti jerawat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB IV
A. DETERMINASI TANAMAN
Simplisia yang telah kering kemudian diserbuk dengan cara diblender dan
dapat menarik kandungan zat aktif dengan maksimal dan alat-alat yang
digunakan dalam metode ini sangat sederhana. Pelarut yang digunakan dalam
metode ini adalah etanol 96%. Ekstrak daun sirih yang diperoleh dari maserasi
commit
ekstrak sebesar 11,7% (b/b). Nilaito rendemen
user ekstrak ini menunjukkan
24
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
25
F. PEMBUATAN SALEP
dan pencampuran. Basis salep yang digunakan adalah PEG 400 dan PEG
6000. PEG dipilih karena memiliki beberapa keuntungan antara lain, tidak
mengiritasi, memiliki daya lekat dan distribusi yang baik pada kulit serta tidak
lebih lama. Selain itu salep PEG mudah dicuci dengan air dan mempunyai
sifat bakterisid. Kombinasi antara PEG 400 dan PEG 6000 dimaksudkan
Tujuan pembuatan salep ini yaitu sebagai obat anti jerawat. Bahan
aktif yang digunakan adalah ekstrak etanolik daun sirih yang mengandung
ekstrak etanolik daun sirih dengan kandungan ekstrak 2% dalam 50g salep.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
26
Dari pengamatan secara visual salep etanolik daun sirih pada formula 1
berwarna hijau tua dengan konsistensi agak cair, formula 2 dan 3 berwarna
salep yang baik sesuai persyaratan yang dikehendaki. Pemeriksaan sifat fisik
salep dalam penelitian ini meliputi pemeriksaan daya lekat, pH dan viskositas.
Tabel II. Pemeriksaan Sifat Fisik Salep Ekstrak Etanolik Daun Sirih
Pemeriksaan F1 F2 F3
Daya Lekat (detik) 1,887 111,603 577,347
PH 6,423 6,443 6,407
Viskositas (dPas) 150 433,333 1166,667
Keterangan :
F 1 : Salep ekstrak etanolik daun sirih dengan basis PEG 400 100%
F 2 : Salep ekstrak etanolik daun sirih dengan basis PEG 400 50% dan PEG 600 50%
F 3 : Salep ekstrak etanolik daun sirih dengan basis PEG 6000 100%
*Masing-masing formula dibuat 3 kali replikasi
Daya lekat merupakan salah satu persyaratan sifat fisik sediaan semi
padat yang baik. Pengujian daya lekat salep ini digunakan untuk
lekat akan menentukan jumlah zat aktif yang dapat diabsorbsi oleh kulit.
Diagram daya lekat salep ekstak etanolik daun sirih pada ketiga formula
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
27
Daya Lekat
700
577,347
600
500
Daya Lekat (detik)
400
300
200
111,603
100 1,887
0
F1 F2 F3
Formula
F 1 : Salep dengan basis PEG 400 100%
F 2 : Salep dengan basis PEG 400 50% dan PEG 600 50%
F 3 : Salep dengan basis PEG 6000 100%
Hasil pemeriksaan sifat fisik daya lekat salep seperti tampak dalam
lainnya. Hal ini dikarenakan konsistensi PEG 6000 yang lebih padat.
Formula 1 mengandung PEG 400 100% memiliki daya lekat paling kecil
meningkatnya jumlah PEG 6000 akan menaikkan nilai daya lekat dari
salep.
2. Pengujian pH
salep yang digunakan dapat mengiritasi kulit atau tidak. pH yang aman
untuk kulit berkisar 5-10, sedangkan pH basis salep yang baik 5,5-7 (Troy
et al,2005). Diagram daya lekat salep ekstak etanolik daun sirih pada
ketiga formula dapat dilihat pada Tabel III. Dari hasil yang diperoleh
diketahui bahwa formulasi salep ekstrak etanolik dengan daun sirih tidak
Formula pH
F 1 (PEG 400 100%) 6,423 ± 0,033
F2 (PEG 400 50%: PEG 6000 50%) 6,443 ± 0,025
F 3 (PEG 6000 100%) 6,407 ± 0,017
3. Pengujian Viskositas
Viskositas (dPas)
1400
1166,667
1200
Viskositas (dPas)
1000
800
600
433,333
400
150
200
0
F1 F2 F3
Formula
F 1 : Salep dengan basis PEG 400 100%
F 2 : Salep dengan basis PEG 400 50% dan PEG 600 50%
F 3 : Salep dengan basis PEG 6000 100%
Gambar 5. Diagram viskositas salep ekstrak etanolik daun sirih dalam berbagai formula
memiliki viskositas yang paling besar. Semakin tinggi jumlah PEG 6000
semakin padat. Dalam Formula 1 yang hanya mengandung PEG 400 100%
kental. Sedang pada Formula 2 mengandung PEG 400 50% dan PEG 600
50% maka viskositasnya lebih tinggi dari pada Formula 1 yang hanya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
30
LATTICE DESIGN
diharapkan akan dapat dihasilkan suatu formula yang paling baik sesuai
dengan dua variabel yaitu menggunakan bahan PEG 400 dan PEG 6000
menggunakan 3 rancangan formula yaitu, PEG 400 100%, PEG 6000 100%
dan kombinasi PEG 400 50% dan PEG 6000 50%, menggunakan metode
Dari hasil pemeriksaan daya lekat salep didapatkan daya lekat yang dapat
Dari hasil daya lekat salep dilakukan pendekatan dengan metode simplex
Keterangan:
dibandingkan PEG 400 (nilai koefisien 1,887). Interaksi antara PEG 400
dan PEG 6000 memberikan pengaruh yang besar (nilai koefisien 712,056)
terhadap daya lekat salep. Profil daya lekat salep yang diperoleh dari hasil
Gambar 6.
Daya Lekat
700
600
Daya Lekat (detik)
500
400
300
200
100
0
-100
Formulasi pH
F1 6,423
F2 6,443
F3 6,407
Keterangan:
commitantara
dipengaruhi oleh interaksi to userPEG 400 dan PEG 6000 (nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
pada Gambar 7.
6,45
PH
6,44
6,43
6,42
PH
6,41
6,4
6,39
6,38
lurus. Semakin tinggi viskositas salep maka daya lekat akan semakin
sebagai pembawa zat aktif. Hasil pengujian viskositas dapat dilihat pada
Tabel VI.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
34
Keterangan:
PEG 400. Profil viskositas salep yang diperoleh dari hasil pemeriksaan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
35
Viskositas (dPas)
1400
1200
Viskositas (dPas)
1000
800
600
400
200
0
metode simplex lattice design pada salep ekstrak etanolik daun sirih dengan
basis PEG 400 dan PEG 6000, dengan parameter daya lekat, pH dan
viskositas. Kombinasi komposisi optimum PEG 400 dan PEG 6000 diperoleh
dari nilai respon yang paling tinggi. Total respon dapat dihitung dengan rumus
berikut :
sama dengan satu. Setiap parameter tersebut memiliki bobot yang berbeda
yaitu untuk daya lekat diberikan bobot 0,4; pH dan viskositas diberikan bobot
dengan jumlah sama yaitu masing-masing 0,3. Bobot tiap parameter diberikan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
36
berdasarkan sifat yang paling menentukan dalam formulasi salep. Daya lekat
.............................................. ( 2 )
Untuk daya lekat respon maksimal yang diinginkan 6 detik dan respon
minimal 6, dan untuk viskositas respon maksimal yang diinginkan 150 dPas
dan respon minimal yang diharapkan 500 dPas. Normalitas pada setiap
Keterangan
A: PEG 400
B: PEG 6000 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
37
telah ditentukan pada setiap parameter. Hasil respon pada setiap parameter
dan total respon dapat dilihat pada TabeL VIII (lihat lampiran 6d).
kurang dari 1 dan lebih dari 0 ( 0< N <1 ). Dilihat pada tabel normalitas dan
PEG 400 80%: PEG 6000 20% sampai dengan PEG 400 70%: PEG 6000 30%
Normalitas komposisi PEG 400 80%: PEG 6000 20% sampai dengan PEG
400 70%: PEG 6000 30% dapat dilihat pada tabel IX.
pendekatan komposisi PEG 400 80%: PEG 6000 20% sampai dengan PEG
400 70%: PEG 6000 30% dengan bobot yang telah ditentukan pada setiap
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
38
parameter. Hasil respon pada setiap parameter dan total respon dapat dilihat
400 78%: PEG 6000 22%. Hasil formula optimum yang dilakukan dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
39
pendekatan metode simplex lattice design secara teoritis dapat dilihat pada
Tabel XI. Hasil formula optimum menggunakan metode simplex lattice design
Parameter Hasil
Daya Lekat 6,299 detik
PH 6,439
Viskositas 219,226 dPas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kombinasi PEG 400 78% dan PEG 6000 22% merupakan formula
optimum untuk salep ekstrak etanolik daun sirih (Piper betle Linn.) sebagai
salep antijerawat yang memberikan daya lekat 6,299 detik, pH 6,439 dan
B. SARAN
lebih lanjut mengenai optimasi salep ekstrak etanolik daun sirih (Piper betle
commit to user
40