)
PADA KONDISI CEKAMAN SALINITAS (NaCl) SECARA IN VITRO
SKRIPSI
OLEH:
LITA ADELIA
130301176
AET-PEMULIAAN TANAMAN
SKRIPSI
OLEH:
LITA ADELIA
130301176
AET–PEMULIAAN TANAMAN
Disetujui Oleh:
Komisi Pembimbing
(Luthfi A. M. Siregar, SP. MSc. Ph.D) (Dr. Khairunnisa Lubis, SP., MP.)
Ketua Anggota
Diketahui Oleh:
Lita Adelia, 2017: Uji Beberapa Varietas Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.)
Pada Kondisi Cekaman Salinitas (NaCl) Secara In Vitro, dibimbing oleh
Luthfi A. M. Siregar dan Khairunnisa Lubis
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketahanan sepuluh varietas
cabai rawit (Capsicum frutescens L.) terhadap cekaman salinitas (NaCl) secara in
vitro. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan, pada bulan April 2017 sampai
dengan bulan Agustus 2017. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak
Lengkap (RAL) Faktorial dengan empat ulangan. Varietas yang diuji adalah Tetra
Hijau, Pedas, Cakra Hijau, Sigantung, Wijaya, Sapade, Sret, Bara, Genie dan
Hanna 08 dengan konsentrasi garam NaCl pada media dengan 5 taraf yaitu 0 ppm,
2500 ppm, 5000 ppm, 7500 ppm dan 10.000 ppm.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas cabai rawit, konsentrasi
NaCl dan interaksi keduanya berpengaruh nyata pada karakter tinggi planlet,
panjang akar, jumlah daun, bobot basah tajuk, bobot basah akar, persentase
planlet normal, persentase planlet mati. Pada karakter persentase planlet
abnormal, perlakuan varietas dan konsentrasi berpengaruh nyata, tetapi interaksi
keduanya berpengaruh tidak nyata. Hasil perhitungan indeks sensitivitas tanaman
menunjukkan sepuluh varietas cabai rawit yang diuji diduga memiliki karakter
agak toleran terhadap cekaman salinitas.
Lita Adelia, 2017: Test Some Varieties Of Cayenne Pepper (Capsicum frutescens
L.) On Salinity (NaCl) Stress Conditions In Vitro supervised by Luthfi A. M.
Siregar and Khairunnisa Lubis.
This study aims to determine the resistance of ten cayenne pepper
(Capsicum frutescens L.) varieties to salinity stress in viro. This research was
conducted in the Laboratory of Plant Tissue Culture, Department of
Agroteknologi, Faculty of Agriculture, USU in April 2017 until August 2017. This
research using completely randomized factorial design with two factors, they
were cayenne pepper varieties with 10 varieties of Tetra Hijau, Pedas, Cakra
Hijau, Sigantung, Wijaya, Sapade, Sret, Bara, Genie and Hanna 08 and NaCl
concentration in growing media with five levels 0 ppm, 2500 ppm, 5000 ppm,
7500 ppm dan 10.000 ppm.
The results showed that the variety of cayenne pepper and concentration
of NaCl and interaction of both had significant effect on the high planlet, root
length, leaf amount, crown fresh weight, root fresh weight, percentage of normal
plantlet and percentage of dead planlet. Character on the percentage of abnormal
planlet,the treatment of varieties and concentrations had a significant effect, but
the interaction is not significant. The result of the canculation of plant sensitivity
index know ten varieties of cayenne pepper tested has a character rather tolerant
to salinity stress.
Lita Adelia dilahirkan di Medan pada tanggal 11 Agustus 1995, putri dari
Sayuti dan Rappita Siahaan. Penulis merupakan putri kedua dari tiga bersaudara.
Pendidikan formal yang pernah ditempuh adalah SD PAB 22 Deli Serdang lulus
pada tahun 2007, MTsN 1 Medan lulus pada tahun 2010 dan SMA Wage Rudolf
Supratman 2 Medan lulus pada tahun 2013. Tahun 2013 diterima sebagai
Jaringan Tanaman. Selain itu penulis aktif dalam Unit Kegiatan Mahasiswa
(HIMAGROTEK).
Aek Torop Kabupaten Labuhan Batu Selatan, Sumatera Utara yang dimulai
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
Adapun judul dari penelitian ini adalah “Uji Beberapa Varietas Cabai
Secara In Vitro” yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar
Utara, Medan.
Luthfi Aziz Mahmud Siregar, SP., M.Sc., Ph.D., sebagai Ketua Komisi
Pembimbing dan Ibu Dr. Khairunnisa Lubis, SP., MP., sebagai Anggota Komisi
penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
Penulis
ABSTRAK .........................................................................................................i
ABSTRACT .......................................................................................................ii
PENDAHULUAN
Latar Belakang .......................................................................................... 1
Tujuan Penelitian ............................................................................. 3
Hipotesis Penelitian .......................................................................... 3
Kegunaan Penelitian ........................................................................ 3
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman ....................................................................................... 4
Varietas Cabai Rawit ................................................................................. 5
Seleksi In Vitro .......................................................................................... 7
Cekaman Salinitas ..................................................................................... 8
PELAKSANAAN PENELITIAN
Sterilisasi Alat............................................................................................14
Pembuatan Larutan Stok ............................................................................14
Pembuatan Media ......................................................................................15
Sterilisasi Media ........................................................................................16
Sterilisasi Bahan Tanam ............................................................................17
Pengecambahan Benih ...............................................................................17
Penanaman Eksplan ..................................................................................18
Pemeliharaan .............................................................................................18
Parameter Pengamatan...............................................................................19
Tinggi Planlet ...................................................................................19
Panjang Akar ....................................................................................19
Jumlah Daun .....................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
No. Hal.
11. Pemilihan genotip cabai rawit toleran, agak toleran dan rentan
salinitas berdasarkan nilai indeks sensitivitas cekaman ................................... 36
No. Hal.
9. Pemanenan ........................................................................................................ 21
No. Hal
10. Data transformasi sidik ragam persentase tidak tumbuh cabai rawit ............. 56
14. Data transformasi sidik ragam persentase abnormalitas cabai rawit ............. 58
20. Data transformasi sidik ragam panjang akar cabai rawit ................................ 61
24. Data Transformasi Sidik Ragam Jumlah Daun Cabai Rawit .......................... 63
28. Data Transformasi Sidik Ragam Bobot Basah Tajuk Cabai Rawit ................ 65
30. Data sidik ragam bobot basah akar cabai rawit ............................................... 66
32. Data Transformasi Sidik Ragam Bobot Basah Akar Cabai Rawit .................. 67
Latar Belakang
Tanaman cabai berasal dari daerah tropik dan subtropik Benua Amerika,
tetapi masyarakat Indonesia umumnya hanya mengenal beberapa jenis saja, yakni
cabai besar, cabai keriting, cabai rawit, dan paprika (Kurniati, 2003).
merah dan cabai rawit. Kebutuhan cabai untuk kota besar yang berpenduduk satu
juta atau lebih sekitar 800.000 ton/tahun atau 66.000 ton/bulan. Pada musim
hajatan atau hari besar keagamaan, kebutuhan cabai biasanya meningkat sekitar
10-20% dari kebutuhan normal. Pada musim tertentu, kenaikan harga cabai cukup
signifikan sehingga mempengaruhi tingkat inflasi (Indarti, 2016). Dari data yang
dipeloreh tahun 2013-2015 terlihat bahwa fluktuasi harga cabai rawit lebih tinggi
dibandingkan cabai merah besar dan cabai merah keriting, pada bulan Desember
2014 ketiga cabai tersebut memiliki lonjakan fluktuasi yang sangat tinggi.
Harga rata-rata cabai merah besar mencapai Rp. 70,750/kg, cabai merah keriting
Rp. 70,200/kg dan cabai rawit merah Rp. 85,150/kg (Nauly, 2016). Tingginya
permintaan cabai pada waktu tertentu dan produksi cabai yang tetap
luas lahan pertanian semakin sempit. Setiap tahun tidak kurang dari 30.000 hingga
(Sudana, 2005).
salinitas merupakan cekaman yang banyak dijumpai (Widiayani, 2016). Total luas
lahan salin di Indonesia mencapai 440.000 ha yang terbagi menjadi lahan agak
tanaman akan berbeda-beda tergantung pada spesies tanaman, tekstur tanah dan
Cara alternatif yang efektif dan efisien untuk mengatasi cekaman pada
tanaman yaitu dengan menggunakan varietas yang toleran cekaman tersebut. Cara
untuk mengetahui tanaman yang toleran adalah melakukan uji ketahanan beberapa
secara in vitro. Seleksi cekaman secara in vitro dapat dilakukan dengan cara
pemberian agens seleksi ke dalam medium tanam. Seleksi in vitro dinilai lebih
efisien karena kondisi seleksi dapat dibuat homogen, tempat yang dibutuhkan
digunakan sebagai agen seleksi dalam penyaringan tanaman yang toleran cekaman
salin. Semakin tinggi NaCl yang diinduksikan maka tanaman yang dapat bertahan
penyaringan varietas cabai rawit (Capsicum frutescens L.) yang diduga toleran
terhadap kondisi cekaman salin secara in vitro dengan menggunkan agen seleksi
NaCl pada media tanam, yang merupakan tahap awal dari kegiatan pemuliaan
tanaman untuk menghasilkan varietas unggul cabai rawit yang toleran cekaman
salinitas.
Tujuan Penelitian
Mendapatkan varietas tanaman cabai rawit (C. frutescens L.) yang diduga
Hipotesis Penelitian
Ada pengaruh varietas tanaman cabai rawit dan konsentrasi NaCl serta
Kegunaan Penelitian
Botani Tanaman
frutescens L.
menyebar, diawali dengan akar tunggang (akar primer) kemudian tumbuh akar
rambut ke samping (akar lateral/akar sekunder). Panjang akar primer berkisar 35-
50 cm dan akar lateral sekitar 35-45 cm. Akar lateral cepat berkembang di dalam
Batang tanaman cabai rawit tumbuh tegak dan pangkalnya berkayu. Cabai
rawit termasuk tanaman perdu, tinggi tanaman dapat mencapai 50 - 150 cm.
Batang cabai rawit berfungsi sebagai tempat keluarnya cabang, tunas, daun, bunga
dan buah. Tipe percabangan umumnya tegak atau menyebar tergantug spesiesnya.
Kulit batangnya tipis sampai agak tebal. Pada stadium tanaman muda kulit
Tanaman cabai memiliki helaian daun dengan tangkai yang panjang. Daun
tunggal dan tipis, dengan helaian daun lanset dan bulat telur lebar. Daun berwarna
hijau atau hijau tua, tumbuh pada tunas-tunas samping berurutan, pada batang
bunga lebih dari satu atau majemuk. Tipikal bunga Capsicum adalah pentamerous,
hermafrodit dan hypogenous. Petal bunga terdiri atas 5-7 helai dengan warna petal
umumnya putih kehijauan. Jumlah stamen terdiri 5-7 buah dengan warna putih
Buah cabai rawit dapat berbentuk bulat pendek dengan ujung runcing atau
memiliki ukuran antara 2 cm – 2,5 cm dan lebar 5 mm, sedangkan cabai rawit
agak besar memiliki ukuran panjang mencapai 3,5 cm dan lebar mencapai 12 mm.
Umumnya buah dipanen ketika buah masih muda, berwarna hijau, putih, atau
Biji cabai rawit terletak di dalam buah yang melekat sepanjang plasenta.
Biji berjumlah sekitar 140 butir/g. Biji mempunyai kulit yang keras yang di
dalamnya terdapat endosperm dan ovule. Warna dari biji C. annuum dan C.
frutescens yaitu kuning jerami, hanya biji C. pubescens yang berwarna hitam
(Kusandriani, 1996).
Varietas adalah kelompok tanaman dalam jenis atau spesies tertentu yang
penampilan tanaman terjadi akibat sifat dalam tanaman (genetik) atau perbedaan
Mentri Pertanian yang terdiri dari 18 varietas cabai rawit, 82 varietas cabai besar,
67 varietas cabai keriting dan 6 varietas paprika. Sebagian besar varietas dimiliki
Varietas hibrida adalah generasi F1, suatu persilangan sepasang atau lebih
unggul dari tetua diharapkan akan menghasilkan individu baru yang lebih unggul
dibandingkan tetuanya dan memiliki keseragaman yang tinggi. Tidak hanya daya
produksi yang lebih tinggi, tetapi juga ketahanan, adaptasi terhadap pemupukan,
rawit dikarenakan tiap varietas memiliki potensi daya hasil yang berbeda. Potensi
hasil biji di lapangan masih dipengaruhi oleh interaksi antara faktor genetik
tidak dalam kondisi optimum maka potensi daya hasil biji dari varietas tersebut
Diharapkan penggunaan varietas yang toleran salin pada lahan tercekam salin
bagian tanaman, baik berupa sel, jaringan, atau organ dalam kondisi aseptik secara
in vitro. Teknik ini dicirikan oleh kondisi kultur yang aseptik, penggunaan media
kultur buatan dengan kandungan nutrisi lengkap dengan kondisi ruang kultur yang
dengan teknik kultur jaringan dengan memberikan agen seleksi kedalam medium
kultur in vitro untuk mendapatkan tanaman yang tahan terhadap cekaman tersebut.
Teknik ini telah berhasil diujikan dalam perakitan varietas padi dan kedelai yang
tersebut. Meskipun demikian, perlu diingat bahwa pengujian lapangan masih tetap
diperlukan. Hal ini dikarenakan tanaman yang ditumbuhkan pada kondisi alami
Penelitian karakterisasi pada fase bibit dalam kondisi tercekam salin dapat
menjadi cerminan produksi suatu tanaman pada lahan salin dapat didasarkan pada
mengenai varietas yang toleran, agak toleran dan peka terhadap salinitas. Data ini
agens seleksi berupa NaCl berlebih dari komposisi media tanam MS (Murashige-
agak sensitif, agak toleran dan toleran. Karakter agronomi dan ketahanan terhadap
cekaman salin dapat dilihat dalam waktu singkat dan kondisi yang stabil dengan
Cekaman Salinitas
Tanah salin adalah tanah yang mengandung garam NaCl terlarut dalam
tanah biasanya tersusun dari ion Na+, Ca++, Mg ++, CI-, CO4-2 dan CO3-, sehingga
pengikatan NaCl dan ion lain meracuni tanaman, tetapi pengaruh negatif tanah
(Sunarto, 2001).
dialami tanaman akan berbeda pada berbagai spesies dengan toleransi yang tidak
stres ion, stres osmotik dan stres oksidatif. Cekaman salinitas juga menginduksi
kerusakan oksidatif pada sel-sel tumbuhan dikatalisis oleh reaktif oksigen spesies
media merujuk pada metode Blaylock (1994). Cara yang digunakan adalah
dengan melihat rentang salinitas tanah/media yang telah diukur dan data
data tersebut, tanaman diklasifikan dalam empat kelompok yaitu sensitif, agak
Tabel 1. Salinitas tanah dan potensi hasil dari klasifikasi toleransi garam pada
tanaman hortikultura dan perkebunan
Klasifikasi Pengurangan pertumbuhan atau hasil yang diharapkan (%)
toleransi 0 25 50 100
garam ------------------------Salinitas tanah (EC, dS/m)----------------------
Sensitif < 1.3 1,4 – 2.7 2,6 – 4,2 > 8,0
Agak sensitif < 3,0 2,7 – 6,3 4,2 – 9,5 > 16,0
Agak toleran < 6,0 6.3 – 10.5 9,5 – 15,0 > 24,0
Toleran < 10,0 10,5 – 15,5 15,0 – 21,0 > 32,0
Sumber: Blaylock (1994)
kadar garam di dalam tanah, dan berakibat spesifik untuk setiap spesies. Tanah
beberapa genotipe kacang hijau dengan pemberian konsentrasi air laut 6,88%
nyata terhadap persentase hidup, tinggi planlet, panjang akar, volume akar, jumlah
daun, bobot basah akar, bobot kering akar, bobot basah tajuk dan bobot kering
tajuk, varietas kedelai yang memiliki persentase hidup tertinggi pada konsentrasi
NaCl 10.000 ppm adalah Bromo (53,32%) (Akbar, 2010). Berdasarkan Ghafoor et
al. (2004) dalam Sopandie (2013) diketahui ambang batas salinitas cabai pada
kondisi salin sebesar 1,5 ds/m dengan penurunan hasil sebesar 14,0 %/dsm-1.
dengan daya hantar listrik (DHL) = 2-4 mmhos/cm; (2) salinitas sedang dengan
daya hantar listrik (DHL) = 4-8 mmhos/cm; (3) Salinitas tinggi dengan DHL
sebesar 8-15 mmhos/cm; (4) Salinitas sangat tinggi dengan DHL lebih dari 15
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi bahan eksplan: benih
cabai rawit varietas Tetra Hijau, Pedas, Cakra Hijau, Sigantung, Wijaya, Sapade,
Sret, Bara, Genie dan Hanna 08. Bahan penyusun media MS: larutan stok
makronutrient; larutan stok mikronutrient, larutan stok vitamin, laritan stok iron,
myoinositol, sukrosa dan agar. Bahan sterilisasi yaitu alkohol 70%, aquadest
steril, deterjen, dithane, benlate, chlorox, iodine, tween 20 dan spiritus. Bahan
buffer pH: NaOH 0,1 N dan HCl 0,1 N. kertas label, kertas indikator pH,
Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi alat-alat gelas: gelas
ukur, erlenmeyer, cawan petri, batang pengaduk, botol kultur, alat-alat diseksi
(scalpel, pinset, gunting), Laminar Air Flow Cabinet (LAFC), timbangan analitik,
spatula, pipet tetes, alat sterilisasi (autoklaf, lampu spiritus, dan hans prayer
penyemprot alkohol, oven), lemari pendingin, rak kultur, lampu flowrescenst, hot
Metode Penelitian
V2 : Pedas V7 : Sret
V4 : Sigantung V9 : Genie
V5 : Wijaya V 10 : Hanna 08
sebagai berikut:
i = 1, 2, 3, 4, 5 (konsentrasi NaCl)
j = 1, 2, 3, 4,...,10 (varietas)
k = 1,2,3,4,5 (ulangan)
Yij = Hasil pengamatan dari konsentrasi NaCl pada taraf ke-i dan varietas
μ = Nilai tengah
(αβ)ij = Interaksi antara konsentrasi NaCl pada taraf ke-i dengan varietas pada
taraf ke-j
εijk = Galat dari kedua faktor yaitu konsentrasi NaCl pada taraf ke-i dengan
Data hasil penelitian yang berpengaruh nyata maka dilanjutkan dengan DMRT
(Duncan Multiple Range Test) pada taraf 5% (Steel dan Torrie, 1995). Data
Sterilisasi Alat
dicuci dengan deterjen, kemudian dibilas dengan air, setelah itu dikeringanginkan.
Alat-alat seperti scalpel, pipa skala, pinset dan cawan petri dibungkus dengan
aluminium foil, sedang untuk Erlenmeyer dan gelas ukur permukaannya ditutup
dengan aluminium foil. Setelah itu, semua botol kultur dan alat-alat dimasukkan
ke dalam autoklaf pada tekanan 17,5 psi dengan suhu 121ºC selama 60 menit.
membuat media, terdiri atas larutan stok bahan kimia hara makro, hara mikro
larutan iron, dan vitamin. Larutan stok dibuat sesuai dengan komposisi media
lebih pekat dan diaduk dalam Erlenmeyer. Setelah larutan stok siap, larutan
Pembuatan Media
Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah media dasar Murashige
Skoog (MS) padat dengan penambahan NaCl dengan konsentrasi sesuai dengan
perlakuan. Tahap pertama dalam pembuatan media untuk 1 liter media adalah
mengisi beaker glass dengan aquadest steril sebanyak 500 ml sambil diaduk
inositol, 5 ml larutan stok hara makro, 5 ml larutan stok hara mikro, 10 ml larutan
stok iron dan larutan stok vitamin sebanyak 5 ml. Penambahan bahan-bahan
tersebut harus dilakukan secara homogen, setiap bahan yang dimasukkan harus
ditambahkan aquadest steril hingga volume mencapai 1 liter sambil diaduk hingga
merata. Kemudian diberi NaCl sesuai dengan perlakuan untuk media dengan
maka ditambahkan NaOH 0,1 N dan jika pH terlalu tinggi maka ditambahkan HCl
0,1 N 2-3 tetes. Tepung agar sebanyak 7 g ditambahkan kedalam setiap perlakuan
pengaduk magnetik sampai larutan menjadi bening (semua agar telah larut).
banyak ulangan serta jumlah sampel. Setiap botol berisi 20 ml media. Kemudian
botol tersebut ditutup dengan aluminium foil dan diberi label sesuai dengan
perlakuan.
Sterilisasi Media
tekanan 17,5 psi suhu 121ºC selama 15 menit. Selanjutnya dapat disimpan dalam
Benih cabai digojlok dalam larutan deterjen 30 g/L air suling selama 30
menit, kemudian dibilas dengan air suling sebanyak tiga kali. Selanjutnya
dilakukan sterilisasi benih cabai didalam LAFC, LAFC dibersihkan dan meja di
lap dengan kertas tissue yang diberi alkohol 96%. Kemudian digojlok lagi dalam
larutan Benlate + Dithane 2 g/L selama 15 menit, dan setelah itu dibilas dengan
klorox 20% selama 10 menit, dan direndam dalam larutan iodin 10% selama 5
menit, kemudian dibilas dengan aquadest sebanyak tiga kali (Zulkarnain, 2009).
Pengecambahan Benih
telah dialasi kertas saring sebanyak empat lembar dan dilembabkan dengan
aquades steril kemudian ditutup dengan petridish dan dibungkus dengan plastik
Penanaman Eksplan
alkohol 96%. Kecambah steril didalam petridish. Diambil botol media lalu di
dekatkan dengan api bunsen, eksplan ditanamkan ke dalam botol media sesuai
dengan perlakuan, setiap botol media yang sudah ditanam disusun pada rak kultur
Pemeliharaan
dalam ruang kultur. Botol disemprot dengan alkohol 96% agar terbebas dari
dikeluarkan dari ruang kultur dan segera dibuang. Pemelihaan dilaksanakan setiap
Parameter Pengamatan
seluruh media yang masih menempel pada planlet. Tinggi Planlet diukur
seluruh media yang masih menempel pada planlet. Panjang akar dihitung dari
dari daun terbentuk yang telah terbuka sempurna dari setiap planlet tanpa
dari seluruh media yang masih menempel pada tajuk. Bobot tajuk dihitung dengan
dari seluruh media yang masih menempel pada akar. Bobot basah akar dihitung
Persentase Abnormalitas
kriteria bibit cabai normal. Berdasarkan kriteria Evaluasi kecambah cabai rawit,
yaitu:
A. kecambah normal
dan untuk tanaman yang secara normal menghasilkan akar seminal maka
3. Pertumbuhan plumula yang sempurna dengan daun hijau dan tumbuh baik,
B. Kecambah abnormal
1. Kecambah rusak, tanpa kotiledon, embrio pecah dan akar primer pendek
3. Koleoptil yang pecah atau tidak mempunyai daun, kecambah yang kerdil
(Sutopo, 2004).
planlet abnormal
Persentase abnormalitas = ×100%
jumlah seluruh planlet
terhadap cekaman (S) (Fernandez, 1992; Ridwan et al,. 2016) dengan rumus:
(1-Y/YP)
S=
(1-X/XP)
< 1, dan rentan jika ISC > 1. Data dianalisis menggunakan Microsoft Exel 2007.
konsentasi NaCl berpengaruh nyata pada semua parameter yang diamati. Interaksi
varietas dan konsentasi NaCl berpengaruh nyata pada hampir seluruh parameter
yang diamati yaitu persentase planlet normal, persentase planlet mati, tinggi
planlet, panjang akar, jumlah daun, bobot basah tajuk, bobot basah akar, namun
Tabel 3. Hasil analisis ragam beberapa varietas cabai rawit dan konsentrasi
NaCl secara in vitro
KT KT Genotipe
Karakter KT Lingk.
Genotipe × Lingk.
Persentase planlet normal (%) 7605,56* 44925,0* 1841,67*
Persentase planlet tidak tumbuh (%) 1911,11* 3425,0* 869,44*
Persentase planlet abnormalitas (%) 7005,56* 25825,0* 1186.11tn
Tinggi planlet (cm) 26,12* 51,24* 3,16*
Panjang akar (cm) 53,59* 22,56* 6,19*
Jumlah daun (helai) 31,98* 46,34* 2,66*
Bobot basah tajuk (mg) 1094,66* 192,49* 116,74*
Bobot basah akar (mg) 189,75* 84,51* 56,79*
Keterangan : * = berpengaruh nyata pada taraf α=5%; tn = berpengaruh tidak nyata pada taraf
α=5%; KT = Kuadrat Tengah
Tabel 4. Persentase planlet normal, tidak tumbuh dan abnormal beberapa varietas
cabai rawit dan konsentrasi NaCl secara in vitro
Salinitas (ppm NaCl)
Parameter Varietas Rataan
.…………………………%…………………………
V 1 (Tetra Hijau) 100 a 100 a 50 ab 75 ab 0b 65
V 2 (Pedas) 100 a 100 a 75 ab 75 ab 25 ab 75
V 3 (Cakra Hijau) 100 a 100 a 75 ab 50 ab 25 ab 70
V 4 (Sigantung) 100 a 100 a 100 a 100 a 100 a 100
Planlet V 5 (Wijaya) 100 a 100 a 75 ab 0b 0b 55
Normal V 6 (Sapade) 100 a 100 a 100 ab 25 ab 0b 65
V 7 (Sret) 100 ab 100 a 50 ab 0b 0b 50
V 8 (Bara) 100 a 100 a 0b 25 ab 0b 45
V 9 (Genie) 50 ab 50 ab 50 ab 0b 0b 30
V 10 (Hanna 08) 100 a 50 ab 75 ab 25 ab 0b 50
Rataan 95 90 65 37,5 15 60,5
V 1 (Tetra Hijau) 0b 0b 0b 0b 50 ab 10
V 2 (Pedas) 0b 0b 0b 0b 0b 0
V 3 (Cakra Hijau) 0b 0b 0b 0b 0b 0
V 4 (Sigantung) 0b 0b 0b 0b 0b 0
Planlet V 5 (Wijaya) 0b 0b 0b 25 ab 0b 5
Tidak
Tumbuh V 6 (Sapade) 0b 0b 0b 25 ab 50 ab 15
V 7 (Sret) 0b 0b 25 ab 50 ab 75 a 30
V 8 (Bara) 0b 0b 50 ab 0b 25 ab 15
V 9 (Genie) 0b 0b 0b 0b 0b 0
V 10 (Hanna 08) 0b 0b 0b 0b 25 ab 5
Rataan 0 0 7,5 10 22,5 8
V 1 (Tetra Hijau) 0 0 50 25 50 25 a
V 2 (Pedas) 0 0 25 25 75 25 a
V 3 (Cakra Hijau) 0 0 25 50 75 30 a
V 4 (Sigantung) 0 0 0 0 0 0b
Planlet V 5 (Wijaya) 0 0 25 75 100 40 a
Abnormal V 6 (Sapade) 0 0 0 50 50 20 a
V 7 (Sret) 0 0 25 50 25 20 a
V 8 (Bara) 0 0 50 75 75 40 a
V 9 (Genie) 50 50 50 100 100 70 a
V 10 (Hanna 08) 0 50 25 75 75 45 a
Rataan 5a 10 a 27,5 a 52,5 a 62,5 a 31,5
Keterangan: Angka yang diikuti notasi huruf yang berbeda pada kolom dan baris yang sama
adalah berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.
dan G 4 V 4 dapat tumbuh normal dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Hal ini
5.000 ppm NaCl. V 5 , V 6 dan V 7 menunjukkan gejala tercekam pada 7.500 ppm
NaCl. V 6 , V 7 dan V 8 menunjukkan gejala tercekam pada 10.000 ppm NaCl, hal
perlakuan lainnya.
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 10. Penampilan planlet cabai rawit (a) planlet normal; (b) planlet tidak
tumbuh; (c) planlet abnormal tidak menghasilkan daun; (d) planlet
abnormal berwarna coklat kehitaman.
beberapa varietas cabai rawit dan konsentrasi NaCl secara in vitro dapat dilihat
pada Tabel 5.
Tabel 5. Tinggi planlet dengan perlakuan beberapa varietas cabai rawit dan
konsentrasi NaCl secara in vitro
Salinitas (ppm NaCl)
Varietas G0 G1 G2 G3 G4 Rataan
(0) (2.500) (5.000) (7.500) (10.000)
…….…………………………cm……………………………….
V 1 (Tetra Hijau) 2,98 c-l 3,03 c-l 1,88 f-p 1,33 h-p 0,48 p 1,94
V 2 (Pedas) 4,03 c-f 4,63 cd 2,15 e-p 1,18 i-p 1,28 i-p 2,65
V 3 (Cakra Hijau) 3,28 c-j 4,25 c-e 2,45 d-p 1,48 g-p 1,08 j-p 2,51
V 4 (Sigantung) 9,70 a 7,28 b 4,73 c 3,20 c-j 1,93 f-p 5,37
V 5 (Wijaya) 2,20 e-p 1,98 f-p 2,30 e-p 1,30 h-p 1,58 g-p 1,87
V 6 (Sapade) 4,00 c-f 3,50 c-h 3,60 c-g 1,75 g-p 0,98 k-p 2,77
V 7 (Sret) 3,13 c-k 1,60 g-p 0,88 l-p 0,73 m-p 0,53 op 1,37
V 8 (Bara) 2,93 c-m 3,38 c-i 0,70 op 0,93 k-p 0,95 k-p 1,78
V 9 (Genie) 1,95 f-p 2,70 c-o 1,43 g-p 1,18 i-p 1,55 g-p 1,76
V 10 (Hanna 08) 2,83 c-n 2,30 e-p 2,00 f-p 1,75 g-p 1,10 j-p 2,00
Rataan 3,70 3,46 2,21 1,48 1,14 2,40
Keterangan: Angka yang diikuti notasi huruf yang berbeda pada kolom dan baris yang sama
adalah berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.
menghasilkan tinggi planlet semakin pendek pada semua varietas yang diuji.
berbeda nyata dengan perlakuan lainnya pada cekaman salinitas 2.500 ppm NaCl.
berbeda nyata dengan perlakuan G 2 V 6 pada cekaman salinitas 5.000 ppm NaCl.
nyata dengan perlakuan G 3 V 7 dan G 3 V 8 pada cekaman salinitas 7.500 ppm NaCl.
berbeda nyata dengan perlakuan lainnya pada cekaman salinitas 10.000 ppm
NaCl.
Secara visual (Gambar 11), pengamatan terhadap tinggi planlet cabai rawit
morfologi planlet pada kondisi kontrol lebih baik dibandingkan tercekam yang
terhadap parameter panjang akar. Rataan panjang akar dengan perlakuan beberapa
varietas cabai rawit dan konsentrasi NaCl secara in vitro dapat dilihat pada
Tabel 6.
Tabel 6. Panjang akar planlet dengan perlakuan beberapa varietas cabai rawit dan
konsentrasi NaCl secara in vitro
Salinitas (ppm NaCl)
Varietas G0 G1 G2 G3 G4 Rataan
(0) (2.500) (5.000) (7.500) (10.000)
…….…………………………cm……………………………….
V 1 (Tetra Hijau) 1,63 c-l 0,95 d-l 0,98 d-l 0,50 g-l 0,81 l 0,85
V 2 (Pedas) 2,43 c-f 2,70 c-e 2,38 c-g 0,88 d-l 1,28 c-l 1,93
V 3 (Cakra
1,35 c-l 2,13 c-g 1,38 c-l 2,00 c-j 1,08 c-l 1,59
Hijau)
V 4 (Sigantung) 6,65 b 11,58 a 8,18 ab 3,05 c 1,93 c-i 6,28
V 5 (Wijaya) 1,15 c-l 0,80 e-l 0,75 f-l 0,38 i-l 1,58 c-l 0,93
V 6 (Sapade) 2,73 cd 2,00 c-h 2,73 c-j 0,45 g-l 0,50 g-l 1,68
V 7 (Sret) 4,00 c-e 1,20 c-l 0,53 g-l 0,33 j-l 0,55 h-l 1,32
V 8 (Bara) 1,25 c-l 1,10 c-l 0,25 kl 0,75 f-l 0,30 kl 0,73
V 9 (Genie) 1,43 c-l 1,10 c-l 1,55 c-l 1,15 c-l 0,95 d-l 1,24
V 10 (Hanna 08) 1,25 c-l 1,70 c-k 1,85 c-j 0,50 g-l 0,55 g-l 1,17
Rataan 2,39 2,53 2,06 1,00 0,89 1,77
Keterangan: Angka yang diikuti notasi huruf yang berbeda pada kolom dan baris yang sama
adalah berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.
(0,81 cm) menghasilkan akar yang lebih pendek dibandingkan perlakuan lainnya.
berbeda nyata dengan perlakuan lainnya pada cekaman salinitas 0 ppm NaCl.
nyata dengan perlakuan lainnya pada cekaman salinitas 5.000 ppm NaCl.
penampilan morfologi planlet pada kondisi kontrol jauh lebih baik dibandingkan
terhadap parameter jumlah daun. Rataan jumlah daun dengan perlakuan beberapa
varietas cabai rawit dan konsentrasi NaCl secara in vitro dapat dilihat pada
Tabel 7.
Tabel 7. Jumlah daun planlet dengan perlakuan beberapa varietas cabai rawit dan
konsentrasi NaCl secara in vitro
Salinitas (ppm NaCl)
Varietas G0 G1 G2 G3 G4 Rataan
(0) (2.500) (5.000) (7.500) (10.000)
…….…………………………helai……………………………….
V 1 (Tetra Hijau) 2,25 d-g 1,75 d-h 1,18 d-h 0,50 e-h 0,00 h 1,20
V 2 (Pedas) 2,50 c-f 2,75 c-e 1,51 d-h 1,00 d-h 0,25 gh 1,40
V 3 (Cakra
2,00 d-g 3,00 cd 1,35 d-h 1,50 d-h 0,00 h 1,60
Hijau)
V 4 (Sigantung) 8,00 a 7,00 ab 5,75 ab 3,25 b-d 1,50 d-h 5,10
V 5 (Wijaya) 2,25 d-g 1,75 d-h 1,75 d-h 0,00 h 0,25 gh 1,20
V 6 (Sapade) 3,00 cd 2,00 d-g 3,33 d-g 0,50 e-h 1,25 d-h 2,02
V 7 (Sret) 4,67 cd 1,50 d-h 0,50 e-h 0,50 e-h 0,00 h 1,43
V 8 (Bara) 2,25 d-g 3,25 b-d 0,00 h 0,50 f-h 0,00 h 1,20
V 9 (Genie) 1,25 d-h 2,25 d-g 0,00 h 0,00 h 0,50 f-h 0,80
V 10 (Hanna 08) 1,27 d-h 1,25 d-h 0,50 e-h 0,50 e-h 0,25 gh 0,75
Rataan 2,94 2,65 1,63 0,83 0,40 1,69
Keterangan: Angka yang diikuti notasi huruf yang berbeda pada kolom dan baris yang sama
adalah berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.
helai).
berbeda nyata dengan perlakuan lainnya pada cekaman salinitas 2.500 ppm NaCl.
nyata dengan perlakuan lainnya pada cekaman salinitas 5.000 ppm NaCl.
ppm NaCl. Perlakuan G 4 V 4 (1,50 helai) menghasilkan jumlah daun tertinggi yang
tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainnya pada cekaman salinitas 10.000 ppm
NaCl.
penampilan morfologi planlet pada kondisi kontrol jauh lebih baik dibandingkan
terhadap parameter bobot basah tajuk. Rataan bobot basah tajuk dengan perlakuan
beberapa varietas cabai rawit dan konsentrasi NaCl secara in vitro dapat dilihat
pada Tabel 8.
Tabel 8. Bobot basah tajuk planlet dengan perlakuan beberapa varietas cabai rawit
dan konsentrasi NaCl secara in vitro
Salinitas (ppm NaCl)
Varietas G0 G1 G2 G3 G4 Rataan
(0) (2.500) (5.000) (7.500) (10.000)
…….…………………………mg……………………………….
V 1 (Tetra Hijau) 3,66 e-h 3,93 e-h 4,28 d-h 3,44 e-h 0,99 fg 3,26
V 2 (Pedas) 4,14 d-h 6,06 d-g 5,03 d-h 3,87 e-h 3,82 e-h 4,58
V 3 (Cakra
Hijau) 1,82 f-h 4,92 d-h 5,08 d-h 4,40 d-h 3,56 e-h 3,95
V 4 (Sigantung) 50,93 a 36,21 ab 23,93 bc 13,14 cd 10,65 c-e 26,97
V 5 (Wijaya) 2,34 f-h 3,68 e-h 4,99 d-h 2,15 f-h 4,95 d-h 3,62
V 6 (Sapade) 3,82 e-h 4,81 d-h 7,55 d-g 0,63 fh 4,21 e-h 4,20
V 7 (Sret) 6,71 d-h 2,67 e-h 0,77 fh 0,43 h 1,21 fg 2,36
V 8 (Bara) 5,83 d-h 7,13 d-f 0,87 fh 3,40 e-h 1,52 f-h 3,75
V 9 (Genie) 1,93 f-h 4,31 d-h 2,92 e-h 4,02 d-h 4,44 d-h 3,52
V 10 (Hanna 08) 3,90 e-h 4,54 d-h 4,12 d-h 4,10 d-h 1,31 f-h 3,59
yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya pada cekaman salinitas 2.500 ppm
NaCl. Perlakuan G 2 V 4 (23,93 mg) menghasilkan bobot basah tajuk tertinggi yang
berbeda nyata dengan perlakuan lainnya pada cekaman salinitas 5.000 ppm NaCl.
Perlakuan G 3 V 4 (13,14 mg) menghasilkan bobot basah tajuk tertinggi yang tidak
7.500 ppm NaCl. Perlakuan G 4 V 4 (10,65 mg) menghasilkan bobot basah tajuk
Secara visual (Gambar 14), pengamatan terhadap bobot basah tajuk planlet
penampilan morfologi planlet pada kondisi kontrol jauh lebih baik dibandingkan
terhadap parameter bobot basah akar. Rataan bobot basah akar dengan perlakuan
beberapa varietas cabai rawit dan konsentrasi NaCl secara in vitro dapat dilihat
pada Tabel 9.
Tabel 9. Bobot basah akar planlet dengan perlakuan beberapa varietas cabai rawit
dan konsentrasi NaCl secara in vitro
Salinitas (ppm NaCl)
Varietas G0 G1 G2 G3 G4 Rataan
(0) (2.500) (5.000) (7.500) (10.000)
…….…………………………mg……………………………….
V 1 (Tetra Hijau) 1,80 cd 0,55 cd 0,34 cd 0,21 cd 0,14 d 0,61
V 2 (Pedas) 0,47 cd 0,55 cd 0,68 cd 0,57 cd 0,29 cd 0,51
V 3 (Cakra
Hijau) 0,29 cd 0,57 cd 0,70 cd 0,37 cd 0,27 cd 0,44
V 4 (Sigantung) 27,99 a 17,67 b 3,37 c 0,95 cd 1,19 cd 10,23
V 5 (Wijaya) 0,35 cd 0,38 cd 0,28 cd 0,04 d 0,16 d 0,24
V 6 (Sapade) 0,72 cd 0,95 cd 1,26 cd 0,17 d 0,40 cd 0,70
V 7 (Sret) 2,02 cd 0,21 cd 0,44 cd 0,19 cd 0,16 d 0,60
V 8 (Bara) 2,06 cd 1,90 cd 0,08 d 0,27 cd 0,11 d 0,88
V 9 (Genie) 0,38 cd 0,34 cd 0,31 cd 0,62 cd 0,53 cd 0,44
V 10 (Hanna 08) 0,31 cd 0,16 d 0,26 cd 0,21 cd 0,09 d 0,20
konsentrasi NaCl sangat mempengaruhi bobot basah akar terutama pada perlakuan
bobot basah akar yang cukup besar, dibandingkan dengan varietas lainnya V 4
berbeda nyata dengan perlakuan lainnya pada cekaman salinitas 2.500 ppm NaCl.
Perlakuan G 2 V 4 (3,37 mg) menghasilkan bobot basah akar tertinggi yang berbeda
nyata dengan perlakuan G 2 V 8 pada cekaman salinitas 5.000 ppm NaCl. Perlakuan
G 3 V 4 (0,95 mg) menghasilkan bobot basah akar tertinggi yang berbeda nyata
Perlakuan G 4 V 4 (1,19 mg) menghasilkan bobot basah akar tertinggi yang tidak
Secara visual (Gambar 15), pengamatan terhadap bobot basah akar planlet
Gambar 15. Penampilan bobot basah akar tertinggi pada perlakuan G 0 V 4 dan
terendah pada perlakuan G 3 V 5
Pemilihan genotipe cabai rawit toleran, agak toleran dan rentan salinitas
berdasarkan nilai indeks sensitivitas cekaman
Berdasarkan Tabel 4 dari sepuluh varietas cabai rawit yang diuji varietas
Pedas (V2), varietas Cakra Hijau (V3), varietas Sigantung (V4) dapat tumbuh
normal pada perlakuan cekaman salinitas 10.000 ppm NaCl kemudian dengan
Tabel 10. Pemilihan genotipe cabai rawit toleran, agak toleran dan rentan salinitas
berdasarkan nilai indeks sensitivitas cekaman
Tinggi Planlet
Varietas
Kontrol 10.000 ppm Selisih ISC Ket
V2 4,03 1,28 -2,75 0,91 Agak Toleran
V3 3,28 1,08 -2,20 0,90 Agak Toleran
V4 9,70 1,93 -7,78 1,07 Rentan
Panjang Akar
Varietas
Kontrol 10.000 ppm Selisih ISC Keterangan
V2 2,43 1,28 -1,15 0,76 Agak Toleran
V3 1,35 1,08 -0,28 0,30 Toleran
V4 6,65 1,93 -4,73 1,51 Rentan
membandingkan data karakter tinggi tanaman dan panjang akar cabai rawit dalam
kondisi kontrol dan tercekam diketahui pada karakter tinggi planlet varietas Pedas
salinitas, sedangkan pada karakter panjang akar varietas Cakra Hijau (V 3 ) diduga
memiliki sifat toleran terhadap cekaman salinitas dan varietas Pedas (V 2 ) diduga
Pembahasan
tumbuh, persentase planlet abnormal, tinggi planlet, panjang akar, jumlah daun,
bobot basah tajuk, bobot basah akar pada tiap genotipe cabai rawit yang diuji,
dijelaskan dalam Triadi (2011) perbedaan susunan genetik merupakan salah satu
diekspresikan pada suatu fase pertumbuhan yang berbeda dalam berbagai sifat
rataan data tertinggi untuk semua karakter amatan yaitu tinggi planlet, panjang
akar, jumlah daun, bobot basah tajuk, bobot basah akar, persentase tanaman
Hal ini diduga varietas Sigantung memiliki keragaan agronomi yang lebih tinggi
ketahanan terhadap hama trips dan penyakit antraknose, toleran layu, dengan
daerah adaptasi dataran rendah sampai dataran tinggi dengan potensi hasil 1,2 -1,5
berbanding lurus dengan bobot basah tajuk (Tabel 8), hal ini diduga bobot segar
tajuk yang tinggi disebabkan jumlah daun dan tinggi planlet yang relatif tinggi.
Terpenuhinya unsur hara yang dibutuhkan tanaman khususnya unsur hara nitrogen
dalam media MS. Fauzi, et. al. (2013) menyatakan fungsi N merangsang
pembelahan dan perbesaran sel, nitrogen di dalam tanaman akan di gunakan lebih
Dari data panjang akar (Tabel 6) dan bobot basah akar (Tabel 9) diketahui
bahwa panjang akar tidak berbanding lurus dengan bobot basah akar, hal ini
bidang serapan akar agar dapat mencukupi kebutuhan air dan nutrisi tanpa adanya
penambahan bobot dari akar apabila nutrisi dalam media tanam tidak optimal. Hal
ini dijelaskan Harjadi (2000) bahwa perkembangan akar dipengaruhi oleh unsur
hara yang tersedia dalam media tanam, pada kondisi optimum pemanjangan akar
akan berlangsung secara normal, namun dalam kondisi air dan hara terbatas
memaksimalkan penyerapan air dan hara dalam media tanam. Ketersediaan unsur
hara berperan penting sebagai sumber energi sehingga tingkat kecukupan hara
planlet tidak tumbuh, persentase planlet abnormal, tinggi planlet, panjang akar,
NaCl 10.000 ppm hal ini diduga pada konsentrasi garam tersebut meracuni
berkurang. Secara khusus kadar garam yang tinggi menyebabkan keracunan bagi
tanaman dengan merusak sel-sel yang sedang tumbuh sehingga pertumbuhan sel
tidak berlangsung dan membatasi suplai hasil-hasil metabolisme esensial bagi sel.
Menurut Salisbury dan Ross (1995) masalah potensial lainnya bagi tanaman
adalah mengurangi ketersedian K+ dan Ca++ dalam media tanam dan menghambat
tanaman untuk tumbuh maksimal (Dolyna, 2008). Hal ini ditunjukkan pada
beberapa parameter memiliki data rataan tertinggi pada perlakuan NaCl 0 ppm
(G 0 ) untuk karakter persentase planlet normal, tinggi planlet, jumlah daun, bobot
basah tajuk, bobot basah akar dan memimiki data rataan terendah untuk
tumbuh pada perlakuan NaCl 0 ppm (G 0 ) dan NaCl 2.500 ppm (G 1 ) sebesar
100%, untuk parameter panjang akar rataan tertinggi pada perlakuan NaCl 2.500
Pada parameter panjang akar data rataan tertinggi terdapat pada perlakuan
berbeda nyata dengan perlakuan NaCl 7.500 ppm (G 3 ) sebesar 1.00 cm dan NaCl
10.000 ppm (G 4 ) sebesar 0.89 cm. Pertumbuhan akar cabai rawit tertinggi pada
perlakuan NaCl 2.500 ppm (G 1 ) lebih hal ini diduga pada konsentrasi NaCl 2.500
ppm menyebabkan pertumbuhan panjang akar lebih besar sehingga bidang jelajah
perakaran per satuan volume lebih besar dan meningkatkan penyerapan air dan
unsur hara (Salisbury dan Ross, 1995). Namun pertumbuhan panjang akar tersebut
rawit menurun hal ini diduga pada konsentrasi tersebut cekaman salin sudah tidak
dapat ditolerir oleh tanaman cabai rawit hal ini dijelaskan dalam Sipayung (2003)
tinggi dan natrium sebagai nutrisi mineral untuk banyak halophytes, namun
dapat menyebabkan toksisitas pada tanaman yang tidak toleran cekaman salinitas.
genotipe dan lingkungan berpengaruh nyata hal ini disebabkan adanya perubahan
respon setiap genotipe yang diuji pada tiap lingkungan yang berbeda. Setiap
peluang untuk menyeleksi dan merakit galur-galur yang dapat beradaptasi pada
9.70 cm sejalan dengan tinggi tajuk pada bobot basah tajuk perlakuan tersebut
memiliki data rataan tertinggi sebesar 50,93 mg, sedangkan untuk tinggi tajuk
konsentrasi NaCl 10.000 ppm (G 4 V 1 ) sebesar 0.48 cm dan bobot basah terendah
terdapat pada kombinasi perlakuan varietas Sret dengan konsenrasi NaCl 7.500
11.58 cm sejalan dengan panjang akar pada bobot basah akar perlakuan tersebut
memiliki data rataan tertinggi sebesar 27,99 mg, sedangkang untuk panjang akar
konsentrasi NaCl 10.000 ppm (G 4 V 1 ) sebesar 0.81 cm dan bobot basah akar
terendah pada perlakuan varietas Wijaya dengan konsentrasi NaCl 7.500 ppm
NaCl pada media seleksi dijelaskan dalam MS. Fauzi, et. al. (2013) tersedianya
unsur hara yang dibutuhkan tanaman khususnya unsur hara nitrogen dalam media
unsur hara oleh tanaman (Salisbury dan Ross, 1995). Perbedaan tanggapan pada
tiap varietas dapat menunjukkan batas maksimal NaCl yang dapat ditoleransi
varietas Sret pada konsentrasi NaCl 10.000 ppm (G 4 V 7 ), varieras Bara pada
konsentrasi NaCl 5.000 ppm (G 2 V 8 ) dan 10.000 ppm (G 4 V 8 ), varietas Genie pada
konsentrasi NaCl 2.500 ppm (G 2 V 9 ) dan 7.500 ppm (G 3 V 9 ). Hal ini diduga
penurunan jumlah daun pada tanaman yang dikondisikan dalam cekaman salinitas
kutikula dan lapisan lilin, peningkatan tyloses, serta peningkatan lignifikasi akar.
abnormal tertinggi pada pada interaksi varietas Wijaya dengan konsentrasi NaCl
dan NaCl 10.000 ppm (G 4 V 9 ). Hal ini diduga kedua varietas tersebut memiliki
toleransi yang rendah terhadap cekaman salinitas yang tinggi, dijelaskan dalam
menghambat penyerapan unsur hara dan air, secara khusus salinitas menjadi racun
memiliki rataan data vegetatif terbaik dibandingkan varietas yang lainnya untuk
bobot basah tajuk dan persentase planlet abnormal terendah. Sedangkan untuk
rataan data vegetatif terendah banyak dijumpai pada perlakuan varietas Genie
(V 9 ) untuk karakter persentase planlet normal, jumlah daun, bobot basah akar dan
diduga varietas Sigantung memiliki sifat toleran dan varietas Genie rentan
karakter panjang akar varietas Cakra Hijau (V 3 ) diduga memiliki sifat toleran
pada karakter panjang akar dan agak toleran pada karakter tinggi planlet terhadap
dalam Lubis (2014) bahwa indeks sensitivitas digunakan untuk mengukur tingkat
pada vaerietas Sigantung pada seluruh karakter amatan, namun memiliki nilai
indeks sensitivitas yang tinggi sehingga varietas Sigantung dinilai rentan terhadap
varietas Cakra Hijau (V 3 ) memiliki nilai indeks sensitivitas yang rendah pada
karakter tinggi planlet dan panjang akar sehingga varietas Cakra Hijau diduga
al. (2016) toleransi tanaman merupakan kemampuan tanaman untuk tumbuh dan
spesies dan varietas dari tingkat yang paling rentan hingga paling tahan.
Hijau dan Sigantung dapat tumbuh normal pada cekaman Salinitas 10.000 ppm
tinggi planlet varietas Pedas (V 2 ) dan varietas Cakra Hijau (V 3 ) diduga agak
toleran terhadap cekaman salinitas, sedangkan pada karakter panjang akar varietas
Cakra Hijau (V 3 ) diduga memiliki sifat toleran terhadap cekaman salinitas dan
varietas Pedas (V 2 ) diduga agak toleran terhadap cekaman salinitas. Hasil analisis
ragam gabungan dan perhitungan indeks sensitivitas varietas Pedas, Cakra Hijau
dan Sigantung pada fase planlet dapat menjadi gambaran ketahanan ketiga
varietas cabai rawit hingga fase produksi. Hal ini dijelaskan Taufik et al. (2009)
menjadi cerminan produksi suatu tanaman. Sehingga ketiga varietas tersebut dapat
menjadi calon varietas cabai rawit yang toleran cekaman Salinitas untuk
kemudian diuji hingga fase produksi. Hal ini dijelaskan Sitompul dan Guritno
tanaman yang memiiki daun lebih banyak pada awal pertumbuhan akan lebih
Kesimpulan
nyata pada karakter tinggi planlet, panjang akar, jumlah daun, bobot basah
tajuk, bobot basah akar, persentase planlet normal, persentase planlet tidak
perlakuan varietas dan konsentrasi NaCl namun tidak berpengaruh nyata pada
Saran
produksi cabai rawit (Capsicum frutescens L.) varietas Sigantung, Pedas dan
DAFTAR PUSTAKA
Cahyono, B. 2003. Cabai rawit teknik budidaya dan analisis usaha tani. Kanisius.
Yogjakarta.
Dachlan, A., N. Kasim dan A. K. Sari. 2013. Uji Ketahanan Salinitas Beberapa
Varietas Jagung (Zea mays L.) dengan Menggunakan Agen Seleksi NaCl.
Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin. Makasar.
Direktorat Perbenihan dan Sara Produksi. 2010. Daftar Varietas Hortikultura yang
Dilepas. Jakarta: Direktorat Perbenihan dan Sarana Produksi, Direktorat
Jendral Hortikultura, Kementrian Pertanian RI.
Fauzi, R., Eka, T. S. P., Erlina, A. 2013. Pengayaan Oksigen di Zona Perakaran
Untuk Meningkatkan Pertumbuhan dan Hasil Selada (Letuca sativa L.)
Secara Hidroponik. Vegetalica Vol 2. No. 4
Fernandez, GCJ. 1992. Selection criteria for assessing stress tolerance. Dalam:
Kuo, C.G. (ed.). Proccedingof The International Symposium on
Adaptation of Vegetables and other Food Crops in Temperature and
Water Stress. 257-270. Tainan,Taiwan.
Kasim, N. 2010. Penggunaan Agen Seleksi NaCl untuk Uji Ketahanan Salinitas
Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.). Jurusan Budidaya Pertanian.
Universitas Hasanuddin. Makasar.
Kurniati, E. 2003. Induksi Kalus dan Penghasilan Capsaicin pada Variasi Kadar
Nutrien MS dan Kombinasi Zat Pengatur Tumbuh. Fakultas
Teknobiologi. Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Yogyakarta.
Ridwan, Tri H. dan Witjaksono. 2016. Uji Toleransi Tanaman Kentang Hitam
(Plectranthus rotundifolius (Poir.) Spreng.) Hasil Radiasi Sinar Gamma
terhadap Cekaman Kekeringan. Jurnal Biologi Indonesia 12(1): 41-48.
Salisbury, FB., & CW. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Jilid 1. Terjemahan dari
Plant Physiology 4th Edition oleh Diah R. Lukman dan Sumaryono, ITB.
Bandung. Dalam Ridwan, Tri H. dan Witjaksono. 2016. Uji Toleransi
Tanaman Kentang Hitam (Plectranthus rotundifolius (Poir.) Spreng.)
Hasil Radiasi Sinar Gamma terhadap Cekaman Kekeringan. Jurnal
Biologi Indonesia 12(1): 41-48.
Sudana, W. 2005. Potensi dan Prospek Lahan Rawa Sebagai Sumber Produksi
Pertanian. Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian.
Bogor.
Sujitno, E dan M. Dianawati. 2015. Produksi panen berbagai varietas unggul baru
cabai rawit (Capsicum frutescens) di lahan kering Kabupaten Garut, Jawa
Barat. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Bandung.
Taufik, M., Gustian, A. Syarif dan I. Suliansyah. 2009. Seleksi Hibrida F1 Kakao
Berproduksi Tinggi pada Fase Bibit Memanfaatkan Analisis
Diskriminan. Universitas Bengkulu. Bengkulu.
Salinitas
Varietas Rataan
G0 G1 G2 G3 G4
V1 100,00 100,00 50,00 75,00 0,00 65,00
V2 100,00 100,00 75,00 75,00 25,00 75,00
V3 100,00 100,00 75,00 50,00 25,00 70,00
V4 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
V5 100,00 100,00 75,00 0,00 0,00 55,00
V6 100,00 100,00 100,00 25,00 0,00 65,00
V7 100,00 100,00 50,00 0,00 0,00 50,00
V8 100,00 100,00 0,00 25,00 0,00 45,00
V9 50,00 50,00 50,00 0,00 0,00 30,00
V10 100,00 50,00 75,00 25,00 0,00 50,00
FK = 708050
KK = 35%
Salinitas
Varietas Rataan
G0 G1 G2 G3 G4
V1 90,00 90,00 60,00 78,75 45,00 72,75
V2 90,00 90,00 75,00 75,00 56,25 77,25
V3 90,00 90,00 78,75 63,75 56,25 75,75
V4 90,00 90,00 90,00 90,00 90,00 90,00
V5 90,00 90,00 78,75 45,00 45,00 69,75
V6 90,00 90,00 78,75 56,25 45,00 72,00
V7 78,75 90,00 67,50 45,00 45,00 65,25
V8 90,00 90,00 45,00 56,25 45,00 65,25
V9 67,50 67,50 67,50 45,00 45,00 58,50
V10 90,00 60,00 78,75 56,25 45,00 66,00
FK = 1015313
KK = 14%
Salinitas
Varietas Rataan
G0 G1 G2 G3 G4
V1 0,00 0,00 0,00 0,00 50,00 10,00
V2 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
V3 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
V4 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
V5 0,00 0,00 0,00 25,00 0,00 5,00
V6 0,00 0,00 0,00 25,00 50,00 15,00
V7 0,00 0,00 25,00 50,00 75,00 30,00
V8 0,00 0,00 50,00 0,00 25,00 15,00
V9 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
V10 0,00 0,00 0,00 0,00 25,00 5,00
Lampiran 8. Data sidik ragam persentase planlet cabai rawit tidak tumbuh
FK = 12800
KK = 184%
Varietas Salinitas
Rataan
G0 G1 G2 G3 G4
V1 45,00 45,00 45,00 45,00 67,50 49,50
V2 45,00 45,00 45,00 45,00 45,00 45,00
V3 45,00 45,00 45,00 45,00 45,00 45,00
V4 45,00 45,00 45,00 45,00 45,00 45,00
V5 45,00 45,00 45,00 56,25 45,00 47,25
V6 45,00 45,00 45,00 56,25 67,50 51,75
V7 45,00 45,00 52,50 67,50 78,75 57,75
V8 45,00 45,00 67,50 45,00 56,25 51,75
V9 45,00 45,00 45,00 45,00 45,00 45,00
V10 45,00 45,00 45,00 45,00 56,25 47,25
Lampiran 10. Data transformasi sidik ragam persentase planlet cabai rawit
tidak tumbuh
FK = 470935,1
KK = 14%
Salinitas
Varietas Rataan
G0 G1 G2 G3 G4
V1 0,00 0,00 50,00 25,00 50,00 25,00
V2 0,00 0,00 25,00 25,00 75,00 25,00
V3 0,00 0,00 25,00 50,00 75,00 30,00
V4 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
V5 0,00 0,00 25,00 75,00 100,00 40,00
V6 0,00 0,00 0,00 50,00 50,00 20,00
V7 0,00 0,00 25,00 50,00 25,00 20,00
V8 0,00 0,00 50,00 75,00 75,00 40,00
V9 50,00 50,00 50,00 100,00 100,00 70,00
V10 0,00 50,00 25,00 75,00 75,00 45,00
Rataan 5,00 10,00 27,50 52,50 62,50 31,50
FK = 198450
KK = 76%
Lampiran 13. data transformasi persentase planlet cabai rawit abnormal (%)
Varietas Salinitas
Rataan
G0 G1 G2 G3 G4
V1 45,00 45,00 67,50 56,25 67,50 56,25
V2 45,00 45,00 56,25 56,25 78,75 56,25
V3 45,00 45,00 56,25 67,50 78,75 58,50
V4 45,00 45,00 45,00 45,00 45,00 45,00
V5 45,00 45,00 56,25 78,75 90,00 63,00
V6 45,00 45,00 45,00 67,50 67,50 54,00
V7 45,00 45,00 56,25 67,50 56,25 54,00
V8 45,00 45,00 67,50 78,75 78,75 63,00
V9 67,50 67,50 67,50 90,00 90,00 76,50
V10 45,00 67,50 56,25 78,75 78,75 65,25
Rataan 47,25 49,50 57,38 68,63 73,13 59,18
FK = 700336,1
KK = 29%
Salinitas
Varietas Rataan
G0 G1 G2 G3 G4
V1 2,98 3,03 1,88 1,33 0,48 1,94
V2 4,03 4,63 2,15 1,18 1,28 2,65
V3 3,28 4,25 2,45 1,48 1,08 2,51
V4 9,70 7,28 4,73 3,20 1,93 5,37
V5 2,20 1,98 2,30 1,30 1,58 1,87
V6 4,00 3,50 3,60 1,75 0,98 2,77
V7 3,13 1,60 0,88 0,73 0,53 1,37
V8 2,93 3,38 0,70 0,93 0,95 1,78
V9 1,95 2,70 1,43 1,18 1,55 1,76
V10 2,83 2,30 2,00 1,75 1,10 2,00
Rataan 3,70 3,46 2,21 1,48 1,14 2,40
FK = 1119,12
KK = 24%
Salinitas
Varietas Rataan
G0 G1 G2 G3 G4
V1 1,63 0,95 0,98 0,50 0,18 0,85
V2 2,43 2,70 2,38 0,88 1,28 1,93
V3 1,35 2,13 1,38 2,00 1,08 1,59
V4 6,65 11,58 8,18 3,05 1,93 6,28
V5 1,15 0,80 0,75 0,38 1,58 0,93
V6 2,73 2,00 2,73 0,45 0,50 1,68
V7 4,00 1,20 0,53 0,33 0,55 1,32
V8 1,25 1,10 0,25 0,73 0,30 0,73
V9 1,43 1,10 1,55 1,15 0,95 1,24
V10 1,25 1,70 1,85 0,50 0,55 1,17
FK = 602,74
KK = 33%
Salinitas
Varietas Rataan
G0 G1 G2 G3 G4
V1 1,43 1,20 1,21 0,99 0,81 1,13
V2 1,69 1,78 1,60 1,15 1,33 1,51
V3 1,36 1,61 1,36 1,53 1,24 1,42
V4 2,67 3,46 2,90 1,88 1,55 2,49
V5 1,28 1,13 1,11 0,92 1,43 1,18
V6 1,79 1,58 1,51 0,96 0,97 1,36
V7 1,77 1,30 1,00 0,89 0,94 1,18
V8 1,31 1,26 0,85 1,10 0,89 1,08
V9 1,37 1,26 1,41 1,28 1,19 1,30
Lampiran 20. Data transformasi sidik ragam panjang akar cabai rawit
FK = 387,27
KK = 19%
Salinitas
Varietas Rataan
G0 G1 G2 G3 G4
V1 2,25 1,75 1,00 0,50 0,00 1,10
V2 2,50 2,75 2,00 1,00 0,25 1,70
V3 2,00 3,00 1,50 1,50 0,00 1,60
V4 8,00 7,00 5,75 3,25 1,50 5,10
V5 2,25 1,75 1,75 0,00 0,25 1,20
V6 3,00 2,00 3,33 0,50 1,25 2,02
V7 4,67 1,50 0,50 0,50 0,00 1,43
V8 2,25 3,25 0,00 0,50 0,00 1,20
FK = 544,50
KK = 38%
Salinitas
Varietas Rataan
G0 G1 G2 G3 G4
V1 1,63 1,49 1,18 0,97 0,71 1,20
V2 1,73 1,79 1,51 1,14 0,84 1,40
V3 1,56 1,86 1,35 1,35 0,71 1,36
V4 2,91 2,73 2,49 1,93 1,40 2,29
V5 1,59 1,49 1,48 0,71 0,84 1,22
V6 1,86 1,56 1,60 0,97 1,22 1,44
V7 1,88 1,40 0,97 0,97 0,71 1,18
Lampiran 24. Data transformasi sidik ragam jumlah daun cabai rawit
FK = 357,87
KK = 26%
Salinitas
Varietas Rataan
G0 G1 G2 G3 G4
V1 3,66 3,93 4,28 3,44 0,99 3,26
V2 4,14 6,06 5,03 3,87 3,82 4,58
V3 1,82 4,92 5,08 4,40 3,56 3,95
V4 50,93 36,21 23,93 13,14 10,65 26,97
V5 2,34 3,68 4,99 2,15 4,95 3,62
V6 3,82 4,81 7,55 0,63 4,21 4,20
Lampiran 26. Data sidik ragam bobot basah tajuk cabai rawit
FK = 7153,03
KK = 50%
Lampiran 27. Data transformasi bobot basah tajuk cabai rawit (mg)
Salinitas
Varietas Rataan
G0 G1 G2 G3 G4
V1 2,02 2,07 2,16 1,94 1,13 1,87
V2 2,14 2,54 2,25 2,00 2,03 2,19
V3 1,50 2,31 2,25 2,15 1,98 2,04
V4 7,10 5,73 4,93 3,67 3,30 4,946
V5 1,65 2,04 2,28 1,55 2,22 1,95
Lampiran 28. Data transformasi sidik ragam bobot basah tajuk cabai rawit
FK = 991,1
KK = 30%
Salinitas
Varietas Rataan
G0 G1 G2 G3 G4
V1 1,80 0,55 0,34 0,21 0,14 0,61
V2 0,47 0,55 0,68 0,57 0,29 0,51
V3 0,29 0,57 0,70 0,37 0,27 0,44
V4 27,99 17,67 3,37 0,95 1,19 10,23
Lampiran 30. Data sidik ragam bobot basah akar cabai rawit
FK = 441,43
KK = 156%
Lampiran 31. Data transformasi bobot basah akar cabai rawit (mg)
Salinitas
Varietas Rataan
G0 G1 G2 G3 G4
V1 1,45 1,02 0,91 0,84 0,79 1,00
V2 0,98 1,02 1,08 1,02 0,89 1,00
V3 0,89 1,02 1,06 0,93 0,88 0,96
Lampiran 32. Data transformasi sidik ragam bobot basah akar cabai rawit
FK = 260,37
KK = 37%