Anda di halaman 1dari 3

PELAKSANAAN DAN HASIL PRAKTIKUM

 Pelaksanaan prkatikum mata kuliah MANAJMEN REPRODUKSI


dilaksanakan pada pukul 16.44 Wita – Selesai hari jumat pada tanggal 7
Oktober 2022 bertepat di desa Gatep kecamatan Ampenan kab/kota
Lombok Barat dengan nama kelompoknya yaitu Patuh Patut Pacu yang
diketuai oleh bapak Supandi, dibina oleh Yanurul aini S.pt serta memiliki
18 orang anggota.
Hasil
DATA KEBUNTINGAN DAN KESEHATAN TERNAK

1. Bagaiman cara mengetahui induk bunting atau tidak


Dalam melakukan perkawinan kelompok ternak tersebut melakukan
perkawinan dengan menggunakan IB (INSEMINASI BUATAN) dan tidak
pernah melakukan perkawinan alami. Dalam wawancara kami kemarin
dijelaskan bahwa kelompok ternak tersebut tidak melakukan kawin alami
dikarenakan bahwa kekurangan fasilitas di kandang kelompok tersebut
seperti kandang kawin.
Untuk mengetahui adanya bunting atau tidak peternak biasanya
melihat dari kondisi fisik ternak sapi tersebut dengan cara melihat ambing
dan perut ternak tersebut besar serta dilihat dari masa birahinya.

2. Perlakuan sebelum dan sesudah bunting


Untuk perlakuan ternak sebelum bunting dari hasil wawancara
dengan peternak bawha ternak tersebut diberi pakan yang biasanya
dilakukan setiap dua kali sehari dengan waktu pagi dan sore hari dan
melakukan pembersihan kandang pada setelah pemberian pakan di
sore hari dan perlakuan setelah bunting yaitu peternak melakukan
pemberian pakan dengan semaksimal dan secukupnya mungkin dan
dimasukkan kekandang khusus untuk di diamkan tidak dikasih keluar
kandang ygang bertujuan untuk indukan tidak mengalami abortus.
3. Adakah sapi yang mengalamikesulitan beranak
Berdasarkan hasil wawancara yang telah kelompok kami lakukan,
didapatkan hasil bahwa di dalam memelihara ternak sapi pernah
mengalami kesulitan melahirkan (Distokia). Faktor anak yang
menyebabkan distokia antara lain ukuran anak terlalu besar (kawin
suntik dari semen yang berbeda bangsa dengan postur tubuh yang
lebih besar dari induk), lahir kembar, sungsang, kekurangan hormon
serta kematian anak didalam rahim. Berdasarkan hasil wawancara
kelompok kami bahwa ternak yang mengalami Distokia tersebut
disebabkan karna kematian pedet didalam rahim.Pengobatan
distokia harus dikonsultasikan dan ditangani oleh dokter hewan atau
tenaga medis veteriner. Mengembalikan posisi anak pada posisi
normal dengan cara didorong, diputar dan ditarik. Penarikan
paksa apabila rahim lemah dan anak tidak ikut merangsang
perejanan. Pemotongan fetus (fetotomi), posisi fetus yang abnormal
tidak bisa diatasi dengan reposisi dan keselamatan induk yang
diutamakan. Operasi cesar merupakan alternatif terakhir (biaya
sangat mahal) apabila semua cara tidak berhasil dan harus ditangani
dokter hewan yang kompeten. Namun didapat dari keterangan
peternak bahwa pedet yang meninggal didalam rahim dapat
dikeluarkan dengan cara diputar dan ditarik secara paksa. Distokia
dapat dicegah dengan cara pemberian pakan dengan nutrisi yang
baik selama kebuntingan Pelayanan DISTOKIA ini sama dengan
pelayanan yang lain tentag peternakan. yaitu masyarakat dengan
mudah mendapatkan pelayanan tersebut, Hanya dengan cara
menghubugi petugas yang ada di beberapa kecamatan.
4. Megatasi masalah berkaitan dengan kesehatan ternak
Perlakuan ternak yang mengalami sakit atau kesehatan yang
terganggu peternak biasa melakukan pemeriksaan rutin melalui
persetujaun ketua dan pembinanya jika bisa ditangani oleh peternak
biasnya menggunakan obat tradisional jika ternak tersebut dilampaui
penyakit yang parah dilakukan dengan pengobtan medis bisa
memamnggil dari pihak puskeswan terdekat di kecamatan Ampenan.
Dan yang paling penting ketika terjadi khasus virus penyakit mulut
dan kuku( PMK ) kemarin peternak hanya melakukan pemberian obat
secara tradisional dengan memberikan laruta gula merah terhadap
ternak yang terjangkit penyakt mulut dan kuku tersebut.

Anda mungkin juga menyukai