Anda di halaman 1dari 10

TUGAS KELOMPOK

KEPERAWATAN MATERNITAS 1
“ASUHAN KEPERAWATAN TRANSCULTURAL NURSING”
DOSEN PENGAMPU: Ns. DWI SRI HANDAYANI, S.Kep., M.Kep

DISUSUN OLEH:

JUNITA ANNISA PUTRI 2010201193

NAMULONDO MWAJIB BOGERE 2010201197

FANNY NUGRAHENI 2010201188

AGNES AGUSTIN 2010201201

PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA

2021
Deskripsi Cerita
Di dalam tradisi adat jawa yang mempunyai anggota keluarga sedang hamil atau nifas,
alasannya terkait dengan budaya untuk mempertahankan kesehatan individu dan keluarga
menurut persepsi keluarga. melalukan upacara puputan dan penguburan placenta, serta
pantangan dan kebiasaan yang harus dilakukan saat ibu hamil dan nifas.
Upacara Puputan
Upacara puputan akan dilakukan saat tali pusar terlepas dari perut bayi. Sebagaimana
diketahui, tali pusar bayi akan mengering dan terlepas dengan sendirinya. Pada saat inilah,
upacara puputan atau yang dalam Bahasa Jawa disebut sebagai puput puser ini dilakukan.
Tujuannya untuk memohon keselamatan bagi bayi yang besangkutan.
Pada bayi perempuan, upacara puputan ini dilakukan dengan cara menutup pusar yang
baru saja mengering dengan sepasang ketumbar. Sementara itu, pada bayi laki-laki, pusar ini
ditutupi dengan sepasang merica.
Sebelum mengadakan upacara puputan ini, pihak orang tua atau keluarga biasanya akan
memagari sekeliling rumah dengan benang Lawe. Setelahnya, pintu rumah diberi beberapa
dedaunan seperti daun nanas, daun lolan, daun widara, dan daun girang. Pintu rumah juga
dicoreti dengan injet dan jelaga serta dipasangi duri-durian yang berasal dari pohon kemarung.
Hal ini bertujuan untuk menolak sawan atau mahluk halus yang bisa membuat bayi ketakutan
atau jatuh sakit.
Upacara Penguburan Placenta
Upacara pembuangan placenta pada umumnya dikuburkan dengan alasan agar tidak dimakan
binatang buas. Perjalan sampai penguburan placenta dimasukan kendil kemudian digendong
bapak. Alat penyerta dalam pembuangan ini pada umumnya adalah jarum, benang, pensil, dan
empon- empon.
Pantangan ketika Hamil dan Nifas
Perilaku yang menjadi pantangan ketika hamil dan diataranya adalah:
- tidak boleh kerokan,
- tidak boleh minum panas
- dilarang membunuh hewan
Pantangan ini bukan hanya berlaku bagi ibu hamil, melainkan juga para suami. Membunuh
hewan dipercaya bisa berimbas pada janin yang berada dalam kandungan. Jika dilanggar maka
bayi Anda bisa terlahir cacat atau bahkan mengalami keguguran.
- Suami Ibu Hamil Dilarang Berburu
Suami dari wanita hamil dilarang memancing atau berburu semua jenis hewan. Menurut mitos
Jawa, suami yang memancing atau berburu bisa menyebabkan bayi dalam kandungan
mengalami cacat atau bibir sumbing.
Pantangan ketika nifas adalah:
- tidak boleh banyak gerak sampai 40 hari,
- tidak boleh banyak minum.
- adanya larangan ibu dan anak untuk tidur pada saat maghrib. Hal ini dikarenakan akan
menyebabkan ibu dan anak menjadi sakit.
- ibu dilarang untuk makan ikan laut serta daging ayam. Hal ini dipercaya akan memperlambat
penyembuhan luka pada ibu setelah melahirkan.
- ibu dilarang meminum banyak air karena dikhawatirkan akan memperlambat penyembuhan
luka.
Yang dianjurkan ketika Hamil dan Nifas
Sedangkan yang dianjurkan ketika hamil diantaranya minum jamu sehat dan ketika nifas antara
lain memakai pilis, duduk kaki lurus dan rapat serta minum jamu.

Asuhan Keperawatan Transkulture Nursing


A. Kasus
Ny. Fatimah datang ke RS pada tanggal 2 November 2021. Pukul 20.00 wib. berumur 25
tahun, beragama islam, pekerjaan sebagai ibu rumah tangga . klien menikah dengan Tn. Budi
yang berumur 30 tahun, beragam islam, pekerjaan sebagai pengusaha bakpia, suku Jawa dan
tinggal bersama mertuanya. Kehamilan ini merupakan kehamilan yang pertama. Usia
kehamilannya 38 minggu (trimester ketiga). Ny. Fatimah merasakan pusing, pucat, dan lemah
selama 3 hari terakhir. Kemudian Ny. Fatimah memeriksakan keadaan dan kehamilannya di RS.
Ny. Fatimah mengeluh keluar air sejak tanggal 2 November pukul 22.00 wib. Pemeriksaan TTV
dengan: TD: 120/70 mmHg, nadi: 96 kali/menit, suhu 36,4 derajad celcius, RR: 24 kali/menit, LI
TFU: 29 cm (PBBJ 2790 kg), LII teraba punggu kanan, LIII presentasi kepala, LIV kepala sudah
masuk PAP teraba 4/5 bagian di atas shympisis, teraba kepala, tidak teraba bagian kecil janin
atau tali pusat. Setelah diperiksa didapat hasil pemeriksaan kadar hemoglobin (Hb) 11 mg/dL.
Dokter menyimpulkan bahwa Ny. Fatimah menderita anemia. Kemudian aktivitas, dokter
mengkaji pola makan, istirahat, dan lain-lainnya.
Dari hasil pemeriksaan tersebut, masih memercayai atau memegang teguh tradisi di daerahnya
yaitu tradisi adat Jawa. Pada saat hamil, Ny. Fatimah dilarang orang tuanya membunuh hewan.
Pantangan ini bukan hanya berlaku bagi hamil, melaikan juga untuk suami. Membunuh hewan
dipercayai bisa berimbas pada janin yang berada dalam kandungan. Jika dilanggar maka bayi
bisa terlahir cacat atau bahkan mengalami keguguran. Selain itu, Tn. Budi juga dilarang
memancing atau berburu semua jenis hewan. Menurut adat Jawa, bisa menyebabkan bayi dalam
kandungan mengalami cacat atau bibir sumbing. Pantangan makanan pada ibu hamil yang
diyakini di daerahnya yaitu Ibu hamil tidak boleh makan ikan laut karena bisa menyebabkan ASI
menjadi amis. Sedangkan yang dianjurkan ketika hamil diantaranya minum jamu sehat. Ny.
Fatimah sering mengkonsumsi jamu yang dianjurkan orang tuanya agar setelah bayinya lahir
tidak amis. Kepercayaan tersebut diyakini dan dipatuhi oleh orang tua dan semua anggota
keluarnya. Dokter menganjurkan Ny, Fatimah untuk mengurangi aktivitas yag berlebihan, sering
berolahraga (jalan-jalan), dianjurkan untuk melakukan senam hamil, istirahat yang cukup, dan
diberi obat/ vitamin penambah darah (zat besi). Setelah beberapa hari, keadaan Ny. Fatimah
tidak membaik karena Ny. Fatimah tidak bisa/jarang minum obat yang diberikan oleh dokter.
Akhirnya Ibu dirawat inap di RS.
Pada tanggal 3 November 2021 pukul 08.00 wib ibu melahirkan anak perempuan secara
spontan, langsung menangis. Pada saat bayi lahir sebelum placenta dikeluarkan ibu di suntik
oxitosin (10 unit intra muscular) dan bayinya diberikan vitamin K. keadaan 2 jam Ibu post
partum K/U Ibu baik. Hasil pemeriksaan TD: 120/70 mmHg, Nadi 98 kali/menit, suhu 36,5
derajad celcius, RR: 25 kali/menit, kontraksi uterus baik. TFU 2 jari di bawah pusat, Pengeluaran
urine kurang lebih 50 cc, perdarahan kurang lebih 50 cc. kemudian Ibu dipindahkan ke ruang
nifas pukul 11.00 wib.
Dari hasil pemeriksaan tersebut, masih memercayai atau memegang teguh tradisi di daerahnya
yaitu tradisi adat Jawa. Pada saat nifas, Ny. Fatimah dilarang oleh orang tuanya untuk:
- tidak boleh banyak bergerak selama 40 hari,
- dilarang minum banyak air putih. Karena dikhawatirkan akan memperlambat proses
penyembuhan luka,
- adanya larangan Ibu dan anak untuk tidur pada saat magrib. Hal ini dikarenakan akan
menyebabkan ibu dan anak menjadi sakit,
- ibu dilarang untuk makan ikan laut serta daging ayam. Hal ini dipercaya akan memperlambat
penyembuhan luka pada ibu post partum,

B. Pengkajian
1. Faktor Teknologi
a) Mrs Fatimah mengalami pusing , pucat dan lemas sejak 3 hari yang lalu dan mengeluh keluar
air sejak tanngal 2 November pukul 22.00WIB
b) Percaya pada adat di daerah tersebut yaitu tradisional jawa.
2. Faktor Agama dan Filsafah Hidup
a) Daerah yang disesuaikan adalah Islam .
b) Mrs Fatimah dan keluarganya percaya bahwa membunuh hewan berdampak pada janin dalam
kandungan , tidak hanya pada Wanita tetapi juga pada Wanita tetap juga pada suami.
c) Mrs. Fatimah jugah dilarang memancing atau berburu segala jenis binantang.
d) Mrs.Fatimah juga dilarang memancing atau berburu segala jenis binatang
e) Mrs. Fatimah sering mengkonsumsi jamu -jamuan yang dianjuturkan oleh orang tuanya agar
setelah bayi lahir bukan Ikan.
f) Mrs. Fatimah dilarang oleh orang tuanya untuk tidak banyak bergeraak selama 40 hari dan
tidak banyak bergerak selama 40 hari dan tidak banyak minum air putih karena dikhawatirkan
akan memperlambat proses penyebuhan luka.
g) Dilarang makan ikan laut dan ayam ini dipercaya dapat memperlambat penyembuhan luka
pada Ibu.

3. Factor Sosial dan Keterikatan Kekeluargaan


a) Nama lengkap; Mrs.Fatimah
b) Nama panggilan : Mrs Fatimah
c) Umur; 25 tahun
d) Jenis kelamin perempuwan
e) Status: Menikah
f) Tipe keluarga : mesra
g) Pengambilan keputusan Anggota keluarga : Di Pihak perempuan.

4. Faktor Nilai-Nilai Budaya dan Gaya Hidup


a) Ibu hamil dilarang untuk membunuh hewan , pantangan ini juga berlaku untuk suaminya.
5. Faktor Politik

a) Ny. Fatimah memeriksakan keadaan dan kehamilanya di RS. Ibu mengeluh keluar air sejak
tanggal 2 November pukul 22.00wib
b) Klien di periksa keadaannya TTV , lITFU, LII,LII, LIV, pasien diminta untuk mengosumsi
obat penambah darah
c) NY. Fatimah merasakan pusing , pucat, dan lemah selama 3 hari teerakhir.

6. Faktor Ekonomi
a) Pekerjaan klien bekerja sebagai Ibu rumah tangga
b) Sumber Biaya Pengobatan ; klien dan keuarga telah menyiapkan tabungan untuk pengiriman
klien.

7. Faktor Pendidikan ;
a) Mrs. Fatimah adalah seorang Ibu rumah tangga dan suaminya adalah seorang pengusaha .
b) Setelah diagnosis anemia dan bayi lahir sebelum plasenta . kemampuan Ibu klien masih
minim karena masih percaya pada hal-hal supranatural daripada medis

C. Analisis Data

No Data Masalah (P)


.
1. DO:
-
DS:
Klien mengatakan klien lebih memilih untuk
meminum jamu daripada minum obat setelah Ketidakpatuhan dalam pengobatan
disarankan untuk minum vitamin secara teratur,
mengurangi aktivitas yang berat, mengikuti senam
hamil.
Ny. Fatimah menganggap bahwa minum jamu itu
agar anaknya tidak berbau amis.
2. DO: Gangguan interaksi sosial
-
DS:
 Klien mendapat informasi tentang kehamilan dari
orang tuanya.
 Aturan dan kebijakan lebih diatur oleh pemuka
agama dan para santri.
 Makanan pantangan untuk Ibu hamil adalah
makan ikan laut.
 Suami klien tidak boleh membunuh binatang dan
memancing atau berburu semua jenis hewan.
 tidak boleh banyak bergerak selama 40 hari,
 dilarang minum banyak air putih. Karena
dikhawatirkan akan memperlambat proses
penyembuhan luka,
 larangan Ibu dan anak untuk tidur pada saat
magrib. Hal ini dikarenakan akan menyebabkan
ibu dan anak menjadi sakit,
3. DO: Ketidakefektifan proses kehamilan-
- melahirkan
DS:
 Klien tidak percaya dan tidak menerima diagnosa
dari dokter.
 Klien mempunyai pantangan makan ikan laut.
 Klien minum jamu agar anaknya tidak amis.
 ibu dilarang untuk makan ikan laut serta daging
ayam. Hal ini dipercaya akan memperlambat
penyembuhan luka pada ibu post partum
4. DO: Anemia
Hasil pemeriksaan TTV
- TD : 120/70 mmHg (normal)
- Nadi : 96 x/menit (normal)
- Suhu : 36,4 ℃ (normal)
- RR : 19 x/menit (normal)
- LI TFU : 29 cm (PBBJ 2790 kg),
- LII : teraba punggu kanan,
- LIII : presentasi kepala,
- LIV : kepala sudah masuk PAP teraba 4/5
bagian di atas shympisis, teraba kepala, tidak
teraba bagian kecil janin atau tali pusat.
- hemoglobin (Hb) 11 mg/dL (abnormal/rendah)
DS:
- Klien merasakan pusing, pucat, dan lemah selama
3 hari terakhir.
- Klien mengeluh keluar air sejak tanggal 2
November pukul 22.00 wib

D. Diagnosa

No Diagnosa
.
1. Ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini.
2. Gangguan interaksi sosial berhubungan dengan disorientasi sosiokultur.
3. Ketidakefektifan proses kehamilan-melahirkan berhubungan dengan kurang pengetahuan
proses kehamilan-melahirkan ditandai dengan klien tidak percaya dan tidak menerima
diagnosa dari dokter dan lebih memilih menkonsumsi jamu sehat, klien mempunyai
pantangan makan ikan laut, klien minum jamu agar anaknya tidak amis.

E. Perencanaan Keperawatan

No Dx Tujuan Intervensi
.
1. 1 Setelah diberikan asuhan keperawatan Melakukan pendekatan dengan cara
selama (1x24 jam) diharapkan klien patuh Cultural Care
dalam mengikuti pengobatan, dengan Preservation/Maintenance:
kriteria hasil:  Memelihara komunikasi yang sedang
 Klien bersedia untuk minum obat dan terjadin dengan baik tanpa ada
voitamin yang sudah diresepkan oleh masalah karena budaya) antara klien
dokter. dengan perawat, maupun klien dengan
 Klien menerima diagnosa anemia. dokter, atau klien dengan tenaga
kesehatan lain.
 Identifikasi perbedaan konsep antara
perawat dan Ny. Fatimah.
 Perawat harus tenang dan tidak
tergesa dalam berinteaksi dengan
Ny. Fatimah.
 Perawat bisa mendiskusikan
perbedaan budaya yang dimilikinya
dengan Ny. Fatimah.
2. 2 Setelah diberikan asuhan keperawatan Melakukan pendekatan dengan cara
selama (1x24 jam) diharapkan klien tidak Cultural Care
mengalami gangguan interaksi sosial. Accomodation/Negotiation:
Dengan kriteria hasil:  Perawat menjelaskan dengan Bahasa
 Klien dan keluarga tidak mengalami yang mudah dipahami oleh klien.
kesalahpahaman dalam hal  Dalam perencanaan keperawatan,
kepercayaan. perawat bisa melibatkan keluarga
 Klien dan keluarga dapat menerima klien.
serta memahami perbedaan persepsi  Apabila konflik tidak terselesaikan,
yang mendukung kesehatan klien. bisa melakukan negosiasi dimana
kesepakatan berdasarkan
pengetahuan biomedis, pandangan
klien, dan standar etik.
3. 3 Setelah diberikan asuhan keperawatan Melakukan pendekatan dengan cara
selama (1x24 jam) diharapkan klien Cultural Care
memahami tentang penyakit yang Repartening/Reconstruction:
dialaminya dan cara penanganannya.  Perawat memeberi kesempatan
Dengan kriteria hasil: kepada klien untuk memahami
 Klien mengatahui dan mengerti jenis informasi yang diberikan dan
makanan yang dapat meningkatkan melaksanakannya.
kondisi kesehatannya.  Perawat menentukan tingkat
perbedaan klien melihat dirinya dari
budaya kelompok.
 Gunakan pihak ketiga bila perlu.
 Jelaskan terminology gejala pasien
dengan Bahasa yang mudah
dipahami oleh klien dan keluarga.
 Beri informasi kepada klien tentang
sistem pelayanan kesehatan.

F. Implementasi dan Evaluasi


No Diagnosa Hari tgl implementasi evaluasi
keperawatan

1. Gangguan interaksi 05/011/2021 S;


social
 Memotivasi pasien untuk O;
mengungkapan perasaan
dan persepsi masalah A;
untuk mengungkapkan P;
perasaan dan persepsi
masalah untuk
mengidentifikasi
kemungkinan alasan
ganguan dalam
berinteraksi dengan orang
lain
 Meninjau pola keluarga
pasien dan perilaku social
sehingga jika ada pola
social yang tidak memadai
, dapat menerapkan
intervensi untuk
perubahan
 Terlibat dalam permainan
cara – cara baru untuk
menghadapi perilaku atau
situasi yang diidentifikasi ,
ini memungkinkan pasien
untuk menjadi bebas dan
nyaman dalam suatu
lingkungan

Ketidakefektikan
2. proses kehamilan Parent Education:
melahirkan
Infant
3.  Menentukan
Anemia pengetahuan orangtua
dan kesiapan dan
kemampuan orang tua
untuk mempelajari
perawatan bayi

 Ajarkan orang tua cara


merawat bayi yang baru
lahir
 Dorong orang tua untuk
menggendong, memijat,
dan menyentuh bayi

 Pemantuan status
kesehatab bayi , dan
status immunisasi
 Menyediakan informasi
tentangtentang
karakteristik perilaku bayi
baru lahir

 Demonstrasikan teknik
menenangkan bayi

 Sediakan informasi
tentang membuat
lingkungan aman untuk
bayi

Anda mungkin juga menyukai