Anda di halaman 1dari 5

KASUS KEPERAWATAN

IBU HAMILTERHADAP PERSEPSI BUDAYA PANTANG MAKAN


Untuk memenuhi tugas matakuliah
Antropologi
yang dibina oleh Ibu Rossyana Septyasih, S.Kp,M.Pd

Oleh :
Siska Ayu Wulandari
P17210213108
TK-2C/07

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
DIII KEPERAWATAN MALANG
Februari 2023
 Silahkan Identifikasi kasus perbedaan budaya yang anda ketahui
Di Tlogowungu Kabupaten Pati Terdapat Warga yaitu Ny.R kondisi hamil dan hidup
bersama suami dan orang tua nya. Ny.R berasal dari keluarga dengan kondisi kekurangan.
Sampai saat ini masih banyak ibu hamil yang mengalami masalah gizi selama kehamilan.
Masalah gizi menjadi salah satu penyebab tingginya kematian ibu di Kabupaten Pati. Gizi
Ny.R belum cukup terpenuhi dikarenakan ekonomi dan juga budaya pantang makan.
Keluarga Ny.R masih sangat percaya dengan budaya mitos pantang makan tersebut,
walaupun keluarga sudah menerima penjelasan dari Ny.R bahwa budaya memantang suatu
makanan karena alasan budaya sangat tidak baik bagi kesehatan ibu hamil.
Keluarga Ny.R masih sangat percaya dengan budaya mitos pantang makan tersebut,
walaupun keluarga sudah menerima penjelasan dari Ny.R bahwa budaya memantang suatu
makanan karena alasan budaya sangat tidak baik bagi kesehatan ibu hamil. Ny.R yang
tinggal bersama dengan keluarga belum sepenuhnya terhindar dari budaya pantang makan
dengan alasan masih menghormati orangtua, takut menyinggung orang tua dan juga takut
tidak berbakti pada orang tua. Faktor kedua adalah pengaruh suami responden. Suami Ny.R
mengetahui bahwa perilaku memantang suatu makanan dengan alasan budaya itu tidak baik
bagi kehamilan ibu namun masih ada suami yang mendukung istri untuk tetap melakukan
pantang makan dengan alasan budaya. Alasan suami mendukung ibu untuk tetap melakukan
pantang makan adalah karena mitos tersebut sudah ada sejak dahulu sehingga harus ditaati
bagaimanapun keadannya. Selain alasan tersebut,alasan lainnya adalah ketakutan terjadi
suatu hal yang tidak baik pada kehamilan ibu sehingga lebih baik menaati aturan pantang
makan tersebut daripada mengabaikannya.
Alasan tidak mengonsumsi nanas karena ada mitos mengatakan bahwa nanas tersebut
dapat menyebabkan perut menjadi mulas sehingga dapat menyebabkan keguguran pada
kandungan. Buah durian menjadi makanan yang dipantang karena timbulnya rasa panas
diperut ibu. Kepiting apabila dikonsumsi akan menimbulkan bayi yang menyapit-nyapit pada
nantinya. Selain itu, udang akan mengakibatkan bayi menjadi lebih aktif dalam bergerak di
kandungan.
 Aplikasikan Model Sunrise atau Teori Leininger dalam kasus yang telah anda
identifikasi
Teori Transcultural Nursing (Keperawatan Transukultural) atau yang sering disebut juga
Culture Care Teory (Teori Keperawatan Budaya) ini merupakan teori dari arah salah satu
tokoh penting dalam perkembangan dunia keperawatan yang dimana teori ini masih
berkonstribusi, yaitu Madeleine Leininger. Menurut pendapat Leininger bahwa kondisi
konsep “peduli” dalam keperawatan ini bertujuan untuk memberikan budaya pelayanan
keperawatan kongruen melalui “tindakan bantu, mendukung, fasiliatif atau memungkinkan
kognitif berbasis atau keputusan yang sebagian besar dibuat khusus agar sesuai dengan
individu, kelompok atau lembaga budaya nilai-nilai, keyakinan dan lifeways. Konsep peduli
inilah yang merupakan kunci perawat untuk bisa mengikuti perkembangan zaman dan selalu
mengembangkan ilmunya dengan mempelajari lintas disiplin ilmu.
Proses tindakan dalam pengkajian keperawatan transcultural dalam keluarga atau
komunitas dengan mengidentifikasi masalah kesehatan klien sesusai latar belakang budaya
nya. Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen pada sunrise model, yaitu:
1. Faktor Teknologi
Karena kurang nya pengetahuan, Ny.R mengikuti kelas ibu hamil. Kelas ibu
hamil merupakan suatu bentuk wadah bagi ibu hamil untuk mengetahui pentingnya
menjaga kesehatan selama hamil. Tujuan dari kelas hamil adalah untuk meningkatkan
pengetahuan, merubah sikap ibu agar lebih memperhatikan kehamilannya. Pada salah
satu pertemuan kelas hamil, Ny.R mendapatkan penjelasan mengenai buruknya pantang
suatu makanan tertentu padahal makanan tersebut mungkin mengandung gizi yang
sebenarnya dibutuhkan oleh nya. Untuk itulah diharapkan kelas ibu hamil menjadi salah
satu sarana untuk edukasi ibu hamil tentang pengaruh negatif mitos pantang makan yang
selama ini masih berlangsung.
2. Faktor Kepercayaan atau Agama
Faktor ini tidak bisa dikaji karena tidak ada factor yang mengarah ke dalam
kepercayaan agama. Persepsi budaya pantang makan merupakan karena alasan tertentu
atau semacam mitos sudah ada sejak dulu dan budaya sangat mempengaruhi asupan gizi
selama kehamilan.
3. Faktor Sosial dan Kekeluargaan
Nama : Raina Sari
Nama Panggilan : Raina
Umur : 24
Tempat, Tanggal Lahir : Surabaya, 7 September 1998
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Istri
Pengambilan keputusan : Suami (Tn.W)
Kegiatan rutin : Berdagang
Salah satunya adalah factor keluarga, Ny.R yang masih tinggal bersama dengan
orang tua mengaku sulit sekali untuk tidak melakukan pantang makan. Keluarga Ny.R
masih sangat percaya dengan budaya mitos pantang makan tersebut, walaupun keluarga
sudah menerima penjelasan dari Ny.R bahwa budaya memantang suatu makanan karena
alasan budaya sangat tidak baik bagi kesehatan ibu hamil. Ny.R yang tinggal bersama
dengan keluarga belum sepenuhnya terhindar dari budaya pantang makan dengan alasan
masih menghormati orangtua, takut menyinggung orang tua dan juga takut tidak berbakti
pada orang tua.
Faktor kedua adalah pengaruh suami responden. Suami Ny.R mengetahui bahwa
perilaku memantang suatu makanan dengan alasan budaya itu tidak baik bagi kehamilan
Ny.R namun masih ada suami yang mendukung istri untuk tetap melakukan pantang
makan dengan alasan budaya. Alasan suami mendukung Ny.R untuk tetap melakukan
pantang makan adalah karena mitos tersebut sudah ada sejak dahulu sehingga harus
ditaati bagaimanapun keadannya. Selain alasan tersebut,alasan lainnya adalah ketakutan
terjadi suatu hal yang tidak baik pada kehamilan istri sehingga lebih baik menaati aturan
pantang makan tersebut daripada mengabaikannya
4. Nilai-nilai Budaya dan Kepercayaan
Nilai budaya dan kepercayaan yang dianut oleh Ny.R dan keluarga adalah Nanas
paling banyak tidak dikonsumsi oleh ibu selama kehamilan, selanjutnya ada buah durian,
hewan laut berupa kepiting, ikan panggang dan udang. Alasan Ny.R tidak mengonsumsi
nanas karena ada mitos mengatakan bahwa nanas tersebut dapat menyebabkan perut
menjadi mulas sehingga dapat menyebabkan keguguran pada kandungan. Buah durian
menjadi makanan yang dipantang karena timbulnya rasa panas diperut, kepiting apabila
dikonsumsi akan menimbulkan bayi yang menyapit-nyapit pada nantinya. Selain itu,
udang akan mengakibatkan bayi menjadi lebih aktif dalam bergerak di kandungan.
5. Faktor Kebijakan dan Peraturan
Faktor ini bisa dikaji berdasarkan ketakutan terjadi suatu hal yang tidak baik pada
kehamilan ibu sehingga lebih baik menaati aturan pantang makan tersebut daripada
mengabaikannya. Kabupaten Pati, masih ada mitos pantang makan makanan tertentu
yang dilakukan oleh ibu hamil daerah setempat.
6. Faktor Ekonomi
Faktor ini bisa dikaji berdasarkan ekonomi keluarga Ny.R yang kurang mampu.
Ny.R hampir setiap hari makan lauk tempe tahu sayur tanpa ada zat gizi lain seperti buah
buah an yang sangat dibutuhkan bagi ibu hamil. Ny.R mengakui bahwa apapun yang ada
akan dia makan karena melihat kondisi ekonomi keluarga yang kesulitan ekonomi.
7. Faktor Pendidikan
Faktor ini bisa dikaji berdasarkan pengetahuan dan sikap mitos pantang makan
ibu hamil selama kehamilan, pengetahuan dan sikap suami, serta pengaruhnya terhadap
sikap dan pengetahuan keluarga terkait mitos pantang makan pada ibu hamil.

Daftar Pustaka

Wibowo, A. Kesehatan Ibu di Indonesia: Status "Praesens" dan Masalah yang Dihadapai di
Lapangan. Pusat Kajian Wanita FISIP UI, Performer: Seminar "Wanita dan Kesehatan".
2012; Salemba: Jakarta. 13:5
Mardiyati, R. A. (2019). Kelas Ibu Hamil Merubah Persepsi Budaya Pantang Makan Ibu Hamil Di
Kecamatan Tlogowungu Kabupaten Pati. Smart Medical Journal, 2(1), 11-17.

Anda mungkin juga menyukai