Anda di halaman 1dari 19

Aspek Sosial

Budaya yang
Berkaitan dengan
Kehamilan
Hello!

Sri Nurwindi Rosdiani ( P20624121010 )


Lisa Nurhaliza ( P20624121011)
Nurah Al Zahro ( P20624121012 )
Karin Sri Viani ( P20624121013 )
Wiwit Nur Hafaer ( P20624121014 )
Karlina Adhiyanti ( P20624121015 )
Aghnia Dinar Awalia ( P20624121016 )
Andini Fajri Lestari ( P20624121017)

2
1
Perawatan kehamilan merupakan salah satu faktor yang amat perlu
diperhatikan untuk mencegah terjadinya komplikasi dan kematian
ketika persalinan, disamping itu juga untuk menjaga pertumbuhan dan
kesehatan janin. Memahami perilaku perawatan kehamilan (ante natal
care) adalah penting untuk mengetahui dampak kesehatan bayi dan si
ibu sendiri.

3
2
Fakta di berbagai kalangan masyarakat di Indonesia, masih banyak ibu-ibu
yang menganggap kehamilan sebagai hal yang biasa, alamiah dan kodrati.
Mereka merasa tidak perlu memeriksakan dirinya secara rutin ke bidan ataupun
dokter. Masih banyaknya ibu-ibu yang kurang menyadari pentingnya
pemeriksaan kehamilan ke bidan menyebabkan tidak terdeteksinya faktor-
faktor resiko tinggi yang mungkin dialami oleh mereka. Resiko ini baru
diketahui pada saat persalinan yang sering kali karena kasusnya sudah
terlambat dapat membawa akibat fatal yaitu kematian .

4
3
Hal ini kemungkinan disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan dan
kurangnya informasi. Selain dari kurangnya pengetahuan akan pentingnya
perawatan kehamilan, permasalahan-permasalahan pada kehamilan dan
persalinan dipengaruhi juga oleh faktor nikah pada usia muda yang masih
banyak dijumpai di daerah pedesaan. Disamping itu, dengan masih adanya
preferensi terhadap jenis kelamin anak khususnya pada beberapa suku, yang
menyebabkan istri mengalami kehamilan yang berturut-turut dalam jangka
waktu yang relatif pendek, menyebabkan ibu mempunyai resiko tinggi saat
melahirkan.

5
4
Contohnya di kalangan masyarakat pada suku bangsa nuaulu (Maluku) terdapat suatu
tradisi upacara kehamilan yang dianggap sebagai suatu peristiwa biasa, khususnya masa
kehamilan seorang perempuan pada bulan pertama hingga bulan kedelapan. Namun pada
usia saat kandungan telah mencapai Sembilan bulan, barulah mereka akan mengadakan
suatu upacara. Masyarakat nuaulu mempunyai anggapan bahwa pada saat usia kandungan
seorang perempuan telah mencapai Sembilan bulan, maka pada diri perempuan yang
bersangkutan banyak diliputi oleh pengaruh roh-roh jahat yang dapat menimbulkan
berbagai bahaya gaib. Dan tidak hanya dirinya sendiri juga anak yang dikandungannya,
melainkan orang lain disekitarnya, khususnya kaum laki-laki.

6
5
Untuk menghindari pengaruh roh-roh jahat tersebut,. si perempuan hamil perlu
diasingkan dengan menempatkannya di posuno. Masyarakat nuaulu juga
beranggapan bahwa pada kehidupan seorang anak manusia itu baru tercipta
atau baru dimulai sejak dalam kandungan yang telah berusia 9 bulan. Jadi
dalam hal ini ( masa kehamilan 1-8 bulan ) oleh mereka bukan dianggap
merupakan suatu proses dimulainya bentuk kehidupan

7
6
Permasalahan lain yang cukup besar pengaruhnya pada kehamilan adalah
masalah gizi. Hal ini disebabkan karena adanya kepercayaan-kepercayaan dan
pantangan-pantangan terhadap beberapa makanan. Sementara, kegiatan mereka
sehari-hari tidak berkurang ditambah lagi dengan pantangan-pantangan
terhadap beberapa makanan yang sebenamya sangat dibutuhkan oleh wanita
hamil tentunya akan berdampak negatif terhadap kesehatan ibu dan janin.
Tidak heran kalau anemia dan kurang gizi pada wanita hamil cukup tinggi
terutama di daerah pedesaan.

8
7
Di Jawa Tengah, ada kepercayaan bahwa ibu hamil pantang makan telur karena akan
mempersulit persalinan dan pantang makan daging karena akan menyebabkan perdarahan
yang banyak. Sementara di salah satu daerah di Jawa Barat, ibu yang kehamilannya
memasuki 8-9 bulan sengaja harus mengurangi makannya agar bayi yang dikandungnya
kecil dan mudah dilahirkan. Di masyarakat Betawi berlaku pantangan makan ikan asin,
ikan laut, udang dan kepiting karena dapat menyebabkan ASI menjadi asin. Dan
memang, selain ibunya kurang gizi, berat badan bayi yang dilahirkan juga rendah.
Tentunya hal ini sangat mempengaruhi daya tahan dan kesehatan si bayi.

9
8
▪ Faktor yang mempengaruhi Kehamilan :
1. Faktor fisik
2. Faktor Psikologis
3. Faktor Sosial Budaya dan Ekonomi
▪ Perilaku social budaya di masyarakat
1. Adanya Upacara yang di lakukan dengan tujuan agar janin yang di kandung
mendapat Kesehatan dan keselamatan
2. Mengidam
3. Adanya larangan dan pantangan bagi ibu hamil

10
9 Larangan dan Pantangan bagi Ibu
Hamil

1. Dilarang masuk ke dalam hutan


2. Dilarang keluar rumah diwaktu magrib
3. Tidak boleh duduk di depan pintu
4. Tidak boleh memakan pisang dempet
5. Dilarang membelah atau memotong binatang
6. Tidak boleh meletakkan sisir di atas kepala
7. Tidak boleh membuat kulit ketupat

11
10 Mitos yang Beredar di
Masyarakat
▪ Jawa Barat
• Pantangan bagi Ibu hamil untuk duduk terlalu lama
• Pantangan Bagi ibu hamil mengejek orang yang cacat
• Pantangan ibu hamil duduk di tengah-tengah pintu
• Pantangan ibu hamil Untuk mematikan Hewan
• Pantangan Ibu hamil untuk mandi larut malam
• Pantangan bagi ibu hamil untuk mengikatkan anduk di leher
• Pantangan ibu hamil memakan ikan lele
• Pantangan ibu hamil memakan pisang dempet
• Pantangan ibu hamil memakan mangga kweni dan durian
• Pantangan ibu hamil menginjak kotoran

12
11
▪ Jayapura (Papua)

• Meminum air dapat mempercepat persalinan


• Mengadopsi anak agar cepat hamil
• Wanita itu cepat hamil, kalau tidak hamil berarti mandul
• Pria selalu subur
• Olahraga renang dan jalan cepat dapat mempercepat kehamilan

13
12
▪ Pelaihari (Kalimantan)

• Makan 2 kali lebih banyak saat hamil


• Tidak boleh memakan pisang ambon, nanas, dan durian saat hamil
• Apabila sering memakan daging pertanda bayi tersebut laki-laki, tetapi jika menyukai
sayuran maka bayinya perempuan
• Pada saat hamil tidak boleh meminum air es
• Pada saat hamil dilarang berhubungan suami istri
• Minum susu pada saat hamil dapat menyebabkan bayi besar

14
13
▪ Tahuna (Sulawesi)

• Pada kehamilan Trimester pertama dilarang memberikan pisang kepada orang lain karena anak yang sedang
dikandung bisa cacat
• Dilarang memakan daun kelor dikarenakan pada saat melahirkan akan terasa lebih sakit
• Dilarang memakan kepiting dan udang
• Dilarang memakan kelapa muda karena bayi akan mati muda
• Dilarang memakan ubi kayu
• Tidak boleh memakan sarang lebah agar anaknya tidak nakal seperti lebah
• Dilarang memakan pepaya dan nangka karena kedua buah tersebut tidak memiliki pantat sehingga dapat
mengakibatkan anak yang lahir tanpa dubur

15
14
▪ Bengkulu

• Ibu hamil dipasangkan peniti agar pada masa kehamilan tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan
• Pada saat 7 bulan usia kehamilan terdapat tradisi doa atau syukuran 7 bulanan
• Ibu hamil tidak boleh memakan buah nanas, durian dan tapai karena dapat menyebabkan keguguran
• Ibu hamil tidak boleh duduk di depan atau di belakang pintu
• Pada saat bepergian ibu hamil harus membawa jimat ( gnting kecil, empon-empon yang isinya beras kuning,
dingo dan banglai)
• Dibawah tempat tidur diberi sapu lidi, cabai, bawang merah, bawang putih

16
15 Peran Bidan

1. KIE tentang segala sesuatu tentang segala sesuatu telah diatur oleh Tuhan Yang Maha Esa, segala sesuatu yang berbau
mitos tidaklah benar dan harus ditinggalkan

2. Pendekatan kepada tokoh masyarakat untuk mengubah tradisi yang negatif atau berpengaruh buruk terhadap
kehamilan

3. Bekerjasama dengan dukun beranak/paraji

4. KIE tentang tempat persalinan, Proses persalinan, perawatan selama dan pasca persalinan

5. KIE tentang Hygiene personal dan hygiene persalinan

6. KIE tentang menjaga kehamilan yaitu dengan ANC teratur, konsumsi makanan bergizi, batasi aktifitas fisik, tidak
perlu pantang makan.

17
16 Kesimpulan

Seorang bidan perlu mempelajari sosial-budaya masyarakat tersebut, yang meliputi


tingkat pengetahuan penduduk, struktur pemerintahan, adat istiadat dan kebiasaan sehari-hari,
pandangan norma dan nilai, agama, bahasa, kesenian, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan
wilayah tersebut.

Melalui kegiatan-kegiatan kebudayaan tradisional setempat bidan dapat berperan aktif


untuk melakukan promosi kesehatan kepada masyaratkat dengan melakukan penyuluhan

kesehatan di sela-sela acara kesenian atau kebudayaan tradisional tersebut .

18
Terimakasih

19

Anda mungkin juga menyukai