Anda di halaman 1dari 10

KELOMPOK 4

Risya Awalina Lestari (P20624121026)

Nida Andini Putri (P20624121027)

Hafizha Zatil Hidayah (P20624121028)

R. Bella Putri Salsabila (P20624121029)

Vira Amelia Agustina (P20624121030)

Tia Herawati (P20624121031)

Melinda Siti Nuraeni (P20624121032)

Mugni Aulia Nur Fadilah (P20624121033)


Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat
kompleks, abstrak, dan luas. Citra budaya yang bersifat memaksa
tersebut membekali anggota-anggotanya dengan pedoman mengenai
perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis
yang dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk
memperoleh rasa bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka.
Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang
koheren untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan
memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.
Aspek-aspek Sosial Budaya yang
berkaitan dengan praktek kebidanan
pendekatan Sosial Budaya dalam
pelayanan kesehatan
Rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan saat ini di
hadapkan pada masyarakat yang lebih terdidik dan mampu
membeli pelayanan kesehatan yang di tawarkan atau
dibutuhkan (Martoyo, 1998).
Pelayanan kebidanan merupakan bagian yang tak terpisahkan
dari pelayanan rumah sakit. Oleh karena itu, tenaga bidan
bertanggungjawab memberikan pelayanan kebidanan yang
optimal dalam meningkatkan dan mempertahankan mutu
pelayanan kebidanan yang diberikan selama 24 jam secara
berkesinambungan. Bidan harus memiliki keterampilan
professional ataupun global Wheeler, (1999) dalam Hamid
(2001).
Pendekatan dalam sistem
Kesenian Tradisional
Dalam kegiatan apresiatif, yaitu mengadakan pendekatan
terhadap kesenian seolah kita memasuki suatu alam rasa
yang kasat mata. Kesenian sebagai karya kasat mata,
perwujudannya itu adalah merupakan wadah pembabaran
idea yang bersifat batiniah dalam mengadakan
pendekatan terhadap kesenian seluruh panca indera kita,
khususnya penglihatan, perabaan dan perimbangan kita
terlibat dengan asiknya terhadap bentuk kesenian itu yang
terdiri dari aneka warna, garis, bidang, tekstur dan
sebagainya yang bersifat lahiriah itu untuk lebih jauh
menghayati isi yang terbabar dalam karya kesenian itu
serta idea yang melatar belakangi kehadirannya.
Pendekatan dalam sistem Paguyuban

Paguyuban atau Gemeinschaft adalah suatu kelompok atau masyarakat


yang diantara para warganya di warnai dengan hubungan-hubungan
sosial yang penuh rasa kekeluargaan, bersifat batiniah dan kekal, serta
jauh dan pamrih-pamrih ekonomi
Ciri-ciri paguyuban :
Menurut Ferdinand tones ciri-ciri pokok dari paguyuban antara lain:
• Intimate : hubungan menyeluruh yang mesra
• Private : hubungan bersifat pribadi, yaitu khusus untuk beberapa
orang saja
• Exclusive : bahwa hubungan tersebut hanyalah untuk “kita” saja dan
tidak untuk orang lain diluar “kita”
Sedangkan secara umum ciri-ciri paguyuban yaitu :
• Adanya hubungan perasaan kasih sayang
• Adanya keinginan untuk meningkatkan kebersamaan
• Tidak suka menonjolkan diri
• Selalu memegang teguh adat lama yang konservatif
• Sifat gotong royong masih kuat 6.Hubungan kekeluargaan masih
kental
Aspek Sosial Budaya dalam masa Nifas

A. Pada ibu yang sedang masa nifas dilarang makan telur, daging, udang, ikan
laut, nanas, dan makanan yang berminyak.
B. Pada masa nifas, ibu dilarang tidur siang .
C. Selama masa nifas ibu hanya boleh mengkonsumsi tahu dan tempe tanpa
rasa (tanpa di beri rasa atau di beri garam) , selain itu ibu pun di larang
untuk banyak makan dan banyak minum, bahkan ada yang beredar bahwa
bila ibu ingin makan harus di sangrai terlebih dahulu sebelum di konsumsi.
D. Pada masa nifas dan saat menyusui, ibu harus puasa, tidak makan makanan
yang padat setelah waktu maghrib.
E. Masa nifas tidak boleh keluar rumah sebelum 40 hari.
F. Ibu setelah melahirkan dan bayinya harus dipijat atau diurut, diberi pilis
atau lerongan dan tapel.
G. Masa nifas harus minum abu dari dapur dicampur air, disaring, dicampur
garam dan asam diminumkan supaya ASI banyak.
H. . Masa nifas tidak diperbolehkan berhubungan intim Dari sisi medis,
sanggama memang dilarang selama 40 hari pertama usai melahirkan.
I. Adapun sosial budaya yang terjadi pada kalangan masyarakat, contoh
lainnya adalah seorang ibu yang ingin keluar rumah harus memakai sendal
jepit selama 40 hari selama masa nifas.
Aspek Sosial Budaya yang berkaitan
dengan Bayi Baru Lahir

1. Dibedong agar kaki tidak bengkok


2. Hidung ditarik-tarik agar mancung
3. Pemakaian gurita agar tidak kembung
4. Menggunting bulu mata agar lentik
5. Beri setetes kopi agar bayi tidak step (kejang)
6. Jangan memeras kencang-kencang saat mencuci
baju bayi, bayi akan gelisah tidurnya.
7. Jangan menyusui bayi jika bunda sedang sakit
Aspek Sosial Budaya yang berkaitan dengan Balita
1. Setiap anak yang mengalami diare, demam dan rewel
biasanya oleh orang tua sering mengaitkannya dengan
perubahan tumbuh kembang anak tersebut.
2. Biasanya kepercayaan masyarakat terhadap anak, jika anak
yang mengalami tumbuh gigi terlebih dahulu maka
kemungkinan untuk berjalannya lambat, begitu pula
sebaliknya jika anak berjalan terlebih dahulu maka
kemungkinan untuk tumbuh gigi terlambat.
3. Jika anak mengalami step atau demam tinggi biasanya orang
tua yang masih kental dengan adat dan budayanya sering
menyikapi hal tersebut dengan mengibaskan sapu ijuk dimuka
anak tersebut.
4. Jika menjelang maghrib anak kecil tidak diperbolehkan untuk
keluar dari rumah dan biasanya orang tua menakut-nakutinya
agar anak tersebut tetap berada didalam rumah.
5. Jika rambut anak anda basah maka anak anda akan masuk
angin.
6. Anak perlu makan ketika kedinginan dan meminum banyak air
ketika demam.
7. Anak akan kehilangan 75% panas melalui kepala.
8. Mitos tentang vitamin sangat perlu diketahui oleh orang tua.
Kesimpulan
Bidan sebagai salah seorang anggota tim kesehatan yang terdekat dengan masyarakat,
mempunyai peran yang sangat menentukan dalam meningkatkan status kesehatan masyarakat,
khususnya kesehatan ibu dan anak di wilayah kerjanya. Seorang bidan harus mampu
menggerakkan peran serta masyarakat khususnya, berkaitan dengan kesehatan ibu hamil, ibu
bersalin, bufas, bayi baru lahir, anak remaja dan usia lanjut. Seorang bidan juga harus memiliki
kompetensi yang cukup berkaitan dengan tugas, peran serta tanggung jawabnya. Seorang bidan
perlu mempelajari sosial-budaya masyarakat tersebut, yang meliputi tingkat pengetahuan
penduduk, struktur pemerintahan, adat istiadat dan kebiasaan sehari-hari, pandangan norma dan
nilai, agama, bahasa, kesenian, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan wilayah tersebut.
Melalui kegiatan-kegiatan kebudayaan tradisional setempat bidan dapat berperan aktif untuk
melakukan promosi kesehatan kepada masyaratkat dengan melakukan penyuluhan kesehatan di
sela-sela acara kesenian atau kebudayaan tradisional tersebut.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai