MAKALAH
Oleh:
Ambar Atikah Zain M. 6411416063
Zefanya Putri Sildos 6411416078
Alfiya Ilfa 6411416087
Siti Lailatin Nasifah 6411416097
2) Patologi
Pertumbuhan tumor prime diikuti oleh infiltrasi ke jaringan sekitar yang
menyebabkan berbagai keluhan samar-samar seperti perasaan sebah, makan sedikit
terasa cepat menjadi kenyang, sering kembung, nafsu makan menurun.
Kecenderungan untuk melakukan implantasi di rongga perut merupakan ciri khas
suatu tumor ganas ovarium yang menghasilkan ascites.
Tumor ganas ovarium merupakan kumpulan tumor dengan histiogenesis yang
beraneka ragam, dapat berasal dari ketiga dermoblast (ektodermal,
entodermal, dan mesodermal) dengan sifat-sifat histologis maupun biologis yang
beraneka ragam. Oleh sebab itu histiogenesis maupun klasifikasinya masih sering
menjadi perdebatan.
Kira-kira 60% terdapat pada usia peri-menopausal, 30% dalam masa
reproduksi dan 10% pada usia yang jauh lebih muda. Tumor ini dapat jinak (benigna),
tidak jelas jinak tapi juga tidak pasti ganas (borderline malignancy atau carcinoma of
low-malignant potential) dan yang jelas ganas (true malignant).
1. Penetapan tingkat klinis keganasan
UICC Kriteria FIGO
T1 Terbatas pada ovarium I
Tia Satu ovarium, tanpa ascites Ia
TIb Kedua ovarium, tanpa ascites Ib
Tic Satu/ dua ovarium, ada ascites Ic
T2 Dengan perluasan ke panggul II
T2a Uterus dan/ atau tuba, tanpa ascites IIa
T2b Jaringan panggul lainnya, tanpa ascites IIb
T2c Jaringan panggul lainnya, dengan ascites IIc
T3 Perluasan ke usus halus/ omentum dalam panggul, atau III
penyebaran intraperitoneal/ kelenjar retraperitoneal
M1 Penyebaran ke alat-alat jauh IV
2. Diagnosis
Diagnosis didasarkan atas 3 gejala/ tanda yang biasanya muncul dalam
perjalanan penyakitnya yang sudah agak lanjut :
a) Gejala desakan yang dihubungkan dengan pertumbuhan primer dan infiltrasi
ke jaringan sekitar,
b) Gejala diseminasi/ penyebaran yang diakibatkan oleh implantasi peritoneal
dan bermanifestasi adanya ascites
c) Gejala hormonal yang bermanifestasi sebagai defeminisasi, maskulinisasi
atau hiperestrogenisme, intensitas gejala ini sangat bervariasi dengan tipe
histologik tumor dan usia penderita.
Sekarang telah mendapat tempat yang diakui dalam penanganan tumor ganas
ovarium. Sejumlah obat sitostatika telah digunakan, termasuk agens
alkylating (seperti cyclophospamide,chlorambucil), antimetabolit (seperti Adriamisi)
dan agens lain (seperti Cis-Platinum). Penanganan paliatif tumor ganas ovarium
sering menggunakan preparat hormon progestativa
B. Kanker Vulva
1. Definisi
Vulva merupakan bagian alat kelamin luar yang ditutupi oleh kulit. Sebagian
besar keganasan vulva terdapat pada bibir besar dan kecil, dan daerah klitoris. Benrtuk
keganasan daerah ini adalah Karsinoma epidermoid. Penyakit yang mendahului
terjadinya kanker vulva adalah Kondiloma akuminata, infeksi virus papiloma manusia
(Tipe 2, 16, dan 18), keadaan vulvitis atropikan. Lokasi keganasan vulva paling sering
pada bibir besar (60%), bibir kecil (20%), klitoris (6%), dan sebagian ditempat lain.
Kanker primer vulva mewakili 3% sampai 5% dari semua malignansi ginekologi dan
tampak hampir selalu pada wanita pascamenopause meski angka kejadiannya pada
wanita yang lebih muda meningkat. (Smeltzer,2002:1564)
Karsinoma vulva adalah penyebab 3% sampai 4% dari semua kanker
genetalia primer pada perempuan. (Price,2005:1299)
2. Epidemiologi
Usia rata – rata perempuan dengan karsinoma in situ adalah 44 tahun; untuk
karsinoma mikroinvasif adalah 58 tahun dan untuk karsinoma invasive yang
sebenarnya adalah 61 tahun. (Price,2005;1299) Wanita kulit putih lebih banyak yang
terserang disbanding wanita nonkulit putih. Karsinoma sel skuamosa menyebabkan
sebagian besar tumor vulva. Angka kejadiannya lebih tinggi pada wanita hipertensi,
obesitas dan diabetes. (Smeltzer,2002;1565)
3. Etiologi / Faktor Predisposisi
Etiologi terjadinya kanker vulva belum diketahui secara pasti, namun yang menjadi
faktor terjadinya kanker vulva adalah penyakit menular seksual, diantaranya :
Penyakit menular seksual granulomatosa
Sifilis
Herpes hominis tipe II
Kondiloma akuminata
Infeksi dari HPV (virus yang menyebabkan kutil genetalia dan ditularkan melalui
hubungan seksual)
Pernah menderita kanker leher rahim atau kanker vagina
Diabetes
Obesitas
Hipertensi
Usia
Tiga perempat penderita kanker vulva berusia diatas 50 tahun dan dua pertiganya
berusia diatas 70 tahun ketika kanker pertama kali terdiagnosis. Usia rata-rata
penderita kanker invasif adalah 65-70 tahun
Hubungan seksual pada usia dini
Berganti-ganti pasangan seksual
Merokok
Virus HIV menyebabkan kerusakan pada sistem kekebalan tubuh sehingga lebih
mudah mengalami infeksi HPV menahun
Golongan sosial-ekonomi rendah. Hal ini berhubungan dengan ketidakmampuan
dalam membiayai diri ke pelayanan kesehatan
Liken sklerosus. Penyakit ini menyebabkan kulit vulva menjadi tipis dan gatal.
4. Klasifikasi
Adapun klasifikasi dari kanker vulva adalah :
Karsinoma in situ (karsinoma dengan lesi intraepitel vulva)
Karsinoma vulva invasif
(Price,2005;1299)
Menurut sistem FIGO, kanker vulva dapat dibedakan menurut stadium yaitu:
Tabel 1. Stadium kanker vulva
STADIUM MANIFESTASI
0 Kanker hanya ditemukan di permukaan vulva
I Kanker ditemukan di vulva dan / atau perineum
(daerah antara rektum dan vagina). Ukuran tumor
sebesar 2 cm atau kurang dan belum menyebar ke
kelenjar getah bening
IA Kanker stadium I yang telah menyusup sampai
kedalaman kurang dari 1 mm
IB Kanker stadium I yang telah menyusup lebih dalam
dari 1 mm
II Kanker ditemukan di vulva dan/atau perineu, dengan
ukuran lebih besar dari 2 cm tetapi belum menyebar ke
kelenjar getah bening
III Kanker ditemukan di vulva dan / atau perineum serta
telah menyebar ke jaringan terdekat (misalnya uretra,
vagina, anus) dan / atau telah menyebar ke kelenjar
getah bening selangkangan terdekat.
IVA Kanker telah menyebar keluar jaringan terdekat, yaitu
ke uretra bagian atas, kandung kemih, rektum atau
tulang panggul, atau telah menyebar ke kelenjar getah
bening kiri dan kanan
IVB Kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening di
dalam panggul dan / atau ke organ tubuh yang jauh.
5. Gejala Klinis
Gejala klinis dari kanker vulva adalah :
Pruritus lama (gejala utama kanker vulva)
Perdarahan
Rabas berbau busuk
Nyeri juga terkadang dapat timbul
Terdapat lesi awal yang tampak sebagai dermatitis kronis kemudian dapat
ditemukan pertumbuhan benjolan yang terus tumbuh dan menjadi keras,
mengalami ulserasi seperti bunga kol (Smeltzer, 2002;1565)
Bagian yang paling sering terkena karsinoma adalah labia, dimana labia
mayora tiga kali lebih sering terkena daripada labia minora dan klitoris. Gambaran
keseluruhan lesi kanker vulva adalah datar atau timbul dan berbentuk makulopapular
atau verukosa. Lesi dapat hiperpigmentasi (coklat), merah atau putih.
(Price,2005;1299)
Gejala awal yang perlu mendapatkan perhatian, rasa sangat gatal, disertai rasa
panas dan nyeri, terdapat benjolan kecil, terdapat perubahan kulit berwarna putih
(memerlukan pemeriksaan lanjut), leukoplakia, terdapat ulkus mulai kecil tepi
meninggi dan menebal, dapat disertai ulkus yang selalu mengeluarkan cairan. Cairan
ini dapat dipakai untuk pemeriksaan “pap smear”. Faktor-faktor yang dapat menjadi
pendorong terjadinya keganasan vulva adalah kekurangan gizi, terdapat hubungan
gizi yang kurang hieginis, atau terjadi infeksi menahunyang merupakan batu
loncatan untuk terjadinya keganasan (Manuaba, 2005).
6. Pemeriksaan Fisik (Fokus ke bagian genital)
Inspeksi
Adanya lesi seperti bunga kol berwarna cokelat, merah atau putih
Keluarnya cairan encer dari vagina dan berbau busuk
Pendarahan yang terjadi, volume darah yang keluar
Ekspresi wajah ibu menahan nyeri (meringis)
Raut wajah pucat
Pasien tampak menggaruk bagian genital
Palpasi
Teraba benjolan yang terus tumbuh menjadi keras di bagian vulva
7. Pemeriksaan Penunjang
Pulasan Pap pada serviks (Pap Smear)
Test ini mendeteksi adanya perubahan-perubahan sel leher rahim yang
abnormal, yaitu suatu pemeriksaan dengan mengambil cairan pada laher rahim
dengan spatula kemudian dilakukan pemeriksaan dengan mikroskop.
Pemeriksaan bimanual
Sistoskopi
Proktoskopi
Pemeriksaan foto thorak
8. Diagnosis / Kriteria diagnosis
Hasil pemeriksaan positif :
Dari hasil biopsi terdapat sel – sel ganas pada sel skuamosa di daerah vulva.
Biopsi harus dilakukan pad semua lesi vulva yang menetap, yang mengalami
ulserasi atau yang tidak sembuh dengan cepat setelah terapi yang sesuai. Lesi mulai
tumbuh pada permukaan kulit dan dapat dengan mudah dikenali sebagai ulkus kecil
yang menjadi iritasi atau gatal atau meningkat ukurannya. (Smeltzer,2002;1565)
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala, hasil pemeriksaan fisik dan hasil biopsi
jaringan. Staging (Menentukan stadium kanker). Staging merupakan suatu proses
yang menggunakan hasil-hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan diagnostik
tertentu untuk menentukan ukuran tumor, kedalaman tumor, penyebaran ke organ di
sekitarnya dan penyebaran ke kelenjar getah bening atau organ yang jauh. Dengan
mengetahui stadium penyakitnya maka dapat ditentukan rencana pengobatan yang
akan dijalani oleh penderita. Jika hasil biopsi menunjukkan bahwa telah terjadi
kanker vulva, maka dilakukan beberapa pemeriksaan untuk mengetahui penyebaran
kanker ke daerah lain:
Sistoskopi (pemeriksaan kandung kemih)
Proktoskopi (pemeriksaan rektum)
Pemeriksaan panggula dibawah pengaruh obat bius \
Rontgen dada
CT scan dan MRI.
9. Kemungkinan Komplikasi
Infeksi luka dan sepsis
Trombosis vena profunda
Hemoragi
(Smeltzer,2002;1566)
10. Penatalaksanaan Medis
Terdapat 3 jenis pengobatan untuk penderita kanker vulva:
1. Pembedahan
Eksisi lokal radikal : dilakukan pengangkatan kanker dan sejumlah besar
jaringan normal di sekitar kanker, mungkin juga disertai dengan pengangkatan
kelenjar getah bening
Bedah laser : menggunakan sinar laser untuk mengangkat sel-sel kanker
Vulvektomi skinning : dilakukan pengangkatan kulit vulva yang mengandung
kanker
Vulvektomi simplek : dilakukan pengangkatan seluruh vulva
- Vulvektomi parsial : dilakukan pengangkatan sebagian vulva
- Vulvektomi radikal : dilakukan pengangkatan seluruh vulva dan kelenjar getah
bening di sekitarnya.
Eksenterasi panggul : jika kanker telah menyebar keluar vulva dan organ
wanita lainnya, maka dilakukan pengangkatan organ yang terkena (misalnya
kolon, rektum atau kandung kemih) bersamaan dengan pengangkatan leher
rahim, rahim dan vagina. Untuk membuat vulva atau vagina buatan setelah
pembedahan, dilakukan pencangkokan kulit dari bagian tubuh lainnya dan
bedah plastik.
2. Terapi penyinaran
Pada terapi penyinaran digunakan sinar X atau sinar berenergi tinggi lainnya
untuk membunuh sel-sel kanker dan memperkecil ukuran tumor.
Pada radiasi eksternal digunakan suatu mesin sebagai sumber penyinaran;
sedangkan pada radiasi internal, ke dalam tubuh penderita dimasukkan suatu
kapsul atau tabung plastik yang mengandung bahan radioaktif.
3. Kemoterapi
Pada kemoterapi digunakan obat-obatan untuk membunuh sel-sel kanker. Obat
tersedia dalam bentuk tablet/kapsul atau suntikan (melalui pembuluh darah atau
otot). Kemoterapi merupakan pengobatan sistemik karena obat masuk ke dalam
aliran darah sehingga sampai ke seluruh tubuh dan bisa membunuh sel-sel kanker
di seluruh tubuh.
Penatalaksanaan menurut stadium kanker vulva yaitu :
Pengobatan kanker vulva tergantung kepada stadium dan jenis penyakit serta
usia dan keadaan umum penderita.
Kanker vulva stadium 0
1. Eksisi lokal luas atau bedah laser, atau kombinasi keduanya
2. Vulvektomi skinning
11. Pencegahan
Adapun cara pencegahan terkena kanker vulva adalah :
Menghindari faktor resiko yang bisa dikendalikan
Mengobati keadaan prekanker sebelum terjadinya kanker invasif.
C. Kanker Rahim (Uterus)
1) Pengertian
Kanker Rahim adalah tumor ganas pada endometrium (lapisan rahim).Kanker
rahim biasanya terjadi setelah masa menopause, paling sering menyerang wanita
berusia 50-60 taun.Kanker bisa menyebar (metastase) secara lokal maupun ke
berbagai bagian tubuh (misalnya kanalis servikalis, tuba falopii, ovarium, daerah
di sekitar rahim, sistem getah bening atau ke bagian tubuh lainnya melalui
pembuluh darah).
3) Faktor resiko
a) Usia Kanker uterus terutama menyeranga wanita berusia 50 tahun keatas.
b) Hiperplasia endometrium
c) Terapi Sulih Hormon (TSH)
d) TSH digunakan untuk mengatasi gejala-gejala menopause, mencegah
osteoporosis dan mengurangi resiko penyakit jantung atau stroke. Wanita
yang mengkonsumsi estrogen tanpa progesteron memiliki resiko yang lebih
tinggi. Pemakaian estrogen dosis tinggi dan jangka panjang tampaknya
mempertinggi resiko ini.Wanita yang mengkonsumsi estrogen dan
progesteron memiliki resiko yang lebih rendah karena progesteron
melindungi rahim.
e) Obesitas
Tubuh membuat sebagian estrogen di dalam jaringan lemak sehingga wanita
yang gemuk memiliki kadar estrogen yang lebih tinggi. Tingginya kadar
estrogen merupakan penyebab meningkatnya resiko kanker rahim pada
wanita obes.
f) Diabetes (kencing manis)
g) Hipertensi (tekanan darah tinggi)
h) Tamoksifen
Wanita yang mengkonsumsi tamoksifen untuk mencegah atau mengobati
kanker payudara memiliki resiko yang lebih tinggi. Resiko ini tampaknya
berhubungan dengan efek tamoksifen yang menyerupai estrogen terhadap
rahim. Keuntungan yang diperoleh dari tamoksifen lebih besar daripada
resiko terjadinya kanker lain, tetapi setiap wanita memberikan reaksi yang
berlainan.
i) Ras
Kanker rahim lebih sering ditemukan pada wanita kulit putih.
j) Kanker kolorektal
k) Menarke (menstruasi pertama) sebelum usia 12 tahun
l) Menopause setelah usia 52 tahun
m) Tidak memiliki anak
n) Kemandulan
o) Penyakit ovarium polikista
p) Polip endometrium.
4) Gejala
Gejala kanker rahim tidak spesifik. Studi terbaru menunjukkan bahwa penderita
kanker rahim biasanya mengalami gejala berikut ini secara menetap:
a) tekanan abdomen (merasa penuh, bengkak atau kembung)
b) Perasaan ingin buang air kecil terus menerus
Gejala lainnya meliputi:
a) Gangguan pencernaan yang menetap (gas atau mual)
b) Perubahan kebiasaan BAB tanpa alasan jelas, seperti sembelit
c) Kehilangan nafsu makan atau cepat merasa kenyang
d) Lemas & letih lesu yang berkelanjutan
e) Sakit pada daerah sekitar pinggang/panggul
f) Perubahan dalam siklus menstruasi
g) Perdarahan rahim yang abnormal
h) Perdarahan diantara 2 siklus menstruasi (pada wanita yang masih
mengalami menstruasi)
i) Perdarahan vagina atau spotting pada wanita pasca menopause
j) Perdarahan yang sangat lama, berat dan sering (pada wanita yang berusia
diatas 40 tahun)
Pemeriksaan diagnostik
a) Pemeriksaan panggul
b) Pap smear
c) USG transvagina
d) Biopsi endometrium.
Untuk membantu menentukan stadium atau penyebaran kanker, dilakukan
pemeriksaan berikut:
a) Pemeriksaan darah lengkap
b) Pemeriksaan air kemih
c) Rontgen dada
d) CT scan tulang dan hati
e) Sigmoidoskopi
f) Limfangiografi
g) Kolonoskopi
h) Sistoskopi.
Perawat mempunyai tugas menegakkan diagnosis dini kanker rahim dengan :
a) Melakukan KIE dan Motivasi tentang gejala klinik stadium awal
(1) Beser putih atau bercampur darah
(2) Perdarahan mendadak/sedikit setelah menopause
(3) Terjadi sesak di bagian bawah abdomen
b) Melakukan pemeriksaan sederhana ;
(1) Pengambilan pap smear
(2) Pemeriksaan dalam untuk menilai rahim
c) Merujuk penderita untuk menegakkan diagnisa pasti
6) Penatalaksanaan
Pemilihan pengobatan tergantung kepada ukuran tumor, stadium, pengaruh
hormon terhadap pertumbuhan tumor dan kecepatan pertumbuhan tumor serta
usia dan keadaan umum penderita.
a) Pembedahan
Kebanyakan penderita akan menjalani histerektomi (pengangkatan rahim).
Kedua tuba falopii dan ovarium juga diangkat (salpingo-ooforektomi bilateral)
karena sel-sel tumor bisa menyebar ke ovarium dan sel-sel kanker dorman (tidak
aktif) yang mungkin tertinggal kemungkinan akan terangsang oleh estrogen
yang dihasilkan oleh ovarium. .
b) Terapi penyinaran (radiasi)
Digunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel-sel kanker.
Terapi penyinaran merupakan terapi lokal, hanya menyerang sel-sel kanker di
daerah yang disinari. Pada stadium I, II atau III dilakukan terapi penyinaran dan
pembedahan. Penyinaran bisa dilakukan sebelum pembedahan (untuk
memperkecil ukuran tumor) atau setelah pembedahan (untuk membunuh sel-sel
kanker yang tersisa).
c) Kemoterapi
Pada terapi hormonal digunakan zat yang mampu mencegah sampainya hormon
ke sel kanker dan mencegah pemakaian hormon oleh sel kanker. Hormon bisa
menempel pada reseptor hormon dan menyebabkan perubahan di dalam jaringan
rahim. Sebelum dilakukan terapi hormon, penderita menjalani tes reseptor
hormon. Jika jaringan memiliki reseptor, maka kemungkinan besar penderita
akan memberikan respon terhadap terapi hormonal. Terapi hormonal merupakan
terapi sistemik karena bisa mempengaruhi sel-sel di seluruh tubuh. Pada terapi
hormonal biasanya digunakan pil progesteron.
d) Terapi hormonal dilakukan pada:
(1) Penderita kanker rahim yang tidak mungkin menjalani pembedahan
ataupun terapi penyinaran
(2) Penderita yang kankernya telah menyebar ke paru-paru atau organ
tubuh lainnya
(3) Penderita yang kanker rahimnya kembali kambuh.
(4) Jika kanker telah menyebar atau tidak memberikan respon terhadap
terapi hormonal, maka diberikan obat kemoterapi lain, yaitu
siklofosfamid, doksorubisin dan sisplastin.
D. Kanker Servik (Leher Rahim)
1. Definisi
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim
sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak
jaringan normal di sekitarnya (FKUI, 1990; FKKP, 1997).
2. Etiologi
Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui namun ada beberapa faktor resiko
dan predisposisi yang menonjol, antara lain :
Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus. Semakin sering
partus ssemakin besar kemungkinan resiko mendapat karsinoma serviks.
Jumlah perkawinan
Infeksi virus
Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma atau virus kondiloma
akuminata diduga sebagai factor penyebab kanker serviks.
Sosial Ekonomi
Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah mungkin
faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan kebersihan
perseorangan. Pada golongan sosial ekonomi rendah umumnya kuantitas dan kualitas
makanan kurang hal ini mempengaruhi imunitas tubuh.
Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kankers serviks pada wanita yang
pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria non sirkum hygiene penis
tidak terawat sehingga banyak kumpulan-kumpulan smegma.
3. Patologi
Karsinoma serviks adalah penyakit yang progresif, mulai dengan intraepitel,
berubah menjadi neoplastik, dan akhirnya menjadi kanker serviks setelah 10 tahun
atau lebih. Secara histopatologi lesi pre invasif biasanya berkembang melalui
beberapa stadium displasia (ringan, sedang dan berat) menjadi karsinoma insitu dan
akhirnya invasif. Berdasarkan karsinogenesis umum, proses perubahan menjadi
kanker diakibatkan oleh adanya mutasi gen pengendali siklus sel. Gen pengendali
tersebut adalah onkogen, tumor supresor gene, dan repair genes. Onkogen dan tumor
supresor gen mempunyai efek yang berlawanan dalam karsinogenesis, dimana
onkogen memperantarai timbulnya transformasi maligna, sedangkan tumor supresor
gen akan menghambat perkembangan tumor yang diatur oleh gen yang terlibat dalam
pertumbuhan sel. Meskipun kanker invasive berkembang melalui perubahan
intraepitel, tidak semua perubahan ini progres menjadi invasif. Lesi preinvasif akan
mengalami regresi secara spontan sebanyak 3 -35%.
Bentuk ringan (displasia ringan dan sedang) mempunyai angka regresi yang
tinggi. Waktu yang diperlukan dari displasia menjadi karsinoma insitu (KIS) berkisar
antara 1 – 7 tahun, sedangkan waktu yang diperlukan dari karsinoma insitu menjadi
invasif adalah 3 – 20 tahun (TIM FKUI, 1992). Proses perkembangan kanker serviks
berlangsung lambat, diawali adanya perubahan displasia yang perlahan-lahan
menjadi progresif. Displasia ini dapat muncul bila ada aktivitas regenerasi epitel
yang meningkat misalnya akibat trauma mekanik atau kimiawi, infeksi virus atau
bakteri dan gangguan keseimbangan hormon. Dalam jangka waktu 7 – 10 tahun
perkembangan tersebut menjadi bentuk preinvasif berkembang menjadi invasif pada
stroma serviks dengan adanya proses keganasan. Perluasan lesi di serviks dapat
menimbulkan luka, pertumbuhan yang eksofitik atau dapat berinfiltrasi ke kanalis
serviks. Lesi dapat meluas ke forniks, jaringan pada serviks, parametria dan akhirnya
dapat menginvasi ke rektum dan atau vesika urinaria. Virus DNA ini menyerang
epitel permukaan serviks pada sel basal zona transformasi, dibantu oleh faktor risiko
lain mengakibatkan perubahan gen pada molekul vital yang tidak dapat diperbaiki,
menetap, dan kehilangan sifat serta kontrol pertumbuhan sel normal sehingga terjadi
keganasan (Suryohudoyo, 1998; Debbie, 1998).
4. Klasifikasi
5. Manifestasi Klinis
Keputihan
Perdarahan
Perdarahan yang dialami segera setelah bersenggama (disebut sebagai perdarahan
kontak) merupakan gejala karsinoma serviks (75 -80%). Pada tahap awal,
terjadinya kanker serviks tidak ada gejala-gejala khusus. Biasanya timbul gejala
berupa ketidak teraturannya siklus haid, amenorhea, hipermenorhea, dan
penyaluran sekret vagina yang sering atau perdarahan intermenstrual, post koitus
serta latihan berat. Perdarahan yang khas terjadi pada penyakit ini yaitu darah
yang keluar berbentuk mukoid. Menurut Baird (1991) tidak ada tanda-tanda
khusus yang terjadi pada klien kanker serviks. Perdarahan setelah koitus atau
pemeriksaan dalam (vaginal toussea) merupakan gejala yang sering terjadi.
Karakteristik darah yang keluar berwarna merah terang dapat bervariasi dari yang
cair sampai menggumpal. Perdarahan rektum dapat terjadi karena penyebaran sel
kanker yang juga merupakan gejala penyakit lanjut.
Nyeri
Dirasakan dapat menjalar ke ekstermitas bagian bawah dari daerah lumbal. Pada
tahap lanjut, gejala yang mungkin dan biasa timbul lebih bervariasi, sekret dari
vagina berwarna kuning, berbau dan terjadinya iritasi vagina serta mukosa vulva.
Perdarahan pervagina akan makin sering terjadi dan nyeri makin progresif. Gejala
lebih lanjut meliputi nyeri yang menjalar sampai kaki, hematuria dan gagal ginjal
dapat terjadi karena obstruksi ureter.
6. Pemeriksaan Diagnostik
Sitologi/pap smear
Schillentest
Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glikogen karena tidak mengikat yodium.
Kalau porsio diberi yodium maka epitel karsinoma yang normal akan berwarna
coklat tua, sedang yang terkena kaersinoma tidak berwarna.
Koloskopi
Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks dengan lampu dan
dibesarkan 10-40x.
Keuntungan: dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan sehingga mudah untuk
melakukan biopsi.
Kelemahan: hanya dapat memeriksa daerah yang terlihat saja yaitu porsio,
sedangkan kelainan pada skuamosa kolumnar junction dan intraservikal tidak
terlihat.
Kolpomikroskopi
Biopsi
1. Konisasi
2. Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir serviks dan epitel
gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan
pada serviks tidak tampak kelainan-kelainan yang jelas.
7. Penatalaksanaan
Irradiasi
Tidak dilakukan sebagai hal yang rutin, sebab radiasi menyebabkan bertambahnya
vaskularisasi, oedema. Sehingga tindakan operasi berikutnya dapat mengalami
kesukaran dan sering menyebabkan fistula, disamping itu menambah penyebaran
ke sistem limfe dan peredaran darah
Cytostatika
- Stadium IA1
- Stadium IA2
Karsinoma serviks yang tidak dapat diobati atau tidak memberikan respons
terhadap pengobatan 95% akan mengalami kematian dalam 2 tahun setelah
timbul gejala. Pasien yang menjalani histerektomi dan memiliki rasio tinggi
terjadinya rekurensi harus terus diawasi karena lewat deteksi dini dapat diobati
dengan radioterapi. Setelah histerektomi radikal, terjadinya 80% rekurensi dalam
2 tahun.
A. Kanker Testis
1. Definisi
Kanker Testis adalah pertumbuhan sel – sel ganas didlam testis yang bisa
menyebabkan testis membesar atau menyebabkan adanya benjolan di dalam skrotum. Testis
secara anatomis merupakan alat reproduksi pria yang mempunyai berat kira – kira 12 gram
pada orng dewasa dan berukuran 5×3 cm. Testis dilapisi olehdua lapisan yang berasal dari
processus vaginalis peritonei yaitu tunica vaginalis parietalis dan visceralis. Kedua lapisan ini
membentuk rongga kosong. Lebih kedalam terdapat lapisan jaringan ikat tebal yaitu tunica
albuginea dan lebih kedalam lagi tunica vasculosa. Epididimis terletak pada bagian
posterolateral testis dan merupakan penghubung antara tubuli seminiferus contorti dan vas
deferens. Pada tubuli seminiferi terdapat sel – sel penunjang (sel sertoli ) dan sel – sel
germinativum yang mengalami spermatogenesis pada waktu akil baliq. Pada stroma terdapat
sel – sel interstitium ( sel Leydig ) yaitu sel bulat atau diagonal dengan sitoplasma banyak ,
berwarna merah inti besar mengandung khromatin kasar dan anak inti jelas. Didalam
sitoplasma sel ini terdapat lipofuscin, titik lemak dan kristaloid Reinke.
Tumor adalah kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel – sel yang tumbuh terus
menerus secara tidak terbatas , tidak berkoordinasi dengan jaringan sekitarnya dan tidak
berguna bagi tubuh. Tumor dibedakan menjadi dua yaitu tumor yang jinak ( benigna ) dan
tumor yang ganas ( maligna ). Ca testis merupakan tumor ganas pada testis.
2. Etiologi
Penyebab kanker testis belum diketahui namun tercatat beberapa factor resiko. Kegagalan
penurunan testis kedalam skrotum (kriptorkidisme atau undesensustestis) aka meningkatkan
resiko berkembangnya kanker testis kular hingga beberapa kali lipat. Testis yang tidak turun
dan menetap dalam abdomen memilki resiko kanker testiskular yang lebih tinggi daripada
yang tertahan dalam kanalis inguinalis. Adapun disebut Sindrom Klinefelter yaitu suatu
keadaan yang berkaitan dengan peningkatan resiko berkembangnya kanker testis.
3. Epidemiologi
Usia puncak sesorang mengidap kanker testis adalah 15-35 tahun. Insiden meningkat
perlahan setelah 40 tahun Tumor testis hampir seluruhnya ganas dan termasuk tumor ganas
yang derajat keganasannya tinggi. Kebanyakan penderita berumur antara 24 34 tahun dengan
frekwensi tumor testis kira – kira 2 % daripada seluruh tumor ganas pada pria atau kira – kira
10 % daripada tumor ganas tractus urogenitalis .
4. Klasifikasi
6. Terapy
7. Pemeriksaan fisik
Inspeksi:
Ukuran, bentuk, warna, lesi skrotum, push, ada perdarahan atau tidak
Palpasi:
Ada masa atau tidak, ada tidaknya nyeri tekan
8. Pemeriksaan penunjang
USG skrotum
Pemeriksaan darah untuk petanda tumor AFP (alfa fetoprotein), HCG (human
chorionic gonadotrophin) dan LDH (lactic dehydrogenase). Hampir 85% kanker non-
seminoma menunjukkan peningkatan kadar AFP atau beta HCG.
Rontgen dada (untuk mengetahui penyebaran kanker ke paru-paru)
CT scan perut (untuk mengetahui penyebaran kanker ke organ perut)
Biopsi jaringan.
B. Kanker Prostat
1. Pengertian Kanker Prostat
Kanker prostat merupakan momok yang menakutkan bagi kaum pria karena
kanker jenis ini, menyerang kelenjar prostat yang merupakan bagian penting dari organ
reproduksi pria.
Kelenjar prostat menghasilkan sitrat dan glukosa yang penting bagi kehidupan
sperma. Selain itu, kelenjar prostat juga menghasilkan cairan yang keluar bersama
sperma ketika terjadi ejakulasi.
Sulit berkemih
Bisa berupa perasaan ingin berkemih tapi tidak ada yang keluar, berhenti saat sedang
berkemih, ada perasaan masih ingin berkemih atau harus sering ke toilet untuk
berkemih karena keluarnya sedikit-sedikit. Gejala ini muncul sebagai akibat
membesarnya kelenjar prostat yang ada di sekitar saluran kemih karena ada tumor di
dalamnya sehingga mengganggu proses berkemih.
Problem ini juga disebabkan adanya tumor prostat yang menekan saluran kemih.
Namun, nyeri ini juga bisa merupakan gejala infeksi prostat yang disebut prostatitis.
Bisa juga tanda hiperplasia prostat yang bukan merupakan kanker.
Keluar darah saat berkemih
Gejala ini jarang terjadi, namun jangan diabaikan. Segeralah periksa ke dokter meski
darah yang dikeluarkan hanya sedikit, samar-samar atau hanya berwarna merah muda.
Kadangkala infeksi saluran kemih juga bisa menyebabkan gejala ini.
Tumor prostat bisa saja menyebabkan aliran darah ke penis yang seharusnya
meningkat saat terjadinya ereksi menjadi terhalang sehingga susah ereksi. Bisa juga
menyebabkan tidak bisa ejakulasi setelah ereksi. Tapi, pembesaran prostat bisa saja
menyebabkan munculnya gejala ini.
Sulit buang air besar (BAB) dan masalah saluran pencernaan lainnya.
Kelenjar prostat terletak di bawah kandung kemih dan di depan rektum. Akibatnya,
bila ada tumor, pencernaan akan terganggu. Namun perlu diingat, sulit BAB yang
terus menerus terjadi juga bisa menyebabkan pembesaran prostat karena terjadi
tekanan pada kelenjar secara terus menerus. Sulitnya BAB dan gangguan saluran
pencernaan bisa juga mengindikasikan kanker usus besar.
Nyeri terus-menerus di punggung bawah, panggul atau paha dalam bagian atas
Sering kali, kanker prostat menyebar di wilayah-wilayah ini, yaitu pada punggung
bawah, panggul dan pinggul sehingga nyeri yang sulit dijelaskan di bagian ini bisa
menjadi tanda adanya gangguan.
Sering berkemih di malam hari
Jika Anda sering terbangun di malam hari lebih dari sekali hanya untuk berkemih,
periksalah segera ke dokter.
Gejala ini mirip inkontinensia urin (mengompol). Urin tidak dapat ditahan hingga
perlahan keluar dan menetes. Atau kalau pun keluar aliran tidak cukup kuat.
Jika salah satu atau beberapa dari gejala-gejala di atas dirasakan atau dilihat sebaiknya
orang tersebut segera mengambil langkah-langkah yang diperlukan agar tidak sampai
terkena dampak dari kanker prostat.
Untuk mengetahui secara dini adanya kanker prostat, pria dianjurkan untuk
melakukan pemeriksaan secara teratur setahun sekali berupa:
Pemeriksaan fisik: Digital Rectal Examination (DRE) atau pemeriksaan colok dubur.
Pemeriksaan USG (Ultrasonografi) kelenjar prostat.
Pemeriksaan kadar PSA (Prostat Spesific Antigen) dalam darah.
Seperti jenis kanker lainnya, penyebab kanker prostat belum diketahui secara pasti.
Namun, ada beberapa faktor resiko yang mewajibkan seorang pria waspada terhadap penyakit
ini, antara lain: riwayat medis keluarga penderita kanker prostat, usia di atas 50 tahun,
obesitas, perokok, mengonsumsi alkohol, dan kurang berolahraga.
Penyebab kanker prostat belum diketahui secara pasti, namun penelitian telah
menemukan beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terkena kanker prostat,
yaitu :
Usia
Ras/Etnis
Orang berkulit hitam memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker prostat dibandingkan
orang berkulit putih.
Riwayat Keluarga
Jika Ayah atau saudara laki-laki Anda menderita kanker prostat, maka risiko Anda
akan meningkat lebih dari dua kali lipat. Risiko akan semakin tinggi jika Anda
memiliki kerabat yang terdiagnosa kanker prostat di bawah usia 65 tahun.
Diet
Diet tinggi lemak dan obesitas (kegemukan) akan meningkatkan risiko kanker prostat.
Pencegahan dapat dilakukan dengan memiliki pola hidup sehat yaitu dengan rajin
mengonsumsi banyak sayuran dan buah, kurangi makanan berlemak, hindari rokok dan
alkohol, konsumsi makanan/minuman yang mengandung antioksidan dan omega-3.
Selain itu dengan rajin berolahraga, banyak dokter mengamati bahwa pria bertubuh
bugar jarang mengalami masalah prostat ketimbang mereka yang lebih banyak duduk.
Dan langkah selanjutnya adalah dengan melakukan pemeriksaan yang teratur (1 tahun
sekali) terutama bagi yang memiliki faktor resiko yang tinggi untuk terkena kanker
prostat.
Baku emas untuk diagnosis kanker Prostat adalah melalui Biopsi Prostat yang
dilakukan dengan cara mengambil jaringan Prostat yang kemudian diperiksa di bawah
mikroskop untuk mendeteksi ada tidaknya sel kanker. Namun cara ini bersifat invasif
dan kurang nyaman bagi pasien. Upaya untuk mendeteksi dini kanker Prostat adalah
dengan melakukan skrining melalui pemeriksaan :
Dengan menggunakan sarung tangan, dan jari yang diberi pelumas, dokter akan
memeriksa prostat Anda, apakah membesar dan ada benjolan.
Bila hasil pemeriksaan PSA sedikit meningkat, perlu dilanjutkan dengan pemeriksaan
free-PSA untuk menentukan nilai rasio free-PSA/PSA total.
Transrectal Ultrasound
Watching waiting
Diperlukan tes PSA, pemeriksaan colok dubur, dan biopsi prostat rutin untuk
memonitor perkembangan kanker prostat. Selama dilakukan watching waiting, tidak
diberikan terapi medis apapun.
Dilakukan untuk kanker yang masih terbatas pada kelenjar prostat saja, dan dilakukan
melalui pembedahan (prostatektomi radikal).
Radiasi
Dengan menggunakan sinar X berkekuatan tinggi untuk membunuh sel-sel kanker.
Kekurangannya, terapi ini dapat juga mempengaruhi jaringan sehat yang lain.
Terapi hormonal
Kemoterapi