Lanjut Usia
Lanjut usia adalah manusia yang sudah memasuki usia 60 tahun.(Sumintarsih,2007:31)
Di Indonesia, batasan usia lanjut (lansia) menurut undang-undang No.12 tahun 1998 tentang
kesejahteraan usia lanjut adalah sebagai berikut: seseorang yang telah mencapai usia diatas 60
tahun (depsos,1999). Batasan ini sama dengan yang dikemukakan oleh Burnside dkk. Menurut
WHO, lansia dibagi menjadi 3 kriteria, yaitu: Elderly (64-74 tahun), Older (75-90 tahun), dan
Very Old (>90 tahun).( Yenni Yo (http://www.tanyadokteranda.com/artikel/2008/06/waspadai-
depresi-pada-lansia ).
Lanjut usia (lansia) merupakan tahap akhir dalam kehidupan manusia. Manusia yang
memasuki tahap ini ditandai dengan menurunnya kemampuan kerja tubuh akibat perubahan
atau penurunan fungsi organorgan tubuh. Berdasarkan WHO , lansia dibagi menjadi tiga
golongan:
a. Umur lanjut (elderly) : usia 60-75 tahun
b. Umur tua (old) : usia 76-90 tahun
c. Umur sangat tua (very old) : usia > 90 tahun
PROSES MENUA
Badan manusia menua kurang lebih 1% setiap tahun. Meskipun orang yang segar
jasmaninya,akan menua pula. Untungnya orang-orang yang kesegaran jasmaninya baik, proses
menuanya lebih lambat. Bila seseorang menjadi lebih segar jasmaninya,maka fungsi badannya
akan lebih baik.(Sadoso S,1993:156-157).
Proses menua adalah masalah yang akan selalu dihadapi oleh semua manusia. Dalam
tubuh terjadi perubahan- perubahan structural yang merupakan proses degeneratif. Misalnya
sel-sel mengecil atau menciut, jumlah sel berkurang, terjadi perubahan isi atau komposisi sel ,
pembentukan jaringan ikat baru meggantikan sel-sel yang menghilang atau mengecil dengan
akibat timbuh1ya kemunduran fungsi organ tubuh (Sriwahyuniati, 2009).
Perubahan-perubahan pada Lansia
Kesehatan lansia dipengaruhi proses menua. Proses menua didefenisikan sebagai
perubahan yang terkait waktu, bersifat universal, intrinsik, progresif, dan detrimental. Keadaan
ini menyebabkan kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan dan kemampuan bertahan hidup
berkurang. Proses menua setiap individu dan setiap organ tubuh berbeda, hal ini dipengaruhi
oleh gaya hidup, lingkungan, dan penyakit degenerative. Proses menua dan perubahan fisiologis
pada lansia mengakibatkan beberapa kemunduran dan kelemahan, serta implikasi klinik berupa
penyakit kronik dan infeksi (P, 2015).
hal yang terjadi dengan tubuh manusia dalam proses menua Menurut (Hardianto
Wibowo, yang dikutip Fajar) secara ringkas dapat dikatakan:
a. Kulit tubuh dapat menjadi lebih tipis, kering dan tidak elastis lagi.
b. Rambut rontok warnanya berubah menjadi putih, kering dantidak mengkilat.
c. Jumlah otot berkurang, ukuran juga mengecil, volume otot secara keseluruhan menyusut
dan fungsinya menurun.
d. otot-otot jantung mengalami perubahan degeneratif, ukuran jantung mengecil, kekuatan
memompa darah berkurang.
e. Pembuluh darah mengalami kekakuan (Arteriosklerosis
f. Terjadinya degenerasi selaput lender dan bulu getar saluran pemapasan, gelembung'
paniparu menjadi kurang elastis.
g. Tulang-tulang menjadi keropos (osteoporosis).
h. Akibat degenerasi di persendian, permukaan tulang rawan menjadi kasar.
i. Karena proses degenerasi maka jumlah nefron (satuan fungsional di ginjal yang bertugas
membersihkan darah) menurun. Yang berakibat kemampuan mengeluarkan sisa
metabolism melalui air seni berkurang pula.
j. Proses penuaan dianggap sebagai peristiwa fisiologik yang memang harus dialami oleh
semua makluk hidup.
KEBUGARAN
Kebugaran jasmani dipandang dari aspek fisiologi adalah kapasitas fungsional untuk
memperbaiki kualitas hidup (Fox, 1987:6) dalam kontek ini kebugaran dipandang dengan
istilah total fitness. Total fitness meliputi kebugaran fisik, kebugaran mental, kebugaran
emosi, dan kebugaran sosial. Sedangkan kebugaran jasmani merupakan salah satu dari
kebugaran total.
Penggolongan kebugaran
Menurut Djoko pekik (2006:2) Kebugaran digolongkan menjadi kelompok:
1. Kebugaran Statis
Kebugaran Statis merupakan keadaan seseorang yang bebas dari penyakit
dan cacat atau disebut sehat
2. Kebugaran Dinamis
Kebugaran Dinamis merupakan kemampuan seseorang bekerja secara
efisien yang tidak memerlukan keterampilan khusus, misalnya berjalan, berlari,
melompat, mengangkat.
3. Kebugaran Motoris
Kebugaran motoris merupakan kemampuan seseorang bekerja secara efisien
yang menuntut keterampilan khusus.
Dalam pembahasan dibawah ini tidak akan membahas kebugaran yang berkaitan
dengan keterampilan atau prestasi.
Masalah yang dihadapi para lansia adalah penurunan organ secara sistemik, seperti
penurunan fungsi ginjal, fungsi jantung, mata maupun fungsi kognitif (intelektual), yang harus
diperhatikan sebelum merencanakan diet dan olahraga yang sesuai. Perubahan-perubahan
tersebut menurut Jeffry Tenggara (2009: 3-4) dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Jantung
Jantung adalah organ maskular (sebagian besar adalah otot) yang berperan dalam
memompa darah ke seluruh tubuh. Jantung yang mengalami beban berat secara kronik
akibat penyakit akan mengalami pembesaran otot. Berbeda dengan otot bisep yang bisa
dilatih hingga membesar dan bertambah kuat, pembesaran otot jantung akan
mengakibatkan kelelahan otot dan failure dalam memompa darah. Apabila hal ini telah
mencapai batas ambang yang dapat ditoleransi akan menimbulkan keluhan seperti lelah,
sesak nafas, dan pada kondisi berat dapat terjadi henti jantung.
2. Ginjal
Ginjal adalah organ yang memiliki fungsi utama untuk menyaring darah dan membuang
racun hasil metabolisme maupun racun yang kita konsumsi secara tidak sengaja. Pada
lansia sehat, ginjal akan tetap berfungsi baik. Namun bila ginjal mengalami kerusakan
yang diakibatkan terutama oleh hipertensi, kencing manis, infeksi berulang, atau batu
ginjal, akan terjadi perubahan dalam struktur dan fungsinya. Jaringan parut akan
menumpuk sebagai respon dari perbaikan kerusakan, sehingga filter yang ada akan tidak
berfungsi baik. Akibat dari gagal ginjal adalah sesak, muntah hebat hingga kejang yang
mengharuskan untuk dilakukan cuci darah.
3. Kognitif otak Pada lansia, umum (namun tidak selalu) terjadi penurunan fungsi
intelektual/kognitif.
Penyakit yang sering kita lihat adalah Kepikunan/Demensia, Parkinsonisme, Stroke
dengan berbagai gejalanya. Beberapa kondisi di atas memang dapat dicegah dan salah
satunya adalah dengan latihan fisik teratur.
4. Gangguan penglihatan dan pendengaran.
Pada lansia beberapa penyakit yang sering dijumpai adalah katarak, gangguan retina
karena kencing manis dan hipertensi. Penurunan fungsi mata dan telinga harus
diperhatikan dalam merencanakan olahraga, karena akan berpengaruh dalam sistem
keseimbangan dan resiko jatuh pada lansia.
Manfaat olahraga untuk lansia menurut Angga (2010: 2) adalah sebagai berikut:
Menurut Akhmadi (2008: 1-2) agar lanjut usia tetap sehat, bahagia, berguna dan
berkualitas, maka beberapa hal harus diperhatikan. Ada sebuah singkatan yang sangat baik yang
menggambarkan kunci menuju lansia yang sehat adalah B-A-H-A-G-I-A. Adapun penjabaran
dari tiap huruf yang terkandung di dalamnya secara rinci adalah sebagai berikut:
1) Huruf B yaitu mengandung makna Berat Badan (BB) berlebihan supaya dihindarkan.
Agar berat badan dapat dikontrol dengan baik, maka minimal lansia dapat mengontrol
sekali sebulan di posyandu setempat.
2) Huruf A aturlah makan yang sesuai kebutuhan tubuh. Makanlah makanan dengan gizi
yang seimbang yaitu zat gizi yang sesuai tubuh lansia. Mengurangi konsumsi lemak
adalah salah satu tindakan yang penting. Langkah tersebut juga akan membantu
mengurangi pemasukan kalori.
3) Huruf H yaitu hindari faktor-faktor resiko penyakit jantung iskemik/koroner. Ada
beberapa faktor yang yang diduga sebagai penyebab dari gangguan penyakit jantung,
yaitu: merokok, tekanan darah tinggi, kolesterol tinngi, penyakit gula, kegemukan,
kurang gerak fisik, dan tekanan batin.
4) Huruf A yaitu agar terus merasa berguna dengan mempunyai kegiatan/hobi yang
bermanfaat. Untuk mengisi waktu luang bagi lansia alangkah baiknya kalau
menyalurkan hobi, seperti ketika waktu masih muda. Salurkan hobi tersebut pada hal-
hal yang menyehatkan dan bermanfaat.
5) Huruf G yaitu gairah hidup akan semarak jika kegiatan tersebut dilakukan bersama.
Untuk dapat hidup bergairah dan bersemangat, maka kondisi tubuh agar tetap fit dan
sehat. Agar tubuh fit dan sehat, lakukanlah olahraga yang ringan tetapi teratur.
6) Huruf I yaitu ikuti nasehat dokter dan hindari situasi tegang. Saran-saran yang dapat
diberikan oleh dokter, perawat atau tenaga kesehatan lainnya adalah:
a. Berolahraga teratur agar tetap sehat dan bugar.
b. Makan makanan yang banyak mengandung serat.
c. Makan buah-buahan tetapi batasi untuk mengkon-sumsi buah apukat, sawo, pisang,
durian, karena mengandung kalori yang tinngi.
d. Biasakan makan pagi.
e. Hindari tekanan batin yang tidak perlu.
7) Huruf A yaitu awasi kesehatan dengan memeriksakan badan secara teratur. Pemeriksaan
kesehatan secara berkala dan konsultasi merupakan kunci keberhasilan dari upaya
pemeliharaan kesehatan lansia. Dengan pemeriksaan berkala dapat terdeteksinya
penyakit sedini mungkin, sehingga mengurangi faktor resiko yang berat. Rahasia lain
agar tetap sehat dan prima menurut Akhmadi (2008: 3) adalah olahraga mental yaitu
memberdayakan pikiran sama pentingnya dengan olahraga fisik.
Menguatkan Tubuh dengan Aman pada Usia 50 +
Menurut Westcott, W.L., dan Baechle, T.R., yang dikutif oleh Eri Desmarini
Nasution (1999: 21) latihan kekuatan yang aman dan produktif, lansia harus bersiap-
siap dan menjalankan setiap sesi latihan dengan sempurna, yaitu:
aktivitas dilakukan pada intensitas rendah. Kegiatan berjalan, Tai Chi, dan latihan
penguatan otot memperlihatkan perbaikan keseimbangan pada Lansia.
Program latihan untuk Lansia meliputi latihan daya tahan jantung paru
(aerobik), kekuatan (strenght), fleksibilitas, dan keseimbangan dengan cara progresif
dan menyenangkan. Latihan melibatkan kelompok otot utama dengan gerakan
seoptimal mungkin pada ROM yang bebas dari nyeri. Pembebanan pada tulang,
perbaikan postur, melatih gerakan-gerakan fungsional akan meningkatkan kekuatan,
fleksibilitas, dan keseimbangan.
Olahraga dilakukan dengan cara menyenangkan disertai berbagai modifikasi,
termasuk mengkombinasikan beberapa aktivitas sekaligus. Kombinasi berjalan yang
bersifat rekreasi dan senam di air dengan intensitas yang menantang namun tetap
nyaman dilakukan, kombinasi latihan spesifik untuk memperbaiki kekuatan dan
fleksibilitas (latihan beban, circuit training, latihan dengan musik, menari) bisa
dilakukan. Kombinasi latihan kekuatan, keseimbangan dan fleksibilitas bisa dilakukan
dengan menggunakan alat bola. Latihan difokuskan pada teknik yang menstabilkan
dan meningkatkan kekuatan, keseimbangan dan fleksibilitas, selain itu juga
mengintegrasikan tubuh dan pikiran serta melibatkan teknik pernafasan, konsentrasi
dan kontrol gerakan.
Bagi Lansia yang lemah secara fisik, aktivitas yang dilakukan dikaitkan
dengan kegiatan sehari-hari dan mempertahankan kemandirian, misalnya teknik
mengangkat beban yang benar, berjalan, cara menjaga postur yang benar, dan
sebagainya.
Olahraga dan Penyakit pada Lansia
Program latihan fisik bagi Lansia disusun dengan berbagai pertimbangan
terkait dengan kondisi fisik Lansia. Sebelum olahraga dianjurkan berkonsultasi
dengan dokter. Olahraga dilaksanakan secara bertahap, misalnya dimulai dengan
intensitas rendah (40-50% denyut nadi istirahat) selama 10-20 menit, kemudian
ditingkatkan sesuai dengan kemampuan adaptasi latihan tiap individu. Durasi latihan
ditingkatkan secara bertahap. Lebih diajurkan untuk menambah durasi daripada
meningkatkan intensitas. Lingkungan dan fasilitas olahraga harus diperhatikan terkait
dengan faktor keamanan. Modifikasi olahraga kadang diperlukan, misalnya Lansia
dengan penglihatan berkurang dianjurkan bersepeda statis daripada bersepeda di jalan.
Program yang disusun juga harus memperhatikan masalah ortopedik yang mungkin
ada, dianjurkan untuk menambah waktu pemanasan dan pendinginan, serta dipilih
aktivitas yang tidak membutuhkan koordinasi tingkat tinggi.
Selama latihan tidak boleh dilupakan minum untuk mengganti cairan yang
hilang selama olahraga. Jenis olahraga disarankan mempunyai aspek sosial sehingga
sekaligus bisa berdampak pada emosi Lansia (Erin, 2000).
1. Osteoartritis
Riset menunjukkan bahwa olahraga teratur menjadi salah satu hal penting
untuk mencegah osteoporosis, termasuk patah tulang karena osteoporosis dan jatuh.
Olahraga dapat meningkatkan massa tulang, kepadatan, dan kekuatan pada Lansia.
Olahraga juga melindungi melawan patah tulang panggul (Megan, 2008).
Olahraga direkomendasikan bagi Lansia dengan osteoartritis untuk
memperkuat otot dan mobilitas sendi, memperbaiki kapasitas fungsional,
menghilangkan nyeri dan kekakuan, dan mencegah deformitas lebih lanjut. Program
latihan disusun berdasarkan status individual. Olahraga sebaiknya yang tidak
membebani tubuh, misalnya bersepeda dan latihan di dalam air.
Ambardini, R. L. (2010). Aktivitas Fisik Lanjut Usia. Staf Pengajar FIK, Universitas Negeri
Yogyakarta.
P, D. k. (2015). Menjaga Kesehatan di Usia Lanjut. Jurnal Olahraga Prestasi, 11(2), 19-30.
Sriwahyuniati, C. F. (2009). Menjaga Kesehatan dan Kebugaran Bagi Lansia Melalui Olahraga.
Sumintarsih. (2008). Kebugaran Jasmani Untuk Lanjut Usia. Olahraga, 147 -160.