Anda di halaman 1dari 66

DEMAM BERDARAH

DENGUE
DAN NIPAH
DEMAM BERDARAH DENGUE
DEMAM BERDARAH DENGUE

 adalah penyakit infeksi virus akut yang


disebabkan oleh virus dengue dan terutama
menyerang anak-anak dengan ciri-ciri demam
tinggi mendadak dengan manifestasi
perdarahan dan bertendensi menimbulkan
shock dan kematian. Penyakit ini ditularkan
melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan
juga Albopictus. Kedua jenis nyamuk ini
terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia
kecuali ketinggian lebih dari 1000 meter
diatas permukaan laut
 Indonesia termasuk daerah
endemik untuk penyakit demam
berdarah dengue. Serangan wabah
umumnya muncul sekali dalam 4-5
tahun. Faktor lingkungan
memainkan peranan bagi terjadinya
wabah. Lingkungan dimana
terdapat banyak air tergenang dan
barang-barang yang memungkinkan
air tergenang merupakan tempat
ideal bagi penyakit tersebut
ETIOLOGI DAN SIFAT PENYAKIT DBD

 Demam Berdarah Dengeu disebabkan oleh


Gigitan nyamuk Aedes aegypti yang membawa
virus dengue, yang merupakan virus dari
genus Flavivirus, yang memiliki beberapa
jenis yaitu DEN-1 sampai DEN-4, dan di
Indonesia paling banyak adalah virus DEN-3.
Infeksi virus dengue ini dapat terjadi reaksi
silang dengan virus lain seperti virus yellow
fever, japanese enchepalitis dan west nile
virus, yang akan memperberat gejala dari
infeksi virus ini sendiri.
ETIOLOGI PENYAKIT DBD :

 Virus dengue
Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit
ini termasuk ke dalam Arbovirus (Arthropodborn
virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus
dengue tipe 1,2,3 dan 4. Keempat tipe virus
dengue tersebut terdapat di Indonesia dan dapat
dibedakan satu dari yang lainnya secara
serologis.

 Vektor
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang
ditularkan melalui vektor yaitu nyamuk aedes
aegypti, nyamuk aedes alboptictus, aedes
polynesiensis dan beberapa spesies lain
merupakan vektor yang kurang berperan
 Nyamuk Aedes berkembang biak pada
genangan Air bersih yang terdapat di
dalam rumah (Aedes Aegypti) maupun
yang terdapat di luar rumah, di lubang –
lubang pohon di dalam potongan bambu,
dilipatan daun dan genangan air bersih
alami lainnya ( Aedes Albopictus).
Nyamuk betina lebih menyukai
menghisap darah korbannya pada siang
hari terutama pada waktu pagi hari dan
senja hari.
GEJALA DAN TANDA
tanda-tanda sebagai berikut:
 Nyeri kepala
 Menggigil dan lemas
 Nyeri di belakang mata, otot, dan tulang
 Ruam kulit hingga kemerahan
 Kesulitan menelan makanan dan minuman
 Mual dan muntah
Selanjutnya, tanda-tanda di atas akan diikuti oleh tanda
perdarahan, seperti:
 Gusi berdarah
 Mimisan
 Timbul bintik-bintik merah pada kulit
 Muntah darah
 Buang air besar berwarna hitam
 Pada fase demam, demam berdarah
dengue biasanya diikuti oleh fase
kritis selama 2-3 hari. Pada fase
kritis inilah suhu tubuh menurun,
hingga bagian tubuh seperti tangan
dan kaki dingin dan biasanya
merasa seperti sudah sembuh.
Padahal, pada fase ini Anda harus
waspada, sebab bisa terjadi sindrom
syok dengue yang dapat mengancam
CARA PENULARANNYA

 Ada beberapa jenis nyamuk yang bertindak


sebagai vektor virus dengue seperti Aedes
aegypti, Aedes polynesiensis dan Aedes
albopictus. Namun nyamuk Aedes aegypti
merupakan vektor utama terjadinya DBD di
seluruh wilayah Indonesia. Nyamuk Aedes
aegypti ini dapat dikenali dengan melihat ciri
khasnya berupa bercak-bercak putih di sekujur
tubuh dan kakinya. Nyamuk ini dapat terbang
tanpa henti hingga 4 jam dengan jarak
tempuhnya yang dapat mencapai 5 km dalam
sekali perjalanannya
CARA PENULARANNYA

 Nyamuk betina bertanggung jawab terhadap


penularan virus dengue karena bersifat
antrofilik dan memerlukan darah untuk
memproduksi telurnya. Berbeda dengan nyamuk
jantan yang biasanya hanya berumur seminggu
dan hidup dengan menghisap nektar.Virus
dengue yang dibawa oleh nyamuk Aedes
aegypti betina ini didapatkan dari seseorang
yang sebelumnya telah terjangkiti DBD atau
seseorang yang tidak terkena DBD namun
terdapat virus dengue di dalam darahnya
TULAR VEKTOR DAN ZOONOSIS KEMENTERIAN
KESEHATAN MENYEBUTKAN HINGGA AKHIR
JANUARI TAHUN 2017, KEJADIAN LUAR BIASA
(KLB) PENYAKIT DBD DILAPORKAN ADA DI 12
KABUPATEN DAN 3 KOTA DARI 11 PROVINSI DI
INDONESIA, ANTARA LAIN: 1
 1) Provinsi Banten, yaitu Kabupaten Tangerang;
 2) Provinsi Sumatera Selatan, yaitu Kota
Lubuklinggau;
 3) Provinsi Bengkulu, yakni Kota Bengkulu;

 4) Provinsi Bali, yaitu Kota Denpasar dan Kabupaten


Gianyar;
 5) Provinsi Sulawesi Selatan, yaitu Kabupaten
Bulukumba, Pangkep, Luwu Utara, dan Wajo;
.
 6) Provinsi Gorontalo, yaitu Kabupaten Gorontalo;
serta
 7) Provinsi Papua Barat, yakni Kabupaten Kaimana;

 8) Provinsi Papua, yakni Kabupaten Mappi

 9) Provinsi NTT, yakni Kabupaten Sikka;

 10) Provinsi Jawa Tengah, yaitu Kabupaten


Banyumas;
 11) Provinsi Sulawesi Barat, yakni Kabupaten Majene
 Sepanjang bulan Januari dan Februari 2016, kasus
DBD yang terjadi di wilayah tersebut tercatat
sebanyak 492 orang dengan jumlah kematian 25 orang
pada bulan Januari 2016 sedangkan pada bulan
Februari tercatat sebanyak 116 orang dengan jumlah
kematian 9 orang. Hasil data tersebut menunjukan
adanya penurunan KLB di Indonesia sepanjang bulan
Januari-Februari 2016.
 Kementerian Kesehatan RI mencatat jumlah
penderita DBD di Indonesia pada bulan Januari-
Februari 2016 sebanyak 8.487 orang penderita DBD
dengan jumlah kematian 108 orang. Golongan
terbanyak yang mengalami DBD di Indonesia pada
usia 5-14 tahun mencapai 43,44% dan usia 15-44
tahun mencapai 33,25%.
DISTRIBUSI KEJADIAN PENYAKIT
Distribusi Penyakit DBD Menurut Orang
 DBD dapat diderita oleh semua golongan umur,
walaupun saat ini DBD lebih banyak pada anak-
anak, tetapi dalam dekade terakhir ini DBD terlihat
kecenderungan kenaikan proporsi pada kelompok
dewasa, karena pada kelompok umur ini mempunyai
mobilitas yang tinggi dan sejalan dengan
perkembangan transportasi yang lancar, sehingga
memungkinkan untuk tertularnya virus dengue lebih
besar, dan juga karena adanya infeksi virus dengue
jenis baru yaitu DEN 1, DEN 2, DEN 3 dan DEN
4 yang sebelumya belum pernah ada pada suatu
daerah.
 Pada awal terjadinya wabah di suatu
negara, distribusi umur
memperlihatkan jumlah penderita
terbanyak dari golongan anak berumur
kurang dari 15 tahun (86-95%). Namun
pada wabah-wabah selanjutnya jumlah
penderita yang digolongkan dalam usia
dewasa muda meningkat. Di Indonesia
penderita DBD terbanyak
pada golongan anak berumur 5-11
tahun, proporsi penderita yang berumur
lebih dari 15
Distribusi Penyakit DBD Menurut Tempat
 Penyakit DBD dapat menyebar pada semua tempat
kecuali tempat-tempat dengan ketinggian 1000 meter
dari permukaan laut karena pada tempat yang
tinggi dengan suhu yang rendah perkembangbiakan
Aedes aegypti tidak sempurna. Dalam kurun waktu 30
tahun sejak ditemukan virus dengue di Surabaya
dan Jakarta tahun 1968 angka kejadian sakit infeksi
virus dengue meningkat dari 0,05 per 100.000
penduduk menjadi 35,19 per 100.000 penduduk tahun
1998. Sampai saat ini DBD telah ditemukan
diseluruh propinsi di Indonesia.
 Meningkatnya kasus serta bertambahnya wilayah
yang terjangkit disebabkan karena semakin baiknya
sarana transportasi penduduk, adanya pemukiman
baru, dan terdapatnya vektor nyamuk hampir di
seluruh pelosok tanah air serta adanya empat tipe
virus yang menyebar sepanjang tahun.
Distribusi Penyakit DBD Menurut Waktu
 Pola berjangkitnya infeksi virus dengue dipengaruhi
oleh iklim dan kelembaban udara. Pada suhu yang
panas (28-32 ) derajad celcius , dengan kelembaban
yang tinggi, nyamuk Aedes aegypti akan tetap
bertahan hidup untuk jangka waktu lama. Di
Indonesia karena suhu udara dan kelembaban tidak
sama di setiap tempat maka pola terjadinya penyakit
agak berbeda untuk setiap tempat. Di pulau Jawa
pada umumnya infeksi virus dengue terjadi mulai
awal Januari, meningkat terus sehingga kasus
terbanyak terdapat pada sekitar bulan April-Mei
setiap tahun
DIAGNOSA

DIAGNOSA DEMAM BERDARAH DENGUE.


Diagnosa penyakit DBD ditegakkan jika ditemukan:
 Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas,
berlangsung terus-menerus selama 2-7
 Manitestasi Perdarahan

 Tombositopenia yaitu jumlah trombosit dibawah


150.000/mm3, biasanya Ditemukan antara hari ke
3-7 sakit.
 hemokonsentrasi yaitu meningkatnya hematokrit,
merupakan indikator yang peka Terhadap
jadinya renjatan sehingga perlu dilaksanakan
penekanan berulang secara periodik. Kenaikan
Ht 20% menunjang diagnosa klinis Demam Berdarah
Dengue.
Mengingat derajat berat ringan penyakit
berbeda-beda, maka diagnosa secara klinis dapat
dibagi atas (WHO) :
 Derajat I (ringan).
 Demam mendadak 2-7 hari disertai gejala klinis
lain, dengan manifestasi perdarahan dengan uji
truniquet positif
 Derajat II (sedang).
 Penderita dengan gejala sama, sedikit lebih berat
karena ditemukan perdarahan spontan kulit dan
perdarahan lain.
 Derajat III (berat).
 Penderita dengan gejala shoch/kegagalan sirkulasi
yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan nadi
menyempit (< 20 mmhg) atau hipotensi disertai kulit
dingin, lembab dan penderita menjadi gelisah.
 Derajat IV (berat).
 Penderita shock berat dengan tensi yang tak dapat
diukur dan nadi yang tak dapat diraba
FAKTOR RESIKO TERJADINYA PENYAKIT
DEMAM BERDARAH
Salah satu faktor risiko penularan DBD adalah :
 pertumbuhan penduduk perkotaan yang cepat,
mobilisasi penduduk karena membaiknya sarana dan
prasarana transportasi dan terganggu atau
melemahnya pengendalian populasi sehing-ga
memungkin terjadinya KLB.
 Faktor risiko lainnya adalah kemiskinan yang
mengakibatkan orang tidak mempunyai ke-mampuan
untuk menyediakan rumah yang layak dan sehat,
pasokan air minum dan pembuangan sampah yang
benar
 Anak-anak sampai orang dewasa bisa mempunyai
resiko yang tinggi jika tinggal di lingkungan yang
memicu penyebaran nyamuk Aides aegypti.
TATALAKSANA DEMAM BERDARAH
DENGUE

A. Tatalaksana Demam Berdarah Dengue


tanpa syok
Anak dirawat di rumah sakit
 Berikan anak banyak minum larutan oralit atau
jus buah, air tajin, air sirup, susu, untuk
mengganti cairan yang hilang akibat kebocoran
plasma, demam, muntah/diare.
 Berikan parasetamol bila demam. Jangan
berikan asetosal atau ibuprofen karena obat-
obatan ini dapat merangsang terjadinya
perdarahan.
 Berikan infus sesuai dengan dehidrasi sedang:
 Berikan hanya larutan isotonik seperti Ringer laktat/asetat
 Kebutuhan cairan parenteral

 Berat badan < 15 kg : 7 ml/kgBB/jam

 Berat badan 15-40 kg : 5 ml/kgBB/jam

 Berat badan > 40 kg : 3 ml/kgBB/jam

 Pantau tanda vital dan diuresis setiap jam, serta periksa

laboratorium (hematokrit, trombosit, leukosit dan


hemoglobin) tiap 6 jam
 Apabila terjadi penurunan hematokrit dan klinis membaik,

turunkan jumlah cairan secara bertahap sampai keadaan


stabil. Cairan intravena biasanya hanya memerlukan
waktu 24–48 jam sejak kebocoran pembuluh kapiler
spontan setelah pemberian cairan.
 Apabila terjadi perburukan klinis berikan
tatalaksana sesuai dengan tata laksana syok
terkompensasi (compensated shock).
B. Tatalaksana Demam Berdarah Dengue
dengan Syok
 Perlakukan hal ini sebagai gawat darurat.
Berikan oksigen 2-4 L/menit secarra nasal.
 Berikan 20 ml/kg larutan kristaloid seperti
Ringer laktat/asetat secepatnya.
 Jika tidak menunjukkan perbaikan klinis,
ulangi pemberian kristaloid 20 ml/kgBB
secepatnya (maksimal 30 menit) atau
pertimbangkan pemberian koloid 10-
20ml/kgBB/jam maksimal 30 ml/kgBB/24 jam.
LANJUTAN..
 Jika tidak ada perbaikan klinis tetapi hematokrit
dan hemoglobin menurun pertimbangkan
terjadinya perdarahan tersembunyi; berikan
transfusi darah/komponen.
 Jika terdapat perbaikan klinis (pengisian kapiler
dan perfusi perifer mulai membaik, tekanan nadi
melebar), jumlah cairan dikurangi hingga 10
ml/kgBB/jam dalam 2-4 jam dan secara bertahap
diturunkan tiap 4-6 jam sesuai kondisi klinis dan
laboratorium.
 Dalam banyak kasus, cairan intravena dapat
dihentikan setelah 36-48 jam. Ingatlah banyak
kematian terjadi karena pemberian cairan yang
terlalu banyak daripada pemberian yang terlalu
sedikit.
PENCEGAHAN
Lingkungan
 Adanya interaksi antara manusia dengan
lingkungan menyebabkan manusia menjadi lebih
mudah terpapar baik secara langsung maupun
tak langsung dengan nyamuk Aedes Aegypti.
Gaya hidup masyarakat akan menciptakan
keadaan lingkungan yang sesuai dengannya dan
akan menimbulkan penyakit yang sesuai pula
dengan gaya hidupnya tadi. Pada penyakit DBD
ini air pun mempunyai peranan penting yaitu
sebagai sarang nyamuk penyebar penyakit.
 angka kejadian kasus penyakit DBD meningkat
mulai bulan november dan mengalami puncak
tertinggi pada bulan februari seiring dengan
meningkatnya tinggi curah hujan pada bulan
november sampai dengan bulan april. perbedaan
bulan antara peningkatan kasus penyakit DBD
dengan tinggi curah hujan disebabkan karena
nyamuk aedes aegypti memerlukan lingkungan
hidup yang ideal untuk berkembang biak. Metode
lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut
antara lain dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk
(PSN), pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat
perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan
manusia dan perbaikan desain rumah.
PENCEGAHAN
Biologis
 Melaksanakan pengendalian lingkungan yang
bertujuan mengurangi atau menghilangkan vektor
antara lain dengan menggunakan ikan pemakan
jentik (ikan kepala timah, ikan adu/ikan cupang) dan
bakteri.
Kimiawi
 Pengendalian ini menggunakan bahan bahan kimia,
antara lain dengan cara:
 Pengasapan/ Fogging massal, 2 siklus berjarak satu
minggu. (dengan menggunakan malathion dan
fenthion )
 Abatisasi, memberikan bubuk abate (temephos) pada
tempat-tempat penampungan air.
PENCEGAHAN
Pendidikan
 Memberikan penyuluhan kesehatan, agar masyarakat
benar-benar mengerti apa penyakit DBD itu, dan
menyadari betapa pentingnya pencegahan penyakit
DBD. Cara yang paling efektif dalam mencegah
penyakit DBD adalah dengan mengkombinasikan
cara-cara diatas yang disebut dengan “3M Plus” yaitu
menutup, menguras dan menimbun. Selain itu juga
melakukan beberapa plus seperti memelihara ikan
pemakan jentik, menabur larvasida, menggunakan
kelambu pada waktu tidur, memasang kasa,
menyemprot dengan insektisida, memasang obat
nyamuk, memeriksa jentik berkala, dll sesuai dengan
kondisi setempat.
PENANGGULANGAN TERHADAP PENDERITA
DEMAM BERDARAH DENGUE
 Pertolongan pertama dengan memberi minum
sebanyak mungkin.
 Kompres dengan air es.
 Beri obat turun panas.
 Secepatnya penderita dibawa ke dokter/Puskesmas
terdekat untuk diperiksa.
 Bila diduga terserang DBD segera bawa ke rumah
sakit terdekat untuk dirawat.
PENGOBATAN
Tidak ada metode khusus untuk menangani
demam berdarah. Pengobatan yang dilakukan adalah
untuk mengatasi gejala dan mencegah infeksi virus
semakin memburuk. Dokter akan menganjurkan
pasien melakukan beberapa hal berikut:
 Minum banyak cairan dan istirahat yang cukup.
 Mengonsumsi obat penurun panas, untuk meredakan
demam. Namun hindari aspirin atau obat antiinflamasi
nonsteroid (OAINS), karena dapat memperparah
perdarahan.
Selain memberi pasien berbagai saran di atas,
dokter juga akan memberitahu pasien dan orang tua
pasien mengenai tanda dehidrasi, dan menyarankan
pasien untuk selalu memerhatikan jumlah urine
yang keluar.
Bila diperlukan, pasien akan diberikan
asupan cairan melalui infus. Pemberian cairan
infus ini akan dibarengi pemantauan detak
jantung, denyut nadi, tekanan darah, dan jumlah
urine yang keluar.
Demam dapat mereda setelah 3-7 hari. Akan
tetapi, kondisi ini bisa menjadi tahap yang kritis
bagi pasien. Gejala yang lebih berat dapat
muncul 1-2 hari berikutnya. Pada fase ini, dokter
akan terus memantau kondisi pasien selama
suhu badan pasien turun ke normal.
NIPAH
ETIOLOGI NIPAH
 genus : Paramyxoviridae
 ordo :Mononegavirales

 Virus Nipah atau Henipavirus


 Para henipaviruses secara alami hidup pada kelelawar
buah, tetapi dapat menjadi zoonosis patogen yang
dapat menyebabkan penyakit dan kematian pada
hewan domestik dan manusia.
 Virus Nipah tidak identik dengan Virus Hendra tetapi
masih satu keluarga. Virus Nipah pertama kali
diisolasi pada tahun 1999 setelah memeriksa sampel
dari wabah ensefalitis dan penyakit pernafasan pada
laki-laki dewasa di Malaysia dan Singapura. Nama
Nipah berasal dari nama Kampung (Desa) Sungai
Nipah yang terletak di Semenanjung Malaysia,
tempat dimana banyak peternak babi dan orang-orang
yang bekerja di tempat pemotongan babi menderita
radang otak (ensefalitis). Reservoir alami ( natural
host) untuk virus Nipah adalah kelelawar dari genus
Pteropus keluarga Pteropodidae.
 Beberapa definisi terkait
 Zoonosis (Bahasa Inggris: zoonoses) adalah
penyakit pada hewan yang dapat menular
kepada manusia
 Emergingzoonoses adalah penyakit zoonosis yang
baru muncul, misal: Flu Burung (Avian Influenza
), Flu Babi (Swine Flu ), dan Penyakit Nipah.
NIPAH
 Peristiwa ini pada awalnya dipicu kelakuan banyak
kelompok penduduk di Semenanjung Malaysia yang
membuka peternakan babi di pinggiran hutan sehingga
terjadi tumpang tindih antara habitat kelelawar dan
ternak babi. Kebetulan pula di dekat kandang babi
terdapat kebun buah-buahan, ada beberapa buah-buahan
bekas dimakan kelelawar terjatuh dan dimakan babi, juga
air seni dan kotoran (feses) kelelawar dapat dengan mudah
memasuki kandang babi yang bila termakan oleh babi akan
menularkan NiV dari kelelawar ke babi.
 Studi retrospektif menunjukkan bahwa transmisi NiV dari
kelelawar kepada babi mungkin telah terjadi di Malaysia
sejak tahun 1996 tanpa terdeteksi. Namun sejak tahun
1998, penyebaran virus telah terbantu oleh semakin marak
(meningkatnya) penjualan babi yang telah terinfeksi NiV
untuk peternakan lain sehingga meletuslah wabah NiV.
EPIDEMIOLOGI NIPAH
DATA KLB (WABAH) VIRUS NIPAH SEJAK TAHUN 1998 -2008 YANG
DIHIMPUN OLEH WHO SEBAGAI BERIKUT:
 Penyakit Nipah telah menyebabkan wabah (KLB)
beberapa kali di beberapa Negara di Asia selatan
dalam kurun waktu 1 dekade terakhir.
 Penyakit ini disebabkan oleh virus yang disebut virus
Nipah (NiV) yang berasal dari hewan mamalia yaitu
rubah terbang atau kelelawar buah yang banyak
berseliweran di wilayah Malaysia dan Bangladesh.
 Di Indonesia pun, banyak berseliweran kelelawar
buah tetapi sampai saat ini belum pernah ditemukan
atau dilaporkan penyakit ini telah memasuki
Indonesia.
 Di Malaysia, Virus Nipah pernah menimbulkan wabah
yang cukup menghebohkan pada tahun 1998-1999,
menyebabkan kematian 265 orang (peternak babi) terkena
penyakit NIpah dan 105 orang diantaranya meninggal
dunia serta banyak hewan ternak (babi) mati. Virus ini
menyerang manusia melalui perantaraan babi yang ada di
peternakan, babi berperan sebagai inang perantara
(intermediatehost).
 Sedangkan di Bangladesh, virus Nipah menyerang
manusia tanpa perantaraan hewan lain, tetapi langsung
dari kelelawar kepada manusia.
 Pada awal tahun 2011, wabah virus Nipah terjadi lagi di
sebuah kota terpencil di Hatibandha di distrik
Lalmonirhat, Bangladesh Utara, dari 24 orang dewasa
yang terkena virus Nipah, sedikitnya (minimal) 15 orang
telah meninggal dunia dan tercatat 21 kematian anak-anak
sekolah karena terinfeksi virus Nipah pada tanggal 4
Februari 2011 (WHO, 2011).
 Pada wabah di Malaysia, distribusi kelelawar yang
meliputi lokasi wabah dan waktu insiden
menunjukkan pola musiman wabah yang
berhubungan dengan musim buah dan musim
melahirkan kelelawar.
 Karena tidak ada bukti penularan langsung dari
kelelawar kepada manusia, tetapi Antibodi terhadap
virus ini ditemukan pada babi maka diperkirakan
bahwa infeksi pada manusia hanya terjadi melalui
hospes perantara (hostintermediate ).
 Berbeda dengan yang ada di Malaysia dan
Bangladesh, di Australia terdapat juga virus yang
berasal dari kelelawar dan menular kepada manusia
tetapi tidak melalui perantaraan babi melainkan
melalui kuda. Virus yang ditularkan pada kuda ini
bernamaAustralianbatlyssavirus (ABLV), awalnya
dinamakan pteropidlyssavirus PLV , merupakan
suatu virus zoonosis yang erat kaitannya dengan virus
rabies.
HEWAN RENTAN VIRUS NIPAH
 diketahui dapat menginfeksi ternak babi, kuda, kucing,
anjing, kelelawar , kambing, burung dan tikus . Namun
demikian, gejala klinis penyakit hanya akan terlihat
dengan jelas pada hewan babi (DANIELS et al . 1999;
NORDIN dan ONG, 1999).
 Babi dan kelelawar pemakan buah telah terbukti
memainkan peranan yang sangat penting dalam kejadian
wabah Nipah di Malaysia. Kelelawar (Pteropus sp.)
berperan sebagai induk semang reservoir virus Nipah,
tetapi untuk penularannya ke hewan lainnya diperlukan
induk semang antara, yaitu babi . Dalam hal ini, babi
bertindak sebagai penggandyang mampu mengamplifikasi
virus Nipah (amplifier host), sehingga slap ditularkan ke
hewan lain atau manusia. YOHARA et al. (2001)
memperlihatkan bahwa di Malaysia, 5 hingga 32%
kelelawar pemakan buah mempunyai antibodi terhadap
virus Nipah dengan prevalensi tertinggi ditemukan pada
spesies Pteropus hypomelanus
CARA PENULARAN
 NiV sangat menular di antara babi, disebarkan
melalui kontak langsung dengan babi yang terinfeksi.
Kebanyakan pasien memiliki kontak langsung dengan
babi dalam dua minggu sebelum timbul gejala
penyakit. Infeksi menyebar ke manusia melalui
kontak langsung dengan sekresi babi yang terinfeksi
seperti kotoran atau air liur, selain itu virus ini juga
dapat ditransmisikan melalui udara dan menginfeksi
manusia. Ketika pertama kali terjadi wabah besar di
Malaysia pada tahun 1998-1999, modus utama
penularan adalah pada manusia.
 Ketika wabah Nipah di Bangladesh pada tahun 2004,
manusia terinfeksi NiV setelah mengkonsumsi getah
kurma yang telah terkontaminasi NiV dari kelelawar
buah (Pteropusgiganteus) selama musim dingin.
Transmisi dari manusia ke manusia juga terjadi di
Bangladesh.
 Selain menular kepada manusia, virus Nipah juga dapat
menginfeksi hewan lain seperti kucing dan anjing dan
menyebabkan penyakit. Transmisi antar spesies dari virus
ini terjadi akibat adanya kontak langsung dengan jaringan
dan cairan tubuh hewan yang terinfeksi. Selama wabah
NiV di Bangladesh (tahun 2004) telah terbukti NiV dapat
ditularkan secara langsung maupun tidak langsung dari
kelelawar yang terinfeksi kepada manusia.
 Kelelawar mengeluarkan NiVkedalam ekskresi dan sekresi
seperti air liur, urin, air mani dan kotoran. Kelelawar
merupakan pembawa NiV tetapi tidak menimbulkan gejala
sakit. Ada bukti telah terjadi penularan dari manusia ke
manusia di India pada tahun 2001. Selama wabah di
Siliguri, petugas kesehatan dan pengunjung Rumah Sakit
menjadi sakit setelah terpapar pasien rawat inap yang
terinfeksi NiV.
GEJALA PENYAKIT NIPAH
 Virus Nipah memiliki masa inkubasi selama 4 - 18 hari.
Beberapa kasus dapat menunjukkan gejala sub-klinis
(gejala kurang jelas). Pada kasus klinis, gejala dari infeksi
virus Nipah berupa radang saluran pernafasan dan batuk
menyerupai influenza, disertai demam tinggi yang
mendadak dan nyeri otot. Penyakit ini dapat berlanjut
menjadi peradangan pada otak (encephalitis) dengan
disertai pusing (sakit kepala), mual dan muntah,
disorientasi, dan konvulsi. Tanda-tanda dan gejala dapat
berkembang menjadi koma dalam waktu 24-48 jam.
 Virus Nipah juga menyebabkan gejala klinis pada hewan
babi. Berdasarkan pengamatan klinis, virus Nipah pada
babi menyebabkan gejala yang dikenal sebagai sindrom
pernafasan dan neurologis serta 'Sindrom babi
menggonggong."
KOMPLIKASI

 Penyakit saraf serius dengan ensefalitis akibat


infeksi virus Nipah memiliki beberapa gejala
sisa, seperti kejang persisten dan perubahan
kepribadian. Salah satu dari tiga infeksi virus
Hendra ditandai dengan timbulnya
keterlambatan ensefalitis progresif.
DIAGNOSIS VIRUS NIPAH
 Uji laboratorium bagi pasien dengan riwayat klinis
virus Nipah atau virus Hendra dapat dibuat selama
fase akut dan penyembuhan penyakit dengan
menggunakan kombinasi tes termasuk pendeteksian
antibodi dengan metode Enzym-
LinkedImmunosorbentAssay (ELISA)dalam serum
dan cairan otak atau cerebrospinalfluid (CSF),
histopatologi, deteksi RNA virus dengan
polymerasechainreaction real time (RT-PCR) dalam
serum, CSF, atau cairan tenggorokan, serum
neutralisasitest, serta isolasi virus dari CSF atau
swab tenggorokan.
 Tes skrining awal yang direkomendasikan adalah
pemeriksaan serologi ELISA dan Imunohistokimia,
yang tidak memperkuat virus yang menular, sehingga
tes-tes ini lebih aman dilakukan di laboratorium.
Sebagian besar negara di Asia Tenggara tidak
memiliki fasilitas yang memadai untuk mendiagnosis
virus Nipah. Bangladesh, India dan Thailand telah
mengembangkan kemampuan laboratorium untuk
keperluan riset dan diagnostik penyakit ini.
Fatality
 Sebanyak 50% kasus infeksi klinis virus Nipah
berakhir dengan kematian (WHO Media Center,
2001). Selama wabah penyakit Nipah pada tahun 1998
- 1999, 265 pasien telah terinfeksi NiV dan sekitar
40% dari pasien yang masuk rumah sakit dengan
penyakit saraf serius telah meninggal dunia. Dua dari
tiga pasien atau 66,6% orang yang terinfeksi virus
Hendra meninggal dunia.
Pengobatan
 Tidak ada pengobatan yang efektif untuk
penyakit ini. Tetapi obat Ribavarin dikatakan
dapat mengurangi gejala mual, muntah, dan
kejang. Pengobatan sebagian besar difokuskan
pada pengelolaan demam dangejala neurologis.
Hasil penelitian mengenai Ribavarin sampai saat
ini menyatakan bahwa kegunaan klinis obat ini
masih diragukan. Orang yang sakit parah harus
dirawat di Rumah Sakit karena mungkin perlu
memakai ventilator untuk mengatasi gangguan
pernafasan.
KELOMPOK BERESIKO
 Infeksi Virus Nipah dikaitkan dengan kontak dekat dengan
babi yang terinfeksi virus Nipah. Penyakit telah menyebar
dari manusia ke manusia. Sebanyak 93% dari kasus
zoonosis Nipah Virus terjadi pada pekerja yang
berhubungan dengan babi dan hasil produksinya. Untuk
Virus Hendra, orang yang memiliki kontak dengan cairan
tubuh atau ekskresi kuda yang terinfeksi virus Hendra
beresiko untuk terkena penyakit virus Hendra.
 Strategi pencegahan dan kontrol. Strategi utama
pencegahan penyakit ini adalah mencegah penularan NiV
kepada manusia dengan jalan membentuk sistem
kewaspadaan dan pengawasan dini yang sesuai sehingga
apabila terjadi Kejadian Luar Biasa NiV, dapat dideteksi
secara dini dan cepat serta dapat dilakukan pengendalian
yang tepat. Pembuatan vaksin untuk pencegahan penyakit
ini masih dalam proses pengembangan.
PENCEGAHAN
 Penyakit Nipah bisa dicegah dengan cara menghindari
hewan yang diketahui atau dicurigai terinfeksi atau
berpotensi terinfeksi dan menggunakan alat pelindung
yang sesuai jika diperlukan. Diperlukan pengetahuan
tentang kehidupan kelelawar dan
penjelajahan/distribusinya. Distribusi kelelawar di
tempat tinggal (habitat) alami mereka pada akhirnya
akan menentukan rentang geografis (daerah-daerah)
yang berpotensi untuk terancam virus ini. Namun
karena virus ini merupakan penemuan terbaru, masih
banyak hal yang harus diselidiki pada distribusi
geografis dan spesies reservoarnya.
DAMPAK TERJADINYA WABAH NIPAH
 Sepertiyang telah terjadi di Malaysia,
dampak dari kejadian wabah Nipah
pada hewan diantaranya adalah
pemusnahan jutaan babi, balk babi yang
sakit maupun yang tertular dari suatu
peternakan, penutupan ekspor babi,
penutupan industri babi di daerah
tersebut yang akhirnya mengakibatkan
terjadinya pengangguran tenaga kerja
BEBERAPA KESIMPULAN
 Virus Nipah telah menyebar di wilayah Asean tetapi
belum sampai masuk ke Indonesia
 Ada potensi penularan virus Nipah di Indonesia
karena hutan-hutan di negara kita mempunyai
hewan penular (host reservoar ) yang sama yaitu
kelelawar yang memiliki daerah jelajah yang luas
(lihat peta jelajah kelelawar pada gambar 4).
Indonesia juga memiliki hewan perantara (
hostintermediate ) yang sama yaitu babi berupa
peternakan babi.
 Perdagangan ternak dan daging secara Internasional
dalam beberapa dasawarsa terakhir meningkatkan
kemungkinan penyebaran agen penular penyakit
bersumber binatang di seluruh dunia
REKOMENDASI YANG DAPAT DIBERIKAN
ADALAH:

 Walaupun kasus virus Nipah belum pernah ada


di Indonesia, tetapi karena penyakit ini pernah
mewabah di Malaysia dan Singapura (1998-1999)
yang merupakan negara yang berbatasan
langsung dengan Indonesia, maka perlu adanya
kewaspadaan atau kegiatan pencegahan
khususnya di daerah-daerah (propinsi) yang
berbatasan langsung dengan negara tersebut.
Selain itu, karena penyakit ini juga termasuk
dalam kategori PublicHealthEmergencyof
Internasional Consern (PHEIC) maka jika ada 1
kasus Virus Nipah harus dilaporkan ke WHO
dalam tempo kurang dari 24 jam.
 Meningkatkan kegiatan surveilans epidemiologi
berupa peningkatan kemampuan deteksi dini,
respon cepat, dan pelaporan kejadian yang
berpotensi KLB sesuai International
HealthRegulations(IHR).
 Melakukan sosialisasi potensi penularan virus
Nipah yang meliputi epidemiologi virus Nipah,
gejala penyakit, cara penularan dan strategi
pencegahannya, terutama bagi tenaga kesehatan
yang bertugas di daerah-daerah (propinsi) yang
berpotensi terjangkit penyakit tersebut.

Anda mungkin juga menyukai