Abortus Spontan
Adalah abortus yang terjadi dengan tidak
didahului faktor-faktor mekanis ataupun
medisinalis, semata-mata disebabkan oleh faktor-
faktor alamiah. Abortus spontan dibagi menjadi:
1) Abortus imminens
Definisi
Plasenta yang berimplantasi di atas atau
mendekati ostium serviks
interna. Terdapat empat macam plasenta previa
berdasarkan lokasinya, yaitu:
Plasenta previa totalis – ostium internal ditutupi
seluruhnya oleh plasenta
Plasenta previa parsialis – ostium interal ditutupi
sebagian oleh plasenta
Plasenta previa marginalis – tepi plasenta terletak di
tepi ostium internal
Plasenta previa letak rendah – plasenta
berimplantasi di segmen bawah uterus sehingga tepi
plasenta terletak dekat dengan ostium
Etiologi
Etiologi plasenta previa belum jelas, tetapi kej
adian plasenta previa sering
ditemukan pada multiparitas terutama jika jara
k kehamilan pendek, usia lanjut,
kehamilan ganda, kelainan bentuk rahim, mioma
uteri, kuretase berulang, bekas seksio
sesarea, perubahan inflamasi atau atrofi. (Raybur
n, 2001, Mose, 2004 dan Jones, 2002 dalam
(Lestari, 2009)).
Faktor Predisposisi
Kehamilan dengan ibu berusia lanjut
Multiparitas
Riwayat seksio sesarea sebelumnya
Diagnosis
Perdarahan tanpa nyeri, usia kehamilan >22 minggu
Darah segar yang keluar sesuai dengan beratnya anemia
Syok
Tidak ada kontraksi uterus
Bagian terendah janin tidak masuk pintu atas panggul
Kondisi janin normal atau terjadi gawat janin
Penegakkan diagnosis dibantu dengan pemeriksaan USG
Tatalaksana
Tatalaksana Umum
Tidak dianjurkan melakukan pemeriksaan dalam
sebelum tersedia kesiapan untuk seksio sesarea.
Pemeriksaan inspekulo dilakukan secara hati-hati, untuk
menentukan sumber perdarahan.
Perbaiki kekurangan cairan/darah dengan infus cairan
intravena (NaCl 0,9% atau Ringer Laktat).
Lakukan penilaian jumlah perdarahan.
Jika perdarahan banyak dan berlangsung, persiapkan
seksio sesarea tanpa memperhitungkan usia kehamilan
Jika perdarahan sedikit dan berhenti, dan janin hidup
tetapi prematur, pertimbangkan terapi ekspektatif
Prognosis
Mortalitas perinatal kurang dari 50 per1000, kem
atian janin disebabkan karena
hipoksia. Setelah lahir dapat terjadi perdarahan postp
artum karena trofoblas menginvasi
segmen bawah uteri. Bila perdarahan tidak dapat
dihentikan maka dilakukan
histerektomi. Mortalitas ibu rendah dengan pelayan
an obstetri yang baik dan tidak
dilakukan pemeriksaan sebelum masuk rumah sakit (
Cunningham, 2006 dan Jones, 2002 dalam (Lestari,
2009).
b. Solusio Plasenta
Definisi dan Klasifikasi
Solusio plasenta adalah pelepasan plasenta dari korpus uteri sebelu
m Pengeluaran
janin. Biasanya terjadi pada triwulan ketiga, apabila terjadi
sebelum kehamilan 20 minggu disebut abortus imminen.
Klasifikasi solusio plasenta berdasarkan derajat pemisah
an plasenta terdiri atas:
solusio plasenta totalis yaitu solusio plasenta dapat terlepas
seluruhnya dan solusio
plasenta partialis yaitu hanya sebagian sebagian plasenta yang terl
epas. Ruptur sinus
marginalis adalah sebagian kecil pinggir plasenta yang terlepas.
Diagnosis
Perdarahan dengan nyeri intermiten atau
menetap
Warna darah kehitaman dan cair, tetapi mungkin
ada bekuan jika solusio relatif baru
Syok tidak sesuai dengan jumlah darah keluar
(tersembunyi)
Anemia berat
Gawat janin atau hilangnya denyut jantung janin
Uterus tegang terus menerus dan nyeri
Faktor Predisposisi
• Hipertensi
• Versi luar
• Trauma abdomen
• Hidramnion
• Gemelli
• Defisiensi besi
Etiologi
Kausa primer solusio plasenta tidak diketahui. Namu
n terdapat beberapa kondisi
terkait yaitu bertambahnya usia dan paritas, pre-
eklamsia, hipertensi kronik, ketuban
pecah dini, tali pusat yang pendek, tekanan pada
vena kava inferior dan defisiensi asam
folat, merokok, trombofilia, pemakaian kokain, riw
ayat Seksio sesarea dan leiomioma uterus.
Tanda dan Gejala Solusio Plasenta
Gejala klinis solusio plasenta meliputi perdarah
an yang disertai rasa sakit.
Bergantung pada jumlah darah retroplasenter,
dapat menimbulkan gangguan
kardiovaskuler ibu, ketegangan perut ringan samp
ai berat dan gangguan janin asfiksia.
Dapat juga gangguan pembekuan darah, gangguan
organ vital seperti jantung, ginjal dan hati (Lestari,
2009)
Komplikasi
Komplikasi pada ibu dan janin tergantung dari luasn
ya plasenta yang terlepas dan
lamanya solusio plasenta berlangsung. Komplikasi y
ang dapat tejadi adalah perdarahan,
kelainan pembekuan darah, oligouria dan gawat j
anin sampai kematian. Pada solusio
plasenta berat semua komplikasi ini dapat terjadi
dalam waktu singkat, sedangkan pada
solusio plasenta sedang apalagi yang ringan, terja
di satu persatu dan perlahanlahan
(Sumapraja dan Rachimhadi, 2005 (Lestari, 2009).
B. Kahamilan ektopik
Tatalaksana Umum
Restorasi cairan tubuh dengan cairan kristaloid
NaCl 0,9% atau Ringer Laktat (500 mL dalam 15
menit pertama) atau 2 L dalam 2 jam pertama.
Segera rujuk ibu ke rumah sakit.
Tatalaksana Khusus
Segera uji silang darah dan persiapan laparotomi
Saat laparotomi, lakukan eksplorasi kedua ovarium dan tuba
fallopii:
• Jika terjadi kerusakan berat pada tuba, lakukan
salpingektomi (eksisi bagian tuba yang mengandung hasil
konsepsi)
• Jika terjadi kerusakan ringan pada tuba, usahakan
melakukan salpingostomi untuk mempertahankan tuba (hasil
konsepsi dikeluarkan, tuba dipertahankan)
Sebelum memulangkan pasien, berikan konseling untuk
penggunaan kontrasepsi. Jadwalkan kunjungan ulang setelah
4 minggu. Atasi anemia dengan pemberian tablet besi sulfas
ferosus 60 mg/hari selama 6 bulan.
C. Mola hidatidosa
• Definisi
Pengobatan Suportif
Pemberian O2 untuk memperbaiki saturasi oksigen, intubasi
bila perlu
CPR jika pasien arrest
Terapi hipotensi dengan kristaloid dan produk darah
Pertimbangkan kateter arteri pulmonal pada pasien dengan
ketidakstabilan hemodinamik
Awasi ketat janin
Terapi koagulopati dengan FFP untuk aPTT yang memanjang,
kriopresipitat pada fibrinogen yang kurang dari 100 mg/dl,
dan transfusi trombosit jika trombosit kurang dari 20000/µl
Hemodialisis dengan plasmafaresis pada pasien dengan
kolaps kardiovaskuler
Pencegahan