Anda di halaman 1dari 10

BAB VII

MANAJEMEN KESEHATAN

Kesehatan ternak merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam usaha peternakan
sapi potong. Ternak besar seperti sapi sebenarnya tidak mudah terjangkit penyakit, apabila
pengelolaan kamdang dilakukan dengan baik. Namun, sebagai peternak harus mewaspadai
serangan penyakit baik terlihat secara fisik ataupun yang tidak terlihat oleh fisik yaitu
mikroorganisme. Sampai saat ini Indonesia masih terbebas dari penyakit zoonosis .

Para peternak awam sudah mengenal berbagai macam penyakit dan telah melakukan pula
berbagai usaha yang menurut anggapan mereka dapat menyembuhkannya. Kasus yang sering
melanda peternakan sapi di lokasi penelitian adalah penyakit kembung (bloat). Pengendalian
penyakit dimaksudkan untuk menjauhkan dan membebaskan ternak dari penyakit. Ada dua
sarana produksi peternakan yang biasa digunakan untuk itu diantaranya vaksin dan obat-obatan.
Vaksin adalah bibit penyakit yang sudah dilemahkan atau dimatikan, dan dipakai untuk
pembentukan zat kebal tubuh (antibiotik) sehingga ternak kebal terhadap suatu penyakit tertentu.
Ada tiga jenis obat yang biasa digunakan yaitu antiseptik dan desinfektan, antibiotika dan obat
cacing.

Beberapa ciri ciri ternak yang sehat

Untuk ternak sapi potong dalam kondisi sehat akan terlihat karakteristik dan tingkah laku
sebagai berikut
a) Nafsu makan normal
b) Minum teratur ( biasanya 8 kali sehari )  
c) Agresif
d) Istirahat dengan tenang
e) Pergerakan tidak kaku (telinga sering digerakan,kaki kuat dan mulut basah )
f) Keadaan mata, selaput lendir dan warna kulit normal
g) Pengeluaran feses dan urin tidak sulit dengan warna dan konsistensinya normal.
h) Tidak terdapat gangguan dalam bernafas, denyut nadi dan suhu tubuh (suhu rektal
berkisar antara 38,0 – 39,30C dengan rata-rata 38,60C)
Penyakit pada sapi potong

Kesehatan ternak harus diamati setiap hari. Gejala – gejala penyakit diindentifikasi dan
dilakukan diagnosa penyakit. Perlakukan ternak yang sakit disesuaikan dengan hasil
diagnosa penyakit. Indikasi dari adanya gangguan kesehatan adalah nafsu makan,
minum menurun, sapi lesu dan perubahan-perubahan tanda vital ternak. Namun hati-hati
menurunnya nafsu makan juga bisa disebabkan oleh pakan yang tidak baik.

Faktor penyebab sakit pada sapi potong

a.) Faktor lingkungan yang kotor


Kebersihan lingkungan kandang menjadi tanggung jawab peternak dan
kewajiban peternak. Lingkungan kandang yang kotor membuat mikroorganisme
yang bersifat parasit atau patogen berkembang biak dan akan berpengaruh pada
kehidupan ternak sapi potong.
b.) Faktor Mikroorganisme

Mikroorganisme ini terdiri dari bakteri, virus, protozoa dan kapang yang


semuanya dapat menimbulkan penyakit infeksi pada sapi. Membersihkan kotoran
ternak yang lebih sering serta membersihkan dan mendesinfektan peralatan atau
fasilitas dan sanitasi lainnya akan mencegah beberapa penyakit bakteri. Vaksinasi
sangat penting dilakukan untuk mencegah penyakit yang disebabkan oleh spora
bakteri. Pemberian antibiotik dan obat-obatan lain efektif untuk mengobati ternak
yang terkena penyakit akibat bakteri

c.) Kecelakaan
Luka, lebam, keseleo, patah tulang dan kecelakaan lain dapat berakibat
besar pada keseluruhan kesehatan dan produktivitas ternak. Luka kecil seringkali
menjadi masalah serius bila terjadi infeksi penyakit dan keseleo akan menghambat
gerakan ternak untuk mendapatkan pakan. Pencegahan penyakit ini dengan
mengusahakan lantai tidak licin dan pengolahan lingkungan baik. Pengobatan
penyakit ini dengan menyemprotkan antibiotik berupa gusanex dan furanex.
Antibiotik tersebut dapat mencegah adanya lalat sekaligus untuk mengeringkan
dan menandai luka atau lecet.
d.) Faktor Pakan atau Nutrisi
Ternak tidak akan tumbuh maksimal bila pakan kurang baik atau kurang
menerima nutrisi seperti protein, KH, LK, vitamin, mineral dan air yang tidak
seimbang. Tidak cukupnya nutrisi dapat mengakibatkan penyakit seperti grass
tetany, milk fever, ketosis, white muscle dissease. Selain itu pakan yang kurang
akan menimbulkan masalah parasit, gangguan pencernaan, kegagalan reproduksi
dan penurunan produksi.

Pencegahan penyakit pada sapi potong

Pencegahan harus dilakukan secara komprehensif dan saling terkait yaitu di mulai
dari pengadaan bakalan, kandang, pakan, dan minum. Berdasarkan pengalaman
melakukan pencegahan, 90% sapi tidak akan terkena sakit yang berarti.

a.) Pemilihan bakalan


Pada waktu mencari bakalan sapi, harus dipastiakn bahwa ternak sehat.
bakalan yang terjangkit penyakit dapat menyebabkam penularan penyakut pada
sapi lain. Umtuk menghindari hal tersebut, setiap kali membeli bakalan harus
melakukan pengecekan recording. Bahkan, untuk bekal perjalanan, ternak besar
harus dilengkapi surat kesehatan.
b.) Karantina bakalan
Bakalan sapi yang baru datang dikarantina pada kandang yang terpisah.
Tujuannya untuk memonitor adanya gejala penyakit tertentu yang tidak diketahui
pada saat proses pembelian bakalan. Disamping itu juga bertujuan untuk proses
adaptasi sapi terhadap lingkungan yang baru. Pada waktu sapi dikarantina,
dilakukan pemberian pakan dan minum cukup serta obat cacing dan vitamin.
Untuk mengembalikan stamina selama perjalanan, sapi diberi suplemen
atau vitamin. Suplemen berupa vitamin B kompleks dengan dosis 15 cc/400 kg
bobot badan. Pemberian vitamin B kompleks dilakukan dengan cara
intramuskuler atau suntikan
Lama mengkarantina sekitar 7-10 hari untuk sapi sehat, sedangkan sapi
yang sakit dikarantina hingga sembuh. Selain bakalan baru datang, kandang
karantina juga digunakan untuk menempatkan sapi lama yang menderita sakit
agar tidak menular pada sapi lain yang sehat meskipun ditempatkan dalam
kandang karantina, tetapi antara sapi yang sakit dan sapi baru datang ditempatkan
terpisah.
c.) Pemberian obat cacing
Berdasarkan penelitian, sebagian besar sapi di Indonesia mengalami
cacingan. Penyakit memang tidak mematikan namun akan mengurangi kecepatan
pertambahan bobit badan (PBB). Obat cacing yang diberikan menggunakan
spectrum luas karena dapat membasmi segala jenis cacing. Dosis pemberian obat
cacing sendiri berbeda-beda terganng merk dagang. Salah satunya adalah
Kalbazen-c dengan dosis 6,5 ml/ 100 kg BB.
d.) Vaksinasi
Pemberian vaksin pada bakalan hanya dilakukan satu kali dalam 1 periode
pemeliharaan. Untuk sapi-sapi impor biasanya sudah dilakukan vaksinasi sebelum
masuk di Indonesia bai oleh negara asalnya ataupun petugas karantina pelabuhan .
Vaksinasi dibutuhkan sapi untuk meningkatkan kekebalan tubuh. Dengan
demikian, sapi tidak akan terserang penyakit yang disebabkan oleh
mikroorganisme sesuai dengan peruntukan vaksin tersebut. Vaksinasi yang
diberikan antara lain vaksnisani anthrax, vaksinasi kombisani (IBR,IPV, dan
BVD-MD), dan vaksinasi PMK (penyakit mulut dan kuku)
Penyakit anthrak merupakan salah satu penyakit yang fatal dan bersifat
zoonisis yaitu dapat menular ke manusia yang disebabkan oleh Bacillus
anthracis. Seluruh mamalia dapat terserang penyakit ini dengan beberapa
tingkatan, tetapi ruminansia seperti sapi, kambing dan domba adalah hewan yang
sangat rentan/mudah terserang baru diikuti kuda dan babi . Vaksin yang
digunakan yaitu vaksinasi anthravet 125ml dengan dosis penggunaan 1ml/ekor.
e.) Pemberian vitamin secara rutin
Pemberian vitamin pada ternak dilakukan secara rutin sebulan sekali. Vitamin
yang diberikan antara lain adalah vitamin A, D, dan E. Pemberian vitamin
dilakukan untuk menjaga kondisi kesehatan ternak sehingga
produkstifitasnya terjaga. Namun vitamin yang diberikan adalah Vitamin B
komplek 100ml dengan dosis 10ml/ekor.
f.) Pemberian pakan yang baik
Setelah masuk kendang, sapi harus diberi pakan dan minum yang cukup.
bahan pakan yang baik adalah bahan pakan yang mengandung Karbohidrat,
protein, lemak, vitamin, dan mineral serta tidak mengandung racun yang dapat
membahayakan ternak yang mengkonsumsinya. Pakan harus terjamin nutrisinya,
seperti protein, lemak, karbohidrat,serat kasar, vitamin, dan mineral sesuai
kebutuhan sapi tersebut. Penyediaan pakan dan minum harus dalam kondisi bersih
dan baru. Hindari memberikan pakan yang tidak baik, kadaluwarsa, sudah basi,
atau busuk. Pakan yang tercemar mikroorganisme dapat mnyebabkan sakit perut,
seperti diare. Pemberian Pakan juga harus hati-hati. Pemberian konsentrat yang
berlebih juga dapat menyebabkan kembung. Akumulasi fermentasi pakan
konsentrat akan memproduksi gas dan buih sehingga menyebabkan kembung.
g.) Desinfeksi Kandang
Desinfeksi kandang dilakukan setiap dua kali dalam sebulan dengan
menggunakan sprayer yang telah terisi larutan desinfektan dan disemprotkan ke
seluruh lantai, dinding, palungan dan halaman kandang. Tujuan dari desinfeksi
kandang adalah untuk mengendalikan populasi mikroorganisme yang berpotensi
menimbulkan penyakit sehingga merugikan kesehatan ternak.Kegiatan
desinfeksi dapat menggunakan desinfektan Bestadest dengan dosis 2,5 s/d 5
ml/liter (untuk 4m2) atau Benzaklin dengan dosis 60 ml/10 liter air disemprotkan
keseluruh lantai, dinding, halaman kandang, dan kuku pejantan.
Setiap kali pergantian sapi sebaiknya kandang dibersihkan dengan
desinfektan. Dosis desinfektan medisep untuk kandang yaitu 10 ml/10 liter air.
Perlu dilakukan pembatasan lalu lintas orang keluar masuk kandang untuk
mencegah penularan penyakit
Pengontrolan kesehatan sapi

Kesehatan sapi perlu selalu diamati, terutama pada saat memberikan pakan
dan minum, memandikan sapi, atau memantau nafsu makan sapi. Salah satu cara
mengamati ternak sakit adalah dengan mengetahui status fisiologis ternak
tersebut. Cara mengamati kesehatan sapi tersebut dapat dilakukan dengan :
 Meraba tubuh sapi
Kondisi tubuh pada sapi yang sehat terasa mulus dan kulitnya
kencang. Kulit kendor, kusam, dan kasar menandakan bahwa sapi kurang
sehat. Begitu pula dengan panas tubuhnya; sapi sehat memiliki suhu
normal yaitu 38-39 °C.
Kelly (1993) mengatakan bahwa secara fisiologis suhu tubuh akan
meningkat hingga 1,5 ° C pada saat stelah makan, saat partus, terpapar
lingkungan yang tinggi, dan ketika hewan banyak beraktivitas. Untuk
pengukuran suhu menggunakan thermometer infra red sehingga
memudahkan pengukuran. Perabaan pada tubuh juga bertujuan untuk
mengetahui ada tidaknya luka, benjolan, kulit terkelupas atau bulu rontok.
Luka merupakan pintu untuk microorganism untuk masuk ke tubuh
ternak.
 Menepuk-nepuk tubuh sapi
Menepuk tubuh sapi dapat dilakukan di rongga perut. Kelainan
dapat diketahui dari bunyi dan tekanannya. Bila tepukanberbunyi buk-buk
seperti berisi udara atau angin., dapat dipastikan kembung. Selain meneuk
nepuk, pengecekan juga dapat dilakukan dengan melihat kondisi perut
sapi. Bila bagian kiri perut sapi membuncit, berarti sapi dalam kondisi
kembung. Maka hal tersebut harus segera ditangani
Untuk mengetahui kondisi sapi yang ada kelainan pada saluran
pernafasan kita dapat mengecek dengan melihat laju respirasi pada sapi
tersebut. Batasan laju oernafasan pada sapi normal adalah 10-30 kali per
menit. Selain laju pernafasan, denyut jantung juga harus diukur dengan
batasan normal 60-80 kali per menit. Pengukuran denyut nadi sapi dapat
dilakukan berbagai cara, diantaranya memeriksa ekor bagian tengah
(Kelly,1984), dan rongga dada dengan menggunakan stetoskop
(Sukarli,1995)
 Mengamati organ sapi
Organ sapi yang diamati diantaranya mata, hidung, mulut, saluran
kencing,anus,dan kaki
Ciri –ciri ternak sakit :
a) Mata memerah, tidak cerah dan bersih, banyak lendir atau kotoran
di mata dan disudut mata.
b) Mulut banyak mengeluarkan lendir hingga menjuntai ke bawah, di
sudut mulut banyak kotoran yang mengering, bibir terlihat pucat,
ada luka dibibir , serta muncul bau busuk.
c) Hidung mengeluarkan ingus, bercak darah, lendir berbau tidak
enak, serta terlihat kotoran disekitar ;ubang hidung.

Penanganan kesehatan hewan


Penanganan kesehatan hewan bertujuan untuk melakukan pemeriksaan dan
penanganan medis pada ternak yang diduga sakit sehingga ternak sapi yang sakit dapat
secepatnya ditangani sesuai dengan gejala yang timbul. Penanganan kesehatan ini
dilakukan apabila ditemukan adanya kelainan atau gejala klinis yang terlihat pada hewa
saat dilakukan pengontrolan rutin.
a. Pemeriksaan klinis
Ternak sapi yang terlihat menunjukan adanya gejala klinis maka akan dilakukan
pemeriksaan klinis. Pemeriksaan klinis tersebut dilakukan sebelum pengobatan.
Pemeriksaan klinis dapat dilakukan pada kandang jepit agar memudahkan untuk
melakukan pengamatan. Pemeriksaan klinis meliputi :
1) Pengukuran suhu tubuh
2) Pengukuran denyut jantung
3) Pengukuran laju pernafasan
4) Palpasi dilakukan dengan sentuhanatau rabaan pada bagian yang akan
diperiksa apakah normal atau tidak
b. Pengobatan
Pengobatan dilakukan apabila telah ditemukan ternak diagnose sakit
berdasarkan pemeriksaan klinis. Pengobatan disesuaikan dengan diagnose yang
ditentukan, dengan dosis obat yang telah diperhitungkan sesuai kebutuhan ternak.
Ternak sapi yang sakit diistirahatkan dikandang karantina hingga dinyatakan
sehat oleh kesehatan hewan.
c. Kontrol Ektoparasit
Ektoparasit adalah parasit yang hidupnya menumpang pada bagian luar
atxau permukaan tubuh inangnya, seperti berbagai jenis serangga (lalat, dll) serta
jenis akari (caplak, tungau dll). Keberadaan ektoparasit akan mengakibatkan
ternak merasa tidak nyaman, sehingga nafsu makan ternak menurun dan akan
berdampak pada kualitas produk ternak. oleh karena itu penyemprotan anti
ektoparasit sangat penting dalam agenda pencegahan penyakit. Penyemprotan anti
ektoparasit merupakan suatu tindakan pengendalian terhadap parasit-parasit dari
luar tubuh yang dapat mengganggu kesehatan ternak. Ektoparasit dapat
menyebabkan stres pada pejantan, serta dapat bertindak sebagai vektor mekanik
maupun biologis penyakit hewan.
Penyemprotan anti ektoparasit dilakukan secara rutin setiap sebulan sekali
menggunakan sunschin dengan obat anti ektoparasit cyperkiller 25 WP (25%
Cypermethrin dengan dosis 30 gr/50 liter air) dan disemprotkan ke bagian tubuh
ternak, seperti bagian perut, pantat, kaki dan punggung. Penyemprotan anti
ektoparasit dilakukan sebaiknya tidak mencemari pakan, tempat pakan, dan air
minum. 
Anti ektoparasit lain yang digunakan untuk ternak adalah gusanex. Cara
pemakaiannya yaitu dengan menyemprotkan gusanex pada bagian tubuh ternak
yang mengalami luka. Tujuannya agar luka tersebut segera kering dan tidak
dihinggapi oleh lalat yang selanjutnya akan menjadi tempat berkembangnya telur
lalat dan ektoparasit lainnya.
d. Biosecurity

biosekuruty merupakan suatu sistem untuk mencegah penyakit baik klinis maupun
subklinis, yang berarti sistem untuk mengoptimalkan produksi ternak secara
keseluruhan, dan merupakan bagian untuk mensejahterakan hewan (animal welfare).
Biosecurity adalah semua tindakan yang merupakan pertahanan pertama untuk
pengendalian wabah dan dilakukan untuk mencegah semua kemungkinan kontak atau
penularan dengan peternakan tertular dan penyebaran penyakit .

Tujuan dari biosecurity sendiri adalah supaya bibt penyakit (bakteri dan virus)
yang terbawa dari luar tidak mnyebar dan menginfeksi ternak. Tindakan
biosecurity meliputi :

1) Lokasi peternakan harus terbebas dari gangguan binatang liar


2) Melakukam desifeksi dan peyemprotan insektisida terhadap serangga,
lalat, nyamuk, kumbang, belalang secara berkala.
3) Setiap kendaraan uang masuk areal peternakan harus melewati bak
biosecurity dan disemprot, yang mana cairan yang digunakan adalah airan
desinfektan
4) Segera mengeluarkan ternak yang mati dari areal peternakan untuk
diotopsi kemudian dikubur atau dimusnahkan
5) Membatasi lalu lintas orang maupun kendaraan
6) Untuk aktivitas didalam laboratorium harus menggunakan pakaian khusu
berupa jas dan alas kaki khusus laboratorium.
DAFTAR PUSTAKA

Nugroho,catur,priyo.2008. Agribisnis ternak ruminansia jilid 3.Direktorat pembinaan sekolah


menengah kejuruan.Jakarta.

Peternakankita.com. 2017. Cara Pembuatan Pupuk Kandang Secara Alami.

http://www.peternakankita.com/cara-pembuatan-pupuk-kandang-secara-alami/. [Diunduh

2019 Nov 15].

Anda mungkin juga menyukai