Pendahuluan
Peningkatan permintaan hasil ternak, mendorong peningkatan populasi ternak dan
produktivitas ternak, serta sistem pemeliharaan pun bergeser dari ekstensip ke pemeliharaan
sistem semi intensif atau intensif. Hal ini mengakibatkan pengelolaan limbah ternak semakin
pelik, karena terkonsentrasinya sejumlah besar ternak pada lahan sempit, sehingga terjadinya
penumpukan (akumulasi) limbah ternak.
Limbah adalah hasil buangan pada suatu kegiatan yang tidak diperlukan lagi. sebagian
besar limbah merupakan komponen penyebab pencemaran, yang terdiri dari bahan yang tidak
mempunyai kegunaan lagi bagi masyarakat. Limbah industri pertanian kebanyakan
menghasilkan limbah yang bersifat cair atau padat yang masih kaya dengan zat organik yang
mudah mengalami penguraian. Limbah ternak merupakan sumber bahan pencemar utama di
sektor pertanian. Limbah peternakan adalah semua buangan dari usaha peternakan dapat
berupa limbah padat (solid wastes), limbah cair (liquid wastes), dan limbah gas (gaseous
wastes) tergantung pada disain dan cara produksi limbah peternakan. Ketiga jenis limbah ini
dapat dikeluarkan sekaligus oleh satu perusahaan ataupun satu persatu sesuai dengan proses
yang ada di perusahaan.
Pengetahuan akan sifat dan karakteristik limbah ternak sangat diperlukan untuk
perencanaan pengolahan limbah ternak. Perencanaan mencakup : penentuan sistem dan
desain penanganan dan pengolahan limbah peternakan yang akan dilakukan; penentuan
ukuran (skala); lokasi pengolahan; fasilitas pengolahan, biaya instalasi, dan menejemen proses
pengolahan
Secara umum sifat dan karakteristik limbah ternak dapat dikelompokan berdasarkan
bentuk dan sifat limbah.
Berdasarkan bentuk limbah dibagi menjadi tiga yaitu :
1. Bentuk padat , adalah semua limbah yang berbentuk padatan atau dalam fase padat
(contoh : feses, bedding, sisa pakan, isi rumen/perut, ternak mati, dll).
2. Bentuk cair , adalah semua limbah yang berbentuk cairan atau berada dalam fase cair
(contoh : urine, dan air cucian dari ternak, alat dan kandang).
3. Bentuk gas , adalah semua limbah yang berbentuk gas atau berada dalam fase gas (contoh
:NH3, H2S, CH4, dll, yang berkaitan dengan bau).
Berdasarkan sifat, limbah ternak dapat dibagi menjadi tiga yaitu :
1. Sifat fisik yang penting adalah jumlah limbah dan kandungan padatannya (tersuspensi dan
terlarut), selain itu temperatur, warna, bau, berat jenis dan ukuran partikel.
2. Sifat kimia banyak berkaitan dengan kandungan nutrisi/hara seperti N, P, K, dll; juga
kandungan biokimianya seperti oksigen terlarut (DO), kebutuhan oksigen biokimia (BOD),
kebutuhan oksigen kimia (COD), dan pH.
3. Sifat biologis berkaitan erat dengan kandungan mikroorganisma dalam limbah seperi E.
colli, Bacillus sp, dll.
0 5 10 15 20 25 30
0 5 10 15 20 25 30
Jumlah limbah ternak yang dihasilkan, baik sifat fisik maupun kimianya tergantung pada
umur, spesies ternak, ukuran ternak dan sistem pemeliharaannya.
Tujuan Praktikum
Memperkenalkan dan menjelaskan kepada peserta didik hubungan antara jenis ternak
sistem perkandangan, dan manajemen pemeliharaan dengan sifat dan karakteristik limbah
yang dihasilkan.
Prosedur
1. Amati konstruksi kandang terutama lantai : bahan lantai dan kemiringan lantai pada masing-
masing jenis ternak
2. Mengamati tempat saluran pembuangan (arah, bentuk, kemiringan, lebar)
3. Gambarkan lay out kandang
4. Amatii manajemen pemeliharaan terutama pembersihan kandang, memandikan ternak dan
pemberian pakan
Diskusikan:
1. Sebutkan jenis limbah yang dihasilkan dari masing-masing unit kandang kaitkan dengan
jenis ternak, konstruksi kendang dan cara pembersihan kandang? dan kelompokkan
bentuknya dalam limbah padat, cair atau gas ?
2. Kenapa kemiringan lantai sangat perlu diperhatikan ? berapa kemiringan lantai yang ideal
untuk ternak sapi perah dan sapi potong ?
3. Apabila dalam suatu kendang ternak sapi potong ada 2000 ekor sapi dewasa, sapi perah
2500 sapi dewasa, babi ada 2000, kambing 2000 dan ayam broiler 5000 ekor, ayam petelur
15000 ekor hitung potensi limbah yang dihasilkan.