Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manajemen kesehatan ternak dapat diartikan sebagai proses
perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian faktor-faktor
produksi melalui optimalisasi sumberdaya yang dimilikinya agar produktivitas
ternak dapat dimaksimalkan, kesehatan ternak dapat dioptimalkan dan
kesehatan produk hasil ternak memiliki kualitas kesehatan sesuai dengan
standar yang diinginkan. Manajemen kesehatan ternak harus melalui suatu
proses yaitu suatu cara yang sistematis untuk menjalankan suatu pekerjaan.
Penyakit merupakan salah satu hambatan yang perlu diatasi dalam usaha
ternak. Melalui penerapan manajemen kesehatan ternak yang dilakukan secara
berkelanjutan, diharapkan dampak negatif dari penyakit ternak dapat
diminimalkan. Penyakit-penyakit yang dijadikan prioritas untuk diatasi adalah
penyakit parasiter, terutama skabies dan parasit saluran pencernaan
(nematodiasis). Sementara itu, untuk penyakit bakterial terutama anthrax, pink
eye, dan pneumonia. Penyakit viral yang penting adalah orf, dan penyakit
lainnya (penyakit non infeksius) yang perlu diperhatikan adalah penyakit diare
pada anak ternak, timpani (kembung rumen) dan keracunan sianida dari
tanaman. Pengendalian penyakit parasit secara berkesinambungan (sustainable
parasite controle) perlu diterapkan agar infestasi parasit selalu di bawah
ambang yang dapat mengganggu produktivitas ternak. Vaksinasi terhadap
penyakit Anthrax (terutama untuk daerah endemis anthrax), dan orf
merupakan tindakan preventif yang dianjurkan.
Masalah kesehatan ternak juga dapat disebabkan oleh tidak cukupnya
nutrisi yang masuk ke dalam tubuh ternak. Ternak tidak akan tumbuh
maksimal bila pakan kurang baik atau kurang menerima nutrisi seperti protein,
karbohidrat, lemak, vitamin, mineral dan air yang tidak seimbang. Tidak
cukupnya nutrisi dapat mengakibatkan penyakit seperti grass tetany, milk
fever, ketosis, white muscle dissease. Selain itu pakan yang kurang akan
menimbulkan masalah parasit, gangguan pencernaan, kegagalan reproduksi
dan penurunan produksi.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui karakteristik atau ciri ternak sapi potong yang sehat
dan sakit.
2. Untuk mengetahui faktor penyebab penyakit pada ternak sapi potong.
3. Untuk mengetahui cara mencegah serangan dan penularan penyakit pada
ternak sapi potong.
4. Untuk mengetahui cara pengendalian penyakit pada ternak sapi potong.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Sapi adalah ternak terpenting dari jenis-jenis hewan ternak yang dipelihara
manusia sebagai sumber daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan manusia lainya.
Ternak sapi menghasilkan 50 % kebutuhan daging di dunia, 95 % kebutuhan susu
dan kulitnya menghasilkan sekitar 85 % kebutuhan kulit untuk sepatu (Pane,
1993). Halim et al. (2014) menambahkan bahwa sapi potong merupakan sapi yang
dipelihara dengan tujuan utama sebagai penghasil daging atau biasa disebut sapi
pedaging.
Pengendalian penyakit pada sapi potong dapat dilakukan dengan cara
pencegahan penyakit, perawatan dan pengawasan dengan teratur sehingga
kesehatan ternak tetap terjaga. Tindakan pencegahan untuk menjaga kesehatan
sapi adalah menjaga kebersihan kandang, memeriksa kesehatan sapi secara teratur
dan dilakukan vaksinasi dan mengusahakan lantai kandang selalu dalam keaadaan
kering (Susilawati dan Masito, 2010).
Perawatan dan pengobatan pada sapi potong memerlukan pertimbangan
yaitu dari segi penyakit (ringan, tidak menular, atau menular) dan segi ekonomis
(Murtidjo, 1990).
Upaya untuk mengurangi resiko intensitas dan penyebaran infeksi pada
ternak dapat dilakukan dengan cara menghindari kontak langsung dengan ternak
sakit, lendir, kotoran dan benda-benda tercemar disekitar kandang (Rasyid dkk.,
2012).
BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Minggu, 17 November
2019 pukul 09.00 WIB-selesai. Lokasi praktikum yaitu di salah satu
peternakan sapi rakyat Desa Sungai Raya Kecamatan Sungai Raya
Kepulauan Kabupaten Bengkayang.
B. Alat dan Bahan
1. Kertas Kuesioner
2. Kamera
3. Pulpen
4. Buku
C. Prosedur Kerja
1. Melakukan pemeriksaan dengan cara melihat dan mengamati ada
atau tidaknya gejala penyakit pada sapi.
2. Mengamati nafsu dan makan perilaku sapi
3. Mengamati kodisi kandang sapi.
4. Menanyakan riwayat penyakit yang pernah dialami sapi ke
peternaknya langsung.
5. Mencatat semua informasi yang didapat.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Dari data yang telah di dapat dan dituliskan dalam kuisioner berupa:
1. Identitas Responden
a. Nama : SUHAMDI
b. Umur : 48 tahun
c. Alamat : Desa Sungai Raya Kec. Sungai Raya Kep.
Kab. Bengkayang
d. Pendidikan Terakhir : SMA sederajat/STM
e. Jenis sapi yang diperlihara : Sapi Madura
f. Mulai beternak sapi : 2013
g. Alasan berternak sapi : Sebagai tabungan
h. Beternak sapi sebagai : Usaha sambilan
i. Jika usaha sambilan maka perkerjaan utamanya : Petani
j. Pernah dapat penyuluhan/pelatihan : Tidak
2. Ternak sapi
a. Status kepemilikan sapi
Milik sendiri : 5 ekor
Gaduhan/bagi hasil :-
b. Populasi Ternak
1) Jumlah sapi dara : 2 ekor
2) Jumlah sapi laktasi: 2 ekor
c. Kepemiikan ternak
1) Jumlah sapi dewasa betina : 4 ekor
2) Jumlah sapi dewasa jantan : 1 ekor
3) Jumlah pedet : -
4) Umur sapi dewasa jantan : 2-3 tahun
5) Umur sapi betina : 2-3 tahun
3. Manajemen Pemeliharaan Ternak Sapi
a. Bentuk kandang : sendiri-sendiri
b. Luas kandang : 67,5 m2
c. Frekuensi pembersihan kandang : 2x sehari
d. Bibit berasal dari : pemerintah
e. Pemberian identitas sapi : Tidak ada
f. Hal/aspek dicatat selama ini : Tidak ada pencatatan
g. Peralatan yang digunakan untuk beternak : Arit, karung, sapu, sikat,
kran air, ember cangkul dan sekop.
h. Fasilitas kandang : tempat kotoran, listrik, tempat
pakan, tempat minum dan gudang pakan.
i. Kontruksi kandang : Semen/Permanen
j. Tempat kotoran : ada
4. Pakan Ternak Sapi Potong
a. Sumber pakan yang digunakan : ditanam
b. Jumlah rumput yag diberikan : 9-11 kg/ekor/1x makan
c. Hijauan yang diberikan/dimakan ternak :Rumput Setaria
d. Berasal dari mana hijauan yang digunakan : kebun rumput
e. Bagaimana cara memberikan hijauan pada ternak : Utuh
f. Pakan mana yang diberikan terlebih dahulu : Hijauan
g. Frekuensi pemberian hijauan : 2x/1hari
h. Apakah pemberian konsentrat dilakukan :kadang-kadang
i. Jenis konsentrat : bungkil kelapa dan bekatul
j. Frekuensi pemberian konsentrat : tidak teratur
k. Banyak air minum yang diberikan:1ember/ekor/hari
l. Bagaimana cara pemberian air minum: dicampur dengan garam
5. Penanganan Kesehatan
a. Pemberian obat dan vitamin : Pernah
b. Penyakit yang pernah menyerang sapi potong (Sapi Madura) selama ini
: cacingan dan scabies
c. Bagaimana cara mengobatinnya : Ditanggani sendiri
d. Apakah jika terdapa penyakit serius, langsung dikonsulasikan
dengan dokter/mantri hewan: Tidak, karena biasanya sapi yang terkena
penyakit serius langsung dipotong.

B. Pembahasan
Kesehatan ternak adalah suatu kondisi atau keadaan ternak yang
dimana seluruh sel yang mesnyusunya dan cairan atau hormon yang
melakukan fungsinya secara normal tanpa hambatan atau gangguan.
Pengendalian kesehatan ternak berarti menjaga,memelihara dan mencegah
terjadinya gangguan fungsi tubuh ternak agar tetap normal dan bisa
melakukan aktivitas tubuh sehingga bisa tetap menjaga kualitas dan kuantitas
pruduktivitasnya. Penegndalin kesehatan ternak sama saja dengan menjaga
ternak agar terhindar dari berbagai penyakit, baik yang diakibatkan oleh
bakteri karena lingkungan atau perkandangan kotor,virus maupun
mikroorganisme lainnya.
Pengendalian kesehatan terhadap ternak sapi potong perlu
diperhatikan, mengingat betapa besarnya dampak yang akan terjadi jika
ternak sapi potong telah terkena penyakit. Selain bertambahnya pengeluaran
biaya ,akan mempengaruhi kualitas dagingnya.
1. Karakteristik Ternak Sehat dan Sakit
Ada beberapa tanda atau ciri yang menunjukan bahwa sapi potong itu sakit
atau sehat. Jika sudah mengetahui tanda-tanda sapi potong sakit kita bisa
segera mengambil tindakn selanjutnya.
a. Karakteristik ternak sapi potong sehat
Untuk ternak sapi potong dalam kondisi sehat akan terlihat karakteristik dan
tingkah laku sebagi berikut :
1) Nafsu makan normal
2) Minum teratur ( biasanya 8 kali sehari )
3) Agresif
4) Istirahat dengan tenang
5) Pergerakan tidak kaku (telinga sering digerakan,kaki kuat dan mulut
basah)
6) Keadaan mata, selaput lendir dan warna kulit normal
7) Pengeluaran feses dan urin tidak sulit dengan warna dan konsistensinya
normal.
8) Tidak terdapat gangguan dalam bernafas, denyut nadi dan suhu tubuh
(suhu rektal berkisar antara 38,0 – 39,30C dengan rata-rata 38,60C)
b. Karakteristika Ternak Sapi Potong Sakit
Karakteristik yang memberikan indikasi bahwa ternak sapi potong sakit
dan ciri-cirinya dapat diamati, antara lain :
1) Terjadinya pengeluaran lendir atau cairan yang tidak normal dari mulut,
hidung dan mata.
2) Mata terlihat suram,cekung,mengantuk dan telinga terkulai
3) Menurunnya konsumsi pakan (Nafsu makan berkurang ) atau air
minum, bahkan sama sekali tidak mau makan.
4) Kotoran sedikit ,mungkin saja terkena diare atau kering dan keras.
5) Terjadinya kelainan postur tubuh, sulit berdiri, berjalan atau bergerak.
6) Gelisah yang berlebihan, batuk atau bersin, diare, feses atau urin
berlendir atau berdarah.
7) Abnormalnya suhu tubuh, denyut nadi dan pernafasan.
8) Bobot badan menurun dan berjalan sempoyongan.
9) Kulit tidak elastis,mulut dan hidung kering.
2. Faktor Penyebab Penyakit Ternak
Terdapat beberapa faktor penyebab yang menimbulkan penyakit pada ternak
sapi potong,selain disebabkan oleh faktor genetik diantarnnya :
a. Faktor lingkunagn yang kotor
Lingkungan yang kotor menjadi salah satu faktor yang memacu timbulnya
berbagai penyakit. Salah satu contohnya kandang yang dibiarkan kotor
atau tidak dibersihkan. Kebersihan lingkungan kandang menjadi tanggung
jawab peternak dan kewajiban peternak. Lingkungan kandang yang kotor
membuat mikroorganisme yang bersifat parasit atau patogen berkembang
biak dan akan berpengaruh pada kehidupan ternak sapi potong.
b. Faktor Mikroorganisme
Selain faktor lingkungan yang kotor ,ternak sapi potong bisa sakit
disebabkan oleh mikroorganisme. Kadang-kadang keadaan lingkungannya
bersih mikroorgnisme juga bisa datang menyerang karena terbawa oleh
angin dari tempat lain.Mikroorganisme ini terdiri dari bakteri, virus,
protozoa dan kapang yang semuanya dapat menimbulkan penyakit infeksi
pada sapi. Penggunaan desinfektan, perlakuan pemanasan dan pengeringan
cukup efektif untuk membunuh beberapa spesies bakteri. Membersihkan
kotoran ternak yang lebih sering serta membersihkan dan mendesinfektan
peralatan atau fasilitas dan sanitasi lainnya akan mencegah beberapa
penyakit bakteri. Vaksinasi sangat penting dilakukan untuk mencegah
penyakit yang disebabkan oleh spora bakteri. Pemberian antibiotik dan
obat-obatan lain efektif untuk mengobati ternak yang terkena penyakit
akibat bakteri.
Virus merupakan mikroorganisme yang paling kecil dan mampu
menyebabkan panyakit pada ternak. Virus tidak dapat dilihat dengan
mikroskop biasa. Virus dapat menular pada sel hidup yang lain serta
tumbuh dan berkembang biak. Penyebaran virus sangat cepat sehingga
penyakit yang disebabkan oleh virus mudah menular pada ternak yang
lain.Misalnya penyakit Maliganant Catarrhal Fever (MCF)
Parasit adalah organisme yang hidupnya bergantung pada
organisme lain. Parasit adalah penyebab penyakit yang paling luas pada
ternak. Sebagian besar ternak pernah terinfeksi oleh satu atau beberapa
parasit, misalnya parasit internal (cacing), parasit eksternal (kutu, caplak,
tengu/mites) atau kedua-duanya selama ternak hidup. Pemeriksaan rutin
pada ternak perlu dilakukan dan segera diberi insektisida yang sesuai
(untuk parasit eksternal) serta adanya program sanitasi yang baik untuk
membantu mencegah masalah parasit ini.
c. Kecelakaan
Luka, lebam, keseleo, patah tulang dan kecelakaan lain dapat
berakibat besar pada keseluruhan kesehatan dan produktivitas ternak. Luka
kecil seringkali menjadi masalah serius bila terjadi infeksi penyakit dan
keseleo akan menghambat gerakan ternak untuk mendapatkan pakan.
Ternak yang tidak cukup mendapat pakan, ADG, efisiensi pakan dan
produksinya akan menurun.
d. Faktor Pakan atau Nutrisi
Masalah kesehatan sapi juga dapat disebabkan oleh tidak cukupnya
nutrisi yang masuk ke dalam tubuh ternak. Ternak tidak akan tumbuh
maksimal bila pakan kurang baik atau kurang menerima nutrisi seperti
protein, KH, LK, vitamin, mineral dan air yang tidak seimbang. Tidak
cukupnya nutrisi dapat mengakibatkan penyakit seperti grass tetany, milk
fever, ketosis, white muscle dissease. Selain itu pakan yang kurang akan
menimbulkan masalah parasit, gangguan pencernaan, kegagalan
reproduksi dan penurunan produks
3. Mencegahan Serangan dan Penularan Penyakit
Walaupun Indonesia sampai saat ini masih dinyatakan terbebas dari
berbagai penyakit menular yang bersifat zoonosis (bisa menular pada
manusia) seperti penyakit PMKdan antharaks tetapi tetap harus melakukan
berbagai upaya pencegahan, antara lain :
a. Menggunakan kandang karantina
Tujuan dari karantina ini adalah untuk memastikan ternak yang
baru datang dari luar wilayah peternakan terbebas dari penyakit. Kandang
karantina harus terletak jauh dari lokasi perkandangan ternak pejantan yang
lain, hal ini bertujuan untuk menghindari penularan penyakit oleh ternak
yang baru di datangkan.
Cara melakukannya ternak yang baru tiba di lokasi peternakan
tidak langsung ditempatkan pada kandang/ tempat pemeliharaan permanent,
tetapi tempatkan dahulu pada kandang sementara untuk proses adaptasi yang
memerlukan waktu sekitar beberapa minggu. Dalam proses adaptasi ternak
diamati terhadap penyakit cacing (dengan memeriksa fesesnya), penyakit
orf, pink eye, kudis, diare, dan sebagainya. Apabila positif terhadap penyakit
tertentu segera diobati dan lakukan isolasi. Dalam adaptasi ini juga termasuk
adaptasi terhadap jenis pakan yang akan digunakan dalam usaha ternak
kambing. Pada adaptasi ini biasanya harus disiapkan berbagai obat-obatan
untuk mengantisipasi terhadap kemungkinan timbulnya berbagai penyakit.
Setelah 7-21 hari ternak dalam keadaan sehat, maka siap untuk dipindahkan
dalam kandang utama.
b. Melarang impor sapi atau daging sapi dari negara yang tidak bebas PMK
Salah satu masalah yang saat ini sedang dihadapi Indonesia adalah
adanya impor daging ilegal dari India. Seperti diketahui, India adalah
negara yang belum bebas dari penyakit mulut dan kuku. Karena itu impor
daging ilegal dari India bisa menyebabkan berjangkitnya penyakit tersebut
di Indonesia. Untuk itu diharapkan pemerintah dapat bertindak tegas
terhadap para penyelundup yang hanya berorientasi pada keuntungan
semata, tanpa mempertimbangkan faktor kesehatan msyarakat.
c. Vaksinasi berkala
Beberapa penyakit pada sapi potong yang disebabkan oleh virus
saat ini sudah bisa dicegah dengan vaksinasi. Misalnya Anthrax, Jembrana
dan Septicaemia epizootica. Khusus untuk sapi-sapi induk yang dipelihara
untuk menghasilkan bakalan, vaksin biasanya diberikan secara berkala
setiap 6 bulan atau satu tahun sekali. Pemberian vaksin dimulai ketika sapi
masuk lokasi usaha peternakan. Sementara itu, untuk sapi bakalan yang
hanya dipelihara dalam waktu singkat (kurang dari 6 bulan), program
vaksinasi cukup diberikan satu kali.
d. Pemberian obat cacing secara berkala
Pada saat sapi-sapi mulai dimasukkan ke dalam kandang untuk
digemukkan, obat cacing sudah harus diberikan untuk mencegah
pemborosan pakan. Untuk sapi bakalan, obat cacing cukup diberikan pada
saat pertama kali sapi masuk kandang, sedangkan pada induk penghasil
bakalan sebaiknya obat cacing diberikan secara berkala setiap 6 bulan
sekali.
e. Menjaga kebersihan lingkungan
Setiap kali terjadi pergantian sapi, sebaiknya kandang dibersihkan
dengan desinfektan. Apabila air melimpah, kandang dapat dibersihkan
setiap hari, termasuk juga memandikan sapi. Pembersihan kotoran dapat
dilakukan 2 – 3 kali sehari.Tingkat sanitasi lingkungan dan higienis
merupakan indikator kebaikan manajemen kesehatan ternak. Oleh karena
itu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu :
1) Sanitasi lingkungan yang terbaik adalah terjaganya kebersihan.
Penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme dan parasit akan
lebih mudah berkembang biak pada lingkungan yang kotor.
2) Keadaan yang harus suci hama pada peralatan operasional yang
digunakan dalam tatalaksana sehingga menjamin kesehatan ternak.
3) Menggunakan beberapa desinfektan. Desinfektan harus efektif
menyerang mikroorganisme secara luas, efektif dalam konsentrasi
rendah, ekonomis, tidak menyebabkan iritasi, korosif, tidak
menyebabkan noda (meninggalkan warna), tidak inaktif oleh bahan
organik atau mineral, stabil dalam penyimpanan dan penggunaan,
mudah diaplikasikan dan efektif dalam periode pendek atau pada
suhu rendah.( Akoso 1996 ).
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian-uraian tersebut, sistem manajemen kesehatan
ternak merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari sistem usaha
agribisnis. Upaya yang dilakukan untuk menjaga kesehatan ternak meliputi
tindakan karantina, pemeriksaan kesehatan harian, penanganan kesehatan
hewan, pemotongan kuku, desinfeksi kandang, kontrol ektoparasit,
pemberian vaksin, pemberian obat cacing, biosecurity maupun otopsi.
Berdasarkan data yang sudah diperoleh dari pihak peternak maka
didapatlah kesimpulan sebagai berikut:
1. Pemberian pakan dilakukan secara teratur
2. Sistem pemeliharaan dilakukan secara intensif
3. Jenis bahan pakan yang diberikan adalah rumput setaria
4. Pemberian konsentrat dilakukan tidak teratur, berupa bekatul dan
bungkil kelapa
5. Penyakit yang pernah menyerang ternak sapi peternak adalah cacingan
dan scabies.
6. Saat pegamatan di lapangan tidak adanya ternak sapi yang sakit
7. Kandang ternak sapi terlhat kurang bersih.
B. Saran

Sebaiknya peternak dapat lebih memahami tentang manajemen


kesehatan ternak sapi sehingga dapat menghasilkan produksi yang baik dan
lebih maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad. 2011. Upaya Penanganan Sapi Perah. (http://informasi-budidaya.


woerdpres.com /2011/11/upaya-penanganan-kesehatan-sapi-
perah_04.html). (18 Nov 2019).

Akoso, T.B. 2010. Kesehatan Sapi. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Asih, R.S. 2010. Manajemen Ternak Perah. Mataram: Universitas Mataram


Press.

Depdiknas. 2011. Teknik Kesahatan ternak. Jakarta: Departemen Pendidikan


Nasional.

Hasbullah. 2013. Ciri-ciri sapi yang baik dan sehat.wordpres .com/2013 /03/ciri-
ciri-sapi-yang-sehat-dan-baik.html. (18 Nov 2019)

Iqbal. 2012. Sapi Bali. http://www.fmp.sinarindo.co.id/index.php/7-jenis-sapi


/6-sapi-bali. (18 Nov 2019)

Kamal. 2014. Membangun kesehatan hewan dan peternakan.


(Http://karyadrh.wordpres.com/p/blog-page_2761.html.) ( 18 Nov
2019)

Nurdin,Ellyza.2011. Manajemen Sapi Perah. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Nusdianto. 2012. Aspek Klinik dan Penularan Pada Pengendalian Penyakit


Ternak. Mataram: Triakosa

Tim dosen. 2014. Ilmu penyakit dan kesehatan hewan. Makassar: UIN press.

Wahyu. 2012. Kesehatan Hewan. (http://www.fmp.sinarindo.co.id/index.php/7-


jenis-sapi/6-sapi-bali.) (Diakses pada 11Mei 2015)

Widyani, Retno. 2013. Kesehatan Hewan.Cirebon: Swagati Pres


LAMPIRAN

Gudang Pakan Tempat Penyimpanan


Kotoran

Anda mungkin juga menyukai