Anda di halaman 1dari 9

KESEHATAN LINGKUNGAN AGROINDUSTRI

DI USAHA PETERNAKAN
Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi usaha peternakan.


2. Untuk mengetahui pengertian kesehatan lingkungan agroindustri.
3. Untuk mengetahui ruang lingkup kesling agroindustri di usaha peternakan.
4. Untuk mengetahui jenis-jenis usaha peternakan di Indonesia.
5. Untuk mengetahui input, output dan proses dari usaha peternakan.
6. Untuk menganalisa kondisi kesehatan pekerja di usaha peternakan.
7. Untuk menganalisa kondisi di dalam dan di luar usaha peternakan.

A. DEFINISI USAHA PETERNAKAN


Peternakan adalah kegiatan mengembangbiakkan dan membudidayakan hewan ternak
untuk mendapatkan manfaat dan hasil dari kegiatan tersebut.Usaha peternakan adalah
serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perorangan atau badan hukum yang melaksanakan
kegiatan menghasilkan (ternak bibit/ternak potong), telur, sususerta usaha penggemukan suatu
jenis ternak termasuk mengumpulkan, mengedarkan dan memasarkannya untuk tiap jenis
ternak jumlahnya melebihi jumlah tiap jenis ternak pada peternakan masyarakat.

B. DEFINISI KESEHATAN LINGKUNGAN AGROINDUSTRI

Kesehatan lingkungan adalah suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia
dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia(WHO).Agroindustri adalah
suatu kegiatan industri yang memanfaatkan produk primer, hasil pertanian, sebagai bahan
bakunya untuk diolah sedemikian rupa sehingga menjadi produk baru baik yang bersifat
setengah jadi atau yang dapat dikonsumsi(Saragih, 2000). Dapat disimpulkan bahwa suatu
kegiatan industri yang memanfaatkan hasil pertanian dimana dalam prosesnya harus
memperhatikan keseimbangan ekologi antara manusia dengan lingkungan.
C. RUANG LINGKUP KESLING AGROINDUSTRI DI USAHA PETERNAKAN
1. Ruang Lingkup Agroindustri
a. Agroindustri Hulu : subsektor industri yang menghasilkan sarana produksi
peternakan..
b. Agroindustri Hilir : subsektor industri yang mengolah hasil-hasil peternakan.

D. JENIS-JENIS PETERNAKAN DI INDONESIA

Berdasarkan jenis hewan yang di ternakkan, peternakan dapat dibedakan menjadi tiga
jenis, yaitu:

a. Peternakan Hewan Besar


Peternakan yang membudidayakan hewan-hewan bertubuh besar, seperti sapi, kuda
dan kerbau. Ternak hewan-hewan besar diambil manfaatnya dalam bentuk susu,
daging, kulit dan tenaganya sebagai alat transportasi. Selain itu, kotorannya dapat
digunakan sebagai pupuk alamiah yang diperlukan dalam usaha pertanian dan
perkebunan.
b. Peternakan Hewan Kecil
Peternakan yang membudidayakan hewan-hewan bertubuh kecil seperti babi,
kambing, domba, kelinci, dan sebagainya. Manfaat beternak hewan-hewan kecil
adalah untuk diambil susu, daging dan kulitnya.
c. Peternakan Hewan Unggas
Merupakan peternakan yang membudidayakan hewan-hewan yang termasuk dalam
golongan unggas, seperti ayam, bebek, angsa, itik dan puyuh. Manfaat beternak
hewan-hewan unggas adalah untuk diambil daging, telur, bulu serta dapat pula sebagai
penghibur untuk dinikmati suara atau keindahannya.

Kelompok ternak-ternak yan dibudidayakan oleh manusia terbagi atas empat, yaitu:

a. Ternak Unggas
Merupakan kelas Aves biasanya meat type dan egg type. Contohnya ayam, itik, entog,
angsa, dan kalkun.
b. Ternak Potong
Merupakan kelas Mammalia biasanya meat type. Contohnya ternak potong besar :
sapi, kerbau, kuda, keledai, zebra, unta ; ternak potong kecil : kambing, domba, babi.
c. Ternak Perah
Merupakan kelas Mammalia biasanya milk type. Contohnya sapi perah, kerbau perah,
kuda perah, kambing perah dan unta perah.
d. Aneka Ternak
Merupakan ternak-ternak yang tidak dalam satu kelas antara lain kelinci, lebah, puyuh,
bekicot, wallet, kodok, dan sebagainya.

E. INPUT, OUTPUT DAN PROSES DARI USAHA PETERNAKAN

Salah satu contoh dari produk agroindustri ialah ikan Tuna kaleng. Ikan tuna mempunyai
bentuk seperti torpedo dengan kepala lancip, tubuhnya licin, sirip dada melengkung dan sirip
ekor bercagak dengan ekor terbelah. Ikan tuna dalam kaleng didefinisikan sebagai potongan
daging putih ikan tuna yang telah mengalami pemasakan pendahuluan dan dikalengkan
dalam medium minyak atau air garam.
a. Input
Pada bagian input, bahan baku utama ialah susu segar yang dikumpulkan dari peternak.
b. Proses Pembuatan Susu Bubuk
Prinsip pembuatan susu bubuk adalah menguapkan sebanyak mungkin kandungan air
susu dengan cara pemanasan (pengeringan). Tahap-tahap pembuatan susu bubuk adalah
perlakuan pendahuluan, pemanasan pendahuluan, pengeringan dan pengepakan.
Pada perlakuan pendahuluan yang harus dikerjakan adalah penyaringan, separasi dan
standarisasi. Penyaringan bertujuan memisahkan benda-benda asing misalnya debu, pasir,
bulu, dan sebagainya yang terdapat dalam susu. Separasi bertujuan untuk memisahkan krim
dan susu skim. Terutama dikerjakan apabila ingin dibuat bubuk krim atau bubuk skim.
Tujuan pemanasan pendahuluan adalah menguapkan sebagian air yang terkandung oleh
susu, sampai mencapai kadar kurang lebih 45-50% saja. Alat yang digunakan untuk
pemanasan pendahuluan adalah evaporator. Untuk memanaskan digunakan udara yang
o
bersuhu antara 65-177 C tergantung jenis produk yang dibuat.
Standarisasi adalah membuat susu menjadi sama komposisinya. Hasil susu dari peternak
yang berbeda komposisinya dicampur sampai homogen yaitu dengan cara mengaduk ataupun
dengan menuang susu dari wadah yang satu ke wadah yang lainnya.

c. Output
Dalam agroindustri ini outputnya ialah susu bubuk
Macam-macam susu bubuk:
1. Susu penuh yaitu susu bubuk yang dibuat dari susu segar yang tidak mengalami
separasi
a. Kadar lemaknya 26%
b. Kadar airnya 5%
2. Bubuk susu skim yaitu susu bubuk yang dibuat dari susu skim. Susu ini banyak
mengandung protein, kadar airnya 5%
3. Bubuk krim atau bubuk susu mentega. Dibuat dari krim yang mengandung banyak
lemak.
4. Bubuk whey, bubuk susu coklat, bubuk susu instant dan lain-lain.

F. KESEHATAN PEKERJA DI USAHA PETERNAKAN


Pekerja peternakan memiliki risiko kecelakaan kerja cukup tinggi, tetapi tidak banyak
orang memikirkan keselamatan dan kesehatan mereka. Risiko adalah gambaran ukuran pada
kemungkinan bahaya dapat menimbulkan kecelakaan dan ukuran keparahan yang
diakibatkan. Semakin besar hewan ternak maka semakin besar tenaga yang dihasilkan saat
melakukan perlindungan diri saat panik, misalnya seperti pekerja peternakan sapi, sapi tidak
dapat ditebak apa yang akan dilakukan sapi tersebut saat pekerja berada di dekatnya. Sapi
dengan ukurannya yang besar dapat dengan mudah melukai sampai membunuh manusia
dengan mudah, tetapi sedikit sekali laporan mengenai kecelakaan di peternakan. Banyak
pekerja peternakan menganggap bahwa tertendang dan tersundul oleh seekor sapi adalah hal
yang biasa bagi pekerja peternakan tersebut.

Kecelakaan kerja yang terjadi di industri peternakan tidak mendapatkan perhatian lebih
karena jumlah pekerja yang lebih sedikit dari pada industri lain. Beban kerja yang tinggi
bagi pekerja peternakan seharusnya menjadi alasan untuk lebih diperhatikan kesehatan dan
keselamatan para pekerjanya.Peternakan dapat dibedakan menurut 3 jenis hewan yang
diternak sehingga membuat bahaya dan risiko memiliki perbedaan. Salah satu hal yang
membuat perbedaan bahaya dan risiko pada peternakan adalah ukuran hewan ternak yang
memiliki kategori yaitu kecil, sedang, dan besar. Menurut Hutajulu (2008), pendapat dari
Michael Maroney yaitu, “Dunia Industri peternakan hampir tidak pernah memikirkan
keselamatan kerja, padahal angka kecelakaan bahkan kematian di industri tersebut sangat
tinggi dibandingkan dengan industri jenis lainnya.”

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Yanti (2011), di Kecamatan Tilatang Kamang
pada tahun 2010 diperoleh data statistik mengenai persentase kecelakaan sebanyak 64%
merupakan jenis tingkat kecelakaan berat dan 36% pada tingkat ringan. Kategori kecelakaan
dikatakan berat bila terjadinya memar dan luka gores di mana pekerja kehilangan waktu
kerja selama 1 jam atau lebih, untuk kecelakaan kategori ringan adalah di mana pekerja
mengalami memar yang tidak membuat pekerja kehilangan waktu kerja. Pada survey yang
telah dilakukan oleh Yanti (2011), pada 5 peternakan dengan 24 responden didapat angka
41% responden mengalami kecelakaan.

Penyakit merupakan risiko lain yang dihadapi pekerja peternakan, baik penyakit yang
diakibatkan dari singgungan langsung dengan ternak maupun tidak langsung. Menurut
artikel yang dibuat oleh Hallman dan Demmin (2007), penyakit (zoonoses) paling sering
dihadapi pekerja peternakan adalah Rabies, Brucellosis (Bang’s diseases), Q fever,
Leptospirosis, Ringworm, Salmonellosis. Menurut Puslitbangnak (Pusat Penelitian dan
Pengembangan Peternakan) penyakit yang dapat menular dari sapi pada manusia adalah
Anthrax, Rabies, Toxoplasmosis, Scabies, Influenza, dan Brucellosis. Penyakit tersebut
memiliki bahaya dan cara penularan yang berbeda, tetapi seluruh penyakit tersebut dapat
mengancam jiwa pekerja maupun orang yang bersinggungan dengan ternak yang sakit
(Anonim, 2014).

Hasil analisis risiko kecelakaan yang dilakukan oleh Cokorde Dhio pada salah satu
peternakan sapi di kota Kediri menunjukkan bahwa terdapat 49 risiko kecelakaan pada
pekerja peternakan dengan risiko tinggi terdapat pada pekerjaan membersihkan dan
maintenance kandang yaitu tertendang dan pencemaran lingkungan. Risiko pada setiap
pekerjaan berbeda walaupun bahaya sama, pada bahaya tertendang memiliki risiko tinggi
karena tendangan sapi sendiri sangat kuat. Masih banyaknya risiko pada pekerja peternakan
ini menunjukkan bahwa pengendalian risiko kecelakaan belum sepenuhnya mengurangi
risiko yang ada dan masih ada kemungkinan untuk menimbulkan kecelakaan atau penyakit
akibat kerja sehingga perlu adanya upaya perbaikan pengendalian, seperti tali kekang pada
ternak sapi ataupun kuda. APD (Alat Pelindung Diri) merupakan usaha terakhir yang dapat
dilakukan dalam mengurangai atau menghilangkan risiko kecelakaan.

G. KONDISI LINGKUNGAN DI USAHA PETERNAKAN

Terdapat banyak faktor/komponen lingkungan yang menentukan kelangsungan hidup


ternak dan mempengaruhi berbagai bentuk aktivitas kehidupan ternak. Namun, komponen-
komponen tersebut pada dasarnya dapat diklasifikasikan ke dalam faktor fisik lingkungan,
faktor kimia lingkungan, faktor biologi lingkungan dan sosial. Berdasarkan klasifikasi aspek
kehidupan, faktor lingkungan tersebut dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian, yaitu
lingkungan abiotik dan biotik.

a. Lingkungan abiotik peternakan:

Semua klasifikasi unsur lingkungan yang tidak bernyawa dan bersifat fisik, kimia, dan
sosial dari seekor ternak dan terdaat di sekitar tempat ternak tersebut hidup dengan segala
bentuk aktivitas kehidupannya. Contoh unsur lingkungan abiotik adalah lahan, air, kandang
ternak, dan nilai-nilai sosial budaya dan agama. Unsur-unsur abiotik tersebut berinteraksi
secara langsung dan tidak langsung mempengaruhi performans ternak.
1. Lahan
Ternak yang dipelihara sangat tergantung dari kondisi lahannya, baik dari segi
bentang lahan, fisik, kualitas, dan lokasinya. Umumnya, jenis lahan yang cocok untuk
usaha peternakan adalah lahan terbuka dengan padang rumput yang potensial.
2. Air
Bebrapa penelitian menunjukkan bahwa ternak dapat hidup selama lebih kurang 100
hari tanpa makanan tetapi ternak akan mati dalam 5-10 hari tanpa air minum. Air dalam
tubuh hewan ternak mempunyai fungsi utama untuk metabolisme dan beberapa fungsi
lainnya yang menunjang proses produksi dan reproduksi ternak.
3. Radiasi
Radiasi sinar diperinci menurut panjang gelombang, yakni:
a. Sinar ultraviolet (UV) dengan panjang gelombang 0,25-0,38 um
b. Sinar visibel dengan panjang gelombang 0,38-0,78 um
c. Sinar infra merah dengan panjang gelombang 0,78-100 um
Radiasi lingkungan udara luar berasal dari dua sumber utama:
a. Suhu surya yang tinggi sebagai satu titik sumber di langit.
b. Radiasi termal dari tanah, pepohonan, kabut dan atmosfer, suhu permukaan bumi,
keadaan permukaan bumi, cerah langit, debu, kabut, uap air, dan konsentrasi
karbondioksida.
4. Musim
Di Indonesia, faktor yang kita hadapi dan perlu kita perhatikan adalah musim hujan
dan musim kering. Meskipun dalam penggolongan lingkungan hidup dunia, tidak ada
penggolongan tropika kering, namun kenyataannya kita memilikinya. Indonesia memiliki
dua klasifikasi tipe wilayah, yakni wilayah tropika basah dan wilayah tropika kering.
5. Kandang
Kandang merupakan faktor lingkungan fisik yang harus diperhatikan karena
berkaitan dengan tingkat produksi ternak dan kesehatan, baik kesehatan ternak yang
bersangkutan maupun kesehatan lingkungan. Untuk itu, kandang ternak harus dirancang
sedemikian rupa supaya dapat bermanfaat sesuai dengan fungsinya. Luas dan besarnya
kandang tergantung kepada jumlah ternak yang dipelihara dan jenis hewan ternaknya.

Fungsi kandang bagi ternak adalah sebagai berikut.

a. Melindungi ternak dari pengaruh panas pada siang hari dan dingin pada malam hari.
b. Melindungi ternak dari perubahan cuaca, hujan, angin, dan lain sebagainya.
c. Melindungi ternak dari gangguan, baik dari hewan lain maupun pencuri.
d. Merupakan tempat bersosialisasi bagi ternak.
e. Merupakan tempat melakukan aktivitas produksi dan reproduksi.
f. Membatasi hewan ternak dengan lingkungan sekitarnya agar tidak terjadi pencemaran
lingkungan.
6. Sosial Budaya
Usaha peternakan perlu memperhatikan nilai-nilai sosial budaya dan agama yang ada
di lingkungan tersebut. Jika nilai-nilai tersebut tidak diperhatikan maka akan dapat
menimbulkan konflik dengan masyarakat di sekitarnya, misalnya walaupun suatu daerah
cocok untuk usaha peternakan babi, tetapi jika nilai sosial budaya dan agama tidak sesuai
maka faktor tersebut harus dipertimbangkan dengan baik supaya tidak terjadi konflik
yang tidak diinginkan.

c. Lingkungan biotik peternakan:


Semua unsur hayati yang terdapat di sekitar ternak, misalnya tumbuh-tumbuhan dan
hewan lain. Jika salah satu ataupun lebih faktor lingkungan biotik berinteraksi secara
tidak seimbang maka akan terjadi ketimpangan pada faktor lain. Oleh sebab itu, untuk
meminimalkan pengaruh faktor fisik terhadap ternak maka pemanfaatan teknologi sangat
dianjurkan.
1. Tumbuh-tumbuhan

Rumput sebagai tumbuhan mempunyai arti ekonomis yang sangat penting dalam
peternakan ternak herbivor, sebagai contoh sapi potong dan perah, kerbau, kambing,
dan domba di Indonesia. Walaupun pemberian konsentrat merupakan hal yang tidak
asing dalam usaha peternakan sapi potong, tetapi rumput masih merupakan bahan
makanan utama. Tumbuhan hutan, budidaya maupun yang belum dibudidayakan,
gulma, dan tumbuhan laut banyak sumbangannya bagi ternak.

2. Hewan Lain

Maksud dari hewan lain di sini adalah klasifikasi hewan yang sejenis dan tidak
sejenis, misalnya ayam, tikus, kucing dan burung. Ayam kampung yang tidak
dipelihara dalam kandang dan berkeliaran di sekitar suatu usaha peternakan dapat
menimbulkan dampak negatif terhadap ayam yang dipelihara dalam kandang. Dampak
yang ditimbulkan oleh hewan lain terhadap suatu usaha peternakan, misalnya
penularan penyakit, pemangsaan.

DAFTAR PUSTAKA

Astawan M. W. dan M. Astawan, 1989. Teknologi Pengolahan Pangan Hewani Tepat Guna.

Akademi Presindo. Jakarta.

Pranamyaditia, Cokorde Dhio. 2016. Risiko Kesehatan Kerja pada Pekerja Peternakan Sapi di
PT X Cabang Kediri. Jurnal. The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health:Vol 1,
No 1, Jan-Jun 2016

Hadiwiyoto, S., 1994. Pengujian Mutu Susu dan Hasil Olahannya. Penerbit Liberty. Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai