Anda di halaman 1dari 8

DIET BAGI LANJUT USIA

Lansia (lanjut usia) adalah masa dimana seseorang telah memasuki usia diatas 55
tahun. Berbagai perubahan terjadi pada masa transisi dari usia dewasa ke lansia.
Perubahan tersebut ditandai dengan menurunnya fungsi berbagai organ dan jaringan
tubuh, seperti organ pengindra, organ pencernaan, tulang dan gigi, rambut dan kulit,
jantung dan pembuluh darah serta pernapasan.
Semakin bertambah usia seseorang, semakin berkurang kebutuhan gizinya.
Umumnya, kebutuhan energi makin berkurang, sedangkan kebutuhan vitamin dan
mineralnya lebih banyak. Kebutuhan gizi lansia laki-laki berbeda dengan lansia
perempuan. Oleh karena itu kebutuhan gizinya dikelompokkan berdasarkan usia dan jenis
kelamin.

Perubahan Fisiologis Akibat Penuaan


A. Perubahan pada saluran pencernaan:
•rongga mulut, biasanya gigi sudah banyak yang tanggal.
•Esofagus(sfingter) mengeras, keadaan ini memperlambat pengosongan esofagus.
•Lapisan lambung menipis, sekresi Hcl dan pepsin berkurang sehingga penyerapan
vit B12 dan zat besi menurun.
•Berat usus berkurang

B. Perubahan pada system endokrin


•Terjadi perubahan dalam kecepatan dan jumlah sekresi, respons terhadap
stimulasi dan struktur kelenjar endokrin
•bahwa pada usia 60 tahun sekresi testosterone akan menurun.

C. Perubahan pada system pernafasan


•Diameter anterior paru membesar sehingga menimbulkan “barrel chest”.
Pengapuran tulang rawan menyebabkan kelenturan tulang iga berkurang.
Disamping itu osteoporosis menyebabkan gangguan kelenturan paru yang
selanjutnya menurunkan kapasitas vital.sakus paru membesar, sementara
dindingnya menipis untuk kemudian bersatu sama lain membentuk sakus baru
yang lebih besar. Semua perubahan ini berujung pada penurunan fungsi paru.

Masalah Gizi Pada Lansia :

a. Massa otot yang berkurang dan massa lemak yang bertambah, mengakibatkan juga
jumlah cairan tubuh yang berkurang, sehingga kulit kelihatan mengerut dan kering,
wajah keriput serta muncul garis-garis menetap.
b. Penurunan indera penglihatan akibat katarak pada lansia sehingga dihubungkan
dengan kekurangan vitamin A, vitamin C dan asam folat. Sedangkan gangguan
pada indera pengecap dihubungkan dengan kekurangan kadar Zn yang juga
menyebabkan menurunnya nafsu makan. Penurunan indera pendengaran terjadi
karena adanya kemunduran fungsi sel syaraf pendengaran.
c. Kebutuhan kalori untuk lansia laki-laki sebanyak 1960 kal, sedangkan untuk
lansia wanita 1700 kal. Bila jumlah kalori yang dikonsumsi berlebihan, maka
sebagian energi akan disimpan berupa lemak, sehingga akan timbul obesitas.

1
d. Penyakit periodontal (gigi tanggal), akibatnya kesulitan makan yang berserat
(sayur, daging) dan cenderung makan makanan yang lunak (tinggi kalori), hal ini
menyebabkan lansia cenderung kegemukan/obesitas.
e. Penurunan sekresi asam lambung dan enzim pencerna makanan, hal ini
mengganggu penyerapan vitamin dan mineral, akibatnya lansia menjadi defisiensi
zat-zat gizi mikro.
f. Mobilitas usus menurun, mengakibatkan susah buang air besar, sehingga lansia
menderita wasir yang bisa menimbulkan perdarahan dan memicu terjadinya
anemia.

Faktor-faktor yang terkait dengan kebutuhan gizi lansia yaitu :

1. Aktivitas Fisik

Pada umumnya, para lansia akan mengalami penurunan aktivitas fisik. Salah satu faktor
penyebabnya adalah pertambahan usia yang dapat menyebabkan terjadinya kemunduran
biologis. Kondisi ini setidaknya akan membatasi aktivitas yang menuntut ketangkasan
fisik. Penurunan aktivitas fisik pada lansia harus diimbangi dengan penurunan asupan
kalori, hal tersebut dilakukan untuk mencegah timbulnya penyakit degeneratif.

2. Kemunduran Biologis

Seperti yang sudah diuraikan tadi bahwa memasuki usia senja, sesorang akan mengalami
beberapa perubahan, baik secara fisik maupun biologis, misalnya tanggalnya gigi, kulit
keriput, penglihatan berkurang, keropos tulang, rambut beruban, pikun, depresi,
sensitivitas indera berkurang, metabolisme basal tubuh berkurang, dan kurang lancarnya
proses pencernaan. Oleh karena itu asupan gizi untuk lansia harus disesuaikan dengan
perubahan kemampuan organ-organ tubuh lansia sehingga dapat mencapai kecukupan gizi
lansia yang optimal.

3. Pengobatan

Bertambahnya usia identik dengan ketergantungan obat. Pada dasarnya, pengobatan dapat
memperbaiki kondisi kesehatan dan meningkatkan kualitas hidup, tetapi di lain pihak
pengobatan pun dapat mempengaruhi asupan kebutuhan gizi lansia, efek ini timbul karena
obat-obatan tertentu dapat mempengaruhi proses penyerapan zat gizi. Oleh karena itu bagi
lansia yang harus menggunakan beberapa jenis obat dianjurkan untuk selalu
mengkonsultasikan kepada dokter mengenai kemungkinan terjadinya efek samping obat
yang sedang dan akan digunakan selain itu pasien juga dianjurkan untuk meminta saran
dari dokter atau ahli gizi tentang pilihan makanan yang sebaiknya dikonsumsi.

4. Depresi dan Kondisi Mental

Depresi hampir dialami 12 – 14% populasi lansia. Perubahan lingkungan sosial, kondisi
yang terisolasi, kesepian, dan berkurangnya aktivitas menjadikan para lansia mengalami
rasa frustasi dan kurang bersemangat. Akibatnya, selera makan terganggu sehingga secara
tidak langsung dapat memicu terjadinya status gizi buruk.

5. Penyakit

2
Meningkatnya usia menyebabkan seseorang menjadi rentan terserang penyakit. Penyakit-
penyakit tertentu sering menyebabkan keadaan gizi buruk misalnya penderita diabetes
mellitus umumnya mempunyai berat badan dibawah normal, hal tersebut disebabkan
karena karena defisiensi insulin kondisi ini akan menyebabkan sedikitnya glukosa yang
dapat diserap tubuh untuk diubah menjadi glukogen (energi), dengan demikian untuk
memenuhi kebutuhan energi, tubuh akan merombak lemak (lipolisis) dan protein
(proteolisis) untuk dijadikan sumber energi. Jika kondisi ini terjadi secara terus menerus
akan menyebabkan cadangan lemak dan protein di dalam tubuh berkurang. Akibatnya
berat badan akan menurun.

Cara mengatur makanan bagi lansia adalah :

1. Dengan memperhatikan prinsip-prinsip kebutuhan gizinya yaitu kebutuhan energi


memang lebih rendah dari pada usia dewasa muda (turun sekitar 5-10%), kebutuhan
protein sebesar 1 gr/kg BB, kebutuhan lemak berkurang, kebutuhan karbohidrat cukup
(sekitar 50%), kebutuhan vitamin dan mineral sama dengan usia dewasa muda.
2. Menu yang disajikan untuk lansia harus mengandung gizi yang seimbang yakni
mengandung sumber zat energi, sumber zat pembangun dan sumber zat pengatur.
3. Karena lansia mengalami kemunduran dan keterbatasan maka konsistensi dan tekstur
atau bentuk makanan harus disesuaikan. Sebagai contoh : gangguan pada gigi (gigi
tanggal/ompong), maka bentuk makanannya harus lunak, misal nasi ditim, lauk pauk
dicincang (ayam disuwir, daging sapi dicincang/digiling)
4. Makanan yang kurang baik bagi lansia adalah makanan berlemak tinggi seperti
seperti jerohan (usus, hati, ampela, otal dll), lemak hewan, kulit hewan (misal kulit
ayam, kulit sapi, kulit babi dll), goreng-gorengan, santan kental. Karena seperti
prinsip yang disebutkan tadi bahwa kebutuhan lemak lansia berkurang dan pada lansia
mengalami perubahan proporsi jaringan lemak. Hal ini bukan berarti lansia tidak
boleh mengkonsumsi lemak. Lansia harus mengkonsumsi lemak namun sesuai dengan
kebutuhannya.
5. Lansia harus diberi pengertian untuk mengurangi atau kalau bisa menghindari
makanan yang mengandung garam natrium yang tinggi. Contoh bahan makanan yang
mengandung garam natrium yang tinggi adalah garam dapur, vetsin, daging kambing,
jerohan, atau makanan yang banyak mengandung garam dapur misalnya ikan asin,
telur asin, ikan pindang. Mengapa lansia harus menghindari makanan yang
mengandung garam natrium yang tinggi ? Hal ini dikarenakan pada lansia mudah
mengalami hipertensi. Hal ini disebabkan karena elastisitas pembuluh darah telah
menurun dan terjadi penebalan di dinding pembuluh darah yang mengakibatkan
mudahnya terkena hipertensi. Selain itu indera pengecapan pada lansia mulai
berkurang, terutama untuk rasa asin, sehingga rasa asin yang cukup terasa masih
kurang bagi mereka, lalu makanan ditambah garam yang banyak, hal ini akan
meningkatkan tekanan darah pada lansia.
6. Lansia harus memperbanyak makan buah dan sayuran, karena sayur dan buah banyak
mengandung vitamin, mineral dan serat. Lansia sering mengeluhkan tentang
konstipasi/susah buang air besar, dengan mengkonsumsi sayur dan buah yang kaya
akan serat maka akan melancarkan buang air besar. Dengan mengkonsumsi sayuran
dan buah sebenarnya lansia tidak perlu lagi mengkonsumsi suplemen makanan.
7. Selain konsumsi sayur dan buah, Lansia harus banyak minum air putih. Kebutuhan air
yakni 1500 – 2000 ml atau 6 -8 gelas perhari. Air ini sangat besar artinya karena air

3
menjalankan fungsi tubuh, mencegah timbulnya penyakit di saluran kemih seperti
kencing batu, batu ginjal dan lain-lain. Air juga sebagi pelumas bagi fungsi tulang dan
engselnya, jadi bila tubuh kekurangan cairan maka fungsi, daya tahan dan kelenturan
tulang juga berkurang. Air juga berguna untuk mencegah sembelit, karena untuk
penyerapan makanan dalam usus memerlukan air.

Syarat dalam penyusunan menu lansia :

 Menu hendaknya mengandung zat gizi dari beranekaragam bahan makanan yang
terdiri dari zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur.
 Jumlah kalori yang baik untuk dikonsumsi oleh usia lanjut adalah 50% dari Hidrat
Arang yang bersumber dari Hidrat Arang kompleks.
 Jumlah lemak dalam makanan dibatasi, yang 25-30% dari total kalori.
 Jumlah protein yang dikonsumsi sebaiknya 8-10% dari total kalori.
 Makanan sebaiknya mengandung serat dalam jumlah besar yang bersumber pada
buah, sayur dan beraneka pati, yang dikonsumsi dengan jumlah yang bertahap.
 Menggunakan bahan makanan yang tinggi kalsium, seperti susu non fat, yoghurt,
ikan.
 Makanan mengandung zat besi (Fe dalam jumlah besar, seperti kacang-kacangan,
hati,daging, bayam atau sayuran hijau.
 Membatasi penggunaan garam. Perhatikan label makanan yang mengandung
garam, seperti adanya monosodium glutamat, sodium bikarbonat, sodium citrat.
 Bahan makanan sebagai sumber zat gizi sebaiknya dari bahan makanan yang segar
dan mudah dicerna.
 Hindari bahan makanan yang mengandung alkohol dalam jumlah besar.
 Makanan sebaiknya yang mudah dikunyah, seperti bahan makanan lembek.
 Perlu diperhatikan porsi makanan, jangan terlalu kenyang. Porsi makan hendaknya
diatur merata dalam satu hari sehingga dapat makan lebih sering dengan porsi yang
kecil.
 Lebih dianjurkan untuk mengolah makanan dengan cara dikukus, direbus, atau
dipanggang kurangi makanan yang digoreng

4
Angka kecukupan energi dan zat gizi yang dianjurkan untuk Lansia dalam sehari :

KOMPOSISI LAKI-LAKI PEREMPUAN


Energi (kal) 1960 1760
Protein (gram) 50 44
Vitamin A (RE) 600 700
Thiamin (mg) 0,8 0,7
Riboflavin (mg) 1,0 0,9
Niasin (mg) 8,6 7,5
Vitamin B12 (mg) 1 1
Asam folat (mcg) 170 150
Vitamin C (mg) 40 30
Kalsium (mg) 500 500
Fosfor (mg) 500 450
Besi (mg) 13 16
Seng (mg) 15 15
Iodium (mcg) 150 150

Anjuran Pembagian Makanan Sehari Lansia Menurut Kecukupan Energi

*Keterangan:
Nasi 1 porsi = ¾ gls = 100 gr = 175 kkal
Sayur 1 porsi = 1 gls = 100 gr = 25 kkal
Buah 1 porsi = 1-2 bh = 50-190 gr = 50 kkal
Tempe 1 porsi = 2 ptg sdg = 50 gr = 75 kkal
Daging 1 porsi = 1 ptg sdg = 35 gr = 75 kkal
Minyak 1 porsi = 1 sdt = 5 gr = 50 kkal
Gula 1 porsi = 1 sdm = 13 gr = 50 kkal
Susu bubuk tanpa lemak 1 porsi = 4 sdm = 20 gr = 75 kkal

5
Contoh Menu Lansia Dalam Sehari

Waktu Makan Pria (1960 kal) Wanita (1750 kal)


Pagi 1 ½ gls nasi/ pengganti 1 gls nasi/ pengganti

1 butir telur (Telur Mata Sapi) 1 btr telur

100 gr sayuran (Cah Kangkung) 100 gr sayuran

1 gls susu skim 1 gls susu skim


Pukul 10.00 Snack/buah (Nagasari) Snack/buah

Siang 1 ½ gls nasi 1 gls nasi

50 gr daging/ikan/unggas (Pepes 50 gr daging/ikan/unggas


Ikan)
25 gr tempe/kacang-kacangan
25 gr tempe/kacang-kacangan
(Tempe bb Tomat) 150 gr sayuran

150 gr sayuran (Sayur Asem) 1 ptg buah

1 ptg buah (Semangka)


Pukul 17.00 Snack/ buah (Bubur Kacang Hijau) Snack/ buah
Malam 1 ½ gls nasi 1 gls nasi

50 gr daging/ikan/unggas (Basho 50 gr daging/ikan/unggas


Daging)
50 gr tahu
50 gr tahu (Hot Tahu)
150 gr sayuran
150 gr sayuran (Sup Sayur)
1 ptg buah
1 ptg buah (Pisang)

Susunan makanan sehari-hari untuk lansia hendaknya tidak terlalu banyak


menyimpang dari kebiasaan makanan, serta disesuaikan dengan keadaan psikologisnya.
Pola makan disesuaikan dengan kecukupan gizi yang dianjurkan dan menu makanannya
disesuaikan dengan ketersediaan dan kebiasaan makan tiap daerah.
Menu makanan manula dalam sehari dapat disusun berdasarkan konsep ‘gizi seimbang”,
sebagai contoh :
 Kelompok makanan pokok (utama) : nasi (1 porsi= 100 gram)

6
 Kelompok lauk pauk : daging (1 potong= 50 gram), tahu (1 potong = 25 gr)
 Kelompok sayuran : bayam (1 mangkok = 100 gr)
 Kelompok buah-buahan : pepaya (1 potong = 100 gr) dan susu (1 gelas = 100 gr)
Kelompok jenis makanan
1. Karbohidrat : nasi, jagung, ketan, bihun, biskuit, kentang, mie, roti, singkong, talas,
ubi-ubian, pisang, nangka, makaroni
2. Protein hewani : daging sapi, daging ayam, hati (ayam atau sapi), telur unggas, ikan,
baso daging
3. Protein nabati : kacang-kacangan, tahu, tempe, oncom
4. Buah-buahan : pepaya, belimbing, alpukat, apel, jambu biji, jeruk, mangga, nangka,
pisang awak, sirsak, semangka
5. Sayuran : bayam, buncis, beluntas, daun pepaya, daun singkong, katuk, kapri, kacang
panjang, kecipir, sawi, wortel, selada
6. Makanan jajanan : bika ambon, dadar gulung, getuk lindri, apem, kroket, kue putu,
risoles
7. Susu : susu kambing, susu kedelai, skim

Selain dari makanan untuk menjaga kesehatan, lansia juga perlu beberapa kegiatan yang
harus dilakukan seperti :

1. Olah raga yang teratur dan sesuai


Olah raga usia lanjut tidak perlu berlebihan, patokan olah raga lansia yaitu beban
ringan atau sedang, waktu relatif lama, bersifat aerobik dan atau kalistenik, tidak
kompetitif atau bertanding.

2. Istirahat, tidur yang cukup


Tidur ini bermanfaat untuk menyimpan energi, meningkatkan immunitas atau
kekebalan tubuh, mempercepat proses penyembuhan penyakit, juga pada saat tidur tubuh
memperbaiki jaringan tubuh yang mengalami kerusakan.

3. Menjaga kebersihan
Lansia harus menjaga kebersihan tubuh, kebersihan lingkungan, kebersihan
ruangan dan juga pakaian dimana dia tinggal. Yang termasuk kebersihan tubuh adalah
mandi dua kali sehari, mencuci tangan sebelum makan atau sesudah mengerjakan sesuatu,
sikat gigi setelah selesai makan, membersihkan kuku dan lubang-lubang (hidung, telinga,
pusar, anus dan organ intim), memakai alas kaki jika keluar rumah dan menggunakan
pakaian yang bersih. Tentu saja hal ini memerlukan bantuan dari keluarga atau orang yang
tinggal bersama Lansia.

4. Memeriksakan kesehatan secara teratur

7
Pemeriksaan kesehatan berkala dan konsultasi kesehatan merupakan kunci
keberhasilan dari upaya pemeliharaan kesehatan lansia. Walaupun tidak sedang sakit,
lansia dianjurakan untuk memeriksakan kesehatannya secara berkala, agar bila ada
penyakit dapat diketahui lebih dini sehingga pengobatannya lebih mudah dan cepat dan
jika ada faktor beresiko yang menyebabkan penyakit dapat dicegah.

5. Rekreasi
Rekreasi untu menghilangkan kelelahan setelah beraktifitas selama seminggu, bisa
di pantai, di taman, atau bersantai bersama keluarga, anak dan cucu, atau teman dan
tetangga.

Pengukuran Antropometri Lansia


Pada lansia, pengukuran antropometri digunakan pengukuran yaitu: umur (tahun),
BB, dan TB. Jika lansia masih dapat berdiri tegak dan sehat maka dapat dilakukan
pengukuran dengan menggunakan microtoise. Namun apabila lansia tersebut sudah tidak
dapat berdiri tegak maka dilakukan pengukuran tinggi badan dengan menghitung tinggi
lutut. Berikut formula yang dapat digunakan untuk mengukur tinggi badan lansia (Gibson,
1993) :
- Pria = (2,02 x tinggi lutut (cm)) – (0,04 x umur (tahun)) + 64,19

- Wanita = (1,83 x tinggi lutut (cm)) – (0,24 x umur (tahun)) + 84,88

Anda mungkin juga menyukai