Tujuan
1
INPUT PROSES OUTPUT
2
5. IPHP Peternakan mencakup pengolahan daging segar, susu, kulit
dan hasil samping lainnya.
2) Tenaga Kerja
Manusia sebagai subjek pembangunan merupakan sumberdaya utama pembangunan
yang akan menentukan berhasil/tidaknya pembangunan yang dilaksanakan. Untuk
melaksanakan pembangunan dibutuhkan sumber daya alam, sumber daya manusia,
dan teknologi, dengan tujuan untuk setingkat demi setingkat mengubah kualitas
lingkungan menuju yang lebih baik lagi. Teknologi yang digunakan dalam
pembangunan di samping menimbulkan masalah lingkungan juga dapat digunakan
untuk memecahkan masalah lingkungan.
Untuk menjamin kelangsungan pembangunan, maka perencanaan, penggunaan,
pengelolaan dan penyelamatan sumber daya alam perlu dilakukan lebih cermat
dengan memperhitungkan hubungan-hubungan ekologis yang berlaku guna
mengurangi dampak yang merugikan.
Indusri Jasa Sektor Pertanian (IJSP) dibagi menjadi tiga kegiatan sebagai berikut:
1. IJSP Perdagangan, yang mencakup kegiatan pengangkutan, pengemasan
serta penyimpanan baik bahan baku maupun produk hasil industri
pengolahan pertanian.
2. IJSP Konsultasi, meliputi kegiatan perencanaan, pengelolaan, pengawasan
mutu serta evaluasi dan penilaian proyek
3. IJSP Komunikasi, menyangkut teknologi perangkat lunak yang melibatkan
penggunaan komputer serta alat komunikasi modern lainnya.
3) Mesin dan Peralatan
Desain saniter adalah aplikasi teknik desain peralatan dan fasilitas yang tetap
memungkinkan dilakukannya proses pembersihan dan sanitasi secara baik. Prinsip
desain saniter akan menghasilkan desain yang meminimisasi kemungkinan terjadinya
kontaminasi, mendorong pekerja berperilaku saniter (sering dan mudah cuci tangan,
misalnya), dan memudahkan pekerja melakukan pembersihan dan sanitasi.
3
Pertimbangan khusus juga dipersyaratkan untuk mesin dan peralatan. Untuk mesin/
peralatan yang kontak langsung dengan bahan pangan olahan, perlu didesain,
dikonstruksi dan diletakkan sedemikian rupa sehingga menjamin mutu dan keamanan
produk.
Sebagaimana kita ketahui bahwa kebutuhan akan bahan baku telah menyerap 30%
biaya produksi sehingga sangat penting bagi suatu industri untuk selalu menjaga stok
bahan bakunya. Sistem penyimpanan bahan baku yakni first in first out dimana bahan
yang masuk terlebih dulu sehingga tempat penimpanan (gudang) di desain sedemikian
rupa untuk mempermudah proses pengambilan bahan baku tersebut dari gudang.
Indusri Peralatan dan Mesin Pertanian (IPMP) dibagi menjadi dua kegiatan sebagai
berikut:
1. IPMP Budidaya Pertanian yang mencakup alat dan mensi pengolahan
lahan (cangkul, bajak, traktor dan lain sebagainya)
2. IPMP Pengolahan, yang meliputi alat dan mesin pengolahan berbagai
komoditas pertanian misalnya mesin perontok gabah, mesin penggilingan
padi, mesin peengering dan lain sebagainya.
1. Masalah pestisida
4
Dalam penerapan di bidang pertanian, ternyata tidak semua pestisida
mengenai sasaran. Kurang lebih hanya 20 persen pestisida mengenai sasaran
sedangkan 80 persen lainnya jatuh ke tanah. Akumulasi residu pestisida
tersebut mengakibatkan pencemaran lahan pertanian. Apabila masuk ke
dalam rantai makanan, sifat beracun bahan pestisida dapat menimbulkan
berbagai penyakit seperti kanker, mutasi, bayi lahir cacat, CAIDS
(Chemically Acquired Deficiency Syndrom)
2. Masalah makanan
Masalah makanan pada masyarakat agroindustri adalah tentang
kebersihan makanan dari bahan baku sampai penyajiannya.
Kontaminan makanan :
a) Kontaminan Pestisida
Pestisida yang digunakan secara berlebih di dalam proses pertanian akan
dapat masuk ke dalam tubuh hewan ataupun tumbuhan, yang nantinya
merupakan bahan utama dari pembuatan makanan, misalnya: DDT yang
dapat menimbulkan keracunan dengan gejala GI (gastero-intestinum)
b) Kontaminan Mikroba
Beberapa contoh mikroba yang dapat mengkontaminasi makanan antara
lain: Salmonella, Staphylococcus, Clostridium, dll. Mikroorganisme
tersebut kebanyakan hidup pada bahan makanan (mentah) berupa daging
unggas, telur, susu, santan kelapa, ikan, sayuran) yang terkontaminasi.
Dari semua bahan makanan tersebut, yang paling banyak menimbulkan
resiko terkontaminasi atau teracuni oleh bakteria adalah daging unggas
(misal : daging ayam) dan telur.
3. Masalah limbah
Air limbah industry pada umumnya mengandung asam mineral dalam jumlah
tinggi sehingga keasamannya juga tinggi atau pH-nya rendah. Perubahan
keasaman pada limbah air akan sangat mengganggu kehidupan ikan dan
hewan air. Selain itu, limbah yang mempunyai pH rendah bersifat sangat
korosif terhadap baja dan sering mengakibatkan pipa besi menjadi berkarat.
b. Luar Industri
1. Pemanasan global
5
Pemanasan global umumnya diakibatkan oleh adanya gas rumah kaca di
atmosfir bumi. Untuk mengurangi bahaya pemanasan global, emisi gas rumah
kaca harus dikendalikan. Usaha ini meliputi penghematan energy, termasuk
didalamnya meningkatkan efisiensi penggunaan energy di industry.
2. Pekerja
Kegiatan industri akan menarik para pekerja untuk menetap disekitarnya dan
pertumbuhan penduduk tersebut akan menyebabkan berkembangnya permukiman
yang pola dan kualitas lingkungannya tidak dapat dilepaskan dari keberadaan
industri tersebut, sebagai konsekuensinya, industri harus menyediakan
permukiman yang diperuntukan bagi para pekerja/buruh. Hal ini juga diatur
dalam Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 35 tahun 2010 tentang Pedoman
Teknis Pengembangan Kawasan Industri. Pendapatan yang relatif minim
menyebabkan para pekerja industri mencari alternatif tempat tinggal yang dekat
dengan lokasi tempat bekerja atau mencari lokasi yang paling mudah dicapai dari
jalan utama yang dilalui kendaraan angkutan umum atau kendaraan angkutan
perusahaan apabila perusahaan tersebut penyediakan kendaraan angkutan bagi
para pekerjanya. Umumnya bagi pekerja industri yang menjadi prioritas utama
dalam pemilihan huniannya lebih terletak pada aspek fungsinya sebagai tempat
6
melakukan aktivitas hidup sehari-hari selain bekerja, sedangkan untuk aspek
kenyamanan tidak begitu diperhatikan
a. Langsung
Pekerja lansung maksudnya adalah pekerja yang terlibat langsung dalam
proses produksi agroindustri. Dalam hal ini, pekerja langsung dapat berisiko
terpajan antara lain sebagai berikut :
1. Bahaya Mekanik
Dapat menimbulkan risiko trauma atau terluka akibat kecelakaan.
2. Bising
Di tempat kerja, bising dapat menyebabkan gangguan pedengaran (ketulian)
3. Getar
Dapat menimbulkan gangguan pendengaran, musculoskeletal, keseimbangan,
W bite finger dan hematuri mikroskopik
4. Pestisida
Pekerja berisiko adalah pekerja di lading dan perkebunan
5. Partikel di udara
Partikel organic bahan kimia dari alam dapat berupa debu kapas, rami, kayu,
gandum dan biji-bijian
6. Ergonomic
Kondisi pekerjaan dan peralatan kerja yang digunakan oleh pekerja termasuk
work station
b. Tidak Langsung
Pekerja tidak langsung maksudnya adalah pekerja yang tidak terlibat
langsung dalam proses produksi agroindustri. Misalnya bagian administrasi,
distributor (supir), petugas kebersihan, dan staff staff pegawai industry
tersebut. Pekerja tidak langsung masih tetap dapat berisiko terpajan bahan-
bahan berbahaya dari proses produksi walaupun tidak sebesar risiko pada
pekerja langsung. Pekerja tidak langsung dapat berisiko terpajan antara lain
sebagai berikut:
1. Ergonomic
7
Kondisi pekerjaan dan peralatan kerja yang digunakan oleh pekerja
termasuk work station
2. Pengorganisasian pekerjaan dan budaya kerja
Contohnya adalah faktor stress kerja berupa beban kerja berlebih atau
pembagian pekerjaan yang tidak proporsional, budaya kerja sampai jauh
malam dan mengabaikan social pekerja.
Secara umum produk industri setiap Negara terus meningkat dan bergerak
menuju bidang-bidang yang lebih padat modal seperti produk-produk logam,
bahan kimia, mesin dan peralatan. Berbagai industri berat yang banyak
menimbulkan pencemaran terus tumbuh berkembang.
1) Produk
8
limbah dibuang setelah terlebih dahulu dikondisikan agar memenuhi syarat
buangan.
2) Limbah
Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat
tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomi.
Limbah yang mengandung bahan polutan yang memiliki sifat racun dan
berbahaya dikenal dengan limbah B-3 , yang dinyatakan sebagai bahan yang
dalam jumlah relatif sedikit tetapi berpotensi untuk merusak lingkungan hidup
dan sumber daya. Beberapa kriteria berbahaya dan beracun telah ditetapkan,
antara lain mudah terbakar, mudah meledak, korosif, bersifat sebagai oksidator
dan reduktor yang kuat, mudah membusuk dan lain-lain. Dengan konsentrasi
dan kuantitas tertentu kehadirannya dapat berdampak negatif terhadap
lingkungan terutama bagi kesehatan manusia dan kehidupn lainnya, sehingga
perlu ditetapkan batas-batas yang diperkenankan dalam lingkungan untuk
waktu tertentu.
1) Volume limbah
2) Kandungan bahan pencemar
3) Frekuensi pembuangan limbah
Berdasarkan nilai ekonominya, limbah dibedakan menjadi limbah yang
mempunyai nilai ekonomis dan limbah yang tidak memiliki nilai
ekonomis.Limbah yang memiliki nilai ekonomis yaitu limbah di mana dengan
melalui suatu proses lanjut akan memberikan suatu nilai tambahan. Misalnya,
9
dalam pabrik gula, tetes merupakan limbah yang dapat digunakan sebagai
bahan baku untuk industri alkohol sedangkan ampas tebu sebagai limbah dari
pabrik gula juga dapat dijadikan sebagai bahan baku untuk industri kertas
karena mudah dibentuk menjadi bubur pulp.
Limbah non ekonomis adalah suatu limbah yang walaupun telah dilakukan
proses lanjut dengan cara apapun tidak akan memberikan nilai tambah kecuali
sekedar untuk mempermudah sistem pembuangan. Limbah jenis ini sering
menimbulkan masalah pencemaran dan kerusakan lingkungan.
a) Limbah cair
Air yang mengalir dari pabrik membawa sejumlah padatan dan partikel,
baik yang larut maupun yang mengendap. Bahan ini ada yang kasar dan
ada yang halus, kerap kali air buangan pabrik berwarna keruh dan bersuhu
tinggi. Air limbah yang telah tercemar mempunyai ciri yang dapat
diidentifikasikan secara visual dari kekeruhan, warna, rasa, bau yang
ditimbulkan dan indikasi lainnya. Jenis industri yang menghasilkan
limbah cair diantaranya adalah industri pulp dan rayon, pengolahan crumb
rubber, besi dan baja, kertas, minyak goreng, tekstil, elektroplating,
plywood dan lain-lain.
10
dikategorikan menjadi dua bagian, yaitu limbah padat yang dapat di daur
ulang (misalnya plastik, tekstil, potongan logam) dan limbah padat yang
tidak dapat di daur ulang yang ditangani dengan berbagai cara misalnya
ditimbun pada suatu tempat, diproses lanjut kemudian dibuang dan
dibakar.
Perlakuan terhadap limbah padat yang tak bernilai ekonomis beberapa di
antaranya adalah sebagai berikut, ditumpuk pada areal tertentu,
pembakaran, dan pembuangan. Sumber limbah padat di antaranya adalah
pabrik gula, pulp dan rayon, plywood, pengawetan buah, ikan, daging, dan
lain-lain.
Limbah padat dapat diklasifikasikan menjadi limbah padat yang mudah
terbakar, limbah padat yang sukar terbakar, limbah padat yang mudah
membusuk, debu, lumpur, dan limbah yang dapat di daur ulang.
Proses pengolahan limbah tersebut dapat dilakukan melalui tiga cara,
yaitu pemisahan, penyusutan ukuran dan pengkomposan.
E. Pengendalian Limbah
Asas pencemar pembayar sebagai suatu produk peraturan yang berkaitan
dengan industri dan lingkungan, menyatakan bahwa “siapa yang merusak dan
mencemarkan lingkungan harus memikul tanggung jawab dengan membayar ganti
rugi pada penderita yang telah dilanggar hak nya atas lingkungan hidup yang baik dan
sehat dan/atau membayar biaya-biaya pemulihan lingkungan hidup pada negara”.
Asas ini tercantum dalam UU No. 4/1982 yang pertama kali dicetuskan secara
internasional pada tahun 1972, saat negara-negara OECD sepakat untuk mendasarkan
kebijaksanaan lingkungan mereka pada asas pencemar pembayar.
11