KONSENTRAT
Jenis Pakan Ternak Ruminansia
a.
Hijauan
Hijauan adalah bahan pakan berasal dari tanaman yang terdiri atas
daun, ranting dan batang baik dalam bentuk segar maupun sudah diawetkan
(silage dan hay) dijadikan pakan bagi hewan ternak. Hijauan merupakan
sumber bahan pakan ternak yang utama dan perananya sangat penting bagi
ternak ruminansia (sapi, kerbau, kambing dan domba) baik untuk hidup
pokok, pertumbuhan, produksi maupun untuk reproduksi. Hijauan dapat
ditanam di ladang dan hewan dibiarkan merumput, atau dipangkas kemudian
diberikan sebagai sumber pakan.
Di Indonesia pada umumnya hijauan makanan ternak diperoleh dari
berbagai sumber antara lain dari hasil panen sendiri, tepi jalan, pematang
sawah, tepi hutan, lapangan tanah kuburan, perkebunan, sisa hasil pertanian
dan lain sebagainya sehingga kontinuitas produksi, kuantitas dan kualitasnya
tidak terjamin sebagi makanan ternak.
Pada umumnya para peternak terutama di daerah tropis khususnya di
Indonesia menggantungkan tersedianya hijauan makanan ternak dari alam
dan sisa-sisa hasil pertanian. Hijauan makanan yang berasal dari alam
(rumput liar) tanpa pemeliharaan yang khusus akan mempunyai produksi
rendah yaitu 30 ton per hektar pertahun (tanpa pemupukan) dan 100 hektar
perhektar pertahun (dipupuk) juga nilai gizi yang rendah, sehingga perlu
dilakukan tindakan untuk meningkatkan produksi dan kualitasnya yaitu
dengan cara pemeliharaan dan budidaya rumput unggul.
Ketersediaan bahan pakan hijauan sangat dipengaruhi oleh musim,
dimana pada musim penghujan tersedia dalam jumlah banyak dan berlimpah
ruah, sedangkan pada musim kemarau ketersediaannya sangat terbatas.
Untuk mengatasi hal tersebut biasanya peternak memberi sisa-sisa hasil
pertanian seperti jerami.
Jerami padi merupakan salah satu limbah pertanian yang cukup besar
jumlahnya dan belum sepenuhnya dimanfaatkan. Produksi jerami padi
bervariasi yaitu dapat mencapai 12-15 ton per hektar satu kali panen atau 45 ton bahan kering tergantung pada lokasi dan jenis varietas padi yang
digunakan. Kendala utama dari pemanfaatan jerami padi sebagai salah satu
bahan pakan ternak adalah kandungan serat kasar tinggi dan protein serta
daya cerna yang rendah. Untuk itu, jerami padi perlu ditingkatkan nilai
gizinya dengan melakukan pengolahan, baik fisik, kimia maupun biologis.
Berdasarkan sumbernya hijauan dapat digolongkan dalam 3 golongan
yaitu :
1) Graminae (rumput)
2) Leguminosae (kacang-kacangan)
3)
Sisa
hasil
pertanian.
4) Daun-daunan
Bahan pakan hijauan dikelompokkan dalam beberapa kelas, yakni :
1)
Hijauan segar
Hijauan segar adalah semua bahan pakan yang diberikan kepada ternak
dalam bentuk segar, baik yang dipotong terlebih dahulu (oleh manusia)
maupun yang tidak (disengut langsung oleh ternak). Hijauan segar umumnya
terdiri atas daun-daunan yang berasal dari rumput-rumputan, tanaman bijibijian/jenis kacang-kacangan. Hijauan segar memiliki kandungan air yang
tinggi yakni > 65%. Hijauan banyak mengandung karbohidrat dalam bentuk
gula sederhana, pati dan fruktosa yang sangat berperan dalam menghasilkan
energi.
Bahan pakan utama ternak sapi penggemukan adalah dalam bentuk
hijauan yaitu berasal dari rumput unggul, rumput lokal dan leguminosa.
Beberapa contoh hijauan pakan unggul yang dapat dibudidayakan adalah
rumput gajah, rumput benggala, rumput setaria dan lain-lain. Sedangkan
hijauan pakan unggul berupa daun-daunan adalah leguminosa, seperti
kacang sentro, kalopo, lamtoro, gamal dan lain-lain.
2)
Silase
Silase adalah pakan berkadar air tinggi hasil fermentas yang diberikan
Konsentrat
Konsentrat
adalah
campuran
dari
beberapa
bahan
pakan
untuk
konsentrat
agar
dapat
mencapai
sasaran
harus
konsentrat
jangan
terlalu
berlebihan,
namun
harus
Konsentrat ini terdiri dari tepung daging, tepung tulang dan daging,
tepung darah, hasil samping pengolahan ikan seperti tepung ikan dan ikan
kecil, hasil sampingan pengolahan susu seperti bubuk susu skim, whey dan
lemak susu. Bahan-bahan ini ditandai dengan protein kualitas tinggi yang
relatif banyak jumlah yang dikandungnya dan kandungan mineral yang
tinggi.
Ternak adalah hewan yang dengan sengaja dipelihara sebagai sumber pangan, sumber bahan
baku industri, atau sebagai pembantu pekerjaan manusia. Usaha pemeliharaan ternak disebut
sebagai peternakan (atau perikanan, untuk kelompok hewan tertentu) dan merupakan bagian
dari kegiatan pertanian secara umum.
Daftar isi
[sembunyikan]
1Pengertian
2Sejarah
3Praktek pemeliharaan
4Yang diternakkan
5Pakan ternak
6Dampak lingkungan
7Referensi
8Pranala luar
ternak. Jenis ternak bervariasi di seluruh dunia dan tergantung pada sejumlah faktor
seperti iklim, permintaan konsumen, daerah asal, budaya lokal, dan topografi.
Kelompok hewan selain unggas dan mamalia yang dipelihara manusia juga disebut (hewan)
ternak, khususnya apabila dipelihara di tempat khusus dan tidak dibiarkan berkelana di alam
terbuka. Penyebutan "ternak" biasanya dianggap "tepat" apabila hewan yang dipelihara sedikit
banyak telah mengalami domestikasi, tidak sekedar diambil dari alam liar kemudian dipelihara.
Ke dalam kelompok ini termasuk ngengat sutera, berbagai jenis ikan air tawar (seperti ikan
mas, gurami, mujair, nila, atau lele), beberapa jenis katak(terutama bullfrog), buaya, dan
beberapa jenis ular. Usaha pemeliharaan ikan umumnya disebut sebagai perikanan atau, lebih
spesifik, budidaya ikan.
Hewan ternak dapat dipantau dengan berbagai cara seperti penggunaan label (dicat di atas kulit
hewan atau digantung di telinga) atau dengan cara yang modern seperti penggunaan RFID yang
ditanam di bawah kulit. Implan microchip juga dapat ditanam di dalam tubuh hewan ternak untuk
memantau kondisi hewan seperti perubahan komposisi darah, denyut jantung, temperatur tubuh,
dan sebagainya sehingga dapat menjadi pengingat jika hewan ternak menunjukan gejala sakit.
Penggunaan hormon pertumbuhan untuk meningkatkan laju pertumbuhan hewan ternak juga
dilakukan, namun dibatasi karena dapat mengganggu kesehatan hewan dan kualitas produk
hewan yang dihasilkan. Bahan kimia lain yang digunakan pada peternakan
adalahvaksin dan multivitamin untuk menjaga kesehatan hewan, dan pestisida untuk mencegah
keberadaan serangga di dalam kandang. Metode ini umumnya dilakukan di dalam peternakan
pabrik karena secara alami hewan ternak tidak mampu membersihkan diri di dalam kandang
yang sempit.