Anda di halaman 1dari 3

Permasalahan Investasi di Indonesia

Permasalahan atau hambatan investasi di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi 9


(sembilan) sebagai berikut :

1. Sistem Birokrasi
Birokrasi yang berbelit dan memakan waktu lama merupakan hambatan atau
permasalahan dalam investasi. Menurut penelitian The Asia Foundation (2006),
pengusaha di Indonesia harus melalui rata – rata 7, 11 prosedur yang memakan wakru
128 hari untuk mendaptkan surat izin usaha. Kalau dibandingkan dengan negara –
negara tetangga seperti Singapura (8 hari), Thailand (33 hari), Filipina (50 hari), dan
Vietnam (56 hari), tentu Indonesia jauh tertinggal.
2. Suku Bunga Industri Perbankan
Krisis keuangan yang terjadi mengakibatkan intermediasi perbankan tidak berjalan
normal sehingga mendorong adanya fenomena credit crunch, membatasi
pembiayaan investasi dan suku bunga yang tinggi menyebabkan pangsa investasi
turun.
3. Infrastruktur
Infrastruktur merupakan suatu faktor penunjang investasi yang penting, misalnya
sistem pasokan energi (BBM dan listrik), sistem komunikasi dan sistem transportasi.
tanpa tersediannya infrastruktur yang memadai akan mengakibatkan
membengkaknya investasi dan tidak tertariknya investor untuk menanamkan
modalnya.
4. Ketanagakerjaan
Maslaah ketenagakerjaan di Indonesia berkisar pada sumber daya manusia yang
tidak terlatih dan sistem pengupahan yang belum sempurna yang menghambat
investasi :
a. Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) disamaratakan untuk semua sektor
tanpa mempertimbangkan karakteristik masing – masing sektor tersebut.
b. Kenaikan UMK setiap tahun lebih tinggi daripada angka inflasi.
c. Sistem pengupahan tidak dikaitkan dengan produktivitas dan efisiensi.
d. Keharusan menggunakan Jamsostek untuk jaminan asuransi pekerja baik lokal
maupun asing.
5. Jaminan Keamanan
Syarat utama dalam melakukan investasi adalah terpenuhinya kondisi yang aman ,
oleh karena itu pemerintah harus menjamin adanya keamanan investasi. Terjadinya
unjuk rasa (demonstrasi) , pemogokan, dan lain – lain yang dilakukan sebagai akibat
provokasi dari beberapa aktivis sosial pekerja terkadang berbuntut pengrusakan
terhadap fasilitas – fasilitas perusahaan. Kalau hal ini belum bisa dikendalikan
sepenuhnya tentu akan menjadi hambatan bagi para investor untuk melakukan
investasi.
6. Kepastian hukum
Pertimbangan penting lainnya untuk investor dalam melakukan investatsi adalah
kepastian hukum. Banyak kasus terjadi yang mengakibatkan kerugian bagi para
investor karena ketidakjelasan aturan atau lemahnya penegakan hukum oleh aparat
sehingga para investor menjadi enggan untuk menanamkan modalnya. Dengan tidak
adanya kepastian hukum menyebabkan investasi menjadi lebih berisiko.
7. Stabilitas Politik
Perkembangan situasi politik dapat memepengaruhi investasi. Situasi politik yang
semakin memanas tentu akan menghambat investasi. Apalagi setiap menjelang
Pemilu dan sesudah Pemilu, ada kemungkinan stabilitas politik menjadi terganggu
dan tidak terkendali sehingga terjadi kerusuhan atau kekacauan politik. Hal inilah
yang membuat khawatir para investor untuk menanamkan modalnya di daerah –
daerah yang memiliki kondisi politik yang rawan atau tidak stabil.
8. Otonomi Daerah
Berlakunya otonomi daerah dapat memberikan hambatan baru bagi pertumbuhan
investasi di daerah. Proses pemberian izian usaha bisa menjadi lebih rumit dengan
adanya kewenangan daerah untuk menerbitkan sendiri berbagai macam peratuan
daerah baik di tingkat kabupaten atau kota maupun di tingkat provinsi yang
seringkali tidak bersinergi atau bahkan berbenturan kepentingan dengan peraturan
perundang – undangan yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat. Dengan adanya
perda – perda tersebut akan mendorong bertambahnya pajak, retribusi, dan pungutan
– pungutan daerah lainnyayang sudah barang tentu menyebabkan semakin tingginya
biaya investatsi di daerah. Menurut survei Komisi Pemantauan Pelaksanaan Otonomi
Daerah (KPPOD), dari sekitar seribu perda, sekitar 32 % dinilai telah melanggar
prinsip – prinsip ekonomi dan ada benturan kepentingan dnegan peraturan perundang
– undangan yang lebih tinggi.
9. Permasalahan Sensitif
Permasalahan yang bersifat sensitif biasanya berhubungan dengan tanah adat,
budaya warga setempat (budaya lokal), dan usaha – usaha yang memerlukan analisis
dampak ligkungan. Misalnya tidak jarang para investor atau pemerintah harus
berhadapan langsung dengan warga masyarakat berkaitan dengan pembahasan tanah.
Karena tanah memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi, aka maslaah pertanahan
dapat menimbulkan benturan kepentingan, sehingga muncul berbagai sengketa
tanah. Masalah yang selama ini terjadi memang merupakan akbat dari ketidakpastian
mengenai objek suatu bidang tanah sehingga menyebabkan timbilnya masalah-
masalah pertanahan, baik itu terjadi pada tanah ulayat dari masyarakat hukum adat
maupun terhadap tanah yang telah melekat suatu hak.

Secara umum, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) telah merinci dan
mengelompokkan kendala – kendlaa dalam investasi, yakni kendala internal dan kendala
eksternal. Kendala internal adalah kesulitan dalam mnedpatakan lahan atau proyek ynag
sesuai, kesulitan memperoleh bahan baku, kesulitan pendanaan atau pembiayaan, kesulitan
pemasaran, dan adanya sengketa atau perselisihan di antara pemegang saham. Adapun
kendala eksternaladalah faktor lingkungan bisnis, biak nasional, regional, dan global yang
tidak mendukung, seta kurang menariknya insentif atau fasilitas investasi yang diberikan
oleh pemeintah. Selai itu, banyak pula hambatan investasi di luar kewenangan BKPM,
seperti masalah hukum, keamanan, dan stabilitas politik yang menjadi faktor penting bagi
investor untuk menanamkan modal di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai