Anda di halaman 1dari 11

ETIKA PRIBADI DALAM ISLAM

Dosen Pengampuh : Jenro Sijabat

Disusun Oleh Kelompok II :


Hilda Oktavia
Fransiska Aprilia T
Marzayati Ermatan
Junior Pekei
Nelius Erikson M

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHA;MMADIYAH SORONG
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan karunia
dan rahmatnya, tak lupa Shalawat dan salam untuk tauladan kita Nabi Muhammad
Saw yang membawa kita semua ke zaman terang benderang ini sehingga kami bisa
menyelesaikan makalah etika pribadi dalam islam
 dengan baik walapun masih banyak kekurangan didalamnya.Serta kami juga
berterima kasih kepada Bp.JENRO SIJABAT selaku dosen mata kuliah AL ISLAM
KEMUHAMMADIYAHAN(AIK)Universitas MUHAMMADIYAH SORONG yang
sudah memberikan kepercayaan menyelesaikan tugas Makalah ini.Kami sangat
berharap makalah ini akan bermanfaat dalam rangka menambah pengetahuan juga
wawasan kita menyangkut Etika priadi dalam Islam. Kami pun menyadarisepenuhnya
bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.Oleh
sebab itu, kami mengharapkan adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan
makalahyang sudah kami buat, mengingat tak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yangmembangun dan demi perbaikan makalah ini di masa mendatang.Semoga
makalah sederhana ini bisa dipahami bagi siapapun yang membacanya.Sekiranya
makalah yang sudah disusun ini dapat bermanfaat bagi kami sendiri ataupun
orangyang membacanya.

Sorong,26 maret 2023

Kelompok II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................iii
BAB I .....................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................1
C. Tujuan...........................................................................1
BAB II....................................................................................2
PEMBAHASAN ...................................................................2
A. Pengertian Etika Pribadi Dalam Islam..........................2
B. Etika Menghargai Diri Sendiri......................................2
C. Etika Menuntut Ilmu.....................................................3
D. Menjadi Contoh Yang Baik..........................................4
BAB III ..................................................................................7
PENUTUP..............................................................................7
A. Kesimpulan...................................................................7
B. Saran.............................................................................7
DAFTAR PUSTAKA............................................................8
BAB I
PENDAHULUAN
A. latar belakang
 Etika (tatakrama) merupakan kebiasaan yang benar dalam pergaulan. Kunci
utama penerapan etika adalah memperlihatkan sikap penuh sopan santun, rasa
hormatterhadap keberadaan orang lain dan mematuhi tatakrama yang berlaku pada
lingkungantempat kita berada.
Sebagai makhluk sosial, tidak dapat dipungkiri manusia tidak bisa terlepas
darimanusia yang lain. Artinya ia mutlak membutuhkan orang lain dalam hidupnya.
Disinilah, manusia tidak bisa dipisahkan dari kehidupan bertetangga dan
bermasyarakat.
Dalam melakukan hubungan sosial di masyarakat diperlukan etika
sebagai pedoman hidup dan kebiasaan yangbaik untuk dianut dan diwariskan dari sat
u generasi ke generasi berikutnya. Fakta tersebut menguatkan anggapan bahwa
masyarakatindonesia dikenal sebagai masyarakat yang berbudaya dan memiliki etika
luhur dalamkehidupan bersosial dan bermasyarakat. Maka dari itu, pemahaman akan
etika dalamkehidupan bertetangga dan bermasyarakat sangat penting untuk
dalammengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat

B.RUMUSAN MASALAH
1. apa itu etika pribadi dalam islam
2. etika pribadi dalam islam terbagi menjadi berapa.
3. tuliskan contoh etika pribadi dalam islam
C.TUJUAN
1.dapat mengetahui apa itu pengertian etika pribadi
2.dapat mengetahui contoh etika pribadi dalam islam
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Etika pribadi dalam islam
Pengertian Etika ( Etimologi), berasal dari bahasa Yunaniadalah “ Ethos”,
yang berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika biasanya berkait
an erat dengan perkataan moral yang merupakan istilah dari bahasa Latin, yaitu
“ Mos” dandalam bentuk jamaknya “ Mores”, yang berarti juga adat kebiasaan
ataucara hidupseseorang dengan melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan), dan
menghindari hal-haltindakan yang buruk. Etika dan moral lebih kurang sama
pengertiannya, tetapi dalamkegiatan sehari-hari terdapat perbedaan, yaitu moral
ataumoralitas.untukpenilaian perbuatan yang dilakukan, sedangkan etika adalah un
tuk pengkajian ystem nilai-nilaiyang berlaku.
Etika pribadi ini berasal dari diri seseorang menjadi lebih baik contoh, seperti
orang sukses yang tidak lupa dirinya sebagai hamba,sehingga berusaha
memberikan yang terbaik.

Etika Pribadi Dalam Islam Terbagi Menjadi 3 Yaitu:


B. ETIKA MENGHARGAI DIRI SENDIRI
Contoh Etika Menghargai Diri Sendiri Yaitu :
1. jujur dan terbuka serta tidak memberikan informasiyang tidak benar;
2. bertindak dengan penuh kesungguhan dan ketulusan.
3. menghindari konflik kepentingan pribadi, kelompok, maupun golongan
keterampilan
4. berinisiatif untuk meningkatkan kualitas pengetahuan, kemampua dan
sikap.
5. memiliki daya juang yang tinggi;
6. memelihara kesehatan jasmani dan rohani.
7. menjaga keutuhan dan keharmonisan keluarga;
8. berpenampilan sederhana, rapih, dan sopan.
C. ETIKA MENUNTUT ILMU RESTORATIF SEBAGAI TUJUAN PELAKSANAAN

Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim. Untuk sukses di dunia dan akhirat,
pertama-tama kita harus menuntut ilmu. Rasulullah SAW bersabda: Menuntut ilmu
adalah kewajiban bagi setiap muslim (HR.Ibnu Majah)
Dalam Islam tidak ada perbedaan antara ilmu agama dan ilmu umum. Tujuannya
sama dengan memohon keridhaan dan berkah dari Allah SWT. Oleh karena itu, umat
Islam harus memperhatikan keduanya.
Menuntut ilmu dalam Islam adalah kewajiban dan kegagalan untuk
melakukannya adalah dosa. Mengutip buku Trick on Track : Ibadah, Ilmu, muamalah
karya Enang Hidayat, menyebutkan bahwa ilmu yang wajib dituntut adalah ilmu yang
berhubungan dengan aktivitas hamba dalam rangka beribadah kepada Tuhannya. 
Dalam menuntut ilmu diperlukan etika atau tata krama, hal ini bertujuan agar ilmu
yang dituntut menjadi ilmu yang berkah dan bermanfaat, serta bisa menyelamatkan
dan membahagiakan kehidupan di dunia dan di akhirat kelak.

5 Etika Menuntut Ilmu Yang Sangat Penting Untuk Di Amalkam Yaitu :5Dr.5
etika menuntuk ilmu yang RIDWAN MANSYUR, SH., MH
1. Ihklas karena allah

Niat kita dalam mencari ilmu seharusnya untuk Allah, bukan untuk orang lain. Untuk
mencari ilmu membutuhkan keridhaan Allah. Ketika keridhaan Allah tercapai, tujuan
lain akan mendekat, seperti hukum alam yang tidak tertulis. Semua perkataan orang
lain akan lebih terdengar jika seseorang memiliki pendidikan yang lebih tinggi

2.  Niat untuk menghilangkan kebodohan


Semua orang pada awalnya bodoh, maka mengejar ilmujuga harus ditujukan untuk
menghilangkan kebodohan. Setelahmenjadi orang yang terpelajar, Anda harus
mengajari orang lain bagaimana menggunakan pengetahuan Anda untuk membuatnya
berguna dan orang lain yang awalnya tidak tahu ilmu bisa menjadi tahu.

3. Terbuka terhadap perbedaan

Ketika terjadi perbedaan pendapat, hendaknya seorang penuntut ilmu menerima


perbedaan pendapat tersebut dengan lapang dada. Karena itu, janganmenghina atau
memfitnah orang lain yang kebetulan berbeda pendapat dengan Anda.

4. Praktikkan apa yang Anda pelajari


Melibatkan adhab dalam diri siswa ilmu berarti mengamalkan ilmu yang didapat.
Amal adalah buah dari ilmu. Ilmu yang tidak di amalkan seperti pohon yang tidak
berbuah. Itu hanya tumbuh tanpa bisa memberi manfaat bagi orang lain.

5. Hormati gurumu
Seseorang yang menuntut ilmu harus bisa menghormati serta memuliakan gurunya. Ia
harus taat saat diperintah untuk mengerjakan tugas atau pun pekerjaan rumah. Dan
jika timbul perbedaan pendapat antara murid dan gurunya, maka murid harus tetap
bisa menaruh hormat dan tidak mencelanya.

D. MENJADI CONTOH YANG BAIK


1.  Istiqomah dalam Beribadah
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-
Ku” (QS: Az-Zariyat : 56)

Manusia diciptakan oleh Allah untuk beribadah dan tunduk kepada aturan-Nya.
Muslim yang baik adalah mereka yang bisa melakukan ibadah dengan aman dan
nyaman, tanpa ada ancaman yang menyertainya. Serta yang terpenting
adalah Istiqomah.

2. Bersih dari Penyakit Hati


“Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada
sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain…(QS: Annisa : 32)

Menurut Rasulullah SAW, hati adalah raja. Jika baik hatinya baik pula perilaku dan
amalan kita. Sebaliknya, jika raja dalam diri kita buruk, maka buruk pula akhlak kita.

Muslim yang siap untuk memberi manfaat adalah yang mampu membebaskan dirinya
dari belenggu penyakit hati. Misalnya iri, dengki, sombong, dan merasa paling benar
sendiri. Penyakit hati kadang tidak disadari dan diam-diam menggerogoti pahala
kebaikan kita.

3.  Yakin untuk Memilih Jalan Kebaikan


“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan jika
kamu berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu sendiri.” (QS: Al-
Isra: 7)

Kenikmatan yang harus kita syukuri sepanjang hidup adalah saat kita memiliki
kebebasan untuk memilih jalan kebaikan. Kita bisa menentukan arah mana yang akan
kita tuju untuk memperbanyak pahala dan amal baik kita selama hidup.

Saat kita tidak memiliki kebebasan untuk memilih jalan yang baik, maka saat itu kita
harus berjuang untuk keluar dari belenggunya. Belenggu bisa berasal dari diri sendiri
atau tantangan eksternal.

4.  Terbebas dari Hutang dan Riba


“Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.” (Al Baqarah: 275).

Allah tidak melarang seorang muslim untuk berhutang, namun hutang bisa membuat
hidup tidak tenang dan menjadi penuh dengan beban. Apalagi hutang yang kita
sendiri sulit atau tidak mampu membayarnya. Lebih-lebih jika hutang disertai juga
dengan riba.

Seorang muslim yang siap untuk jadi manfaat akan tenang hidupnya, penuh
kesyukuran dan jauh dari perasaan gelisah atau terancam, jika merdeka dari hutang
dan riba. Untuk itu jauhilah hutang yang kita tidak bisa membayarnya dan jangan
dekati riba agar hidup kita tidak terlilit atau terhimpit.

Hiduplah dengan apa adanya, sesuai kemampuan, dan tidak berlebih-lebihan.

5.  Kemampuan Secara Finansial


“Orang-orang yang menafkahkan harta di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir
benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah
melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Luas
(karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui” (QS: Al-Baqarah: 261)

Sering kali umat Islam salah kaprah soal finansial dan harta. Islam bukanlah agama
yang mengajarkan kemiskinan, namun justru mengajarkan agar umatnya mandiri,
berdaya, dan dapat berkontribusi besar untuk sosial.

Sebagai muslim, jika kita memiliki kemampuan maka berusahalah untuk merdeka
secara finansial. Nantinya, kita bisa seperti para sahabat Nabi yang hidupnya tidak
pernah takut kekurangan harta sehingga berapapun bahkan mayoritas hartanya bisa ia
berikan untuk berzakat, sedekah, dan wakaf.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kata etik (atau etika) berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti karakter,
watak kesusilaan atau adat. Sebagai suatu subyek, etika akan berkaitan dengan
konsep yang dimilki oleh individu ataupun kelompok untuk menilai apakah
tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau baik.

Menurut Martin (1993), etika didefinisikan sebagai “the discpline which can act as
the performance index or reference for our control system”. Dengan demikian, etika
akan memberikan semacam batasan maupun standar yang akan mengatur pergaulan
manusia di dalam kelompok sosialnya. Dalam pengertiannya yang secara khusus
dikaitkan dengan seni pergaulan manusia, etika ini kemudian dirupakan dalam
bentuk aturan (code) tertulis yang secara sistematik sengaja dibuat berdasarkan
prinsipprinsip moral yang ada dan pada saat yang dibutuhkan akan bisa difungsikan
sebagai alat untuk menghakimi segala macam tindakan yang secara logika-rasional
umum (common sense) dinilai menyimpang dari kode etik. Dengan demikian etika
adalah refleksi dari apa yang disebut dengan “self control”, karena segala
sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan untuk kepenringan kelompok sosial
(profesi) itu sendiri.

B.Saran

Setelah melalui studi pustaka, banyak penafsiran-penafsiran serta pendapat yang


berbeda dan itu semua tidak lepas dari sifat fitrah dari penulis sebagai manusia yang
memiliki banyak keterbatasan. Jadi maklumlah kiranya, jika terdapat berbagai
pendapat yang penulis simpulkan. Oleh semua itu, jika sampai terdapat beberapa
perbedaan pendapat, tentunya bisa di pelajari. Maka, besar harapan kami adanya
respon dari pembaca terhadap makalah ini. Selanjutnya kami ingin berterima kasih
kepada dosen pembimbing dan rekan-rekan yang telah membantu kami dalam
menyelesaikan makalah sederhana ini. Syukron. . 

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Mudlor, Etika Dalam Islam, Surabaya : Al-Ikhlas.


Amin Abdullah, Studi Agama Normativitas Dan Historitas, Yogyakarta : Pustaka
Pelajar, 2002.
Hammudah Abdallati. Islam In Focus. Aligarh: Cresent Publishing Comp., Tanpa
Tahun.
Herman, Etika Sebagai Filsafat, Jakarta : Rajawali Pers, 2008.
Ibnu Miskawaih, Tahdzib Al-Akhlaq Wa Tathir Al-A’raq, Jakarta : Paramadina,
1982.
Qomarudin Hidayat, Etika Dalam Kitab Suci Dan Relevansinya Dalam Kehidupan
Modern Studi Kasus Di Turki, Jakarta : Paramadina, 2008.

Anda mungkin juga menyukai