Kelompok II
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................iii
BAB I .....................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................1
C. Tujuan...........................................................................1
BAB II....................................................................................2
PEMBAHASAN ...................................................................2
A. Pengertian Etika Pribadi Dalam Islam..........................2
B. Etika Menghargai Diri Sendiri......................................2
C. Etika Menuntut Ilmu.....................................................3
D. Menjadi Contoh Yang Baik..........................................4
BAB III ..................................................................................7
PENUTUP..............................................................................7
A. Kesimpulan...................................................................7
B. Saran.............................................................................7
DAFTAR PUSTAKA............................................................8
BAB I
PENDAHULUAN
A. latar belakang
Etika (tatakrama) merupakan kebiasaan yang benar dalam pergaulan. Kunci
utama penerapan etika adalah memperlihatkan sikap penuh sopan santun, rasa
hormatterhadap keberadaan orang lain dan mematuhi tatakrama yang berlaku pada
lingkungantempat kita berada.
Sebagai makhluk sosial, tidak dapat dipungkiri manusia tidak bisa terlepas
darimanusia yang lain. Artinya ia mutlak membutuhkan orang lain dalam hidupnya.
Disinilah, manusia tidak bisa dipisahkan dari kehidupan bertetangga dan
bermasyarakat.
Dalam melakukan hubungan sosial di masyarakat diperlukan etika
sebagai pedoman hidup dan kebiasaan yangbaik untuk dianut dan diwariskan dari sat
u generasi ke generasi berikutnya. Fakta tersebut menguatkan anggapan bahwa
masyarakatindonesia dikenal sebagai masyarakat yang berbudaya dan memiliki etika
luhur dalamkehidupan bersosial dan bermasyarakat. Maka dari itu, pemahaman akan
etika dalamkehidupan bertetangga dan bermasyarakat sangat penting untuk
dalammengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat
B.RUMUSAN MASALAH
1. apa itu etika pribadi dalam islam
2. etika pribadi dalam islam terbagi menjadi berapa.
3. tuliskan contoh etika pribadi dalam islam
C.TUJUAN
1.dapat mengetahui apa itu pengertian etika pribadi
2.dapat mengetahui contoh etika pribadi dalam islam
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Etika pribadi dalam islam
Pengertian Etika ( Etimologi), berasal dari bahasa Yunaniadalah “ Ethos”,
yang berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika biasanya berkait
an erat dengan perkataan moral yang merupakan istilah dari bahasa Latin, yaitu
“ Mos” dandalam bentuk jamaknya “ Mores”, yang berarti juga adat kebiasaan
ataucara hidupseseorang dengan melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan), dan
menghindari hal-haltindakan yang buruk. Etika dan moral lebih kurang sama
pengertiannya, tetapi dalamkegiatan sehari-hari terdapat perbedaan, yaitu moral
ataumoralitas.untukpenilaian perbuatan yang dilakukan, sedangkan etika adalah un
tuk pengkajian ystem nilai-nilaiyang berlaku.
Etika pribadi ini berasal dari diri seseorang menjadi lebih baik contoh, seperti
orang sukses yang tidak lupa dirinya sebagai hamba,sehingga berusaha
memberikan yang terbaik.
Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim. Untuk sukses di dunia dan akhirat,
pertama-tama kita harus menuntut ilmu. Rasulullah SAW bersabda: Menuntut ilmu
adalah kewajiban bagi setiap muslim (HR.Ibnu Majah)
Dalam Islam tidak ada perbedaan antara ilmu agama dan ilmu umum. Tujuannya
sama dengan memohon keridhaan dan berkah dari Allah SWT. Oleh karena itu, umat
Islam harus memperhatikan keduanya.
Menuntut ilmu dalam Islam adalah kewajiban dan kegagalan untuk
melakukannya adalah dosa. Mengutip buku Trick on Track : Ibadah, Ilmu, muamalah
karya Enang Hidayat, menyebutkan bahwa ilmu yang wajib dituntut adalah ilmu yang
berhubungan dengan aktivitas hamba dalam rangka beribadah kepada Tuhannya.
Dalam menuntut ilmu diperlukan etika atau tata krama, hal ini bertujuan agar ilmu
yang dituntut menjadi ilmu yang berkah dan bermanfaat, serta bisa menyelamatkan
dan membahagiakan kehidupan di dunia dan di akhirat kelak.
5 Etika Menuntut Ilmu Yang Sangat Penting Untuk Di Amalkam Yaitu :5Dr.5
etika menuntuk ilmu yang RIDWAN MANSYUR, SH., MH
1. Ihklas karena allah
Niat kita dalam mencari ilmu seharusnya untuk Allah, bukan untuk orang lain. Untuk
mencari ilmu membutuhkan keridhaan Allah. Ketika keridhaan Allah tercapai, tujuan
lain akan mendekat, seperti hukum alam yang tidak tertulis. Semua perkataan orang
lain akan lebih terdengar jika seseorang memiliki pendidikan yang lebih tinggi
5. Hormati gurumu
Seseorang yang menuntut ilmu harus bisa menghormati serta memuliakan gurunya. Ia
harus taat saat diperintah untuk mengerjakan tugas atau pun pekerjaan rumah. Dan
jika timbul perbedaan pendapat antara murid dan gurunya, maka murid harus tetap
bisa menaruh hormat dan tidak mencelanya.
Manusia diciptakan oleh Allah untuk beribadah dan tunduk kepada aturan-Nya.
Muslim yang baik adalah mereka yang bisa melakukan ibadah dengan aman dan
nyaman, tanpa ada ancaman yang menyertainya. Serta yang terpenting
adalah Istiqomah.
Menurut Rasulullah SAW, hati adalah raja. Jika baik hatinya baik pula perilaku dan
amalan kita. Sebaliknya, jika raja dalam diri kita buruk, maka buruk pula akhlak kita.
Muslim yang siap untuk memberi manfaat adalah yang mampu membebaskan dirinya
dari belenggu penyakit hati. Misalnya iri, dengki, sombong, dan merasa paling benar
sendiri. Penyakit hati kadang tidak disadari dan diam-diam menggerogoti pahala
kebaikan kita.
Kenikmatan yang harus kita syukuri sepanjang hidup adalah saat kita memiliki
kebebasan untuk memilih jalan kebaikan. Kita bisa menentukan arah mana yang akan
kita tuju untuk memperbanyak pahala dan amal baik kita selama hidup.
Saat kita tidak memiliki kebebasan untuk memilih jalan yang baik, maka saat itu kita
harus berjuang untuk keluar dari belenggunya. Belenggu bisa berasal dari diri sendiri
atau tantangan eksternal.
Allah tidak melarang seorang muslim untuk berhutang, namun hutang bisa membuat
hidup tidak tenang dan menjadi penuh dengan beban. Apalagi hutang yang kita
sendiri sulit atau tidak mampu membayarnya. Lebih-lebih jika hutang disertai juga
dengan riba.
Seorang muslim yang siap untuk jadi manfaat akan tenang hidupnya, penuh
kesyukuran dan jauh dari perasaan gelisah atau terancam, jika merdeka dari hutang
dan riba. Untuk itu jauhilah hutang yang kita tidak bisa membayarnya dan jangan
dekati riba agar hidup kita tidak terlilit atau terhimpit.
Sering kali umat Islam salah kaprah soal finansial dan harta. Islam bukanlah agama
yang mengajarkan kemiskinan, namun justru mengajarkan agar umatnya mandiri,
berdaya, dan dapat berkontribusi besar untuk sosial.
Sebagai muslim, jika kita memiliki kemampuan maka berusahalah untuk merdeka
secara finansial. Nantinya, kita bisa seperti para sahabat Nabi yang hidupnya tidak
pernah takut kekurangan harta sehingga berapapun bahkan mayoritas hartanya bisa ia
berikan untuk berzakat, sedekah, dan wakaf.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kata etik (atau etika) berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti karakter,
watak kesusilaan atau adat. Sebagai suatu subyek, etika akan berkaitan dengan
konsep yang dimilki oleh individu ataupun kelompok untuk menilai apakah
tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau baik.
Menurut Martin (1993), etika didefinisikan sebagai “the discpline which can act as
the performance index or reference for our control system”. Dengan demikian, etika
akan memberikan semacam batasan maupun standar yang akan mengatur pergaulan
manusia di dalam kelompok sosialnya. Dalam pengertiannya yang secara khusus
dikaitkan dengan seni pergaulan manusia, etika ini kemudian dirupakan dalam
bentuk aturan (code) tertulis yang secara sistematik sengaja dibuat berdasarkan
prinsipprinsip moral yang ada dan pada saat yang dibutuhkan akan bisa difungsikan
sebagai alat untuk menghakimi segala macam tindakan yang secara logika-rasional
umum (common sense) dinilai menyimpang dari kode etik. Dengan demikian etika
adalah refleksi dari apa yang disebut dengan “self control”, karena segala
sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan untuk kepenringan kelompok sosial
(profesi) itu sendiri.
B.Saran
DAFTAR PUSTAKA