Anda di halaman 1dari 95

PELAYANAN SAKRAMEN

Tinjauan Yuridis Praktis


Beberapa Aspek Pastoral-Teologis
Dari Sakramen-Sakramen dan
keterkaitan dengan Liturgi
Pertanyaan yg Kerap Muncul
di Lingkungan
1. Apa tugas seksi liturgi lingkungan?
2. Bagaimana koordinasi dengan Prodiakon di
lingkungan?
3. Bagaimana menyiapkan misa-misa lingkungan?
4. Bagaimana jika kita meminta pastor tamu untuk
merayakan misa misa lingkungan?
5. Bagaimana mengurus pelayanan sakramen dan
ibadat untuk warga lingkungan yang meninggal?
BEBERAPA PENDASARAN PRAKTIS
Ada 2 Makna Sakramen
ketujuh sakramen
sebagaimana dirumuskan secara
normatif oleh Konsili Trente.
tanda dan sarana
keselamatan (sakramen
mahakudus, Gereja sebagai
sakramen)
Apa dasar biblis dari ke-7
sakramen dalam Gereja?
Sakramen dikategorikan
Dasar biblis dari
ke-7 sakramen
PELAYAN SAKRAMEN
Uskup – Imam – Diakon
USKUP
• Mewartakan Injil sbg pengajar iman
(imprimatur)
• Mentahbiskan uskup-imam-diakon
• Melayani sakramen Krisma
• Memimpin penggembalaan suatu keuskupan
• Bersama Paus & Kolegium Para Uskup
memimpin seluruh Gereja
PELAYAN SAKRAMEN
Uskup – Imam – Diakon
IMAM
• Mewartakan Injil
• Merayakan sakramen-sakramen
• Pelayanan reksa pastoral berdasarkan tugas
perutusan dari Uskup / pembesar
DIAKON
• Pelayanan sakramen (hanya baptisan –
pernikahan)
VALIDITAS (DEMI SAHNYA)
Ditentukan oleh otoritas tertinggi

Materia sacramenti: bahan dan tindakan


Forma sacramenti: rumus kata-kata yang
menyertai / yang digunakan
Forma publica: tata perayaannya harus
benar dan Orang yang melayani
pun harus benar.
AD LICEITATEM
(DEMI
APIKNYA/BAIKNYA/PANTAS/LAYAKNYA)
ditentukan oleh otoritas tertinggi atau
otoritas yang lain yaitu: Konferensi para
uskup dan uskup diosesan)

Mis: cara terima komuni ; Pakaian misa


yang pantas, tempat yang pantas dll.
SAKRAMEN INISIASI
Kan. 842
Menandaskan sakramen baptis sebagai
pintu gerbang dan dasar bagi sakramen-
sakramen lain
(ianua et fundamentum sacramentorum)
Inisiasi penuh: baptis, penguatan dan
ekaristi
SAKRAMEN INISIASI
Praksis:
• Penguatan ditunda sampai mencapai usia
dewasa  Kan. 891
• Ekaristi diterima sesudah komuni
pertama, didahului sakramen tobat 
Kan. 914
• Dalam bahaya mati: ketiga sakramen
inisiasi diterimakan sekaligus oleh
seorang imam pelayan  Kan. 883
SAKRAMEN BERMETERAI KEKAL
Kan. 845
Ketiga sakramen (baptis, penguatan,
tahbisan) bermaterai kekal
• tidak dapat diulang dan tidak dapat hilang
• kalau ada keraguan: dilakukan bersyarat:
kalau yang dulu tidak sah, maka yang
kedua sah. Tapi kalau dulu sah, maka yang
dulu yang sah.
Ada 3
sakramen
yang selalu
ramai
dipersoalkan
oleh umat
Katolik
SAKRAMEN
PEMBAPTISAN
BAPTIS DEWASA
o Arti dewasa: genap 7 tahun dan dapat
menggunakan akal budi secukupnya (Kan.
97#2)
o Persyaratan Baptis Dewasa:
1. Kehendak/maksud serius
2. Manifestasi eksternal dari kehendak
3. Masa katekumenat (4 masa, 3 tahap)
BAPTIS BAYI/INFAN
o Arti bayi: belum genap 7 tahun atau belum
dapat menggunakan akal budi secukupnya
(K. 97. 2 dan K. 852)
o Persyaratan Baptis bayi:
1. Kehendak/maksud serius dari orang
tua/ wali
2. Jaminan pendidikan iman katolik bagi
anak2
3. Tanggung jawab orang tua dan wali.
AIR BAPTIS
Kan. 853: haruslah air terberkati. Prinsip: air baptis
diberkati pada saat perayaan sakramen. Setiap
Gereja harus memiliki bejana baptis (Kan. 859)
Kekecualian:
o Pada masa paskah: air yang diberkati pada malam
paskah: kaitan erat baptis dan misteri paska
Tuhan.
o Bila tidak ada air yang diberkati saat malam
paskah: memakai air lain yang sudah diberkati.
o Bila tak mungkin memberkati: memakai air tak
terberkati.
SYARAT AIR BAPTIS
Air yang bersih
o Demi simbolisasi sakramental
o Hiegenitas
CARA MEMBAPTIS
2 alternatif:
1. Pembenaman ke dalam air:
menampakkan makna “bersatu dengan
Kristus dalam wafat dan kebangkitan-Nya.
2. Pencurahan/penuangan di dahi
Larangan:
Baptisan dengan percikan air
HARI PERAYAAN BAPTIS
Prinsip
o Baptis biasa dirayakan pada hari minggu,
baik baptis dewasa maupun baptis bayi.
o Malam paskah: malam paskah
dimaksudkan untuk perayaan baptis
dewasa dan anak2
o Hari lain: kalau keadaan dan kepentingan
pastoral menuntut demikian.
TEMPAT PEMBAPTISAN
Prinsip (Kan. 857)
1. Keadaan normal: baptis bisa dirayakan di Gereja
atau tempat ibadat
2. Anak-anak di bawah 7 th dibaptis di gereja orang
tuanya
3. Keadaan khusus: dibaptis di Gereja lain  K. 859
4. Dewasa 7-14 th: dianjurkan dibaptis di Gereja
ortu
5. Dewasa, lebih dari 14 th, memilih sendiri.
TEMPAT PEMBAPTISAN
Kekecualian:
1. di tempat yang layak, rumah pribadi,
rumah sakit
2. Atas izin atau dalam keadaan darurat:
Kan. 859-860

Alasan
Inisiasi / kebersatuan dalam komunitas
Gereja.
PELAYAN BAPTIS
Keadaan normal
o Pelayan biasa (Uskup, imam dan diakon)
o Pelayan luar biasa (Katekis / orang yang
ditunjuk oleh ordinaris wilayah

Dalam keadaan darurat


Oleh siapa pun dengan syarat mempunyai
maksud yang sama dengan Gereja Katolik
Dan memenuhi syarat ad validitatem.
CALON BAPTIS
Kan. 864
Yang menjadi subjek sakramen baptis
adalah:
o Manusia yang masih hidup
o belum pernah dibaptis secara sah 
Kan. 849
o Kalau janin keguguran, bagaimana? Boleh
dibaptis, asalkan masih hidup  Kan. 871
KUALIFIKASI CALON BAPTIS
Dewasa dalam keadaan normal (Kan 865)
o Menunjukkan kehendak untuk menerima
baptis
oMemahami ajaran dan kewajiban katolik
o Teruji dalam masa katekumenat
o Bertobat: menyesali dosa-dosanya
oBisa langsung menerima sakramen
penguatan dan komuni kudus  Kan.
866; Kan. 883. 2
KUALIFIKASI CALON BAPTIS
Dewasa dalam bahaya mati
o Pernah menunjukkan kehendak untuk
baptis, juga secara implisit saja.
o Sekedar mengetahui ajaran2 pokok iman
katolik
o Berjanji akan mematuhi aturan-aturan
kristiani
o Bisa langsung menerima inisiasi penuh 
K. 889. 2 dan K. 913. 2
BAYI DALAM
KEADAAN NORMAL
Bayi dalam keadaan normal
o Persetujuan dari salah satu orang tua/wali
baptis untuk hidup sesuai iman Gereja
sesuai yang dihidupi ortu/wali.
o Ada harapan dan jaminan akan
pendidikan katolik.
BAYI DALAM
KEADAAN KHUSUS
Lahir di luar nikah sah (Kan. 868. 2)
Boleh dibaptis asal ada jaminan pendidikan
Bayi terbuang/ditemukan (Kan. 870)
Boleh dibaptis asal ada jaminan pendidikan
Bayi dalam bahaya mati:
o Prinsip: boleh dibaptis  meski orang
tua tidak menyetujuinya (hati-hati,
jangan sampai menimbulkan masalah
dan batu sandungan)
SAKRAMEN
EKARISTI
ASPEK TEOLOGIS (Kan 897)
Ekaristi: puncak ibadat dan sumber kehidupan
kristiani. seluruh hidup kita mengarah ke
sana. Karena Kristus sendiri yang dihadirkan
dan dikurbankan. Ekaristi juga pengenangan
wafat dan kebangkitan Kristus.
o Sakramen-sakramen, karya pelayanan
dan kerasulan Gereja berkaitan erat dan
mengarah ke ekaristi
ASPEK YURIDIS (Kan 897)

Ekaristi merupakan unsur struktural Gereja.


Tidak pernah ada Gereja tanpa ekaristi, dan
tidak pernah ada ekaristi tanpa Gereja
(Gereja = persekutuan umat yang berkumpul
untuk pemecahan roti dan mendengar sabda
Allah).
ASPEK YURIDIS (Kan 897)
Ekaristi mengungkapkan kesatuan seluruh
Gereja
o Yang tidak dalam kesatuan penuh
dengan Gereja Katolik tidak boleh
berpatisipasi penuh dalam ekaristi 
KAN. 205, KAN 844
o Yang sedang terkena sanksi yuridis, tidak
diperkenankan merayakan dan
menyambut ekaristi  KAN 915 – 916.
ASPEK YURIDIS (Kan 897)
o Hukum gereja membedakan: Dosa
obyektif (keliatan, senyatanya seperti
apa) dan Dosa subyektif (yang
bersangkutan sadar berdosa berat).
Perhatikan tentang hukuman
“ekskomunikasi” dan Interdik
ASPEK PASTORAL (Kan 898)
Sebagai konsekuensi dari ekaristi sebagai puncak dan
pusat:
1. umat beriman harus menaruh hormat pada
ekaristi
2. Umat beriman berpartisipasi aktif dalam perayaan
ekaristi menurut talenta masing-masing,
3. Umat mengikuti ekaristi Secara kontinyu (terus
menerus, tiap hari) .
4. Para gembala membimbing dan mendampingi
umat beriman
PELAYAN EKARISTI
YANG SAH (Kan 900)
Yang menentukan Validitas ekaristi dari sisi pelayan:
o Dirayakan oleh imam tertahbis secara sah
o Bila Awam memimpin ekaristi, secara otomatis
terkena sanksi interdik (K. 1332)
o Diakon yang memimpin Ekaristi terkena sanksi
suspensi (K. 1333, 1378) dari otoritas wilayah
PELAYAN EKARISTI
YANG LICEIT (Kan 900)
Yang menentukan liceitas ekaristi dari sisi pelayan.
Imam tidak terkena halangan yuridis: K. 1040
o Impedimentum: perpetua (tetap: K. 1041) dan
temporanea (sementara: K. 1042-1049).
o Hukuman ekskomunikasi (K. 1331. 1,2); interdik
(K. 1332) dan suspensi (K. 1333.1,1); atau
o Telah kehilangan status klerikalnya (K. 290; 292;
1336.1,5)
INTENSI EKARISTI (KAN 901)
Imam berhak mengaplikasikan misa:
1. Bagi orang yang masih hidup atau sudah mati
2. Bagi orang baptis maupun non baptis
3. Bagi pendosa atau orang suci.  bdk. K. 901

Orang non Katolik atau Katekumen? Bdk K. 206


o Secara Yuridis: mereka belum dibaptis secara sah
o Secara teologis: mereka sudah direngkuh oleh Allah,
maka “berhak” untuk menerima pelayanan khas
umat Katolik; misal: bisa dimakamkan secara Katolik
MISA PRO POPULO
Misa Pro popula: Aplikasi misa yang harus dilakukan
oleh pemimpin Gereja dengan ujub demi
kesejahteraan umat yang ada di bawah reksa
pastoralnya:
o dilakukan pada hari minggu dan hari-hari raya
o sifatnya wajib, maka tidak diperkenankan pada
waktu itu ada ujub lain
o ini hanya dilakukan pastor kepala (K. 534), uskup
diosesan (K. 388) atau administrator (K. 429).
MISA KONSELEBRASI (KAN 902)
Konselebrasi boleh diadakan tanpa izin ord.
Wilayah, asal:
o Tidak mengganggu kepentingan umat
beriman
o Masing-masing tetap mempunyai kebebasan
untuk merayakan secara pribadi
o otivasi konselebrasi: Makin nampak
kesatuan korban, imamat dan umat beriman
FREKUENSI MISA (KAN 904-905)
Prinsip:
o Imam merayakan misa sekali sehari
o Diharapkan merayakan ekaristi setiap hari
o Alasan: menghindari bahaya
komersialisasi, penghayatan ekaristi.
FREKUENSI MISA (KAN 904-905)
Kekecualian:
o Pada hari-hari yang ditentukan hukum: kamis
putih, malam paskah, dan paska Tuhan, misa
natal, misa bersama uskup dan konselebrasi.
o Kekurangan imam dan kebutuhan Pastoral:
Paulus VI (1963)
o 2x dalam misa harian
o 3x dalam misa hari minggu dan hari raya.
PARTISIPASI UMAT BERIMAN
(KAN 906)
Prinsip:
perayaan ekaristi dirayakan bersama umat
Alasan:
menampakkan ekaristi sebagai perayaan
seluruh Gereja
Dasar: SC 27
DOA KHUSUS IMAM
(KAN 907)
Prinsip:
o Doa presidensiil dan DSA merupakan
doa imam pemimpin perayaan
o Imam berdoa atas nama seluruh umat
Historia:
tradisi ritual Yahudi dan perjamuan terakhir.
Dasar: SC 28
PELAYAN PEMBAGI KOMUNI
(KAN 910)
Pelayan biasa: Uskup, imam dan diakon
Pelayan luar biasa: akolit dan orang beriman yang
ditugaskan
Dasar:
o Apa yang disampaikan Paulus VI (1972):
mengangkat akolit
o Kongregasi untuk ibadat (1973): ordinaris
Wilayah mempunyai kewenangan untuk
mengangkat pelayan luar biasa.
PELAYAN VIATICUM
(KAN 911)
Dibedakan dengan komuni orang sakit.
Arti viaticum:
o Komuni suci yang diberikan untuk terakhir
kalinya kepada orang beriman yang sudah
berada di ambang kematian.
o Komuni suci ini menjadi bekal perjalanan
menuju ke rumah bapa
HAK MENYAMBUT EKARISTI
(KAN 912)
Telah dibaptis
o Kan. 842.1: hanya yang telah baptis katolik
boleh terima sakramen lainnya
o Kan. 844.3-4: yang baptis non-Katolik boleh
terima sakramen ekaristi sejauh memenuhi
ketentuan yang dituntut
Tidak terhalang oleh hukum.
o K. 1331, 1332 = bdk. K. 915 dan K. 916
o Disposisi batin  dituntut adanya kelayakan
batin untuk menyambut (K. 915-916).
PENERIMA EKARISTI O/ ANAK
(KAN 913-914)
Batasan minimal : 7 tahun (bdk. K. 97.2)
Syarat
o K. 913: persiapan yang baik untuk sambut
komuni
o K. 914: mampu menggunakan akal budi
secukupnya dan persiapan seksama sesuai
kemampuan akal budi.
Bahaya mati: mampu membedakan tubuh Kristus
dari makanan biasa dan mampu menyambut dengan
hormat.
PENERIMA EKARISTI O/ ANAK
(KAN 913-914)

o Anak cacat mental: asal memahami


sakralitas makanan ekaristik
• K. 913.1: sesuai dengan daya tangkap
o Sakramen tobat sebelum komuni: fakultatif
o Penanggung jawab: pastor, ortu/wali.
PENDOSA SAMBUT KOMUNI
(KAN 915-916)
Prinsip: tidak boleh terima komuni
o Yang berdosa berat yang bersifat publik dan
tetap
• Publik: diketahui umum
• Tetap: bertahan dalam dosa berat dan tidak
bertobat.
o Yang terkena hukuman yang sudah dijatuhkan:
ekskomunikasi (K. 1331) dan interdik (K.
1332).
PENDOSA SAMBUT KOMUNI
(KAN 915-916)
o Apostasis, yang ikut ideologi/asosiasi
yang berlawanan dengan Gereja,
o Yang hidup dalam perkawinan tidak sah.
o Kekecualian: ada alasan berat dan tak
ada kesempatan mengaku (K. 916).
Syaratnya: a) ada sikap tobat pribadi
yang sempurna; b) ada niat yang kuat
untuk mengaku dosa.
SAMBUT KOMUNI
LEBIH DARI 1x (KAN 917)
Prinsip: boleh sambut komuni pada hari yang sama
(3x sehari: ini khusus umat)
o Ikut misa dengan intensi berbeda dan
o Berpartisipasi aktif  K. 918
Motivasi:
o Promosikan partisipasi aktif dalam ekaristi
o Hindari bahaya penyalahgunaan ekaristi.
o Takhayul dan devosi yang keliru
BAHAN EKARISTI (KAN 924)

Materia sacramenti ekaristi  1Kor 11:24-25; Luk


22:19.  ad Validitatem
o Roti: Terbuat dari gandum murni dan baru
o Anggur: Berasal dari buah anggur murni
dan belum membusuk.

Pencampuran air pada anggur  ad Liceitatem


KOMUNI 1 ATAU 2 RUPA
(KAN 925)
Prinsip:
o Diterimakan hanya dalam rupa roti
o Diterimakan dalam dua rupa menurut norma
liturgi
o Diterimakan dalam rupa anggur, bila mendesak.
Historia:
o Sampai dengan abad ke-12: diterimakan dalam
2 rupa
o Sejak abad 13 hanya dalam rupa roti
SAKRAMEN DAN LITURGI

Sakramen menjadi nyata dalam Liturgi:


Tanda dan sarana keselamatan
diekspresikan dalam iman.
Glorifikasi
Sakramendandan
Santifikasi
Liturgi
Santifikasi
Manusia

Liturgi

Glorifikasi
Allah
Liturgi dan Ibadat
• Liturgi berbeda dengan Ibadat.
• Liturgi:
1. resmi / official worship of the Catholic
Church
2. dilakukan atas nama Gereja Katolik.
3. Strukturnya jelas.
4. Pelayan liturginya jelas.
Contoh: Perayaan Ekaristi yang terjadi di lingkungan
seperti: misa lingkungan, misa arwah, misa untuk
pemberkatan rumah atau tempat usaha.
Liturgi dan Ibadat
• Ibadat:
1. tidak bersifat official worship.
2. dilakukan demi keluarga, kelompok
atau lingkungan.
3. Strukturnya bervariasi, sesuai
dengan kebutuhan jemaat setempat.
4. Pelayan liturginya bisa siapa saja
sejauh umat beriman yang sudah
dibaptis.
Sistematisasi Ekaristi
Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian:
1. Pemilihan tanggal terkait masa liturgi. Secara
liturgis apakah hari raya/pesta/hari biasa.
2. Pemilihan teks bacaan termasuk mazmur
tanggapan. Khusus untuk peringatan arwah
di hari biasa disediakan bacaan-bacaan
khusus untuk peringatan arwah.
Sistematisasi Ekaristi
3. Pemilihan doa-doa presidensial dan juga
pembuatan doa umat, mengikuti masa liturgi
yang terkait. Khusus doa umat bisa ditambahkan
untuk kepentingan lingkungan atau keluarga
/kelompok/pribadi terkait.
4. Pemilihan Bacaan mengikuti penanggalan liturgi,
kecuali pesta pesta khusus terkait dengan
lingkungan.
5. Warna liturgi mengikuti masa liturgi dan ekaristi
yang dirayakan.
Sistematisasi Ekaristi
6. Pemilihan lagu-lagu liturgi pun silakan
menyesuaikan dengan perayaan Ekaristi.
7. Jika hendak ditambahkan doa doa khusus
terkait dengan novena lingkungan atau terkait
dengan patron lingkungan atau doa dao
lainnya bisa ditambahkan setelah doa sesudah
komuni, namun sebelum berkat penutup.
Seksi Liturgi Lingkungan (PDDP)
• Bertanggung jawab untuk memastikan
terselenggaranya pelayanan liturgis kepada umat
(misa lingkungan, ibadat, devosi rosario, dst.)
• Membantu umat mendapatkan pelayan
sakramen tertahbis seperti pelayanan sakramen
perminyakan.
• (Bekerja sama dan bersinergi/koordinasi dengan
prodiakon untuk melayani pelayanan ibadat
kematian dan viaticum untuk warga lingkungan.)
Fokus pelayanan sakramen dan liturgi
pada ARDAS 2016-2021

Meningkatkan Katekese dan Liturgi


yang Hidup dan Memerdekakan
Liturgi Memerdekakan
• Bukan bebas sebebas-bebasnya
• Liturgi punya makna: mengarahkan disposisi
batin umat Kristiani untuk semakin berelasi
dengan intim dan memusatkan hidup kaum
beriman pada semangat Ekaristi.
• Menjadi pribadi yang semakin mengerti,
memahami dan mengalami pengalaman akan
Allah dalam setiap ritual perayaan liturgi.
Liturgi yang Hidup
• Partisipasi umat
• Simbol simbol liturgi punya relevansi dan
signifikansi.
• Senantiasa mempunyai makna baru untuk
konteks saat ini.
• Menumbuhkan dan Menghidupkan iman
umat.
HAL IKHWAL
PERKAWINAN KATOLIK
R.D. Yustinus Ardianto
Hakikat Perkawinan
• Dengan perjanjian perkawinan, seorang pria dan
seorang wanita membentuk di antara mereka
kebersamaan seluruh hidup (kan 1055 #1)
• Sifat hakiki perkawinan adalah monogami dan
tak terceraikan (kan 1056)

Catatan:
- Apakah ia type setia?
- Bagaimana pola hidup bersama dalam perkawinan?
Tujuan Perkawinan
• Dari sifat kodratinya, perjanjian itu harus
terarah pada kesejahteraan suami istri
serta kelahiran dan pendidikan anak. (kan
1055#1)

• Catatan:
- Perhitungkan juga kemampuan ekonomi dan
‘kenormalan’ biologisnya.
- Harus sama-sama bertujuan memiliki anak
dan mendidiknya.
HAK UNTUK MENIKAH
• Semua orang yang tidak dilarang oleh
hukum, dapat menikah (kan 1058)

Catatan:
- Pernikahan merupakan suatu hak (bukan
suatu paksaan atau keharusan
- Namun bukan berarti tanpa batas. Tetap ada
halangan-halangan agar perkawinan bisa
mencapai tujuannya yang mulia.
KEABSAHAN PERKAWINAN
Menurut Gereja Katolik Roma, perkawinan umat
Katolik dinyatakan sah apabila memenuhi syarat
pokok berikut ini:
1. Ada kebebasan kehendak dari kedua belah
pihak
2. Memahami hakikat perkawinan katolik:
Monogami dan Indissolubilitas
3. Perkawinan dilaksanakan dengan tata cara
gereja katolik
4. Tidak terkena halangan-halangan
sebagaimana diatur oleh hukum kanonik
Halangan Umur

o Hukum Kanonik menetapkan batas minimal


pria 16 tahun dan wanita 14 tahun (karena
berlaku untuk di seluruh dunia). Konferensi
Gereja boleh menetapkan hal lain atas
pertimbangan situasi setempat
o Konferensi Waligereja Indonesia (KWI)
menetapkan batas umur minimal pria 20
tahun dan wanita 18 tahun untuk dapat
dinikahkan secara Katolik.
o Negara menetapkan batas minimal pria 19
tahun dan wanita 16 tahun,
Halangan Impotensi

o Yaitu impotensi yang terjadi sebelum


perkawinan dilaksanakan dan impotensi itu
sifatnya permanen & insanabilis (tidak dapat
disembuhkan), sejak semula (antecedens)
dan absoluta (kepada siapapun).
o Sedangkan kemandulan tidak melarang atau
menggagalkan perkawinan Katolik.
Halangan Ikatan Nikah

o Seseorang tidak dapat menikah secara sah


bila sebelumnya memiliki ikatan
pernikahan yang sah menurut hukum
Gereja
o Meski perkawinan yang dahulu (yang
pertama) tidak sah atau telah diputuskan
atas alasan apa pun, perkawinan baru tidak
boleh dilangsungkan. Harus ada
pernyataan terlebih dahulu oleh otoritas
wilayah.
• Halangan Tahbisan Suci
Tahbisan tinggi diakonat dan imamat (yang
menuntut hidup selibat) menjadi halangan,
bila tahbisan itu sah dan diterima dengan
bebas. Hanya dengan dispensasi dari Bapa
Paus maka tahbisan itu dapat dianulir.

Halangan Kaul Religius


Kaul kekal dalam hidup membiara menjadi
halangan yang menggagalkan
perkawinan. Demikian, Kaul ini hanya dapat
dianulir dengan dispensasi dari Bapa Paus.
Halangan Kejahatan
o Jika demi perkawinan yang baru seseorang
membunuh pasangannya sendiri atau pasangan
dari orang yang hendak dikawini. Atau jika 2
orang yang ingin kawin, bekerjasama – secara fisik
atau moral – melakukan pembunuhan terhadap
suami atau istri mereka.
o Halangan ini didasari atas perlindungan akan
keluhuran Sakramen Perkawinan, perlindungan
kesetiaan dan keselamatan suami-istri, agar tidak
ada orang yang ingin kawin dengan nekat
merusak perkawinan yang sudah ada, dan agar
menjadi hukuman bagi perbuatan kejahatan berat
yang dilakukan.
Halangan Hubungan Darah
o Hubungan darah garis lurus dalam semua tingkat
(baik ke atas maupun ke bawah; baik yang sah
maupun tidak – ayah-anak-cucu-cicit-dst). Halangan
ini tidak akan pernah mendapatkan dispensasi.
o Hubungan darah garis menyamping, sampai tingkat
keempat (kakak-adik, paman/bibi-kemenakan,
saudara sepupu). Sepupu masih menjadi halangan
namun dapat didispensasi, selebihnya sudah tidak;
o Dasar dari halangan ini adalah demi keturunan,
supaya cinta tidak hanya berputar di sekitar keluarga
saja, dan agar cinta persaudaraan tetap murni
sebagai cinta persaudaraan. Lihat juga Kitab Imamat
18:6-18.
A

B C

D E

F G
• Halangan Hubungan Semenda
Semenda adalah persaudaraan antara suami dengan
saudara-saudari istrinya, dan sebaliknya. Yang
menjadi halangan hanya pada garis lurus dan untuk
semua tingkat (suami/istri dengan mertua atau
mertua tirinya; suami/istri dengan anak tirinya, dll).

Halangan Kelayakan Publik


Halangan ini timbul dari perkawinan tidak sah setelah
hidup bersama dan diketahui secara
umum. Konkretnya, A hidup bersama dengan B
tanpa menikah sah. Maka hubungan antara A dengan
saudara B baik garis lurus (anak, orangtua) maupun
garis menyamping (kakak, adik) terhalang.
• Halangan Pertalian Hukum
Pertalian hukum timbul dari adopsi. Ini menjadi
halangan, dalam garis lurus (orangtua – anak
angkatnya), dalam garis menyamping hanya untuk
tingkat dua saja (anak kandung – anak angkat).

Halangan Beda Agama


Orang yang telah dibaptis Katolik mau menikah
dengan orang yang belum/tidak dibaptis. Lihat Kitab
Nehemia 13:23-27, Imamat 21:13-15, 1 Korintus
6:14-15)

Halangan Beda Gereja


Orang Katolik dengan orang yang telah dibaptis
(non-Katolik), perlu minta izin
Perkawinan yang sah dalam Gereja Katolik
dibedakan menjadi 2 jenis:
• Perkawinan sah dan sakramental :
perkawinan antara 2 orang yang
baptisannya sah, menurut kriteria Gereja
Katolik
• Perkawinan yang sah bukan sakramental:
perkawinan antara orang katolik dengan
orang non katolik yang sudah mendapat
izin dari uskup (disparitas cultus)
CATATAN SIPIL
• Menurut Gereja Katolik, lembaga catatan sipil
adalah lembaga negara yang bertugas mencatat
terjadinya perkawinan sah menurut agama
tertentu (juga mencatat kelahiran, kematian,
perceraian dan mengeluarkan aktanya). Jadi,
lembaga ini sama sekali tidak mengesahkan atau
menikahkan ulang. UU Perkawinan di Indonesia
mewajibkan agar orang melangsungkan
perkawinan secara keagamaan terlebih dahulu
baru kemudian secara kenegaraan dengan
mencatatkannya di kantor catatan sipil.
• Karena kelemahan sistem hukum, kadangkala
terjadi ada orang yang sudah mempunyai akta
pernikahan sipil terlebih dahulu sebelum
melangsungkan pernikahan gerejani. Jika hal
ini dialami oleh umat Katolik maka
perkawinannya dianggap tidak sah. Kasusnya
berbeda dengan orang non katolik yang
menikah secara sipil dan kemudian menjadi
Katolik. Ketika orang itu dibaptis menjadi
Katolik, secara otomatis perkawinannya
menjadi sah tanpa harus mengulangi proses
perkawinan Katolik
• Proses pencatatan nikah di kantor catatan sipil
perlu dilakukan dengan tujuan memperoleh
hak-hak sebagai warga negara sipil, secara
khusus terkait dengan hak-hak yang dimiliki
karena ikatan sebagai suami istri misalnya: hak
waris, hak anak sah, akta kelahiran anak dll.
• Namun demikian dari sudut pandang Gereja
Katolik, asal sudah menikah di gereja Katolik,
perkawinan tersebut sudah dianggap sah dan
tidak berdosa kalau kemudian pasangan itu
hidup bersama.
PERSYARATAN PENERIMAAN
PERKAWINAN
• Surat keterangan dari ketua lingkungan
• Mendaftar ke sekretariat paroki minimal
sebulan sebelumnya. Untuk yang dibaptis di
luar pulau Jawa dan mendapatkan pasangan
beda Gereja / beda agama dianjurkan untuk
mendaftar lebih awal, misalnya 3 bulan
sebelumnya
• Membawa surat baptis asli yang sudah
diperbaharui (tidak lebih dari 6 bulan dari
tanggal rencana pernikahan) dan surat baptis
asli dari pihak non katolik.
• Telah mengikuti KPP (Perlu tetapi kadang
banyak yang malas)
• Hari pernikahan hendaknya dikomunikasikan
dengan pastor paroki dan tidak ditetapkan
sepihak. Pelaksanaan pernikahan sebaiknya
tidak dilangsungkan pada saat masa
prapaskah, kecuali tanggal 19 dan 25 Maret
(Yang dilarang menurut hukum gereja adalah
pesta kemeriahannya)
• Perkawinan sebaiknya diberkati oleh pastor
paroki, tetapi bila berhalangan dan memiliki
alasan lain dapat meminta pastor lain.
• Umat dari paroki tertentu dapat mengajukan
permohonan pemberkatan di paroki lain
asal ada pelimpahan wewenang (delegasi)
dari pastor paroki kepada pastor tentu yang
dipilih. Surat delegasi harus jelas menyebut
nama pastor tertentu dan tidak bisa
dialihkan.
Kejadian 1: 26-28
“…Allah Menciptakan laki-laki dan perempuan
menurut GambarNya…”

• Keberadaan pria dan wanita memang


dikehendaki Tuhan untuk 2 tujuan: beranak
cucu dan menguasai bumi
• Kekuatan cinta datang dari Allah untuk
menyatukan 2 pribadi
• Kesejajaran pria dan wanita dalam kehidupan
dan dalam keluarga
Hosea Bab 1 – Bab 3
Hosea diperintahkan Tuhan untuk meikahi
seorang wanita sundal (seorang pelacur).
Jelas bahwa wanita tersebut tipe kurang
setia. Ketika wanita itu ketahuan berbuat
dosa lagi, Hosea ingin menceraikan wanita
itu. Namun Tuhan memaksa Hosea untuk
tetap menerima wanita itu
Beberapa Inspirasi
• Perkawinan melambangkan cinta Allah kepada
manusia
• Dalam perkawinan perlu spiritualitas
pengampunan dan menerima kenyataan hidup
• Perkawinan zaman sekarang sesuatu yang tak
mudah, harus selalu mohon rahmat.
• Perkawinan berciri monogami dan
indissolubilitas
KRISIS KELUARGA
ZAMAN SEKARANG

• Krisis ‘Dasar Cinta’


• Krisis Pengenalan Karakter
• Krisis Komunikasi
• Krisis Kebersamaan Waktu & Tempat
• Krisis Ekonomi
• Krisis Kesetiaan
STUDI KASUS

• Seorang ibu muda (katolik, 26 th)memiliki


suami seorang penjudi (katolik 30 th). Mereka
punya anak 2 tetapi kehidupan ekonomi sangat
memprihatinkan. Hampir setiap malam sang
suami memaksa hubungan seks dan tidak mau
melakukan pencegahan kehamilan dengan
alasan mengurangi kenikmatan. Tak jarang si
istri pun disiksa dan dipukuli. Si istri tak tahan
lagi dan minta cerai !!!
Pendekatan Yuridis
• Perkawinan itu sah dan sakramen, maka pasti
tak boleh melakukan perceraian dalam gereja
katolik
• Namun ada yang disebut ‘pisah ranjang /
pisah meja makan’ karena memang situasi
yang tak tertahankan.
• Ada tingkatan pisah ranjang: (1) pisah
tradisional – pulang sementara ke ortu (2)
pisah panjang tetap
Bila perceraian sipil terjadi?

• Perceraian sipil tak pernah diakui oleh gereja


katolik. Tetap ada ikatan nikah yang sah. Maka
tak bisa menikah lagi.
• Masih tetap boleh menyambut sakramen-
sakramen sejauh tidak hidup bersama dengan
pasangan lain.
• Anak-anak tak pernah terkena efek apapun
dari perbuatan ortunya.
Ada 3 pandangan tentang Alat KB)

1. Kelompok konservatif (hanya KB alamiah –


sistem kalender). Alat lain per se malum
(dengan sendirinya berdosa). Setiap
hubungan seks harus mengarah pada
keturunan.
2. Kelompok Moderat. Alat KB boleh sejauh
tidak abortif dan tidak memandulkan secara
tetap (vasekstomi dan tubektomi)
3. Kelompok progresif (liberal). Penggunaan alat
kontrasepsi adalah hak asasi manusia. Yang
penting manusia bahagia!! Maka alat apapun
boleh !!!

Anda mungkin juga menyukai