Anda di halaman 1dari 19

KRITIK SOSIAL DALAM NOVEL CATATAN JUANG

KARYA FIERSA BESARI


(Suatu Tinjauan Sosiologi Sastra)

Ria Rukiyanti
NIM. 13010115120031

Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia


Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Diponegoro
Semarang
riarukiyanti16@gmail.com

INTISARI

Rukiyanti, Ria. 2019. “Kritik Sosial dalam Novel Catatan Juang Karya Fiersa Besari Suatu
Tinjauan Sosiologi Sastra”. Skripsi (S1) Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro,
Semarang. Pembimbing Drs.Mulyo Hadi Purnomo, M.Hum dan Dra. Rukiyah, M.Hum.

Salah satu novel yang mengandung kritik sosial adalah novel Catatan Juang. Novel ini
mengangkat beberapa permasalahan yang ada di masyarakat. Penelitian terhadap novel Catatan
Juang ini bertujuan untuk mengungkap kritik sosial yang terkandung dalam novel Catatan Juang
karya Fiersa Besari melalui tinjauan sosiologi sastra. Objek penelitian ini adalah novel Catatan
Juang karya Fiersa Besari yang diterbitkan oleh MediaKita pada tahun 2017. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif, dengan teknis analisis isi yaitu,
mengungkap dan kemudian mendeskripsikan unsur intrinsiknya, apa dan bagaimana kritik sosial
yang terkandung dalam novel.

Hasil penelitian ini adalah unsur struktural yang terdapat dalam novel Catatan Juang
yang meliputi; tokoh dan penokohan, alur dan pengaluran, serta latar atau setting, serta kritik
sosial yang terkandung dalam novel Catatan Juang karya Fiersa Besari yang meliputi; pertama,
kritik sosial terhadap kerusakan lingkungan; kedua, kritik sosial terhadap kebijakan publik dan
birokrasi; ketiga, kritik terhadap kebijakan pertanahan.

Kata kunci: Catatan Juang, kritik sosial, sosiologi sastra

ABSTRACT

Rukiyanti, Ria. 2019. "Social Criticism in novel Catatan Juang by Fiersa Besari Records of Work
A Review of Sociology of Literature". Thesis (S1) Faculty of Cultural Sciences, Diponegoro
University, Semarang. Adviser Drs.Mulyo Hadi Purnomo, M.Hum dan Dra. Rukiyah, M.Hum.

One novel containing social criticism is the novel Catatan Juang. This novel raises
several problems that exist in society. The study of the novel Catatan Juang aims to uncover social
criticism contained in Fiersa Besari's novel Catatan Juang through a sociological review of
literature. The object of this research is the novel Catatan Juang by Fiersa Besari which was
published by MediaKita in 2017. The method used in this study is descriptive qualitative method,
with technical content analysis that is revealing and then describing its social criticism, what and
how social criticism contained in the novel.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap karya sastra yang berupa novel dan bersama ketiga temannya yang ingin membantu
cerpen di dalamnya pasti terdapat inti dan masyarakat di desa Utara untuk menyelesaikan
makna dari cerita yang ingin disampaikan sebuah polemik di desa tersebut. Yang membuat
penulis terhadap pembaca. Tidak jarang peneliti tertarik untuk meneliti novel Catatan
pengarang juga menyampaikan kritik sosial Juang karya Fiersa Besari adalah novel ini
dalam ceritanya walau dengan intensitas yang mengangkat masalah sosial yang ada di
berbeda. Wujud kehidupan sosial yang dikritik masyarakat.
juga bermacam-macam seluas lingkup Dengan adanya permasalahan yang
kehidupan sosial itu sendiri. Seiring dengan terjadi pada novel Catatan Juang inilah, dapat
berkembangnya zaman, kritik sosial dalam ditemukan kritik sosial apa saja yang
karya sastra semakin banyak penggemarnya. terkandung di dalam novel. Kritik sosial dalam
Kritik sosial dalam karya sastra menunjukkan novel Catatan Juang dapat dikatakan
wujud penyampaian dari seorang penulis untuk merupakan wujud kepekaan, hasrat, dan
pembaca karya sastra yang diciptakan. kesadaran Fiersa Besari sebagai pengarang
Nurgiyantoro berpendapat bahwa “sastra yang mengenai kejadian-kejadian yang terjadi di
mengandung pesan kritik, dapat juga disebut masyarakat. Kritik sosial menjadi kajian yang
sastra kritik, biasanya akan lahir di tengah menarik terhadap novel Catatan Juang karya
masyarakat jika terjadi hal-hal yang kurang Fiersa Besari, karena novel ini mencoba
beres dalam kehidupan sosial dan masyarakat” mengangkat sebuah polemik yang sempat
(2012:331) menuai kontroversi serta mendapat simpati
Kritik sosial yang terdapat dalam karya masyarakat di Indonesia, sebuah polemik ini
sastra dapat berupa kritik terhadap kehidupan terjadi sekitar tahun 2015-2016, yaitu polemik
sosial yang ada di dalam kehidupan nyata, pembangunan pabrik semen di Pegunungan
sejajar dengan tindak kesadaran lainnya, hal ini Kendeng kabupaten Rembang.
bisa berupa ketimpangan sosial, atau Berdasarkan hal-hal di atas, penelitian
kepincangan sosial yang sering menimbulkan terhadap novel Catatan Juang menjadi menarik
masalah-masalah sosial. Pengarang dalam karya untuk dikaji. Untuk mengkaji kritik sosial dalam
yang diciptakannya mampu menggambarkan novel penulis menggunakan teori sosiologi
realita kehidupan sosial melalui tokoh-tokoh di sastra. Penerapan teori sosiologi sastra dalam
dalamnya. hubungannya dengan kritik sosial adalah untuk
Pada umumnya pengarang yang berhasil mengkaji novel Catatan Juang dengan
adalah para pengamat sosial, sebab merekalah mengaitkan realitas kehidupan yang terjadi di
yang mampu untuk mengkombinasikan antara masyarakat. Teori ini berpandangan bahwa
fakta-fakta yang ada dalam masyarakat dengan sastra merupakan pencerminan kehidupan
ciri-ciri fiksional (Ratna, 2004:334). Hal ini masyarakat. Bertolak dari pandangan itu, telaah
karena pengarang juga dipengaruhi oleh atau kritik sastra yang dilakukan terfokus atau
kepekaan kemasyarakatan, hati nurani lebih banyak memperlihatkan segi-segi sosial
kemasyarakatannya, hati nurani manusianya, dan kemasyarakatan yang terdapat dalam suatu
kepekaan terhadap zamannya (Lubis, 1997:8). karya sastra serta mempersoalkan segi-segi yang
Sastra sebagai sebuah teks tidak dapat menunjang pembinaan dan pengembangan tata
melepaskan diri dari peran pengarang dan kehidupan (Semi, 1989:46)
lingkungan terciptanya karya sastra tersebut.
Hal ini berarti bahwa antara sastra, pengarang, B. Rumusan Masalah
dan lingkungan merupakan hal yang sangat Sesuai dengan latar belakang yang telah
berkaitan karena karya sastra tidak lepas dari diuraikan di atas, maka dapat penulis rumuskan
budaya yang diangkatnya dan budaya adalah permasalahannya sebagai berikut :
bagian dari kehidupan sosial itu sendiri. 1. Bagaimana unsur struktural novel Catatan
Salah satu novel yang mengandung Juang karya Fiersa Besari, khususnya tokoh
kritik sosial adalah novel Catatan Juang karya dan penokohan, alur dan pengaluran, serta
Fiersa Besari yang diterbitkan oleh Penerbit latar?
Mediakita, pada tahun 2017. Novel ini berkisah 2. Kritik sosial apa saja yang terdapat dalam
tentang perjuangan seorang gadis bernama Suar novel Catatan Juang karya Fiersa Besari?
C. Tujuan Penelitian penelitian sebelumnya untuk memperkuat
Berdasarkan rumusan masalah yang telah penelitian ini.
dikemukakan, maka penelitian ini bertujuan
untuk: 2.Analisis Data
1. Mengungkapkan unsur-unsur struktur yang Penulis menggunakan metode deskriptif dalam
mencakup tokoh dan penokohan, alur dan penelitian ini. Langkah awal yang penulis
pengaluran, serta latar yang membangun lakukan adalah menentukan objek materialnya
makna menyeluruh stuktur novel Catatan yaitu novel Catatan Juang. Setelah itu, penulis
Juang karya Fiersa Besari. membaca dan memahami isi di dalam novel
2. Mendeskripsikan kritik sosial apa saja yang tersebut hingga mendapatkan objek formal
terdapat dalam novel Catatan Juang karya untuk dijadikan sebuah penelitian. Langkah
Fiersa Besari. kedua, penulis mulai menganalisis objek formal
tersebut yaitu kritik sosial yang terdapat dalam
novel Catatan Juang. Penulis menggunakan tiga
D. Manfaat Penelitian
teori dalam menganalisis. Tiga teori ini adalah
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan
teori stuktural fiksi, teori sosiologi sastra, dan
manfaat secara teoretis maupun manfaat praktis.
teori kritik sosial.
1 Manfaat teoretis hasil penelitian ini
Teori struktural fiksi dalam penelitian
diharapkan dapat memperkaya ilmu
ini digunakan untuk menganalisis unsur-unsur
pengetahuan khususnya sastra dan pemahaman
intrinsik yang terdapat di dalam novel, tetapi
yang lebih kepada peneliti dan pembaca
penulis hanya memfokuskan kepada tokoh dan
mengenai masalah-masalah sosial, serta
penokohan, alur dan pengaluran, serta latar.
pemaparan kritik sosial yang diwujudkan dalam
Sebelum menganalisis kritik sosial, penulis
bentuk karya sastra khususnya novel yang
terlebih dahulu menganalisis menggunakan teori
menjadi objek kajian.
sosiologi sastra. Tahap akhir penulis
2. Manfaat praktis hasil penelitian ini
menganalisis kritik sosial yang merupakan
diharapkan dapat menjadi sumber rujukan untuk
objek formal penelitian dan dikaitkan dengan
penelitian yang sejenis.
realitas sosial kehidupan. Penelitian ini diakhiri
E. Ruang Lingkup Penelitian dengan kesimpulan yang merupakan jawaban
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan dari pertanyaan pada rumusan masalah.
mengingat bahan dan data seluruhnya diperoleh
dari sumber-sumber yang bersifat tertulis yang H. Sistematika Penulisan
berkaitan dengan objek yang diteliti secara Sistem penulisan dalam suatu penelitian
langsung. Penelitian ini dibatasi pada novel berfungsi untuk memberikan gambaran yang
Catatan Juang karya Fiersa Besari, sebagai terarah mengenai langkah-langkah penelitian.
objek yang bersifat material. Adapun objek Sistematika penulisan dalam penelitian ini
formal ialah kritik sosial yang terdapat pada adalah sebagai berikut:
novel. Kajian dilakukan dengan menggunakan Bab I merupakan pendahuluan, yang berisi
pendekatan sosiologi sastra untuk menganalisis latar belakang penelitian, rumusan masalah,
persoalan yang menggambarkan kritik sosial tujuan dan manfaat penelitian, ruang lingkup
pada novel Catatan Juang karya Fiersa Besari. penelitian, landasan teori, metodologi
Teori struktural yang digunakan penulis untuk penelitian, serta sistematika penulisan.
mendeskripsikan unsur karya sastra khususnya Bab II berupa tinjauan pustaka, yang
tokoh, alur, serta latar yang terdapat dalam mencakup penelitian sebelumnya dan landasan
novel Catatan Juang karya Fiersa Besari. teori yaitu teori struktural (tokoh dan
penokohan, alur dan pengaluran serta latar),
G. Metode Penelitian teori sosiologi sastra dan kritik sastra.
1. Pengumpulan Data Bab III adalah analisis struktur novel
Dalam tahap pengumpulan data, penulis Catatan Juang karya Fiersa Besari
menggunakan metode studi pustaka karena Bab IV adalah analisis sosiologi sastra
objek kajian menggunakan sumber tertulis.. yang meliputi kritik sosial novel Catatan Juang
Teknik yang digunakan ialah menyimak dan karya Fiersa Besari.
mencatat. Sumber yang digunakan oleh penulis Bab V adalah penutup yang berisi
ialah sumber data primer dan sumber data simpulan.
sekunder. Sumber data primer adalah novel
Catatan Juang karya Fiersa Besari, sedangkan TINJAUAN PUSTAKA
sumber data sekunder merupakan sumber-
sumber yang mendukung penelitian yang Bab ini terdiri dua subbab, yaitu subbab
diperoleh dari kepustakaan tentang objek dan penelitian sebelumnya dan landasan teori.
Subbab tinjauan pustaka berisi paparan ringkasan sikap otoriter kaum borjuis; (3) kritik terhadap
beberapa penelitian yang pernah dilakukan masalah diskriminasi.
peneliti sebelumnya berkaitan dengan topik Keempat “Kritik Sosial dalam Novel Entrok
penelitian ini, yakni masalah kritik sosial dalam Karya Okky Madasari Sebuah Kajian Sosiologi
karya sastra. Subbab landasan teori berisi uraian Sastra”. Skripsi ini ditulis oleh Faila Sufa
rinci mengenai beberapa teori pokok yang Marhamah mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya,
digunakan dalam penelitian ini. Teori pokok Universitas Diponegoro Semarang tahun 2015.
tersebut mencakup teori struktural fiksi, teori Skripsi ini menggunakan teori struktural fiksi,
sosiologi sastra dan teori kritik sosial. teori sosiologi sastra, teori kritik sosial. Hasil
A. Penelitian Sebelumnya kritik sosial yang ditemukan dalam novel Entrok
Penulis menyertakan beberapa penelitian yang adalah; (1) kritik terhadap diskriminasi kaum
pernah dilakukan yang menggunakan kritik sosial Tionghoa; (2) kritik terhadap kekuasaan yang
sebagai objek formal, tetapi memiliki objek dilakukan oleh penguasa: (3) kritik mengenai
material yang berbeda yakni: perbedaan keyakinan antara ibu dan anak.
Pertama, ““Kritik Sosial dalam Novel Jala Kelima “Kritik Sosial dalam Novel Slank 5
Karya Titis Basino P.I Kajian Sosiologi Sastra”. Hero dari Atlantis Karya Sukardi Rinakit Sebuah
Skripsi ini ditulis oleh Inug Setyani, mahasiswi Pendekatan Sosiologi Sastra”. Skripsi ini ditulis
Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri oleh Arif Prasetyo mahasiswa Fakultas Bahasa
Yogyakarta tahun 2009. Skripsi ini menggunakan dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta tahun
teori struktural fiksi, teori sosiologi sastra, dan 2015. Hasil dari penelitian dalam skripsi ini
kritik sosial untuk menganalisis kritik sosial adalah kesimpulan kritik sosial yang terdapat
dalam novel Jala karya Titis Basino. Kritik sosial dalam novel Slank 5 Hero dari Atlantis
yang ditemukan dalam novel Jala adalah; (1) diantaranya adalah; (1) masalah birokrasi; (2)
masalah politik; (2) masalah ekonomi; (3) masalah peperangan; (3) masalah kejahatan.
masalah sosio-budaya, (4) masalah moral. Masalah birokrasi menyoroti (1) penyalahgunaan
Masalah yang dominan dikritik pengarang, yaitu jabatan, (2) kelicikan para menteri, (3) intrik
politik berupa penggusuran dan penutupan usaha politik, (4) penyuapan, (5) politik uang, (6) janji
informal rakyat kecil oleh pemerintah. manis, (7) kecurangan dalam pemilu, (8)
Kedua “Kritik Sosial Papua dalam Novel memanupulasi kotak suara, (9) politik kambing
Tanah Tabu Karya Anindita S Thayf”. Skripsi ini hitam, (10) organisasi politik, (11) kesewenang-
ditulis oleh Sutiyono mahasiswa Fakultas Ilmu wenangan. Masalah peperangan meliputi aksi
Budaya Universitas Diponegoro Semarang tahun provokasi, kampanye kotor, perebutan
2010. Dalam penelitian itu, terdapat beberapa kekuasaan, dan intimidasi. Masalah kejahatan
kritik sosial pada novel yang diteliti: (1) kritik menyangkut; (1) penindasan, (2) menghalalkan
terhadap masalah pendidikan, berkaitan dengan segala cara, (3) meremehkan orang lain, (4)
minim dan buruknya fasilitas pendidikan; (2) sombong dan tidak memiliki sopan santun.
kritik terhadap masalah kemiskinan, dalam novel Ketidakadilan tersebut berupa penyalahgunaan
ini tampak pada kondisi kehidupan para tokoh kekuasaan oleh para penguasa.
yang bertempat tinggal di rumah kontrakan,
bermata pencaharian pedagang di pasar becek B. Landasan Teori
dan kumuh; (3) kritik terhadap masalah 1. Teori Struktural Fiksi
disorganisasi keluarga, yang dialami oleh Sebuah karya sastra, fiksi atau puisi adalah
beberapa tokoh dalam novel, keluarga sampai sebuah totalitas yang dibangun secara kohensif
terpaksa mengalami perpisahan; (4) kritik sosial oleh berbagai unsur (pembangun)-nya. Di satu
terhadap masalah diskriminasi; (5) kritik sosial pihak, struktur karya sastra dapat diartikan
masalah pelanggaran terhadap norma-norma sebagai susunan, penegasan, dan gambaran
masyarakat; (6) kritik terhadap birokrasi; (7) semua bahan dan bagian yang menjadi
kritik terhadap masalah lingkungan hidup. komponennya yang secara bersama membentuk
Ketiga “Kritik Sosial dalam Novel Detik- kebulatan yang indah (Abrams, melalui
Detik Cinta Menyentuh Karya Ali Shahab Nurgiyantoro, 2012:36).
Sebuah Tinjauan Sosiologi Teks”. Skripsi ini Untuk dapat memahami struktur karya
ditulis oleh Aziz Dwi Prakoso mahasiswa sastra dan dapat merebut makna dengan setepat-
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro tepatnya, seorang pembaca perlu mengenal dan
Semarang tahun 2012. Skripsi ini menghasilkan memahami bagian-bagian atau elemen-elemen
kesimpulan yaitu kritik sosial yang ditemukan karya sastra. Oleh karena itu, untuk memahami
dalam novel; (1) kritik terhadap kekuatan tirani karya sastra diperlukan analisis terhadap bagian-
yang menjadi penyebab kemiskinan dan bagian struktur tersebut.
kehancuran rumah tangga; (2) kritik terhadap Analisis struktur karya sastra, yang dalam
hal ini fiksi, dapat dilakukan dengan
mengidentifikasi, mengkaji dan Tokoh dapat dibedakan menjadi beberapa
mendeskripsikan fungsi dan hubungan jenis penamaan berdasarkan dari sudut mana
antarunsur intrinsik fiksi yang bersangkutan. penamaan dilakukan. Dilihat dari segi peranan
Mula-mula diidentifikasi dan dideskripsikan, tokoh dalam pengembangan cerita, ada tokoh
misalnya, bagaimana keadaan peristiwa- yang penting, ditampilkan terus-menerus
peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang dan sehingga mendominasi sebagian besar cerita
lain-lain (Nurgiyantoro, 2012: 22-24). Setelah yang biasa disebut tokoh utama, dan sebaliknya,
dijelaskan bagaimana fungsi masing-masing ada tokoh-tokoh yang hanya dimunculkan sekali
unsur itu dalam menunjang makna atau beberapa kali dalam cerita, biasa disebut
keseluruhannya, dan bagaimana hubungan tokoh tambahan.
antarunsur itu sehingga secara bersama Penokohan menujuk pada penempatan
membentuk sebuah totalitas-kemaknaan yang tokoh-tokoh tertentu dengan watakwatak tertentu
padu. Dengan demikian, pada dasarnya analisis dalam sebuah cerita. Atau bisa juga dikatakan
stuktural bertujuan memaparkan secermat sebagai pelukisan gambaran yang jelas tentang
mungkin fungsi dan keterkaitan antarberbagai seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita
unsur karya sastra yang secara bersama (Jones melalui Nurgiyantoro, 2012: 165).
menghasilkan sebuah keseluruhan. Setiap karya Penokohan sekaligus menyaran pada teknik
sastra mengandung unsur intrinsik. Unsur perwujudan dan pengembangan tokoh dalam
intrinsik sebuah novel adalah unsur-unsur yang sebuah cerita. Berdasarkan fungsi penampilan
(secara langsung) turut serta membangun cerita. tokoh dalam cerita, tokoh dapat dibedakan
Kepaduan antarberbagai unsur intrinsik inilah menjadi tiga jenis yaitu tokoh protagonis, tokoh
yang membuat sebuah novel terwujud. Unsur antagonis, dan tokoh tritagonis.
yang dimaksud antara lain, alur, tokoh,
penokohan, latar, tema serta amanat dan lain- b. Latar atau setting
lain. Meskipun unsur ekstrinsik adalah Latar atau setting yang disebut juga sebagai
unsurunsur yang berada di luar karya sastra, landas tumpu, meyaran pada pengertian tempat,
namun unsur ekstrinsik cukup berpengaruh hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat
terhadap totalitas bangun cerita yang dihasilkan. terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan
Adapun unsur ekstrinsik misalnya, psikologi, (Abrams melalui Nurgiyantoro, 2012:216). Latar
sosiologi, agama, ideologi, dan lain-lain. Kedua memberikan pijakan cerita secara konkret dan
unsur tersebut saling berhubungan dan tidak jelas. Hal ini penting untuk memberikan kesan
dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya, realistis kepada pembaca, menciptakan suasana
karena pada dasarnya karya sastra merupakan tertentu seolah-olah sungguh-sungguh ada dan
sebuah struktur yang lengkap. terjadi.
Lewat teori struktural fiksi inilah penulis Pembaca seolah-olah merasa menemukan
akan lakukan analisis cara bagaimana pengarang dalam cerita itu sesuatu yang sebenarnya menjadi
mengekspresikan cerita yaitu lewat stuktur- bagian dirinya. Hal ini akan terjadi jika latar
struktur yang ada. Akan tetapi dalam mampu mengangkat suasana setempat, warna
aplikasinya, tidak semua unsur dimasukkan lokal, lengkap dengan perwatakannya ke dalam
dalam penelitian ini. Pertimbangan tersebut cerita (Nurgiyantoro, 2012:217). Di pihak lain,
diambil karena menyesuaikan dengan kebutuhan jika belum mengenal latar itu sebelumnya, kita
penelitian dan relevansi. Adapun unsur-unsur pembaca akan mendapatkan informasi baru yang
stuktur yang akan dibahas dalam novel ini berguna dan menambah pengalaman hidup.Unsur
dikhususkan antara lain, tokoh dan penokohan, latar dapat dibedakan menjadi tiga unsur pokok,
alur dan latar. yaitu latar tempat, waktu, dan sosial. Ketiga
unsur tersebut menawarkan permasalahan yang
a. Tokoh dan Penokohan berbeda namun saling berkaitan dan saling
Pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita mempengaruhi satu sama lain.
rekaan sehingga peristiwa itu menjalin suatu Latar tempat menyaran pada lokasi
cerita disebut tokoh, sedangkan cara sastrawan terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam
menampilkan tokoh atau pelaku disebut sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang
penokohan (Aminuddin melalui Siswanto, dipergunakan mungkin berupa tempat-tempat
2013:129). Tokoh memang unsur yang terpenting dengan nama tertentu, inisial tertentu, mungkin
dalam sebuah karya fiksi, mempunyai relevansi lokasi tertentu tanpa nama jelas (Nurgiyantoro,
dengan cerita secara keseluruhan. Selain itu 2012:227)
tokoh juga menempati posisi strategis sebagai Latar waktu berhubungan dengan masalah
pembawa dan penyampai pesan, amanat, moral, “kapan” terjadinya perististiwa-peristiwa yang
atau sesuatu yang sengaja ingin disampaikan diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Latar
kepada pembaca. waktu dalam karya fiksi juga sering dihubungkan
dengan lamanya waktu yang digunakan dalam sosial dan mengungkapkan cara-cara menusia
cerita (Nurgiyantoro, 2012:232). Dalam hal ini menghayati masyarakat dengan perasaannya.
terdapat variasi pada berbagai novel yang ditulis Meskipun sastra dan sosiologi merupakan dua
orang. Akhirnya, latar waktu juga dikaitkan bidang yang sama sekali berbeda garapannya,
dengan latar tempat dan latar sosial juga, sebab namun keduanya dapat dikatakan saling
pada kenyataannya memang harus saling melengkapi.
berkaitan. Sosiologi sastra adalah penelitian yang
Latar sosial menyaran pada hal-hal yang terfokus pada masalah manusia. Karena sastra
berhubungan dengan perilaku sosial masyarakat sering mengungkapkan perjuangan umat manusia
di suatu tempat yang diceritakan dalam karya dalam menentukan masa depannya, berdasarkan
fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat imajinasi, perasaan, dan intuisi (Endaswara,
mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang 2008:79). Sedangkan menurut Ratna (2004:339),
cukup kompleks. Ia dapat berupa kebiasaan sosiologi sastra adalah analisis karya sastra
hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, dalam kaitanya dengan masyarakat.
pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap, dan Pendekatan sosiologi sastra yang paling
lain-lain yang tergolong latar spiritual seperti banyak dilakukan saat ini menaruh perhatian yag
dikemukakan sebelumnya. Di samping itu, latar besar terhadap aspek dokumenter sastra,
sosial juga berhubungan dengan status sosial landasannya adalah gagasan bahwa sastra
tokoh yang bersangkutan. merupakan cermin langsung dari berbagai segi
stuktur sosial, hubungan kekeluargaan,
c. Alur dan Pengaluran (plot) pertentangan kelas, dan lain-lain. Dengan
Alur (plot) merupakan unsur fiksi yang penting, pertimbangan bahwa sosiologi sastra adalah
bahkan tak sedikit orang menganggapnya sebagai analisis karya sastra dalam kaitannya dengan
yang terpenting di antara unsur fiksi yang lain. masyarakat, maka model analisis yang dapat
Alur adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh dilakukan meliputi tiga macam. Pertama,
tahapan-tahapan peristiwa yang dihadirkan oleh menganalisis masalah-masalah sosial yang
para pelaku dalam suatu cerita (Abram melalui terkandung dalam karya sastra itu sendiri,
Siswanto, 2012:144). Sedangkan menurut kemudian menghubungkan dengan kenyataan
Suharianto (2005:18) alur atau plot adalah yang pernah terjadi. Kedua, menemukan
carampengarang menjalin kejadian-kejadian hubungan antarstuktur dengan hubungan yang
secara beruntun dengan memperhatikan hukum bersifat dialektika. Ketiga, menganalisis karya
sebab akibat sehingga merupakan kesatuan yang dengan tujuan untuk memperoleh infomasi
padu, bulat, dan utuh. tertentu (Ratna, 2004:339)
Pengaluran dalam cerita rekaan ada berbagai Teori sosiologi sastra ini menekankan pada
versi di antaranya pengaluran maju, lurus aspek material yang berupa karya sastra tersebut.
(progresif), pengaluran mundur, sorot-balik Sosiologi mencakup nilai-nilai dan norma-norma
(flashback), dan pengaluran campuran (maju- sosial, dalam hal ini nilai sosial dalam novel
mundur). Pada kaidah pengaluran, peristiwa, Catatan Juang sangat terlihat, karena dalam
konflik, dan klimaks merupakan tiga unsur yang novel ini terdapat konflik-konflik sosial.
sangat penting dalam pengembangan sebuah plot
cerita. Plot tersebut sangat ditentukan 3. Teori Kritik Sosial
berdasarkan ketiga unsur tersebut Sebuah karya sastra dianggap sebagai suatu
usaha untuk menciptakan kembali suatu dunia
2. Teori Sosiologi Sastra sosial. Sesuatu yang dianggap menyimpang atau
Karya sastra diciptakan oleh sastrawan untuk menyeleweng akan menjadi bahan menarik bagi
dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh seorang sastrawan yang ingin menegakkan
masyarakat. Sastrawan itu sendiri adalah anggota keadilan. Suatu sastra yang mengandung unsur
masyarakat, dia terikat oleh status sosial tertentu. kritik atau protes adanya penyimpangan atau
Sastra menampilkan gambaran kehidupan dan penyelewengan dari suatu hal disebut sastra
kehidupan itu sendiri adalah suatu kenyataan kritik. Kritik sosial adalah salah satu bentuk
sosial. Sosiologi adalah telaah yang objektif dan komunikasi dalam masyarakat yang bertujuan
ilmiah tentang manusia dalam masyarakat, telaah sebagai kontrol terhadap sistem sosial atau proses
tentang lembaga dan proses sosial (Damono, masyarakat (Abar, 1999:47). Sementara itu
2013:8). menurut Sumardjo (1982:12) kritik sosial adalah
Dengan demikian, antara karya sastra kritik yang terkait dengan masalah-masalah
dengan sosiologi sebenarnya merupakan dua sosial atau kemasyarakatan yang muncul dalam
bidang yang berbeda, sosiologi melakukan karya sastra sebab sastra merupakan produk
analisis ilmiah yang objektif, sedangkan novel sosial. Kritik sosial juga merupakan sebuah
menyusup menembus permukaan kehidupan inovasi, yang menjadi sarana komunikasi
gagasan baru di samping menilai gagasan lama konflik, paling banyak berhubungan dengan
untuk suatu perubahan sosial. tokoh lain, serta memiliki keunikan karakter
Kritik sosial dalam karya sastra mempunyai menguasai jalannya cerita. Hal ini dapat
kesempatan yang lebih luas bila dibandingkan dibuktikan dengan melihat kembali pada analisis
seni lain di luar sastra. Kesempatan yang sekuen tokoh Suar yang muncul sebanyak 55
dimaksud berkaitan erat dengan fasilitas yang sekuen (dapat dilihat pada lampiran)
dimiliki sastra sebagai seni verbal. Menurut Dalam cerita Suar digambarkan sebagai
Darma (1995:113) karya sastra mempunyai gadis berusia 24 tahun yang cantik dan manis,
kesempatan yang lebih luas bila dibandingkan kulitnya putih kekuningan, hidungnya tidak
dengan karya seni lainnya. Sastra mampu terlalu mancung tetapi juga tidak bisa dikatakan
mengadakan hubungan langsung dengan pesek, memiliki bibir yang merah merona, serta
pembaca. Selain itu, sastra memiliki fasilitas rambut lurus sepunggung. Seperti yang terdapat
yang lebih luas untuk menggerakkan pathos dalam kutipan berikut:
pembaca, yaitu simpati dan merasa terlibat dalam Seberes mandi, Suar duduk di depan
peristiwa yang terjadi dalam karya tersebut. cermin, cukup lama, tanpa melakukan
Dari pendapat tersebut, kritik sosial dapat apa pun. Dicermatinya gadis yang
diartikan sebagai kontrol, penilaian atau menatapnya dari balik cermin. Kulitnya
pertimbangan terhadap sesuatu mengenai yang putih kekuningan, hidungnya yang
masyarakat yang menyimpang dari tatanan yang tidak terlalu mancung tapi juga tidak
seharusnya terjadi sehingga mampu memperbaiki bisa dibilang pesek, bibirnya yang
keadaan dan menjadi stabilitas sosial. Selain itu, merah merona tanpa perlu dipulas
kritik sosial juga dapat sebagai upaya gincu, juga rambut lurus
menentukan nilai hakiki masyarakat lewat sepunggungnya yang masih basah
berbagai pemahaman dan penafsiran realitas (Catatan Juang hal 4-5).
sosial, yaitu dengan memberi pujian, menyatakan
kesalahan, dan memberi pertimbangan. Suar digambarkan sebagai tokoh anak
Bentuk penyampaian kritik sosial dalam muda yang tangguh, berpikir kritis, serta sangat
karya fiksi dapat bersifat langsung dan tidak memperhatikan suara rakyat kecil, meski proses
langsung. Pertama, bentuk langsung, boleh yang harus dia lalui tidak mudah dan butuh
dikatakan identik dengan cara pelukisan watak perjuangan. Di sini terlihat jelas sifat gigih dan
tokoh yang bersifat uraian, telling, atau pantang menyerah Suar dalam menghadapi suatu
penjelasan, expository. Jika dalam teknik uraian masalah. Seperti yang terdapat dalam kutipan
pengarang secara langsung mendeksipsikan berikut ini:
perwatakan tokoh cerita yang bersifat Suar mahfum tentang apa dan siapa
memberitahu atau memudahkan pembaca untuk yang akan ia hadapi, dan ia tidak gentar.
memahamainya. Kedua, bentuk penyampaian Bagi Suar, tidaklah berguna terus
tidak langsung, pesan itu hanya tersirat dalam mengkritik keadaan jika kita tidak terjun
cerita, berpadu secara koherensif dengan unsur- langsung untuk mengubah keadaan
unsur cerita yang lain (Nurgiyantoro, 2012: 335- menjadi lebih baik (Catatan Juang hal
339). 122).

PEMBAHASAN Sifat gigih Suar tergambar juga dengan


Analisis Struktur Novel “Catatan Juang” keinginan dia untuk menggapai cita-cita
Berikut analisis berdasarkan unsur intrinsik dalam membuat sebuah film dokumenter yang
novel Catatan Juang. mengangkat polemik penambangan dan
pembangunan pabrik semen di desanya, yaitu
A. Tokoh dan Penokohan Desa Utara. Seperti yang terdapat dalam kutipan
Tokoh-tokoh yang sering muncul pada novel berikut ini:
Catatan Juang. Ia berjanji akan kembali ke Desa Utara
secepatnya. Bukan untuk berlibur, atau
1. Tokoh Suar sekadar pulang kampung, melainkan
Suar merupakan tokoh utama pada novel Catatan untuk membantu menyelesaikan
Juang. Hal ini sejalan dengan Sudjiman yang problematika yang tertutup rapi di
berpendapat bahwa “tokoh utama adalah tokoh desanya. Aku akan menolong lewat
yang memegang peran pimpinan” (1991:17). sebuah karya (Catatan Juang hal 124)
Dalam novel Catatan Juang Suar menjadi tokoh
utama karena ia yang membawa ke mana arah Kutipan di atas menjelaskan keinginan
cerita, ia sering muncul dalam setiap Suar untuk membantu menyelesaikan polemik di
perkembangan alur, paling banyak terlibat dalam Desa Utara lewat sebuah film documenter.
Tokoh Suar digambarkan pengarang dimunculkan sebanyak 11 sekuen (dapat dilihat
sebagai tokoh protagonis. Sejalan dengan pada lampiran). Eli digambarkan sebagai gadis
pendapat tersebut, Suar dikatakan sebagai tokoh manis dengan perawakan mungil, dan rambut
protagonis jika dilihat dari sifat dan tingkah keriting seleher.
lakunya, selain itu ia juga memunculkan rasa Seseorang mendatangi meja Suar. Gadis
simpati dan empati membuat orang-orang berperawakan mungil, berkacamata
mengagumi sosoknya tebal, dengan rambut keriting seleher
2. Tokoh Dude Ginting yang dibiarkannya mengembang. Ia
Dude Ginting merupakan tokoh tambahan yang dibalut kardigan biru tua,
utama pada novel Catatan Juang. Tokoh Dude menyelempangkan tas kanvas
Ginting dalam analisis sekuen dimunculkan berumbai. Gadis itu memeluk Suar,
sebanyak 12 sekuen (dapat dilihat pada hangat. Mereka lalu berbincang tentang
lampiran). masa lalu. Elipsis Klandestin adalah
Dude Ginting digambarkan sebagai laki- sahabat Suar semasa berkuliah dulu,
laki yang rupawan, dengan tubuh tegap, walaupun ujungnya mereka jarang
berambut pendek, gigi yang berbaris rapi dan berbicara sebab kesibukan satu sama
hidung yang mancung. Seperti yang terdapat lain (Catatan Juang hal 125).
dalam kutipan berikut:
.....Dilihatnya sosok tegap berambut Eli memiliki jiwa sosial yang sangat
pendek disibak ke pinggir tersebut. tinggi sama seperti Suar dan Dude, hal ini
Tubuhnya dibalut kaos hitam dengan tergambar dari keikutsertaan Eli ke dalam proyek
bungkusan flanel hijau tua. Jika Suar film dokumenter yang dibuatnya bersama Fajar
boleh menerka, bisa jadi ia tidak dan Suar. Seperti yang terdapat dalam kutipan
semuda penampilannya. Tampak saat berikut:
lelaki itu tersenyum, menampilkan satu- Tujuan Suar menemuinya hari ini adalah
dua kerut di sisi matanya. Akan tetapi, untuk bekerja sama dalam proyek film
siapa peduli dengan kerutan-kerutan itu dokumenter yang akan digarapnya.
jika geliginya yang berbaris rapi dan Gadis berperawakan mungil itu
hidungnya yang mancung menjadikan membetulkan kacamatanya yang
wajahnya rupawan (Catatan Juang hal melorot seraya bertanya lebih banyak
150). tentang Desa Utara yang Suar sebutkan
(Catatan Juang hal 126)
Selain rupawan, Dude Ginting juga
digambarkan memiliki jiwa sosial yang tinggi. Sama seperti Suar, dan Dude Ginting dalam cerita
Hal ini bisa dilihat ketika dia aktif menjadi ini pengarang menggambarkan Elipsis sebagai
seorang aktivis di bidang lingkungan hidup. tokoh protagonis. Hal ini bisa dilihat dari sifat,
Seperti yang terdapat dalam kutipan berikut: perilaku, dan jalan pikiran tokoh.
“Selain aktif di organisasi lingkungan
hidup, Bang Dude sibuk apa lagi?” 4.Fajar Suteja
“Ini masih masuk ke dalam data untuk Fajar Suteja merupakan salah satu teman Suar
film?” seloroh Dude. Suar tertawa. yang ikut bergabung dalam proyek pembuatan
“Enggak, kok. Ini keluar dari rasa film dokumenter. Ia berperan sebagai tokoh
penasaranku aja. Para aktivis selalu tambahan (yang) utama, karena ia mempengaruhi
menarik untuk digali.” (Catatan Juang perkembangan plot dalam cerita. Tokoh Fajar
hal 153). Suteja dalam analisis sekuen dimunculkan
sebanyak 13 kali (dapat dilihat pada lampiran).
Melalui sifat, hasrat, perbuatan atau Secara fisik Fajar Suteja digambarkan sebagai
perilaku serta pikiran Dude Ginting dalam novel pemuda kurus berstruktur wajah tegas. Seperti
Catatan Juang, dapat dilihat bahwa penggarang yang terdapat dalam kutipan berikut:
menggambarkan Setelah setengah jam berlalu, datang
Dude Ginting sebagai tokoh protagonis. orang ketiga yang Suar tunggu tunggu.
Fajar Suteja, pemuda kurus berstruktur
3. Elipsis Klandestin wajah tegas yang hari ini mengenakan
Elipsis Klandestin atau yang biasa dipanggil Eli kaos Severus Snape tersebut merupakan
merupakan sahabat karib Suar semasa kuliah editor video yang sangat handal
dulu, ia berperan sebagai tokoh tambahan (yang) (Catatan Juang hal 126).
utama, karena ia banyak diceritakan dan banyak
berhubungan dengan Suar sebagai tokoh utama. Berbeda dari Suar dan Elipsis yang
Tokoh Elipsis Klandestin dalam analisis sekuen memiliki keyakinan tinggi, Fajar Suteja memiliki
sifat ragu-ragu dalam mengambil suatu Suar kembali terdiam. “Jangan
keputusan. Hal ini bisa dilihat ketika Fajar Suteja khawatir. Bapak baik-baik saja, kok. Kamu kejar
diajak oleh Suar untuk bergabung dalam proyek mimpi kamu setinggi mungkin. Kalau udah
pembuatan film dokumenter, jika Elipsis tanpa cape, kamu selalu punya tempat pulang. Ingat
berpikir panjang langsung menyetujui ide Suar, itu,” ucap sang ayah (Catatan Juang hal 118-
Fajar Suteja tidak berminat untuk bergabung 119).
dengan berbagai alasan. Meskipun pada akhirnya
Suar berhasil membujuknya untuk ikut Selain itu Bapak Suar juga digambarkan
bergabung dalam proyek film dokumenter. sebagai sosok yang bijaksana, ia selalu berusaha
Seperti yang terdapat dalam kutipan berikut: untuk menjadi orang tua yang selalu mendukung
Setelah Suar mengutarakan idenya, anak-anaknya dalam segala situasi. Hal ini bisa
Fajar kurang berminat untuk dilihat ketika Suar memutuskan untuk keluar
bergabung. Bukan karena tidak peduli, dari pekerjaannya sebagai sales dan lebih
tapi mengedit film dokumenter memang memilih untuk menjadi seorang sineas. Bapak
bukan keahliannya. Belum lagi, untuk tetap mendukung keputusan yang diambil Suar.
membuat film semacam itu, ada banyak Seperti yang terdapat dalam kutipan berikut:
beban yang harus ia pikul, beban yang
membuatnya tidak bebas bergerak. Bapak dan Ibu saling berpandangan.
(Catatan Juang hal 126) Sedari dulu mereka selalu
memberanikan anak-anak mereka
Dalam cerita ini, Fajar Suteja juga untuk bertanya, untuk mengajukan ide,
digambarkan sebagai tokoh protagonis. Karena untuk belajar dan terus belajar.
dirinya yang suka membantu orang tanpa Mungkin, inilah konsekuensinya. Dan
pamprih dan tidak memikirkan dirinya sendiri mereka harus menghadapi ini dengan
akibat keprotagonisannya tersebut. penuh rasa bangga, bukan kecewa.
Ekonomi yang sulit tidak semestinya
menjadi penghalang bagi anak-anak
5. Bapak Suar mereka mewujudkan cita-cita. Bapak
Bapak Suar merupakan tokoh tambahan (yang tersenyum seraya memegang tangan
memang) tambahan pada novel Catatan Juang. Ibu. Ibu menghela napa dan ikut
Dominasi tokoh Bapak dalam cerita berada di tersenyum.
bawah Suar, Dude Ginting, Fajar, dan Elipsis, “Kerjakan apa yang hatimu katakan.
sehingga Bapak dipandang sebagai tokoh Kami selalu mendukungmu,” (Catatan
tambahan. Tokoh Bapak dalam analisis sekuen Juang hal 131).
dimunculkan sebanyak 5 kali (dapat dilihat pada
lampiran). Cara Bapak mendidik Suar sewaktu
Bapak Suar digambarkan sebagai lelaki kecil, adalah salah satu hal yang menjadikan
paruh baya dengan tubuh kurus. Keriput Suar sosok yang tidak mudah menyerah, sosok
menghiasi pelupuk matanya. Wajahnya yang kritis dan peka terhadap lingkungan
digambarkan tampak lebih tua dari usia sekitar. Sedari kecil, Suar selalu diajarkan oleh
sebenarnya. Hal ini bisa dilihat ketika Bapak Bapak untuk membagikan kebahagiaan untuk
Suar sakit. Seperti yang terdapat dalam kutipan orang lain. Seperti yang terdapat dalam kutipan
berikut: berikut ini:
Bapak beristirahat setelah minum obat, Bapak tersenyum lagi. “Pesan Bapak
membenamkan bola matanya di balik cuma satu, Ar. Apa pun yang kamu
pelupuk berkeriput. Ia tampak lebih tua lakukan, bagikan kebahagiaan untuk
dari usia sebenarnya, memikul lelah orang lain. Jangan...”
atas keadaan yang tak pernah “..... jangan disimpan sendiri. Betul,
dimintanya (Catatan Juang hal 265). kan?” timpal Suar. “Bapak udah
ngomong itu sedari Suar kecil.”
Bapak Suar memiliki sifat penyayang (Catatan Juang hal 272).
dan sangat perhatian terhadap keluarganya. Sifat
Bapak Suar dapat dilihat pada saat sakit. Ia Sama seperti Suar, Dude Ginting, Fajar
bersikap seolah baik-baik saja, karena tidak ingin Suteja, dan Elipsis. Melalui dialog antartokoh,
Suar khawatir dengan kondisinya. Seperti yang sifat, perbuatan serta jalan pikiran tokoh,
terdapat dalam kutipan berikut: pengarang menggambarkan tokoh Bapak
“Pak. Udah baikan?” sebagai tokoh protagonis.
“Lho, emang pernah jelek?”
6. Bu Ida Latar tempat ini memberikan kesan nyata sesuai
Bu Ida merupakan tokoh tambahan (yang dengan realita. Banyak sekali latar yang terdapat
memang) tambahan dalam novel Catatan Juang. dalam novel ini.
Meskipun hanya hadir di awal plot, namun tokoh
Bu Ida juga memiliki pengaruh terhadap A) Desa Utara
perkembangan alur. Tokoh Bu Ida dalam analisis Desa Utara secara tersirat mendominasi dalam
sekuen dimunculkan sebanyak 3 kali (dapat isi cerita. Penggambaran latar ini terlihat di
dilihat pada lampiran). Secara fisik Bu Ida awal kemunculan konflik warga desa dengan
digambarkan sebagai seorang perempuan gemuk pemerintah, akibat izin penambangan dan
berambut seleher, yang selalu marah apabila pembangunan pabrik semen. Latar Desa Utara
bawahannya tidak bekerja sesuai keinginannya. dipilih pengarang karena berhubungan dengan
Seperti yang terdapat dalam kutipan berikut ini: tema. Secara geografis Desa Utara
....... digambarkan terletak di bawah kaki
Lelaki itu mengangkat bahu, tanda tidak Pegunungan Karst, yang kaya akan batu
tahu. “Paling, mau marah-marah lagi.” gamping. Seperti yang terdapat dalam kutipan
Suar menutup buku, menaruhnya di berikut ini :
meja, lalu menghela napas. Ia Dari dalam mobil, Suar memandangi
kemudian berdiri dari kursinya, berjalan gunung karst yang berdiri tegak di
ke ruangan atasannya, lentas mengetuk kejauhan. Begitu tinggi menjulang.
pintu. Ia berdeham sambil merapikan Kontur bebatuannya yang keras dan
pakaian. berwarna putih keabu-abuan diselimuti
“Masuk,” sahut sebuah suara dari oleh hijaunya pepohonan... (Catatan
dalam. Juang hal 133).
“Ibu nyari saya?” tanya Suar pada
seorang perempuan gemuk berambut
seleher yang terduduk di belakang meja B) Kota Jakarta
(Catatan Juang hal 23). Latar tempat yang lain berada di ibu kota Jakarta,
di sana Suar bekerja menjadi seorang sales
Bu Ida merupakan seorang atasan di asuransi di sebuah bank. Pada latar ini terdapat
tempat Suar bekerja, Bu Ida digambarkan sebagai konflik pembuka, yaitu keputusan Suar untuk
tokoh antagonis. Seperti pendapat Nurgiyantoro keluar dari pekerjaannya lalu memutuskan untuk
tokoh antagonis adalah tokoh yang menyebabkan menjadi seorang sineas. Seperti yang terdapat
konflik dan ketegangan (2012:179). Dalam cerita dalam kutipan berikut:
Bu Ida merupakan tokoh yang menyebabkan Sore ini, ibu kota cukup ramah, tak
ketegangan antara dirinya dan Suar, hal ini terjadi terlalu gerah, tak banyak suara klakson
pada saat Suar tidak bekerja dengan baik dan dari pengemudi yang hobi marah-marah.
diaggap merugikan perusahaan. Seperti yang Suar mencoba melirik ke arah langit,
terdapat dalam kutipan berikut: tempat kawanan burung melintas
Suar teringat akan Bu Ida, atasannya (Catatan Juang hal 2).
yang akhir-akhir ini sering
memaharahinya. Perempuan paruh baya Secepat kilat, kabar pengunduran diri
bertubu gempal itu memang senang gadis tersebut tiba di telinga rekanrekan
sekali marah-marah pada mereka yang kerjanya yang lain, termasuk Ricky.
dianggap merugikan perusahaan Sore itu, kala Suar sedang membereskan
(Catatan Juang hal 21). meja kerjanya, lelaki itu menyapa...
(Catatan Juang hal 81).
5. Tokoh Tambahan
Tokoh-tokoh pembantu tersebut di antaranya: Ibu C) Kota Selatan
Latar tempat lain dalam novel ini adalah Kota
Suar, Albi (Adik Suar), Fatah, Ricky Wardani,
Pak Yitno, Bella, Mbak Sari, Pak Waluyo, Mbah Selatan. Kota Selatan menjadi tempat Suar dan
Tarno, Ibu Bos Suar, Kang Budi, Annisa, Damar Fajar bertemu dengan Dude Ginting yang
Septian, Sekretaris Damar Septian, Satpam merupakan perwakilan dari organisasi
Pabrik, Pemuda Desa. lingkungan hidup untuk melakukan wawancara
mengenai penambangan dan pembangunan
pabrik semen di Desa Utara. Seperti dalam
B. Latar dalam Novel Catatan Juang
kutipan berikut:
1. Latar Tempat
....tapi sayangnya, hari ini mereka
Novel Catatan Juang memuat banyak latar
bertiga harus pergi. Mereka mesti
tempat yang sangat mendukung tempat terjadinya
bertolak menuju ke Kota Selatan yang
peristiwa-peristiwa dalam novel Catatan Juang.
terletak dua ratus kilometer dari Desa muncul sekali saja. Seperti pendapat
Utara, tempat di mana sebuah organisasi Nurgiyantoro, “Dari sekian banyak tempat dalam
lingkungan hidup berada...(Catatan karya fiksi tidak semuanya fungsional”
Juang hal 148). (2012:229). Meski pun latar tempat ini tidak
dominan, namun tetap pentingnya dengan latar
D) Hutan Someah tempat lain seiring dengan perkembangan plot.
Hutan Someah juga menjadi latar tempat yang Pada latar tempat bioskop diceritakan Suar dan
lain dalam novel ini. Hutan Someah menjadi keluarga menonton film garapan Suar berjudul
tempat Suar dan Fajar membantu Dude Ginting Pahlawan Dalam Kesunyian. Seperti yang
untuk meneliti tentang flora dan fauna yang ada terdapat dalam kutipan berikut ini:
di Hutan Someah. Seperti yang terdapat dalam Pada siang yang manis, pintu keluar
kutipan berikut: ruangan teater sebuah bioskop ternama
Beberapa belas menit kemudian, sebuah ibu kota dibanjiri orang-orang yang baru
pesan kembali masuk. “Kabarku baik. saja menonton film Pahlawan Dalam
Semoga dilancarkan perihal filmnya. Kesunyian. Di antaranya, ada Suar
Oh,ya. Apakah minggu ini kamu beserta keluarganya (Catatan Juang
sibuk? Rencananya, aku dan beberapa hal 250).
orang kawan akan meneliti flora dan
fauna sebuah kawasan cagar alam
bernama Hutan Someah...(Catatan 2.Latar Waktu
Juang hal 165). Latar waktu dapat digunakan untuk
menggambarkan kapan terjadinya suatu
E) Kota Bandung peristiwa, baik peristiwa yang sedang terjadi
Latar tempat lain dalam novel ini adalah Kota maupun peristiwa yang telah berlalu. Latar waktu
Bandung, pada latar tempat ini Suar dan Dude menurut Marquaß (1997: 43) dibagi ke dalam
Ginting bertemu di kedai kopi milik Dude empat fungsi. Keempat fungsi tersebut adalah;
Ginting. Seperti yang terdapat dalam kutipan (1) suatu waktu dalam suatu hari yang
berikut: mengungkap keadaan tokoh dalam cerita. (2)
Mobil sudah beres dipanaskan. Suar suatu waktu dalam setahun; (3) suatu masa fase
melipir pergi menuju Bandung, di mana kehidupan seorang tokoh yang memiliki peranan
sang kekasih menantinya untuk dalam cerita; (4) latar belakang sejarah dalam
berkenalan dengan tenpat yang selama cerita. Contoh sosial, politik, agama.
ini hanya bisa ia bayangkan (Catatan Berdasarkan pada fungsi latar waktu,
Juang hal 254). novel Catatan Juang memiliki fungsi yaitu latar
“Selamat datang, Ar,” kata Dude seraya belakang sejarah dalam cerita. Novel yang
menggandeng tangannya masuk ke diterbitkan pada tahun 2017 ini secara
dalam kedai miliknya (Catatan Juang gamblang menyebutkan tahun terjadinya
hal 258). peristiwa. Latar waktu dalam novel Catatan
Juang berkisar pada tahun 2015 sampai dengan
F) Kolong Jembatan 2016. Realita kritik tersebut terjadi pada
Kolong jembatan menjadi latar tempat lain dalam peristiwa konflik petani Kendeng di Rembang
novel Catatan Juang. Di kolong jembatan ini Suar sedang memanas. Hal ini yang
menjadi salah satu pengisi acara di kegiatan rutin melatarbelakangi konflik dalam novel Catatan
yang dilakukan oleh OPPAJ, kegiatan yang Juang berkait juga dengan protes petani
ditujukan untuk menginspirasi anak-anak jalanan terhadap penambangan dan pembangunan
yang putus sekolah. Seperti yang terdapat dalam pabrik semen. Seperti yang terdapat dalam
kutipan berikut: kutipan berikut ini:
Di suatu tempat di Jakarta, terdapatlah
sebuah kolong jembatan layang yang Suatu ketika di 2015
dinding-dindingnya dihiasi grafiti. Suar duduk di bagian paling belakang
Kolong jembatan layang tersebut mobil angkutan umum, berimpitan
memang kerap kali menjadi korban dengan beberapa manusia yang baru
keseruan para seniman, membuktikan saja menyelesaikan rutinitas harian
bahwa ibu kota tidak selalu kaku.... mereka (Catatan Juang hal 2).
(Catatan Juang hal 285).
Suatu ketika di 2016
G) Bioskop Kasuaria berbaring di atas ranjang.
Latar tempat yang lain adalah Bioskop. Diam, ia hanya diam, sementara dunia
Kemunculan latar ini tidak dominan dan hanya di sekitarnya terasa gaduh tak menentu
(Catatan Juang hal 160).
3. Latar Sosial sebab bukan dengan observasi langsung yang
Novel Catatan Juang juga mengandung latar disebut dengan hubungan logis.
sosial yang dapat dilihat dari latarlatar yang 1. Hubungan Kronologis dan Tahapan Alur
terdapat dalam novel, seperti halnya kebiasaan a. Hubungan Kronologis
hidup, tradisi, adatistiadat, serta status sosial. Peristiwa dimulai ketika Suar menemukan sebuah
Latar sosial dalam novel Catatan Juang dimulai buku catatan bersampul merah di angkutan
di Desa Utara. Daerah yang kehidupannya masih umum ketika ia pulang bekerja. Ia membawa
percaya takhayul serta hal-hal yang kurang pulang buku tersebut dan mulai membuka buku
rasional. Seperti yang terdapat dalam kutipan untuk mencari informasi tentang pemilik buku
berikut: catatan, namun Suar hanya menemukan sebuah
Benak Suar melayang pada masa nama Juang dalam buku catatan tersebut. Suar
kecilnya dulu. Tinggal di Desa Utara kemudian teringat akan harinya yang semakin
berarti hidup dalam balutan adat dan buruk beberapa bulan ini, hampir setiap hari ia
tradisi yang sangat kuat. Suar sempat kena marah sang atasan karena kinerjanya yang
menjadi anak yang penakut, yang selalu semakin menurun. Hal ini disebabkan karena ia
berpikir bahwa hantu-hantu serupa baru saja putus dengan Ricky kekasihnya. Suar
makhluk menyeramkan yang tercipta kemudian melanjutkan membaca buku catatan
untuk memangsa anak kecil.. (Catatan tersebut. Ia merasa seakan terkoneksi dengan isi
Juang hal 58). buku tersebut tatkala buku tersebut membahas
mengenai keinginan sang pemilik buku untuk
Kutipan di atas menunjukkan keadaan membuat sebuah film dokumenter. Suar jadi
sosial masyarakat di Desa Utara yang masih teringat masa lalunya ketika ia kuliah di jurusan
percaya akan takhayul atau mitos yang sejak DKV, ia memiliki cita-cita menjadi seorang
lama sudah berkembang di Desa Utara. Latar sineas, namun keinginannya harus terkubur ia
sosial di sini juga menggambarkan suasana terpaksa bekerja menjadi seorang sales asuransi.
kedaerahan. Dalam novel Catatan Juang Konflik awal yang menimpa Suar
menunjukkan latar sosial masyarakat Desa Utara muncul ketika akhirnya dia memutuskan untuk
yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai keluar dari pekerjaannya dan memilih
petani. Seperti yang terdapat dalam kutipan melanjutkan citacitanya menjadi seorang sineas..
berikut ini: Peningkatan konflik dalam novel
Fajar dan Eli yang baru pertama kali Catatan Juang ialah ketika Suar kembali ke desa
datang ke desa tersebut tampak sangat untuk memberitahu kedua orang tuanya tentang
menikmati pemandangan. Sawah yang keputusannya keluar dari pekerjaan sebagai
membentang luas, menguning disiram seorang sales demi melanjutkan citacita menjadi
mentari yang mengintip dari balik seorang sineas. Kepulangan Suar ke desa ternyata
gunung karst (Catatan Juang hal 132). membuatnya menemukan suatu hal yang baru,
suatu ketika ia sedang berbincang dengan petani
Kondisi masyarakat di atas merupakan di desanya tiba-tiba sang petani bercerita tentang
bentuk gambaran dari kondisi masyarakat yang keresahan mereka akan penambangan dan
sesungguhnya. Novel dibuat pada saat konflik pembangunan pabrik semen yang ada di desa.
masyarakat kendeng dengan pemerintah akibat Mengetahui hal ini Suar jadi teringat akan ide
penambangan dan pembangunan pabrik semen lamanya membuat sebuah film dokumenter. Suar
yang pada saat itu terjadi. kemudian kembali ke Jakarta untuk menemui
kedua temannya guna mengajak mereka
C. Alur dalam Novel Catatan Juang bergabung dalam proyek pembuatan film
Berdasarkan analisis sekuen novel Catatan dokumenter bersamanya.
Juang yang berjumlah 55 sekuen dengan sub Tahap klimaks pada novel Catatan
sekuen berjumlah 16 (terlampir), urutan cerita Juang yaitu pada saat Suar, Elipsis dan Fajar
novel Catatan Juang menunjukkan rangkaian Suteja kembali ke Desa Utara untuk memulai
peristiwa kronologis, karena rangkaian peristiwa proses pembuatan film. Proses pertama yang
bergerak lurus, tidak ada flashback dan tidak ada mereka lakukan untuk pembuatan film
pengulangan. Penulis menenukan satuan isi dokumenter adalah mengumpulkan data-data
cerita terlebih dahulu yang biasa disebut sekuen yang mereka dapatkan melalui proses
dengan maksud memperoleh satuan makna yang wawancara.
jelas dari setiap peristiwa. Sekuen tersebut Tahap penyelesaian dalam novel
kemudian dibentuk menjadi tahapan alur. Catatan Juang adalah ketika film dokumenter
Penulis juga akan menentukan hubungan di kedua Suar sukses dipasaran. Namun
antara dua peristiwa yang ditemukan dengan kebahagiaan Suar tidak belangsung lama, karena
sang ayah meninggal dunia. Di saat yang
bersamaan Suar akhirnya menemukan siapa menjadi alasan mereka menentang pembangunan
pemilik buku catatan bersampul merah yang pabrik semen.
berhasil mengubah hidupnya, akhirnya ia dan “Gunung di Desa Utara merupakan
Dude Ginting kembali ke Jakarta untuk kawasan yang memiliki kekayaan nabati
mengembalikan buku catatan tersebut ke dan hayati yang sangat melimpah. Jika
pemiliknya yang ternyata adalah sahabat dari kita melihat sepintas, memang gunung
Dude Ginting. tersebut tampak „mati‟. Tapi,
sesungguhnya, gunung itu merupakan
b. Tahapan Alur tempat capung, burung, kupu-kupu
b.1. Tahap penyituasian dapat dibuktikan berkembang biak. Menambang di sana
pada sekuen nomor (1, 2, 18, 22, 28). akan menghancurkan puluhan spesies
b.2 Tahap pemunculan konflik, yaitu unik. Belum lagi, hilangnya sumber
tahap awal munculnya konflik dan mata air di bawah gunung tersebut....
masalah-masalah yang terjadi, dan konflik bayangkan dampak buruknya untuk
ini akan berkembang sendirinya. sektor pertanian dan kesehatan jika
Hal ini dapat dibuktikan pada sekuen pertambangan jadi dilakukan.” Dude
nomor (14,15,16). tampak menggebu-gebu (Catatan Juang
b.3 Peningkatan konflik dalam novel hal 152).
Catatan Juang dapat dibuktikan pada
sekuen nomor (18, 19, 20, 21). Dari kutipan di atas dapat dilihat bahwa
b.4. Tahap klimaks pada novel Catatan pembangunan pabrik semen di Desa Utara
Juang dapat dibuktikan pada sekuen membawa banyak dampak negatif, khususnya
nomor (22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 31, jika dilihat dari aspek lingkungan. Pada konflik
32, 34, 37, 38). pembangunan pabrik semen di Pegunungan
b.5. Tahap penyelesaian pada novel Kendeng, terjadi bentrok antara warga dengan PT
Catatan Juang dapat dibuktikan pada Semen Indonesia dan pemerintah. Warga desa
sekuen nomor (40, 41, 52, 53, 54, 55). menolak pembangunan pabrik dengan alasan
pembangunan dapat menimbulkan kerusakan
Analisis Kritik Sosial dalam Novel Catatan alam dalam jangka waktu pendek maupun jangka
Juang. waktu yang panjang. Kerusakan alam tersebut
Masalah yang dikritik Fiersa Besari dalam novel seperti; hilangnya daerah resapan air, hal ini bisa
Catatan Juang meliputi beberapa aspek, yaitu (a) saja terjadi mengingat Ketergantungan warga
masalah kerusakan lingkungan; (b) masalah terhadap lingkungan inilah yang membuat
kebijakan publik birokrasi; (c) masalah kebijakan mereka menolak pembangunan.
pertanahan. Masyarakat menilai bahwa pada realitanya
perusahaan hanya akan melakukan eksploitasi
a. Kritik Sosial terhadap Kerusakan untuk kepentingan komersial semata tanpa
Lingkungan. memperhatikan aspek lingkungan.
Novel Catatan Juang mengambil latar pada
tahun 2016-2017, latar waktu ini berhubungan b. Kritik Sosial terhadap Kebijakan Publik
dengan konflik pendirian pabrik semen di dan Birokrasi
Pegunungan Kendeng, Kabupaten Rembang yang Kebijakan publik tidak bisa dipisahkan dengan
ramai diperbincangkan karena menuai banyak birokrasi. Birokrasi yang berkembang merupakan
kontroversi dalam proses pembangunannya. pokok penyelenggaraan pemerintahan dalam
Fiersa Besari sebagai pengarang mencoba berbagai bidang dengan tujuan utamanya adalah
mengkritik keadaan lingkungan sosial yang untuk melakukan pengelolaan pelaksanaan
terjadi pada saat itu. Salah satu bentuk kritik berbagai kebijakan secara efektif dan efisien.
sosial adalah masalah kerusakan lingkungan yang Sementara kebijakan publik adalah
tergambar pada kutipan di bawah ini. Kutipan ini serangkaian tindakan yang dibuat oleh
menggambarkan situasi ketika Suar melakukan pemerintah yang memiliki tujuan mengutamakan
wawancara untuk film dokumenternya kepada kepentingan rakyat berdasarkan undang-undang
Dude Ginting, salah satu perwakilan organisasi tertentu. Dengan demikian, kebijakan publik
lingkungan hidup. Dude menjelaskan bahwa diartikan sebagai suatu rangkaian tindakan atau
alasan organisasinya menolak penambangan dan tidak melakukan tindakan yang dipilih penguasa
pembangunan pabrik semen di Desa Utara karena dalam menyelesaikan suatu masalah atau
aspek lingkungan, salah satunya adalah hilangnya sejumlah masalah.
puluhan spesies hewan yang mendiami gunung. Berdasarkan apa yang telah diuraikan di
Selain itu hilangnya sumber mata air juga atas, diketahui bahwa kebijakan publik dan
birokrasi memiliki hubungan saling terkait
dengan tujuan yang sama, yaitu untuk berakibat pada gagalnya implementasi kebijakan.
kepentingan masyarakat. Salah satu kebijakan Masalah di atas memang kerap terjadi dalam
publik terkait birokrasi yang menuai banyak kehidupan.
perhatian adalah polemik pembangunan pabrik
semen di Pegunungan Kendeng Kabupaten
Rembang. Polemik ini tidak lepas dari peran c. Kritik Sosial terhadap Kebijakan
pemerintah sebagai pembuat kebijakan terkait Pertanahan
tata kelola pemanfaat lahan serta pemberian izin Pasal 3 ayat 3 UUD 1945 berbunyi, "Bumi, air
pembangunan pabrik semen. Pada polemik ini dan ruang angkasa serta kekayaan alam yang
masyarakat merasa pemerintah tidak berpihak terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara
kepada rakyat sehingga melupakan tujuan utama dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk
dalam proses pelaksanaan kebijakan publik. Hal kemakmuran rakyat". Berdasarkan bunyi pasal
inilah yang ingin dikritisi oleh Fiersa Besari tersebut, sudah sewajarnya kekayaan alam
melalui novel Catatan Juang, karena pada dimanfaatkan sebaik-baiknya demi kemakmuran
realitasnya kebijakan publik yang dikeluarkan rakyat dan bukan kepentingan suatu golongan.
oleh pemerintah sering kali bertentangan dengan Kurangnya pemerataan dalam pemanfaatan
masyarakat dan justru memunculkan sumber daya alam dapat menyebabkan
permasalahan baru. Seperti tampak pada kutipan kesenjangan sosial, yang nantinya akan menjadi
berikut akar dari berbagai permasalahan baru. Hal inilah
ini: yang coba dikritisi Fiersa Besari melalui novel.
Seperti tampak pada kutipan berikut ini:
Seperti kedua narasumber yang sudah
selesai diwawancari, Mbak Sari sangat Gara-gara perbincangan tersebut, Suar
kontra terhadap pertambangan yang mulai mengerti betapa pentingnya
dibuka oleh pabrik semen. Ia pun peranan gunung karst untuk pemukiman
sekaligus mempertanyakan kenapa warga dan persawahan di sekitarnya...
gubernur seolah menerbitkan izin di Semakin ia menggali, semakin terasa
belakang hukum yang berlaku (Catatan kegelisahan para petani (Catatan Juang
Juang hal 139). hal 120).

Dari kutipan di atas nampak bahwa Dari kutipan di atas tampak bahwa
masyarakat di Desa Utara tidak menyetujui warga di Desa Utara mengandalkan sumberdaya
adanya penambangan dan pembangunan pabrik alam yang ada di desanya untuk kehidupan
semen. Hal ini disampaikan salah satu warga mereka. Warga desa yang mayoritas
ketika Suar melakukan wawancara dengannya. pekerjaannya adalah petani memanfaatkan air
Berbeda dengan sikap warga desa yang menolak untuk kehidupan sawah. Keberlangsungan sektor
pembangunan, di satu sisi pemerintah dalam hal pertanian di Desa Utara kini memiliki ancaman
ini adalah gubernur, justru mengeluarkan izin dengan akan hadirnya pabrik semen yang
penambangan dan pembangunan pabrik. memanfaatkan Pegunungan Karst untuk
Permasalahan seperti ini tentu saja akan memperoleh keuntungan. Sementara jika tidak
mengarah ke masalah baru jika tidak segera ada air untuk memenuhi kehidupan sehari-hari
menemukan penyelesaian yang baik. dan irigasi untuk sawah, maka bisa dikatakan
Perbedaan pandangan antara masyarakat warga desa tidak dapat melakukan aktivitas di
dan pemerintah dalam proses pembuatan sektor pertanian. Permasalahan ini berhubungan
kebijakan publik seringkali terjadi dan dengan konflik agraria yang membutuhkan
menimbulkan permasalahan lain dan akan penanganan serius. Pemerintah yang turut andil
menjadi buruk apabila menyebabkan semakin dalam penyelesaian konflik ini seharusnya
meluasnya hambatan-hambatan untuk saling memperhatikan kemakmuran rakyat untuk ke
bekerja sama antara berbagai pihak. depannya. Namun pada realitasnya dalam
Dari beberapa kutipan di atas, dapat pengambilan keputusan konflik agraris,
ditarik kesimpulan bahwa masalah kebijakan pemerintah tidak memikirkan kemakmuran
publik dan birokrasi yang dikritik oleh Fiersa rakyat dalam hal ini adalah nasib para petani.
Besari melalui novel Catatan Juang berfokus Hal inilah yang coba disoroti Fiersa Besari dalam
pada sikap pemerintah selaku pihak yang noval Catatan Juang, seperti dalam kutipan
membuat suatu kebijakan. Salah satu faktor berikut:
keberhasilan penerapan kebijakan adalah peran “Saya bersama masyarakat desa, telah
serta masyarakat sasaran kebijakan, melayangkan surat pada mahkamah agar
ketidakberpihakan pemerintah terhadap rakyat pertambangan tidak jadi dilakukan.
dalam suatu proses pembuatan kebijakan dapat Pihak mahkamah sejalan dengan kami.
Mereka memtuskan agar pertambangan Dampak positifnya dari film besutan
dihentikan, setelah melihat berbagai Suar, karena tekanan masyarakat,
faktor, salah satunya di sekot pertanian pemerintah membekukan proses
dan lingkungan hidup. Tapi, entah pembangunan pabrik semen di Desa
kenapa, bulan lalu, sang gubernur Utara. Dampak negatifnya, sang
seolah tidak menghormati keputusan gubernur kena bully. Dari sana cyber
mahkamah”... (Catatan Juang hal 152). war terjadi (Catatan Juang hal 199-
200)
Keresahan yang ditulis Fiersa Besari
dalam novel Catatan Juang, seperti yang terdapat Kutipan di atas menjelaskan bagaimana
dalam kutipan di atas, terjadi juga dalam realitas tidak ada jalan lain bagi pemerintah untuk
sosial pada kasus yang menarik perhatian publik menyelesaikan polemik pembangunan pabrik
secara luas yaitu kasus Pegunungan Kendeng. semen di Desa Utara selain mencabut izin
Jika dilihat secara geografis, Pegunungan pembangunan. Pemerintah yang awalnya tetap
Kendeng berpotensi untuk pembuatan bahan ngotot memberikan izin pembangunan pabrik
baku semen karena memiliki sumber daya alam semen, padahal warga di Desa Utara sudah
batuan gamping yang melimpah. Hal ini sangat menempuh jalur hukum dan juga demonstrasi
menarik para investor untuk melakukan terpaksa harus mengalah. Tekanan dari
pembangunan pabrik semen di desa tersebut masyarakat luas yang ikut berempati dengan
karena wilayahnya cukup luas untuk didirikan nasib warga di Desa Utara membuat pemerintah
sebuah pabrik, maka pemanfaatan secara akhirnya membekukan proses pembangunan
maksimal oleh investor akan menguntungkan pabrik semen di Desa Utara. Dicabutnya izin
banyak pihak. pembangunan pabrik semen di Desa Utara,
B. Penyelesaian Konflik membuat Suar dan kedua temannya bahagia
Pada novel Catatan Juang penyelesaian konflik karena telah berhasil menyelesaikan misi
sosial berupa penyelesaian secara pribadi dan kemanusiaan
penyelesaian secara sosial:
a. Penyelesaian konflik secara pribadi SIMPULAN
Penyelesaian konflik secara pribadi dimulai Berdasarkan analisis pada bab sebelumnya, dapat
ketika Suar akhirnya bisa berdamai dengan disimpulkan bahwa unsur intrinsik dalam novel
dirinya sendiri dan menyembuhkan patah Catatan Juang yang pertama adalah; Tokoh dan
hatinya, serta dapat melupakan Ricky sang penokohan. Tokoh utama dalam novel Catatan
mantan kekasihnya, untuk menyembuhkan patah Juang, yaitu Kasuarina atau sering disebut Suar.
hatinya Suar berusaha mencari kesibukan lain. Selain tokoh utama, terdapat juga tokoh-tokoh
Salah satu cara yang dilakukan Suar adalah yang tidak kalah penting meski posisinya sebagai
dengan memulai kembali hobi lamanya di dunia tokoh tambahan. Tokoh-tokoh tersebut dapat
sineas. diidentifikasikan ke dalam tokoh antagonis atau
b. Penyelesaian konflik secara sosial protagonis tergantung dari karakter dan sifat.
Penyelesaian konflik secara sosial dalam novel Adapun tokoh-tokohnya adalah; Dude Ginting,
Catatan Juang bisa dilihat ketika Suar dan Ricky, Elipsis, Fajar Suteja, Bapak, Ibu, Albi,
kedua temannya berhasil membuat sebuah film Bos Suar, Bella, Fatah, Pak Waluyo, Budi, Anisa,
dokumenter tentang polemik pembangunan Mbak Rina, Damar, Mbak Tari.
pabrik semen di Desa Utara. Lewat film Unsur intrinsik kedua adalah; alur dan
dokumenter, Suar mencoba untuk menyadarkan pengaluran, pada novel Catatan Juang
masyarakat luas bahwa terdapat permasalahan di pengarang menggunakan alur maju. Hal ini
Desa Utara yang membutuhkan dukungan dari berdasarkan analisis sekuen yang terjumlah 55
masyarakat. sekuen dengan subsekuen berjumlah 16. Alur
Penyelesaian konflik sosial ini juga jenis ini menunjukkan rangkaian peristiwa
terlihat ketika Suar dan kedua temannya mulai kronologis, karena rangkaian peristiwa bergerak
menyebarkan film dokumenter ke media sosial, lurus, tidak ada flashback dan tidak ada
masyarakat luas mulai bereaksi salah satunya pengulangan. Di mulai dari tahap perkenalan,
adalah dengan memberikan tekanan terhadap tahap penyituasian, tahap pemunculan konflik,
pemerintah, agar segera membatalkan izin tahap peningkatan konflik, tahap klimaks, dan
pembangunan pabrik semen di Desa Utara. terakhir tahap penyelesaian. Unsur intrinsik
Tekanan-tekanan yang diberikan masyarakat ketiga adalah latar. Pada novel Catatan Juang
meluas hingga di media sosial, perang di dunia latar meliputi; (1) latar waktu yang terjadi pada
maya pun tidak bisa terelakkan. Hal ini bisa tahun 2015-2016; (2) latar tempat yang dominan
dilihat dalam kutipan berikut ini: berada di Desa Utara dan Kota Jakarta,
sedangkan latar tempat yang sampingan adalah
Bioskop, Kota Selatan, Kota Bandung, Kolong Fahturrahman, M. 2016. “Faktor Birokrasi
Jembatan, Hutan Someah; (3) serta latar sosial Dalam Keberhasilan Implementa
yang menunjukkan bagaimana kehidupan Fiersa Kebijakan Publik”. Jurnal Keilmuan Manajemen
Besari sebagai seseorang yang aktif berkegiatan Pendidikan. Vol. 2: No 2, hal 16.
di alam terbuka, berkelana keliling Indonesia
yang menjadi salah satu latar belakang Goenawan, Mohammad. 2015. Detik-Detik
munculnya misi untuk menyuarakan Paling Menengangkan Rangkaian Peristiwa
ketidakadilan dan menjaga lingkungan hidup Mencekam Menjelang kejatuhan Soekarno dan
melalui novel Catatan Juang. Soeharto.Yogyakarta: Palapa.
Hasil analisis sosiologi sastra dalam
novel Catatan Juang karya Fiersa Besari adalah Hariyanto, P. 2000. Diklat Pengantar Belajar
masalah kritik sosial yang meliputi; (1) Drama. Yogyakarta: Universitas Sanata
persoalan kritik sosial terhadap kerusakan Dharma.
lingkungan. Wujud kritik kerusakan lingkungan
dalam novel Catatan Juang karya Fiersa Besari Hartoko. 1986. Pemandu di Dunia Sastra.
adalah munculnya polemik pembangunan pabrik Yogyakarta: Kanisius Yogyakarta.
semen yang bisa merusak alam, karena
eksploitasi dan eksplorasi kekayaan Gunung Lubis, Mochtar. 1997. Sastra dan Tekniknya.
Karst; (2) kritik sosial terhadap kebijakan publik Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
dan birokrasi. Wujud kritik terhadap kebijakan
publik dan birokrasi dalam novel Catatan Juang Marhamah, Faila Sufa. 2015. “Kritik Sosial
yaitu ketika pengarang menambilkan dalam Novel Entrok Karya Okky
permasalahan tentang perbedaaan pandangan Madasari Sebuah Kajian Sosiologi Sastra”.
antara masyarakat dan pemerintah dalam proses Skripsi S-1. Jurusan Sastra Indonesia.
pembuatan kebijakan. Pemerintah seolah-olah Fakultas Ilmu Budaya. Universitas Diponegoro.
tidak memihak rakyat kecil, karena Semarang.
mengeluarkan surat putusan pribadi izin
pembagunan pabrik semen secara sepihak; (3)
kritik sosial terhadap kebijakan pertanahan yang Marquaβ, Reinhard. 1997. Duden-Abiturhilfen:
tercermin dalam novel tersebut adalah kurangnya ErzählendeProsatexteanalysieren.
pemerataan dalam pemanfaatan sumber daya Mannheim:DudenVerlag.
alam yang menyebabkan kesenjangan sosial,
pada kasus pembangunan pabrik semen nasib Noor, Redyanto. 2010. Pengantar Pengkajian
para petani terancam akibat pembangunan pabrik Sastra. Semarang: Fasindo.
semen, sementara pemerintah tidak
memperhatikan nasib para petani. Nurgiyantoro, Burhan. 2012. Teori Pengkajian
Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada
DAFTAR PUSTAKA UniversityPress.

Abar, Ahmad Zaini. 1999. Kritik Sosial, Pers, Prakoso, Azis Dwi. 2012. “Kritik Sosial dalam
dan Politik Indonesia dalam Novel Detik-detik Cinta Menyentuh karya Ali
Kritik Sosial dalam Wacana Pembangunan. Shahab Sebuah Tinjauan Sosiologi Teks”.
Yogyakarta: UII Press. Skripsi S-1. Jurusan Sastra Indonesia. Fakultas
Ilmu Budaya. Universitas Diponegoro.
Damono, Sapardi Djoko. 2007. Pedoman Semarang.
Penelitian Sosiologi Sastra. Jakarta:
Pusat Bahasa. Prasetyo, Arif. 2015. “Kritik Sosial dalam Novel
Slank 5 Hero Dari Atlanta Karya Sukardi Rinakit
Efendi, M.Noor. 2013. “Metamorphosis Pendekatan Sosiologi Sastra. Skripsi S-1. Jurusan
Lumbung Pangan”. Suara Merdeka, 18 Pendidikan Bahasa dan Sastra
Agustus 2013, hlm.6. Indonesia. Fakultas Bahasa dan Seni.
Universitas Negeri Yogyakarta.
Endraswara, Suwardi. 2008. Metodologi
Penelitian Sastra. Yogyakarta: MedPress. Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode, dan
Teknik Penelitian Sastra dari
Escarpit, Robert. 2005. Sosiologi Sastra. Jakarta: Stukturalisme hingga Postrukturalisme Perspektif
Yayasan Obor Indonesia. Wacana Naratif.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ratna, Nyoman Kutha. 2003. Paradigma Sudjiman, Panuti. 1991. Memahami Cerita
Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya.
Pelajar.
Suharianto. 2005. Dasar-dasar Teori Sastra.
Semi, Atar. 1989. Kritik Sastra. Bandung: Surakarta: Widya Duta.
Angkasa.
Sumardjo, Jacob. 1982. Masyarakat dan Sastra
Semi, M.Atar. 1989. Karya Sastra Sebuah Indonesia. Yogyakarta: NurCahya.
Pengantar. Bandung : Angkasa.
Sutiyono. 2010. “Kritik Sosial Papua Dalam
Setyani, Inug. 2009. “Kritik Sosial dalam Novel Novel Tanah Tabu Karya Anindita S
Jala Karya Titis Basino P.I Thayf Sebuah Tinjauan Sosiologi
Kajian Sosiologi Sastra”. Skripsi S-1. Jurusan Sastra”. Skripsi S-1. Jurusan Sastra
Bahasa dan Sastra Indonesia. Fakultas Ilmu Budaya. Universitas
Indonesia. Universitas Negeri Yogyakarta. Diponegoro. Semarang.

Siswanto, Wahyudi.2013. Pengantar Teori Teeuw, A. 1988. Sastra dan Ilmu Sastra:
Sastra. Malang: Aditya Media. Pengantar Teori Sastra: Pustaka Jaya
Girimukti Pusaka.
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik
Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta
University Press.

Anda mungkin juga menyukai