15-27
Izhar
Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Muhammadiyah Pringsewu
Lampung
Abstrak
Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis teks. Dalam proses pembelajaran, Kurikulum
2013 menekankan pendekatan scientific dengan tahapan mengamati, menanya, mencoba,
mengasosiasi, dan mengkomunikasikan teks. Teks dianggap sebagai satuan bahasa terlengkap
mulai dari kata hingga wacana, baik secara lisan maupun yang tervisualkan secara tertulis.
Sebagai objek ilmu bahasa, kita perlu menyadari ruang lingkup keberadaan teks. Kita dapat
saja menyimpulkan isi suatu teks, namun akan sangat ambigu bila dalam menafsirkannya
tidak dikaitkan dengan konteks pragmatik. Dengan memahami konteks dalam tahapan-tahapan
pembelajaran tersebut, khususnya dalam mata pelajaran bahasa Indonesia komunikasi bahasa yang
baik dan benar akan muncul pada diri siswa.
komunikasi, pesan yang dikomunikasikan, tertentu saja dan terbatas maksudnya tidak
saluran komunikasi, juga waktu dan tempat dilaksanakan secara keseluruhan, hanya
berkomunikasi. Melalui hal tersebut, beberapa jenjang tingkatan sekolah), geliat
interaksi yang muncul bukan kurikulum 2013 menilai, mengembangkan
mempertimbangkan ketepatan komunikasi dan menyempurnakan kurikulum
semata, tetapi juga muncul perilaku sebelumnya. KTSP dinilai belum juga
berbahasa (komunikasi) yang mampu memberikan hasil yang signifikan,
mencerminkan nilai-nilai bangsa Indonesia. lebih-lebih untuk mata pelajaran Bahasa
Karena, berkomunikasi tidak berarti hanya Indonesia yang dinilai sangat tinggi untuk
memahami, tetapi juga menghargai dan ditingkatkan setiap tahunnya. Hal ini
menimbulkan budi pekerti. Hal inilah seperti yang tertuang,
kiranya yang menjadi salah satu perhatian “Berlakunya Kurikulum 2006
(Tingkat Satuan Pendidikan/KTSP)
pemerintah Indonesia melalui menteri
yang berbasis pada kompetensi
pendidikannya untuk lebih meningkatkan memberi ruang baru bagi penguatan
pola penataan materi dan metode
mutu, efektivitas, efesiensi, dan relevansi
pembelajaran bahasa Indonesia
pendidikan terhadap pengaruh budaya dan dengan tujuan penguasaan bahasa
secara baik dan benar. Sayangnya,
perkembangan zaman, yaitu dengan
KTSP yang dikembangkan tidak
memberlakukan kurikulum baru, yakni juga mampu membuat prestasi
belajar bahasa Indonesia siswa
Kurikulum 2013.
menggembirakan. Hal itu dapat
Pemberlakuan perubahan-perubahan dibuktikan dengan rendahnya hasil
ujian nasional (UN) siswa untuk
kurikulum ditandai mulai dari: Kurikulum
mata pelajaran Bahasa Indonesia”
setelah kemerdekaan 1945-1955-1965, (Kemendikbud, 2013: 11).
kurikulum 1968-1975, kurikulum 1975-
Hal tersebutlah yang menjadi
1984, kurikulum 1984-1994, kurikulum
perhatian pemerintah dan sejumlah
1994-2004, kurikulum 2004-2006 (KTSP),
pemerhati pendidikan Indonesia, sehingga
dan kini, dari Kurikulum Tingkat Satuan
diberlakukannya Kurikulum Juli 2013 ini.
Pendidikan menjelma Kurikulum 2013 dan
Selain itu, Kaitannya dengan fungsi bahasa
telah dibakuujiterapkan di beberapa jenjang
secara nyata sebagai sarana komunikasi,
lembaga pendidikan dengan beberapa
wacana atau lebih tepatnya „teks‟ menjadi
tingkatan mulai dari Sekolah Dasar hingga
landasan pengembangan materi ajar.
Sekolah Menengah Atas.
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum
Meski masih terbatas dan bertahap
berbasis teks, yakni memandang teks
(terbatas artinya baru di beberapa sekolah
sebagai fokus materi. Sebab, teks dinilai
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/kreasi
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung 16
Jurnal Kreasi Volume XV No. 1, Februari 2015 Hlm. 15-27
sebagai satuan bahasa yang mengandung pengguna bahasa dan penafsirnya, serta
makna, pikiran, dan gagasan lengkap kaitan antara komunikasi bahasa dengan
(Kemendikbud, 2013: 12). Jelas saja, untuk konteks. Pragmatik sebagai ilmu yang
menginterpretasikan makna sebuah teks mempelajari tentang tanda dan makna
tidak hanya dapat dijelaskan berdasarkan dikembangkan oleh Morris dengan
kepaduan satuan bahasa yang membentuk mendasarkan pada gagasan Charles S.
makna, melainkan juga diperlukan Pierce dan W. James selaku pencetus atau
pengetahuan konteks situasi yang aliran yang mengkaji makna dalam kata
melingkupi informasi atau pesan suatu teks. atau kalimat yang didasarkan pada
Di samping kurikulum 2013 penggunaannya secara nyata. Meninjau
menempatkan konteks komunikasi agar peran serta fungsi pragmatik membangun
siswa dapat dengan mudah memahami dan memfasilitasi komunikasi, maka,
makna yang terkandung dalam suatu teks, pemerintah dalam Kurikulum 1984
kurikulum Juli 2013 ini juga membekali memasukkannya sebagai komponen
siswa untuk lebih menghayati dan kurikulum. Hal ini sebagaimana ditulis
mengekspresikan diri dalam sejumlah pakar bahasa,
capaian materi dan indikator pembelajaran. “Dalam GBPP 1984 Bahasa
Indonesia ada suatu komponen
Hal inilah mengapa pengetahuan konteks
kurikulum baru yang disebut
pragmatik penting dalam menunjang „pragmatik‟. Komponen ini
dianggap sebagai suatu bagian yang
ketercapaian sejumlah tujuan pembelajaran
penting dalam kemampuan
bahasa pada kurikulum 2013. Pengetahuan berkomunikasi atau keterampilan
berbahasa yang ditentukan sebagai
pragmatik membimbing kita memaknai
tujuan pengajaran bahasa Indonesia
wacana “teks‟ dan juga membantu dalam kurikulum 1984 dan
kurikulum-kurikulum sebelumnya
menginterpretasi, memproduksi, dan
(seperti kurikulum 1975)”
mengekspresikan diri dalam aneka tindak (Nababan, 73).
komunikasi.
Paparan di atas mengisyaratkan
kepada kita akan esensi pragmatik dalam
Pragmatik dan Konteks
wahana komunikasi. Istilah tersebut masuk
Pragmatik
dalam muatan kurikulum untuk
Istilah pragmatik banyak didefinisikan
memfasilitasi pengguna bahasa secara
oleh para ahli sebagai ilmu yang
ideasional, interpersonal, dan tekstual.
mempelajari dan menafsirkan tanda-tanda
Ideasional ialah bentuk ekspresi diri
dalam komunikasi, hubungan antara
pemakai bahasa, interpersonal merupakan
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/kreasi
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung 17
Jurnal Kreasi Volume XV No. 1, Februari 2015 Hlm. 15-27
pengetahuan yang distandardisasikan oleh bahasa, kita perlu menyadari ruang lingkup
para ahli pendidikan bahasa pada keberadaan teks. Kita dapat saja
kurikulum 2013, yakni mengarahkan dan menyimpulkan suatu teks, namun akan
memfasilitasi siswa dalam menginterpretasi sangat ambigu bila dalam menafsirkannya
bahasa, serta membentuk dan memproduksi tidak dikaitkan dengan konteks. Secara
bahasa sebagai bagian dari ekspresi diri semantis mungkin dipahami kandungan
secara tekstual dalam konteks situasi makna bahasa. Tetapi dengan memisahkan
penggunaannya. konteks dari teks, komunikasi tidak akan
berjalan efektif.
Konteks Dalam Schriffrin, konteks
Memahami, menginterpretasi, dan diterjemahkan sebagai pengetahuan dan
memproduksi komunikasi baik tuturan situasi. Konteks sebagai pengetahuan, yaitu
maupun wacana/teks adalah menganalisis apa yang mungkin bisa diketahui oleh
kekomunikatifan bahasa. Artinya, selain antara si pembicara dan mitra tutur dan
pernyataan yang disampaikan itu harus bagaimana pengetahuan
mengandung kebenaran, wacana/teks yang membimbing/menunjukkan penggunaan
disampaikan berperan nyata dalam bahasa dan interpretasi tuturannya. Sebagai
kehidupan. Pengguna bahasa menjalankan situasi, konteks diistilahkan sebagai
bahasa sesuai fungsinya, yakni tujuan lingkungan, yakni lingkungan sosial di
komunikasi. Agar fungsi dalam komunikasi mana tuturan-tuturan dapat dihasilkan dan
berjalan efektif, dalam diinterpretasikan sebagai realisasi aturan-
mengoperasionalkannya tidak semata-mata aturan yang mengikat (2007: 549-559).
mendasarkan pada struktur yang Paparan tersebut memberikan gambaran
membangun bahasa dan makna yang bahwa selain pengetahuan yang dimiliki
menjadi acuan, tetapi juga perlu partisipan tuturan, situasi lingkungan
mengaitkannya dengan konteks situasi. (sosial dan sebagainya) menafsirkan juga
Teks dapat berupa kesatuan paragraf, maksud suatu ujaran tekstual. Walau
kalimat, juga frase. Bahkan, kata pun pemakai bahasa memiliki pengetahuan
dipandang sebagai teks asalkan informasi, namun konstruk maksud yang
bersubstansi lengkap. dicapai boleh jadi berbeda akibat situasi.
Kurikulum 2013 adalah kurikulum Situasi menentukan bagaimana sepatutnya
berbasis teks. Teks merupakan satuan tindak komunikasi. Apakah fungsi
bahasa terlengkap. Sebagai objek ilmu komunikasi penggunaan bahasa dalam
bentuk ujaran langsung atau pun tidak context is everything”. Dalam berbahasa
langsung, siapa partisipan komunikasi, di (berkomunikasi) konteks adalah segala-
mana komunikasi dilaksanakan, apakah galanya (2013, 147).
dalam lingkup formal dan nonformal,
bahkan lingkungan sosial dan budaya
dalam suatu masyarakat menentukan Pembelajaran
perilaku tindak komunikasi. Istilah pembelajaran dalam Brown ialah
Konteks mendukung pengetahuan penguasaan atau pemerolehan pengetahuan
makna secara menyeluruh. Ia tentang suatu subjek atau sebuah
mengeliminasi kemungkinan-kemungkinan keterampilan dengan belajar, pengalaman,
makna lain yang tidak sesuai dengan yang atau instruksi (2000: 7). Makna
diisyaratkan. Lebih lengkapnya, Hymes pembelajaran tersebut mengisyaratkan
dalam Widdowson mengatakan, bahwa pembelajaran berorientasi pada diri
“The use of a linguistic form identifies si pembelajar, bagaimana ia berupaya
a range of meanings. A context can
semaksimal mungkin untuk memperoleh
support a range of meanings. When a
form is used in a context, it eliminates sejumlah kompetensi yang diprogramkan
the meanings possible to that context
oleh satuan pendidikan melalui suatu
other than those the form can signal:
the context eliminates from rangkaian kegiatan, yakni belajar,
consideration the meanings possible
mengalami, dan melaksanakan instruksi.
to the form other than those the
context can support” (Widdowson, Selanjutnya, UUSPN No. 20 tahun
2004: 38).
2003 dalam Syaiful Sagala menyatakan
Sebut saja ketika ada pertanyaan “Siapa bahwa Pembelajaran adalah proses
malingnya? dan jawaban “Dia malingnya, interaksi peserta didik dengan pendidik dan
Pak!”. Dalam asumsi kita kejadian tersebut sumber belajar pada suatu lingkungan
berlatar di kantor polisi. Padahal dugaan belajar (2012: 62). Dalam pernyataan di
tersebut dapat dipatahkan oleh sebab atas, pendidik berkewajiban untuk
konteks. Pertanyaan “Siapa malingnya?” melaksanakan kegiatan pembelajaran yang
bukanlah interogasi polisi kepada pencuri berkonstruksi aktif komunikatif, dan
atau saksi kejadian, melainkan kuisioner mencoba mengerahkan segala daya untuk
seorang guru kepada muridnya saat latihan membantu si pembelajar belajar. Aktif
drama. Jadi, konteks memfasilitasi dipandang sebagai kegiatan operasional.
keambiguan interpretasi. Meminjam istilah Aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik
Achmad HP dan Alek, “in language,
sesuai dengan pelbagai karakteristik, yakni mengabaikan sikap, maka yang muncul
siswa, materi, media, dan sebagainya. adalah kesombongan dan tindakan yang
Berikutnya adalah alat atau sumber membabibuta. Sebaliknya, bila seseorang
belajar. Meskipun sifatnya membantu, memiliki keterampilan dan sikap yang baik,
peran teknologi sangat penting di zaman tetapi lemah pengetahuan, maka ia akan
yang serba canggih ini. Segala yang jauh mudah sekali terkecoh atau ekstremnya
dapat dijangkau dan dimanipulasi. dikendalikan seseorang. Pun begitu juga
Keterbatasan-keterbatasan inderawi yang bila memiliki pengetahuan dan sikap yang
ada pada pembelajar dapat baik tetapi tidak memiliki keterampilan,
diminimalisasikan. maka ia tidak memiliki dan tidak dapat
Komponen belajar yang terakhir adalah mengembangkan apa-apa dari yang
evaluasi pembelajaran. Evaluasi menjadi diketahuinya. Lebih-lebih memberikan
umpan balik untuk untuk siswa dan seluruh sumbangsih, khususnya di dunia
yang terkait sebagai pelaksana pendidikan.
pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang Kurikulum 2013 pun disebut sebagai
telah dilaksanakan dievaluasi, mulai dari kurikulum data. Maksudnya, Kurikulum
tujuan, materi pelajaran, startegi atau 2013 membaca data dan menginterpretasi
metode mengajar, sumber belajar, dan data. Komunikasi yang dilakukan adalah
bahkan evaluasi sendiri pun dievaluasi komunikasi faktual, yakni berdasarkan data
validitasnya, relialibilitasnya, serta dan tidak keliru dalam menginterpretasi
kemanfaatannya. Melalui evaluasi, minimal data.
kekurangan-kekurangan yang signifikan Tidak jauh berbeda dengan kurikulum
dalam setiap komponen dapat terhindarkan. sebelumnya, Kurikulum 2013 pun mengacu
pada delapan standar nasional pendidikan,
Kurikulum 2013 yakni: standar kompetensi lulusan, standar
Kurikulum 2013 adalah kurikulum isi, standar proses, standar penilaian,
yang menyeimbangkan aspek pengetahuan, standar pendidik dan tenaga kependidikan,
aspek keterampilan, dan aspek sikap. standar sarana dan prasarana, standar
Keseluruhan aspek tersebut berelasi dan pembiyaan, dan standar pengelolaan
berintegerasi. Bila salah satu lemah, maka (Online: http://Rasional Kurikulum 2013).
akan muncul ketidakseimbangan. Lihat saja Beberapa penekanan kurikulum 2013
manakala seseorang mapan dalam dibanding kurikulum sebelumnya (KTSP)
pengetahuan dan keterampilan tetapi nampak pada standar kompetensi lulusan,
standar isi, standar penilaian, dan standar Lima tahapan dalam proses belajar
proses. Pada KTSP standar kompetensi pada Kurikulum 2013, yakni 1) mengamati,
lulusan diturunkan dari standar isi, 2) menanya, 3) mencoba, 4) mengasosiasi,
sedangkan dalam Kurikulum 2013 standar dan 5) mengkomunikasikan.
kompetensi lulusan diturunkan dari 1) Kegiatan mengamati
kebutuhan. Standar isi di KTSP Mengamati dapat diartikan menyimak.
dirumuskan berdasarkan tujuan mata Luasnya, kegiatan pengamatan bukan
pelajaran yang dirinci menjadi Standar hanya dilakukan oleh indera
Kompetensi dan Kompetensi Dasar, penglihatan, tetapi juga dapat dengan
sementara itu, Standar Isi Kurikulum 2013 indera pendengaran. Kegiatan
diturunkan dari Standar Kompetensi mengamati ialah kegiatan membaca
Lulusan melalui Kompetensi Inti yang informasi baik dengan atau tanpa
bebas mata pelajaran. bantuan alat. Diperlukan ketelitian
Selanjutnya, penilaian dalam dalam pencarian informasi.
kurikulum 2013 haruslah menyeluruh 2) Kegiatan menanya
dengan memperhatikan perdomainnya, Menanya dimaksudkan untuk menggali
yakni domain pengetahuan, domain informasi dari narasumber. Mengingat
keterampilan, dan domain sikap. Penilaian guru bukanlah satu-satunya sumber
yang dilakukan tidak hanya mengacu pada belajar, siswa dapat saling bertanya
hasil pembelajaran, proses pun dinilai. dengan siswa lain atau kelompok
Untuk itu, diperlukan penilaian fortopolio. belajarnya. Mereka dapat saling
Begitu juga dengan standar proses, mengkonfirmasi. Maka dari itu, saat
Kurikulum 2013 menekankan pendekatan prapembelajaran siswa sudah diberikan
scientific dengan tahapan mengamati, gambaran kompetensi yang akan
menanya, mencoba, mengasosiasi, dan dicapai terlebih dahulu.
mengkomunikasikan. Diharapkan melalui 3) Kegiatan mencoba
tahapan-tahapan pembelajaran tersebut, Mencoba berarti bereksperimen. Baik
khususnya dalam mata pelajaran bahasa yang sifatnya membuat rumusan,
Indonesia komunikasi bahasa yang baik membandingkan atau menyiapkan
dan benar pada diri siswa muncul. komentar atas setiap maksud
kompetensi inti yang dipelajari. Siswa
Proses Pembelajaran dalam Kurikulum belajar menerapkan atau menemukan.
2013 4) Kegiatan mengasosiasi
atau secara tertulis seperti membuat bahasa mulai dari tingkat SD hingga
karangan, mengungkapkan ide dan Perguruan Tinggi.
perasaan dalam bentuk prosa, dan bentuk
ekspresi diri lainnya dalam bentuk teks.
Konteks pragmatik memfasilitasi siswa
memahami, memaknai dan mengolah
informasi, serta berkomunikasi secara
nyata.