Anda di halaman 1dari 10

Kesalahan pengukuran cara tachymetri dengan theodolite berkompas

Kesalahan alat, misalnya:


a. Jarum kompas tidak benar-benar lurus.
b. Jarum kompas tidak dapat bergerak bebas pada prosnya.
c. Garis bidik tidak tegak lurus sumbu mendatar (salah kolimasi).
d. Garis skala 0° – 180° atau 180° – 0° tidak sejajar garis bidik.
e. Letak teropong eksentris.
f. Poros penyangga magnet tidak sepusat dengan skala lingkaran mendatar.

Kesalahan pengukur, misalnya:


a. Pengaturan alat tidak sempurna ( temporary adjustment ).
b. Salah taksir dalam pemacaan
c. Salah catat, dll. nya.

Kesalahan akibat faktor alam, misalnya:


a. Deklinasi magnet.
b. atraksi lokal.
Titik detil yang harus diukur meliputi semua titik alam maupun buatan manusia
yang
mempengaruhi bentuk topografi peta daerah pengukuran.

Sistim pembacaan
Sistem dengan indeks garis
Sistem dengan nonius
Sistem dengan micrometer
Sistem koinsidensi
Sistem digital
Ketelitiannya
Teodolit presisi/teliti, misal
Wild tipeT-3
Teodolit satu sekon, misal
Wild tipe T2
Teodolit puluhan sekon ,
misal Shokisa tipe TM-20
Teodolit satu menit, misal
Wild tip
 Log In
 Sign Up

TRIGONOMETRICAL LEVELLING

Uploaded by
Finni Alqorina

 top 5%
 1,215

 
ACARA IV TRIGONOMETRICAL LEVELLING I.
 
TUJUAN
1.
 
Menggunakan theodolite secara lebih fasih 2.
 
Menggunakan teodolite untuk menaksir tinggi objek
II.
 
ALAT DAN BAHAN
1.
 
Theodolite instrument 2.
 
Statif 3.
 
Yalon 4.
 
Kompas 5.
 
Meteran
III.
 
DASAR TEORI
Trigonometrical levelling adalah pengukuran ketinggian suatu objek dengan
memanfaatkan prinsip-prinsip trigonometri. Trigonometrical levelling pada
dasarnya adalah suatu cara atau metode dalam menentukan ketinggian atau beda
tinggi suatu titik dengan titik lain, dengan prinsip- prinsip pembacaan sudut
vertikal dan sudut horisontal terhadap titik yang akan ditentukan ketinggiannya
ataupun titik- titik yang akan ditentukan beda tingginya dengan titik lain.
Trigonometrical dapat dilakukan dengan menggunakan satu titik pengamatan
maupun dengan menggunakan dua titik pengamatan. Pada trigonometrical
dengan satu titik maupun dengan menggunakan dua titik pengamatan. Pada
trigonometrical denngan satu titik pengamatan hanya memerlukan pembacaan
sudut vertikal saja, sedangkan untuk trigonometrical dua titik pengamatan
diperlukan pembacaan sudut baik vertikal maupun horisontal. Disebut metode
memanjang lebih karena dalam teknisnya di lapangan posisi alat (dua)
diletakkan sedemikian rupa sehingga terkesan segaris (memanjang) antara objek
alat 1 dan alat 2. juga lebih mudah karena hanya menggunakan perhitungan
sudut vertikal saja. Dapat dilihat pada Gambar 6.1 berikut ini, alat pengukuran
diletakkan  pada titik A dan titik D, sementara itu objek berada pada titik B.
 
 
 Gambar 1 Sket
trigonometrical levelling 
 metode memanjang Perhitungan tinggi objek dilakukan dengan memanfaatkan
prinsip trigonometri. Adapun rumus-rumus perhitungannya adalah sebagai
berikut. Data lapangan harus
yang diambil antara lain adalah jarak AD, tinggi alat (hi), sudut α, dan sudut β.
Metode ini disebut metode segitiga karena posisi alat membentuk sudut /
segitiga terhadap obyek yang diukur beda tingginya. Pada Gambar 6.2 berikut
alat pengukuran diletakkan di titik P dan Q, sedangkan objek adalah titik B.
 
 Gambar 2 Sket
trigonometrical levelling 
 dengan metode angular Tinggi objek sebenarnya dihitung pada masing-masing
alat pengukuran dengan cara sebagai berikut. Gambar 3 Ilustrasi dan cara
pengukuran tinggi objek dengan metode Angular

Anda mungkin juga menyukai