Titik detail adalah pemetaan suatu daerah atau wilayah ukur yang mencangkup
penyajian dalam dimensi horisontal dan vertikal secara bersama-sama dalam suatu
gambar peta. Sedangkan detail adalah segala objek yang ada di lapangan, baik
yang bersifat alamiah seperti sungai, lembah, bukit, dan rawa, maupun hasil
budaya manusia seperti jalan, jembatan, gedung, lapangan, selokan, dan batas
kepemilikan tanah (Slamet Basuki, 2006). Untuk keperluan pengukuran dan
pemetaan selain pengukuran kerangka dasar vertikal yang menghasilkan tinggi
titik-titik ikat dan pengukuran kerangka dasar horisontal yang menghasilkan
koordinat titik-titik ikat juga perlu dilakukan pengukuran titik-titik detail untuk
menghasilkan yang tersebar di permukaan bumi yang menggambarkan situasi
daerah pengukuran. Titik detail merupakan bentuk dari suatu unsur alamiah dan
BAB 8 PENGUKURAN DETAIL (TS)
buatan, yang akan digambar pada peta. Unsur alamiah dibedakan dalam bentuk
garis ketinggian (kontur), unsur buatan berupa bangunan existing. Banyaknya titik
detail, tergantung dari faktor :
a. Skala peta
b. Tujuan pemakaian peta
c. Kondisi lapangan
Penentu titik di lapangan pada ilmu ukur tanah, disajikan dengan menggunakan
sistem kartesius (x,y), dimana jarak antar titik dapat dicari dengan kaidah
phytagoras dan trigonometri. Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa titik-titik
ini diperlukan untuk pemetaan bidang tanah secara nasional, dimana letak,
ukuran, luas dan dimensi lain secara tepat dan akurat. Tingkatan titik dasar teknik
dibagi menjadi lima tingkatan, yaitu : titik dasar orde o, orde 1, orde 2, orde 3,
orde 4. Titik dasar orde o dan 1 dilaksanakan dan dibangun oleh badan koordinasi
survey dan pemetaan nasional. Titik dasar orde 2 dan 3 dilaksanakan oleh BPN
pusat, sedangkan titik dasar orde 3 dapat dilaksanakan oleh BPN pusat, sedangkan
titik orde 3 dapat dilaksanakan oleh kantor wilayah BPN provinsi, dan titik dasar
orde 4 umumnya dilaksanakan oleh kantor pertahanan kabupaten/kota.
Pengukuran titik dasar teknik orde 2, 3, dan 4 dilaksanakan dengan menggunakan
metode pengamatan satelit atau metode lainnya. Metode yang dimaksud adalah
penentuan posisi dengan global positioning system (GPS). Sedangkan penetapan
titik dasar teknik orde 4 umumnya dilaksanakan melalui pengukuran terestris
dengan cara perapatan dari titik-titik dasar orde 3.
Maksud dari pengukuran detail adalah untuk memberikan data topografi di atas
peta sehingga diperoleh bayangan atau informasi dari relief bumi. Kelengkungan
dan ketelitian data topografi tersebut sangat tergantung dari kerapatan titik detail
yang akan diukur. Untuk mengukur titik detail yang lengkap dan efisien, maka
harus dipahami maksud dan kegunaan peta yang akan dibuat. Sebelum suatu
daerah dilakukan pengukuran detail harus sudah ada titik ikat. Biasanya hal – hal
yang perlu diukur secara detail adalah segala benda atau bangunan yang terdapat
di areal yang dipetakan akan menambah kelengkapan data peta. Misalnya
perbedaan tinggi muka tanah yang ekstrim sehingga dapat membantu dalam
pembuatan kontur.
Dalam pengukuran titik detail prinsipnya adalah menentukan koordinat dan tinggi
titik detail dari titik ikat. Metode yang digunakan dalam pengukuran titik detail
adalah metode offset dan metode tachymetry. Namun metode yang sering
digunakan adalah metode tachymetry karena Metode tachymetry ini relatif cepat
dan mudah karena yang diperoleh dari lapangan adalah pembacaan rambu, sudut
horisontal (azimuth magnetis), sudut vertikal (zenith atau inklinasi) dan tinggi alat.
Hasil yang diperoleh dari pengukuran tachymetry adalah posisi planimetris X, Y
dan Z, adapun metode pengukuran situasi sendiri ada dua, yaitu :
a. Metode Pengukuran Offset
Metode offset adalah pengukuran titik-titik menggunakan alat-alat sederhana
yaitu pita ukur dan yalon. Pengukuran untuk pembuatan peta cara offset
menggunakan alat utama pita ukur, sehingga cara ini juga biasa disebut cara
rantai (chain surveying).
b. Metode pengukuran tachymetry
Metode tachymetry adalah pengukuran menggunakan alat-alat optis,
elektronis, dan digital. Pengukuran detail cara tachymetry dimulai dengan
penyiapan alat ukur di atas titik ikat dan penempatan rambu di titik bidik.
Setelah alat siap untuk pengukuran, dimulai dengan perekaman data di tempat
alat berdiri, pembidikan ke rambu ukur, pengamatan azimuth dan pencatatan
data di rambu BT, BA, BB serta sudut miring. Metode tachymetry didasarkan
pada prinsip bahwa pada segitiga - segitiga sebangun, sisi yang sepihak adalah
sebanding.
Tachymetry ‘diagram’ pada dasarnya bekerja atas prinsip yang, sama sudut
vertikal secara otomatis dipapas oleh pisahan garis stadia yang beragam.
Hal-hal yang diperhatikan pada pengukuran titik detail dalam total station, yaitu:
a. Diusahakan laser yang terpantul prisma benar-benar jelas terlihat
b. Prisma harus benar-benar tegak lurus agar dapat memantulkan laser
c. Mencatat nama dan gambar titik-titik tempat diletakkannya prisma ukur yang
ditembakkan oleh laser total station.
Mulai
Lalu pilih menu JOB kemudian tekan enter, lalu pilih job
selection dan tekan enter
Memilih menu list pada menu job selection, lalu menekan nama
job yang nantinya akan digunakan dalam pengukuran, kemudian
tekan tombol enter
Data
Literatur
Kesimpulan
Penyusunan laporan
Selesai
8.7.2 Saran
Agar hasil yang didapat lebih akurat perlu diperhatikan beberapa hal :
a. Memastikan kelengkapan alat serta perlengkapan yang akan digunakan
dalam keadaan lengkap dan baik.
b. Membidik total station ke arah prisma dengan baik dan tepat sehingga hasil
ukur dapat sesuai dan akurat.
c. Memastikan alat tidak bergeser atau bergerak agar nivo selalu dalam
keadaan sentris.
d. Diperlukan ketelitian dalam mengolah data-data dari hasil penggunaan total
station dengan menggunakan CAD.
LAMPIRAN
PENGUKURAN TITIK DETAIL
Tabel 8.2 Data Pengamatan Titik Detail
Mengetahui,
Asisten Laboratorium
DIPERIKSA PARAF
DISETUJUI PARAF
GAMBAR SKALA
DIGAMBAR PARAF
UKURAN
KODE HAL
KERTAS