60
40
A
20 D E
B C
0
Skala Horizontal 1 : 100
Skala Vertika1 1: 20
11.1.1. Kemiringan
Ketinggian antara garis-garis kontur yang berurutan disebut selang vertikal
atau selang kontur dan intervalnya pada setiap peta selalu tetap. Pada
gambar 11.2 di atas, irisan/potongan dari selang vertikal diperlihatkan pada
garis AB. Jarak mendatar/horizontal antara garis-garis kontur digambarkan
oleh panjang garis BC berdasarkan skala gambar yang diberikan. Dengan
demikian, untuk mencari kemiringan antara dua garis kontur dapat
diketahui, yaitu:
selang .vertikal
kemiringan
jarak.horizontal
Contoh:
10 1
1. Kemiringan sepanjang BC = 1 : 30
300 30
10 1
2. Kemiringan sepanjang DE = 1:8
80 8
Pada gambar 11.3, diperlihatkan contoh dari tiga bentuk kemiringan. Dengan
selang/interval yang sama, gambar (a) menunjukkan daerah yang
mempunyai kemiringan yang teratur. Pada gambar (b), garis-garis kontur
bagian atas menunjukkan daerah yang curam dan landai dibagian bawah. Hal
ini biasa disebut kelandaian cembung. Sedangkan pada gambar (c), garis-
garis kontur bagian atas menunjukkan daerah yang landai dan curam
dibagian bawah. Hal ini biasa disebut kelandaian cekung.
Contoh:
Gambar 11.5 memperlihatkan garis-garis kontur dengan selang kontur 2m
yang digambarkan dengan skala 1:2500.
a. Berapa ukuran dari lokasi yang digambar tersebut.
b. Terangkan bentuk permukaan sepanjang garis potongan AB
c. Hitung kemiringan antara:
1. Titik D dan C
2. Titik E dan F
Jawab:
a. 380 x 190 m
b. Dari titik A tanah turun dan membentuk kemiringan yang cekung ke
tengah dimana daerah tersebut membentuk seperti pelana. Daerah
tersebut berada diantara 2 bukit yang membentang dari Timur ke Barat
dan kecuramannya membentuk cekungan. Ketinggian bukit tersebut kira-
kira 73m di atas datum dan turun ke arah B dan E.
c. Dari titik B ke C, beda tinggi 4m dan jarak horizontal 120m. Kemiringan
antara ke dua titik tersebut 1:30. Dari titik E ke F, Beda tinggi 6m dan
jarak horizontal 21m. Kemiringan antara ke dua titik tersebut 1:3,5.
Pematokan
Untuk dapat melakukan penggambaran (Ploting), maka posisi rencana
dari patok-patok harus dipastikan dulu. Pada daerah yang kecil, seperti
pada gambar di atas, patok-patok dipasang dengan system rangkaian
dan Off-Set, seperti pada gambar 11.6. Untuk daerah yang luas,
sebaiknya pengukuran dilakukan dengan cara Polygon Compass atau
Tachymetry. Posisi dari pada kontur digambar langsung pada peta
rencana dengan lengkungan kontur yang baik.
2. Sipat Datar
Untuk mencari ketinggian dari setiap titik-titik grid dilakukan
pengukuran sipat datar. Gambar 11.8, memperlihatkan sebagian dari
pada Grid dengan ketinggian titik-titiknya.
1,8m
1,3m
90,7
x20, y60
14,5m
20m
Cara ini mudah dihitung dan lebih sering digunakan dari beberapa
cara yang ada. Apabila garis kontur yang digambarkan banyak sekali
dan hitungannya dengan 2 desimal dibelakang koma, biasanya
digunakan kalkulator tangan dan dibuatkan tabel 11.2 seperti
dibawah ini.
Tabel 11.2. Penghitungan Harga Garis Kontur
Harga Jarak Perbedaan Perbedaan
Posisi Posisi Jarak Antara
Kontur Antara Tinggi Antara Tinggi Antara
Grid Grid Kolom 1 dan 2
(m) Kolom 1 dan 2 Kolom 1 dan 2 Kolom 1 dan 2
b. Cara Grafis
Gambar 11.9 adalah bagian grid antara sta(20,20) dan sta(20,40)
yang diperbesar dimana kontur 94,000m berada. Ketinggian titik
pada sta(20,20) adalah 94,4 dan ketinggian titik pada sta(20,40)
adalah 92,5. Dengan menggunakan skala penggaris, skala 2,5,
diletakkan pada ketinggian 92,5 sperti terlihat pada gambar 11.9,
sehingga skala penggaris 4,0 menyatakan garis kontur 94,0 dan
skala penggaris 4,4 menyatakan elevasi sta(20,20) sebesar 94,4m.
Kedua titik tersebut ditandai pada peta rencana. Dari titik ini
ditarik garis ketitik (20,20). Kemudian ditarik garis sejajar dengan
garis tersebut melalui skala penggaris 4,0m dan memotong garis
grid di M. Dari segi tiga yang dibentuk oleh penggaris dan garis
grid, garis yang baru digambar. Titik M adalah titik dengan tinggi
94,0m pada garis grid
Cara grafis yang lain adalah dengan interpolasi radial. Grafik
yang digambarkan pada kertas transparan dan tergambar seperti
pada gambar 11.10 (dua garis tegak lurus AB dan CD). Kemudian
garis CD dibagi menjadi 20 bagian yang sama panjang dan
kemudian ditarik garis dari A ke titik-titik pada CD sebanyak 20
garis.
Pemakaian grafik ini dapat dilihat pada gambar 11.11. Garis
kontur yang dibutuhkan (92,000m) terletak antara sta(60,40) dan
sta( 60,60) yang tingginya adalah 93,200 dan 91,6 Beda tinggi
antara kedua sta tersebut adalah (93,2 – 91,6) = 1,6m.
Kemudian grafik diletakkan pada peta dengan AB ⁄ ⁄ garis grid.
Grafik tersebut diatur sedemikian rupa sehingga 16 buah skala
dari grafis CD terletak pada kedua stasiun tersebut. Dalam hal ini
satu skala menyatakan beda tinggi – 0,1 m sehingga ketinggian
92,00m terletak pada jarak 4 skala dari sta (60,60). Dan titik ini
kemudian ditandai dengan lingkaran kecil pada peta rencana.
Perlu dicatat bahwa pengaturan grafik dapat diubah-ubah
sehingga memudahkan dalam perhitungan seperti terlihat pada
gambar 11.12.
Contoh:
Jaringan kerangka tinggi (elevasi) titik seperti pada gambar 11.13
telah diamati selama pengukuran pemetaan untuk keperluan
pembangunan. Gambarlah garis kontur dengan interval 0,5m
dengan menggunakan metode interpolasi. Jawaban dari soal ini
diberikan pada gambar 11.14.
Contoh:
Gambar 11.21 adalah sebuah peta dengan kontur tanah asli yang mempunyai
selang vertical 2m dan diketahui data gambar rencana posisi pembuatan
tanggul AB:
- lebar tanggul = 6m
- tinggi titik A = 60m
- kemiringan tanggul = 4% (1:25)
- selang vertikal dan horizontal = 1/2
Gambarkan peta perencanaan pekerjaan tanggul tersebut.
Jawaban: Gambar 11.22