Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PENGERTIAN BAHASA YANG BAIK DAN BENAR SERTA ASPEK-ASPEK BAHASA

OLEH :

KELOMPOK 2
NURMIJA ABUBAKAR (06202311003)
NURUL MARWA IRWAN (06202311008)
IRA GAI (06202311004)
M FIKRI HAMKA (06202311012)

PRODI SASTRA INDONESIA


FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE
2023/2024

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini disusun
sebagai tugas mata kuliah Bahasa Indonesia yang diampu oleh Ibu Nirwana, S.Pd., M.Pd. Dalam
makalah ini, kami membahas aspek-aspek bahasa dan pengertian bahasa yang baik dan benar.
Kami ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada Ibu Nirwana atas
bimbingan, arahan, dan dukungan yang diberikan selama proses pembelajaran. Tanpa bantuan
dan pemahaman yang diberikan oleh beliau, kami tidak akan mampu menyelesaikan tugas ini
dengan baik. Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada teman-teman sekelompok kami
yang telah bekerja sama dengan baik dalam mengumpulkan data, melakukan penelitian, dan
menyusun makalah ini.
Makalah ini merupakan hasil kerja keras dan dedikasi kami untuk memahami dan menggali
lebih dalam tentang bahasa, serta bagaimana penggunaannya yang tepat dalam kehidupan sehari-
hari. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat untuk meningkatkan pemahaman kita semua
tentang bahasa Indonesia.
Tanpa berlama-lama, marilah kita mulai eksplorasi tentang aspek-aspek bahasa dan
penggunaannya yang benar dan baik dalam bahasa Indonesia. Terima kasih atas perhatian dan
dukungan semua pihak.

Ternate, 02 Oktober 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................. 2


DAFTAR ISI ................................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................ 4
A. Latar belakang ................................................................................................................. 4
B. Rumusan masalah ............................................................................................................ 5
C. Tujuan .............................................................................................................................. 5
B. Manfaat............................................................................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................. 6
A. Pengertian bahasa yang baik dan benar .......................................................................... 6
1. Bahasa yang baik ........................................................................................................ 6
2. Bahasa yg benar .......................................................................................................... 6
B. Aspek-aspek bahasa ........................................................................................................ 7
BAB III PENUTUP ..................................................................................................................... 11
A. Kesimpulan ..................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 12

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kehidupan manusia tidak dapat lepas dari kegiatan berbahasa. Bahasa merupakan
sarana untuk berkomunikasi antarmanusia. Bahasa sebagai alat komunikasi ini, dalam rangka
memenuhi sifat manusia sebagai makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan sesama manusia.
Bahasa dianggap sebagai alat yang paling sempurna dan mampu membawakan pikiran dan
perasaan baik mengenai hal-hal yang bersifat konkrit maupun yang bersifat abstrak (Effendi,
1985:5). Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi manusia dituntut untuk
mempunyai kemampuan berbahasa yang baik. Seseorang yang mempunyai kemampuan
berbahasa yang memadai akan lebih mudah menyerap dan menyampaikan informasi baik secara
lisan maupun tulisan.
Bahasa Indonesia yang baik telah diketahui oleh masyarakat luas dan banyak ditemui
dalam kehidupan sehari-hari. Namun pengenalan istilah saja tidak menjamin masyarakat luas
untuk memahami konsep dan makna istilah bahasa Indonesia yang baik itu. Hal ini terbukti
dengan masyarakat indonesia cenderung berpendapat bahwa bahasa indonesia yang baik sama
dengan bahasa Indonesia yang baku atau bahasa Indonesia yang benar.
Slogan “pergunakanlah bahasa Indonesia yang baik dan benar”, tampaknya mudah di
ucapkan. Namun maknanya kurang dapat di pahami oleh masyarakat luas. Slogan tersebut
diartikan oleh sebagian masyarakat, bahwa di segala tempat kita harus menggunakan Bahasa
indonesia yang baku. Selain itu, masalah lain yang perlu kita soroti sebagian besar orang
terkadang kurang mampu dalam berkomunikasi dengan bahasa indonesia yang baik dan benar.
Dan itu di akibatkan oleh pemahaman yang kurang, dari orang-orang terhadap bahasa Indonesia
ndonesia yang baik dan benar.
Masyarakat Indonesia kebanyakan baru memahami bahasa Indonesia yang baik dan benar,
ketika sudah menginjak usia dewasa dan itu bukan dari kehendak diri sendiri namun karena
keperluan saja. Contohnya yaitu demi memenuhi tugas ataupun pekerjaan sehingga kurang
adanya kemauan diri sendiri dan itu yang mengakibatkan masyarakat di Indonesia tidak dapat
berkomunikasi dengan bahasa indonesia yang baik dan benar.
Dengan gambaran kondisi yang demikian itu, dimana pengetahuan masyarakat yang kurang
dan terbatas, juga kurangnya kesadaran diri sendiri dalam penggunaan bahasa Indonesia yang
baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari.
Keterampilan berbahasa terdiri dari empat aspek, yaitu menyimak atau mendengarkan,
berbicara, membaca, dan menulis. Keterampilan menyimak merupakan keterampilan berbahasa
yang kompleks karena meliputi beberapa hal, yakni mendengarkan, memahami, menafsirkan,
memaknai, dan merespon bunyi yang didengarnya. Keterampilan berbicara berarti terampil
dalam mengemukakan keinginan, perasaan, ide, atau pesan lisan. Agar dapat menyampaikan

4
segala sesuatunya dengan efektif, pembicara harus memahami apa yang akan disampaikan.
Ketrampilan membaca ialah menemukan makna dari bacaan. Hal ini berarti, membaca bukan
sekadar mengeja huruf dan tulisan, tetapi juga memahami apa yang dibaca. Dengan begitu,
pemahaman terhadap sumber bacaan merupakan inti dari keterampilan membaca ini. Menulis
merupakan keterampilan yang paling kompleks. Menulis bukan sekadar menyalin kata atau
kalimat, lebih dari itu menulis juga menuangkan ide dan pikiran dalam bentuk tulisan yang
sistematis agar pembaca dapat memahaminya dengan mudah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari bahasa yang baik dan benar?
2. Apa saja aspek-aspek bahasa?

C. Tujuan
1. Mampu menjelaskan pengertian bahasa yang baik dan benar.
2. Mampu menjelaskan tentang aspek-aspek bahasa.

D. Manfaat
1. Pemahaman yang Lebih Baik: Membantu individu memahami apa yang dimaksud dengan
bahasa yang baik dan benar, yang pada gilirannya dapat meningkatkan kemampuan
berkomunikasi.
2. Peningkatan Literasi Bahasa: Meningkatkan literasi bahasa dan kemampuan menulis yang
penting dalam pendidikan, pekerjaan, dan kehidupan sehari-hari.
3.Memahami aspek-aspek bahasa (menyimak atau mendengarkan, berbicara, membaca, dan
menulis).

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Bahasa Yang Baik Dan Benar


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Bahasa adalah suatu sistem dari lambang
bunyi arbitrer yang dihasilkan oleh alat ucap manusia dan dipakai oleh masyarakat untuk
berkomunikasi, bekerja sama dan mengidentifikasikan diri.
Menurut sumber lain bahasa adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia
untuk saling berkomunikasi atau berhubungan, baik lewat tulisan, lisan atau kemauan kepada
lawan bicaranya atau orang lain. Melalui bahasa, manusia dapat menyesuaikan diri dengan adat
istiadat, tingkah laku, tata krama masyarakat, dan sekaligus mudah membaurkan dirinya dengan
semua kalangan masyarakat.
Dalam ungkapan bahasa yang baik dan benar terkandung dua pengertian yang berkaitan
satu sama lain, yaitu:
1. Bahasa Yang Baik
Bahasa yang baik adalah bahasa yang sesuai dengan situasi. Sebagai alat komunikasi,
bahasa harus dapat efektif dalam menyampaikan maksud kepada lawan bicara. Karenanya, laras
bahasa yang digunakan pun harus sesuai. Bahasa sudah dapat dikatakan baik apabila maknanya
dapat dimengerti oleh komunikan dan ragamnya sudah sesuai dengan situasi pada saat bahasa itu
digunakan. Bahasa dengan ragam dialek yang di pakai oleh mahasiswa sewaktu mengobrol
dengan temannya di kantin, di pemondokan, di lapangan olahraga, adalah salah satu contoh
bahasa yang baik. Bahasa di katakan tidak baik kalau sulit di mengerti oleh komunikan.
2. Bahasa Yang Benar
Bahasa yang benar adalah bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa yang baku, baik untuk
kaidah bahasa baku tertulis maupun bahasa baku lisan. Yang dapat di jadikan sebagai contoh
bahasa yang benar adalah bahasa yang dipakai oleh dosen pada waktu memberi kuliah; bahasa
yang di pakai dalam rapat formal; atau bahasa dalam sidang pengadilan. Situasi yang
melatarbelakangi pertemuan resmi seperti itu tentulah bersifat resmi pula.
Apabila kedua contoh yang disebut tadi dipertukarkan pemakaiannya (misalnya mahasiswa
memakai ragam resmi dalam situasi tidak resmi; atau dosen memakai ragam tidak resmi dalam
situasi yg resmi), sudah jelas bahasa yang dipakai bukan bahasa yang baik dan benar. Disini
terlihat bahwa bahasa yang benar bisa menjadi tidak baik karena tidak sesuai dengan situasi
pemakaiannya (misalnya sesama teman dalam suasana santai memakai bahasa yang sangat
formal). Sebaliknya, bahasa yang baik belum tentu benar, kecuali jika bahasa itu sesuai dengan
kaidah yang di syaratkan untuk bahasa baku. Jadi, bahasa yang baik dan benar adalah bahasa
yang maknanya dapat dipahami dan sesuai dengan situasi pemakaiannya serta tidak menyimpang
dari kaidah yang telah di bakukan.

6
Dengan penjelasan ini tampak bahwa bahasa yang kita gunakan, agar mengenai sasarannya,
tidak selalu beragam baku. Dalam tawar-menawar di pasar dan di warung, misalnya, pemakaian
ragam baku akan menimbulkan kegelian, keanehan, keheranan, bahkan kecurigaan. Jadi pada
asasnya, kita menggunakan bahasa yang baik, artinya yang tepat tetapi tidak termasuk bahasa
yang benar. Sebaliknya, kita mungkin berbahasa yang benar tetapi tidak baik penerapannya
karena suasananya mensyaratkan ragam bahasa yang lain.
Agar lebih jelas mengenai pengertian bahasa yang baik dan benar, sebagai berikut ini
contohnya :
Contoh 1:
Dalam tawar menawar di pasar, seorang pembeli akan cenderung menawar dengan ucapan :
“satu kilo berapa?”, “bisa ditawar?” daripada menggunakan kalimat yang panjang seperti :
“Berapakah harga satu kilo jeruk?”, “Bolehkah saya menawarnya?.”(Bagaimanakah kira-kira
reaksi penjual jeruk mendengar pertanyaan dari seorang pembeli dengan pertanyaan-pertanyaan
seperti itu?). Pemakaian ragam bahasa baku (seperti kalimat yang kedua) akan menimbulkan
kegelian, keheranan atau kecurigaan. Kalimat tersebut sebagai contoh kalimat yang tidak baik
tetapi benar.
Contoh 2:
Dalam rapat di kantor, seorang pejabat Universitas memulai rapat resmi dengan pemakaian
bahasa Indonesia seperti kalimat berikut ini. “Bapak-bapak dan ibu-ibu, acara rapat senat siang
ini marilah kita buka bersama-sama dengan membaca basmalah. “Kalimat tersebut benar, karena
kalimat yang digunakan memenuhi persyaratan kebaikan dan kebenaran.
Tahun 2019, Presiden menerbitkan Peraturan Presiden nomor 63 tahun 2019 tentang
Penggunaan Bahasa Indonesia. Apa kiranya yang diatur dan apa imbasnya kepada komunikasi
kita dalam kehidupan sehari-hari? Inti peraturan tersebut ada pada Bab II, Bagian 1, Pasal 2,
tentang “Ketentuan Penggunaan Bahasa Indonesia”. Dicantumkan dalam Bab II, Bagian 1,
bahwa “Penggunaan Bahasa Indonesia harus memenuhi kriteria Bahasa Indonesia yang baik dan
benar”.
Bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah bahasa Indonesia yang digunakan sesusai
dengan norma kemasyarakatan yang berlaku dan sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa Indonesia.

B. Aspek-aspek Keterampilan Berbahasa


Aspek keterampilan berbahasa mengacu pada kemampuan individu untuk menggunakan
bahasa dalam berbagai konteks dan aktivitas komunikasi. Ini mencakup empat keterampilan
utama dalam berbahasa, yaitu mendengarkan (listening), berbicara (speaking), membaca
(reading), dan menulis (writing). Keempat keterampilan ini berperan penting dalam kemampuan
seseorang untuk berkomunikasi secara efektif dalam bahasa tertentu. Keterampilan berbahasa
terdiri atas 4 aspek, yakni keterampilan mendengarkan (menyimak), berbicara, membaca, dan
menulis.
Berikut adalah pengertian masing-masing keterampilan:
1. Mendengarkan (Listening)

7
Mendengarkan adalah kemampuan seseorang untuk aktif mendengarkan apa yang dikatakan
oleh orang lain dalam percakapan atau pidato. Ini melibatkan pemahaman terhadap suara,
intonasi, kosakata, dan konteks untuk mengerti pesan yang disampaikan.
Keterampilan menyimak bersifat reseptif. Menyimak berarti menerima informasi dari
sumber pesan (sumber informasi). Menyimak tidak berarti selalu diam dan mengabaikan apa
yang didengarkan atau disimak. Tarigan (dalam Latif, 2007) menyatakan bahwa dengan
meningkatkan keterampilan menyimak, berarti pula membantu meningkatkan kualitas berbicara
pada seseorang. Artinya adalah keterampilan menyimak juga memengaruhi keterampilan
berbahasa yang lainnya.
Russel (dalam Ratna, 2007) menuliskan bahwa menyimak bermakna apabila seseorang
dapat mendengarkan dengan penuh pemahaman, perhatian, serta apresiasi. Menyimak sebagai
proses mendengarkan, mengenal, serta menginterpretasi lambang-lambang lisan. Mendengarkan
adalah kegiatan oleh pancaindera pendengar yang dilakukan dengan sengaja penuh perhatian
terhadap apa yang didengar, Subyantoro (dalam Ratna, 2007).
Keterampilan menyimak dimaknai juga sebagai suatu proses kegiatan mendengarkan yang
dilakukan oleh alat dengar dengan menangkap dengar informasi lambang-lambang lisan atau
bunyi-bunyian lain dengan pemusatan energi psikis (fokus), mengandung nilai pemahaman,
dapat mengapresiasi serta daya ingat untuk menginterpretasi atau memaknai pesan yang disimak.
Untuk memperoleh informasi, menangkap isi, serta makna komunikasi yang hendak disampaikan
oleh si pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan, Tarigan (Latif, 2007:28).
Contoh konkret adalah ketika bayi baru dilahirkan, ia sama sekali belum bisa berbicara,
membaca dan menulis. Pancaindera pertama yang digunakan adalah alat dengar. Sesekali, bayi
memang mendengar dan seringkali juga mendengarkan atau menyimak. Bahasa pertama (bahasa
ibu) dapat direkam dalam alam bawah sadar bayi sehingga secara tidak sadar ia memperoleh
keterampilan mendengarkan melalui proses aquisition (pemerolehan). Jadi, bayi memeroleh
bahasa pertama dari ibunya dengan cara mendengarkan. Ia tidak memiliki atau memahami
bahasa ibunya dengan proses pembelajaran.
Melalui kegiatan menyimak, seseorang dapat memahami lambang bunyi bahasa tulis yang
dilisankan. Pemahaman terhadap bunyi bahasa lisan tersebut dapat membantu kekayaan kosakata
dan interpretasi bagi si penyimak.
2. Berbicara (Speaking)
Berbicara adalah kemampuan untuk mengkomunikasikan pikiran, ide, dan informasi secara
lisan kepada orang lain. Ini mencakup penggunaan kata-kata yang tepat, tata bahasa yang benar,
serta kemampuan berbicara dengan jelas dan efektif.
Suhendar (1992) mendefinisikan bahwa berbicara merupakan suatu proses dari pikiran dan
perasaan seseorang berubah wujud menjadi tindakan ujaran oleh alat bicara pada manusia.
Berbicara dalam keterampilan berbahasa Indonesia tidak sama dengan mengobrol. Mengobrol
adalah ujaran yang tidak disiapkan sedemikian rupa dan tanpa konsep gagasan yang jelas.
Sedangkan berbicara adalah kecakapan seseorang dalam menyampaikan gagasan. Terutama
gagasan tersebut disampaikan pada keadaan yang resmi atau formal.

8
Seseorang dapat dikatakan memiliki keterampilan berbicara apabila orang tersebut memiliki
kemampuan mengujarkan gagasan atau konsep yang dapat diambil manfaatnya oleh orang lain
atau audiens. Maka, yang perlu diperhatikan dalam keterampilan berbicara adalah situasi dalam
berbicara. Mulyati (2018) memaparkan bahwa seseorang perlu memahami situasi pembicaraan
dengan saksama, baik situasi pembicaraan interaktif, semiinteraktif, dan noninteraktif.
Situasi pembicaraan interaktif merupakan keadaan pembicaraan yang berlangsung dua arah.
Ada interaksi antara kedua pembicara. Dalam interaksi terjadi dialog. Misalnya, pembicaraan
langsung secara tatap muka, diskusi, musyawarah, rapat dan kegiatan pembincaraan lain yang
dilakukan secara langsung bertatap muka. Contoh lain adalah pembicaraan langsung melalui
telpon seluler atau smartphone. Meskipun tidak tatap muka secara langsung, tetapi antara
keduanya ada interaksi yang terjadi. Sehingga keduanya saling memahami maksud dari
pembicaraan yang dilakukan.
Situasi berikutnya adalah kegiatan berbicara semiinteraktif. Kegiatan berbicara
semiinteraktif adalah kegiatan berbicara pada situasi langsung, tetapi berjalan satu arah.
Pembicara aktif berbicara, sedangkan lainnya menyimak pembicaraan narasumber atau
pembicara. Misalnya adalah seorang khotib yang sedang berkhutbah, juru kampanye yang
berorasi, tokoh negara berpidato di khalayak umum, penyampaian aspirasi oleh orator, dan
sebagainya. Oleh karena pembicaraan berlangsung searah, maka orang yang menyimak tidak
dapat melakukan interaksi langsung, baik bertanya, menyangggah, dan menyela atau interupsi.
Dan terakhir, berbicara bersifat noninteraktif. Artinya pada kegiatan berbicara ini sama
sekali tidak ada interaksi dan tidak bertatap muka langsung. Antara pembicara dan yang
menyimak dibatasi oleh media tertentu. Antara keduanya bisa jadi juga tidak saling mengenal,
belum pernah bertemu sebelumnya, dan bahkan tidak pernah tahu wujudnya secara nyata. Sebab,
memang belum pernah ditemui. Biasanya, kegiatan berbicara ini disampaikan oleh media audio
maupun audio visual. Misalnya, pidato presiden yang disiarkan oleh stasiun televisi, ceramah
ustad di you tube, pidato pejabat negara di radio dan sebagainya.
3. Membaca (Reading)
Membaca adalah kemampuan untuk memahami teks tertulis. Ini termasuk memahami kata-
kata, frasa, kalimat, dan teks secara keseluruhan. Membaca memungkinkan individu untuk
mengakses informasi, belajar, dan berinteraksi dengan tulisan. Kegiatan membaca adalah proses
yang dilakukan seseorang untuk memperoleh pesan melalui bahan bacaan yang disampaikan
oleh penulis (Tarigan 2008).
Kecakapan membaca tergolong keterampilan yang bersifat aktifreseptif. Artinya adalah
kegiatan membaca oleh pembaca dapat dikembangkan secara tersendiri. Kecakapan yang
terpisah dari keterampilan menyimak dan berbicara. Mulyati (2018) membagi keterampilan
membaca ini ke dalam dua klasifikasi, antara lain: pertama, membaca permulaan. Yaitu
kemampuan mengenal, mengetahui dan memahami huruf. Bukan saja mengenal bentuk huruf
saja. Tetapi secara fonologis, ia mampu membunyikannya dengan tepat. Tahapan membaca ini
lebih menekankan pada kemampuan melafalkan lambang bunyi bahasa huruf. Kedua, membaca
lanjutan. Membaca lanjutan artinya adalah kemampuan membaca wacana. Pembaca bukan saja

9
mengenali lambang tulis dan dapat melafalkannya dengan tepat. Tetapi yang lebih ditekankan
adalah pembaca juga memahami isi bacaan tersebut. Pembaca dapat mengambil manfaat dan
kesimpulan dari apa yang dibacanya.
4. Menulis (Writing)
Menulis adalah kemampuan untuk mengungkapkan pikiran, ide, dan informasi melalui teks
tertulis. Ini melibatkan penggunaan tata bahasa yang benar, pengejaan yang tepat, serta
kemampuan untuk menyusun kalimat dan paragraf yang koheren.
Keterampilan menulis merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat aktifproduktif.
Keterampilan berbahasa yang menunjukkan aktifnya seseorang dan menghasilkan tulisan. Oleh
karena itu Mulyati (2018) memaparkan bahwa keterampilan ini dipandang sebagai keterampilan
berbahasa yang paling rumit dan kompleks. Dibandingkan dengan keterampilan berbahasa
lainnya, keterampilan menulis menempati hirarki keterampilan berbahasa yang paling sulit.
Seseorang yang bisa menulis, belum tentu memiliki keterampilan menulis yang memadai.
Menulis merupakan proses menuangkan dan mengembangkan ide, pikiran, gagasan, dan
keinginan tersembunyi dalam perasaan ke dalam struktur tulisan yang sistematis, logis, teratur.
Mulyati (2018) memaparkan bahwa keterampilan menulis diklasifikasikan ke dalam dua
kategori, yaitu: Pertama, menulis permulaan. Artinya adalah penulis tidak menuangkan ide atau
gagasan secara mendalam yang benar-benar lahir dari pikirannya. Tetapi ia hanya menyalin
(menuliskan atau mencontoh) suatu gambar atau lambang bunyi bahasa ke dalam wujud
lambang-lambang tertulis atau tekstual. Ia sebagai penulis hanya dapat mencontoh wujud suatu
lambang tulis yang dirangkai menjadi kata dan kalimat. Biasanya, menulis permulaan dilatihkan
pada siswa yang baru masuk sekolah di kelas rendah. Oleh karena erat hubungannya, maka
kegiatan menulis permulaan seringkali dilakukan bersamaan dengan kegiatan membaca
permulaan. Kedua, menulis lanjutan. Pada kegiatan menulis lanjutan, sesungguhnya merupakan
aktivitas menuangkan idedan gagasan dalam bentuk tertulis melalui bahasa tulis.
Contoh Aspek Keterampilan Berbahasa:
• Mendengarkan: Ketika seseorang mendengarkan cerita audio dan memahami cerita
tersebut dengan baik.
• Berbicara: Ketika seseorang memberikan presentasi lisan tentang topik tertentu dan
berkomunikasi dengan jelas kepada audiens.
• Membaca: Ketika seseorang membaca buku dan memahami isi teks tersebut.
• Menulis: Ketika seseorang menulis esai atau laporan yang mengkomunikasikan ide-ide
dengan baik dan benar dalam bentuk tulisan.
Keterampilan berbahasa sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam konteks
sosial maupun akademis. Mereka memungkinkan kita untuk berkomunikasi, belajar, berbagi
pengetahuan, dan berpartisipasi dalam berbagai aktivitas. Pengembangan keterampilan berbahasa
yang baik dan benar membantu individu menjadi komunikator yang lebih efektif dan memahami
bahasa dengan lebih baik.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bahasa yang baik dan benar adalah bahasa yang maknanya dapat dipahami dan sesuai
dengan situasi pemakaiannya, serta tidak menyimpang dari kaidah yang telah ditetapkan. Dalam
konteks bahasa Indonesia, baik dan benar tidak selalu identik dengan bahasa baku, karena
penggunaan bahasa harus disesuaikan dengan situasi dan konteks komunikasi.
Aspek-aspek keterampilan berbahasa, yaitu mendengarkan/menyimak (listening), berbicara
(speaking), membaca (reading), dan menulis (writing). Mendengarkan adalah kemampuan
seseorang untuk aktif mendengarkan apa yang dikatakan oleh orang lain. Berbicara adalah
kemampuan untuk mengkomunikasikan pikiran, ide, dan informasi secara lisan kepada orang
lain. Membaca adalah kemampuan untuk memahami teks tertulis. Menulis adalah kemampuan
untuk mengungkapkan pikiran, ide, dan informasi melalui teks tertulis.

B. Saran
Untuk perbaikan makalah ini kritik dan saran sangat diharapkan agar kedepannya lebih
baik lagi dalam pembuatan makalah.

11
DAFTAR PUSTAKA

Ali Harsojo, 2023.https://www.gurusiana.id/keterampilan-berbahasa-indonesia


Dr. Felicia N. Utorodewo, 2020.https://mentarigroups.com/blog/bahasa-indonesia-yang-baik-
dan-benar/
Fath Putra Mulya,2022.https://www.goodnewsfromindonesia.id Pentingnya Empat Keterampilan
Berbahasa
Kuswatun kasanah, Muzakki amin, 2013.http://bagongmendem.blogspot.com/2013/01/makalah-
bahasa-indonesia-yang-baik-dan.html?m=1
Lamuddin, Finoza. Komposisi bahasa indonesia.Jakarta: Diksi insan mulia1993
Martamarisa, 2013.https://martamarisa53.wordpress.com/2013/10/07/pengertian-bahasa-aspek-
bahasa-dan-fungsi-bahasda
Putri oktavia, htt://www.academia.edu bahasa indonesia yang baik dan benar
Rima Ls, 2018.https://www.academia.edu..(DOC) MAKALAH B. INDONESIA
Uin Sgd Bandung,2019 https://academia.edu/37723958/Makalah_bahasa_yang_baik_dan_benar
Universitas Bengkulu. 2020.https://www.studocu.com/id/document/universitas-bengkulu/bahasa-
indonesia/makalah-bahasa-yang-baik-dan-benar/48132024

12

Anda mungkin juga menyukai