Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH KEREDAKSIAN DAN PENERBITAN

Disusun Oleh:

Meli Jumiyati
A1A019043

Mata Kuliah : Keredaksian dan Penerbitan


Dosen Pembimbing : Dr. Amril Chanras, M.Hum

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Keredaksian dan
Penerbitan”.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas bapak
Amril Chanras pada mata kuliah Keredaksian dan Penerbitan. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang Keredaksian dan Penerbitan bagi para pembaca
dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Amril Chanras, selaku Dosen
pada mata Keredaksian dan Penerbitan, yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang penulis tekuni.
Penulis menyadari, makalah yang di tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Bengkulu, 5 September 2022

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang

Pers merupakan salah satu institusi sosial yang memiliki fungsi yang cukup signifikan
sehingga didefinisikan sebagai lembaga kontrol. Fungsi pers itu dapat diwujudkan secara
maksimal apabila kebebasan pers dijamin. Pers yang terjamin kebebasannya sebagai
prasyarat untuk dapat berfungsi maksimal, bertanggung jawab atas semua informasi yang
dipublikasikan tidak kepada negara. Sebelum menerbitkan suatu berita perlu adanya suatu
sebuah struktur dan mekanisme yang terdapat di dalam pengelolaan berita.

Dalam dunia pers dikenal suatu istilah keredaksian. Keredaksian adalah sekelompok
jajaran yang bekerja sma dengan proses rapat redaksi untuk memutuskan peristiwa dan berita
apa yang layak diterbitkan atau diangkat, dan mana berita atau peristiwa yang tidak layak
atau ditangguhkan untuk diterbitkan atau tidak.

Dalam memproduksi suatu penerbitan pers, masing-masing bidang mempunyai


tanggung jawab, peran serta tujuan yang sama. Untuk itu, manajemen penerbitan pers harus
mampu menciptakan, memelihara dan menerapkan sistem kerja yang proporsional dengan
menumbuh kembangkan rasa kebersamaan diantara sesama personil. Untuk kepentingan itu,
diperlukan suatu tatanan kerja dalam organisasi perusahaan penerbitan pers.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian keredaksian dan Penerbitan?

2. Bagaimana struktur pengelolaan organisasi pers ?

3. Bagaimana susunan manajemen redaksional ?

4. Apa sajakah tugas dan tanggung jawab redaksi ?

5. Bagaimanakah penyuntingan bentuk, isi, dan bahasa dalam redaksi ?


C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian keredaksian dan Penerbitan

2. Untuk mengetahui struktur pengelolaan organisasi pers.

3. Untuk memenuhi susunan manajemen redaksional.

4. Untuk mengetahui tugas dan tanggung jawab redaksi.

5. Untuk mengetahui penyuntingan bentuk, isi, dan bahasa dalam redaksi.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Keredaksian dan Penerbitan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), redaksi adalah badan yang memilih
dan menyusun tulisan yang akan yang akan dimasukkan ke dalam media. Sedangkan menurut
Septiawan Santana (2005), redaksi adalah sebuah struktur dan mekanisme yang terdapat di
dalam pengelolaan media massa. Redaksi memiliki tanggung jawab dalam urusan suatu berita
pantas dipublikasikan atau tidak. Redaksi merupakan sisi ideal sebuah media atau penerbitan
pers yang menjalankan, visi, misi, atau idealism media. Redaksi ialah bagian atau
sekumpulan orang dalam sebuah organisasi perusahaan media massa (cetak, elektronik,
online) yang bertugas untuk menolak atau mengizinkan pemuatan sebuah tulisan atau berita
melalui berbagai pertimbangan, di antaranya ialah bentuk tulisan berupa berita atau bukan,
bahasa, akurasi, dan kebenaran tulisan.

Keredaksian adalah sekelompok jajaran yang bekerja sama dengan proses rapat
redaksi untuk memutuskan peristiwa dan berita apa yang layak diterbitkan atau diangkat, dan
mana berita atau peristiwa yang tidak layak atau ditangguhkan untuk diterbitkan atau tidak.
Keredaksian merupakan bagian dari redaksi yang mengurus pencarian dan pelaporan berita.

Sedangkan istilah penerbitan atau publishing merupakan produksi dan distribusi


informasi dalam bentuk cetak yang ditujukan untuk publik. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, penerbitan diartikan sebagai proses, cara atau pembuatan menerbitkan. Makna
penerbitan adalah pekerjaan menerbitkan (buku dan sebagainya). Menurut Hasan Pambudi
(1981), penerbitan adalah kegiatan mempublikasikan kepada umum, kepada khalayak ramai
kata dan gambar yang telah diciptakan oleh orang-orang kreatif kemudian disunting oleh
penyunting yang selanjutnya digandakan oleh bagian percetakan. Berdasarkan definisi di
atas, maka dapat disimpulkan bahwa penerbitan adalah pekerjaan menerbitkan informasi
dalam bentuk cetak yang ditujukan untuk khalayak umum.
B. Manajemen Pengelolaan Pers

Menurut Schoderber, Cosier, dan Aplin manajemen adalah suatu proses untuk
mencapai tujuan organisasi melalui pihak lain. Sementara itu, Stoner mendefinisikan
manajemen sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan
usaha-usaha anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi untuk mencapai
tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Menurut Siregar dalam Fajar Junaedi , manajemen
media massa diartikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari bagaimana mengelola media
dengan prinsip-prinsip dan seluruh proses manajemennya dilakukan, baik terhadap media
sebagai industry yang bersifat komersial atau sosial, maupun media sebagai institusi
komersial ataupun institusi sosial.

Junaedi menyatakan bahwa manajemen media harus memberikan pengetahuan


tentang pengelolaan media, prinsip-prinsip manajemen media dengan seluruh proses
manajemen yang ututh, dimana ini meliputi berbgaai funhgsi manajemen, dalam manajemen
modern hal itu sering disingkat POAC:

1. Fungsi perencanaan (planning)

2. Fungsi pengorganisasian (organizing)

3. Fungsi pelaksanaan ( actuating)

4. Fungsi pengontrolan (controlling)

Handoko menyatakan setidaknya ada beberapa alasan menempatkan manajemen dalam


posisi penting dalam media, yaitu manajemen diperlukan untuk mencapai tujuan, manajemen
dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan antara tujuan, sasaran, dan kegiatan yang saling
bertentangan dari pihak-pihak yang berkepentingan, dan manajemen diperlukan dalam rangka
mencapai efisien dan egektivitas.
C. Susunan Manajemen Redaksional

Dalam sebuah redaksional terdapat susunan organisasi agar proses keredaksian dapat
berjalan dengan lancar. Setiap bagian memiliki tanggung jawab masing-masing dalam proses
keredaksian. Berikut ini contoh susunan manajemen redaksional.

1. Pimpinan umum

a) Bertanggung jawab menjalankan organisasi perusahaan secara keseluruhan.

b) Memegang otoritas tertinggi dari seluruh kegiatan yang ada di perusahaan.

c) Membawahi semua lingkup unit (lingkup keredaksian maupun perusahaan).

d) Pada kondisi tertentu tetap menjalankan fungsi kewartwanan dalam porsi yang
disesuaikan.

e) Pemimpin umum dibantu oleh seorang pemimpin redaksi dan seorang pemimpin
perusahaan juga disebut tangan kiri dan tangan kanan pemimpin umum

2. Redaksi pemimpin

a) Orang yang memiliki otoritas tertinggi di redaksi

b) Bertanggung jawab menjalankan organisasi keredaksian sehari-hari

c) Pada saat tertentu juga menjalankan fungsi kewartawanan dalam porsi yang
disesuaikan.

d) Bertugas melakukan pengawasan dan pembinaan pada unit kerja yang berada
dibawahnya(redaktur pelaksana, koordinatr peliputan, manajer produksi, para redaktur
wartawan, layouter, desain grafis, hingga tenaga pracetak)

e) Bertanggung jawab pada pemimpin umum.


3. Manajer produski

a) Penguasa tertinggi pada saat produksi

b) Membawahi pengelola halaman, editor, layouter, dan tenaga pra cetak

c) Bertanggung jawab untuk memastikan bahwa produksi yang dibuat akan laku
dipasaran sekaligus aman.

d) Menangani administrasi agenda keredaksian dan perencanaan peliputan, serta


bertanggung jawab pada pemred dan redpel

e) Bertanggung jawab menjalankan organisasi keredaksian sehari-hari.

f) Memegang otoritas dan garis komando (line command) keredaksian.

g) Membawahi semua unit divisi redaksi

h) Pada kondisi tertentu tetap menjalankan fungsi kewartawanan dalam prosi yang
disesuaikan

i) Melakukan pengawasan dan pembinaan pada unit kerja dibawahnya.

j) Bertanggung jawab pada pemimpin umum

4. Sekrtetaris redaksi

a) Bertanggung jawab atas perencanaan, pengadaan, pengembangan, dan keuangan


redaksi.

b) Bertanggung jawab atas pengadaan tenaga di redaksi serta sarana pendukungnya.

c) Penyelenggaraan kegiatan monitoring, prestasi wartawan serta membuat evaluasi


hasil kerja wartawan atau koresponden

d) Bertugas menyampaikan berbagai informasi dan perkembangan, baik dalam maupun


di luar redaksi pada pemred dan redpel

e) Bertugas mengatur, meyelenggaraan dan menghadiri rapat-rapat redaksi.


5. Redaktur pelaksana

a) Bertanggung jawab atas kegiatan operasional redaksi sehari-hari.

b) Membawahi dan mengoordinasikan kegiatan bebrapa unit manajerial di bawahnya,


seperti coordinator peliputan, manajer produksi, sekretaris redaksi.

c) Manjabarkan dan mengawasi pelaksaan konsep media dan yang telah digariskan
dalam perencanaan peliputan, penulisan hingga penyajiannya.

d) Menyusun rencana kerja redaksi per 4 bulan, 6 bulan, dan atau per tahun.

e) Bertanggung jawab atas perencanaan dan pengembangan tenaga di redaksi.

f) Menyelenggarakan rapat evaluasi di anatara beberapa unit manajerial yang


dibawahinya, setidaknya sekali dalam seminggu, atau sebulan atau dalam batas waktu
yang disepakati

g) Pada kondisi tertentu, tetap menjalankan fungsi kewartawanan dalam porsi yang
disesuaikan.

h) Melakukan pengawasan dan pembinaan pada unit kerja dibawahnya.

i) Bertanggung jawab pada pemimpin redaksi.

6. Koordinator liputan

a) Bertanggung jawab terhadap liputan seluruh desk/ bidang/halaman.

b) Menyusun perencaan peliputan Bersama redaktur, baik pelipiutan sehari-hari,


mingguan, bulanan, atau 6 bulanan.

c) Menjabarkan dan mengawasi pelaksaan konsep media yang telah ditentukan sejak
perencanaan peliputan, serta memperkaya visi redaktur dan reporter.

d) Dalam kondisi tertentu, dimana redaktur berhalangan wajib menjalankan fungsi


redaktur setelah terlebih dahulu berkonsultasi dengan redaktur pelaksanaan, pemred tau
yang mewakilinya.
e) Menyelenggarakan rapat evaluasi dengan para redaktur paling tidak 2 minbgu sekali.

f) Pada kondisi tertentu, tetap menjalankan fungsi kewartawanan dalam porsi yang
disesuaikan.

g) Menjalankan fungsi pengawasan dan pembinaan pada unit kerja yang dibawahinya.

h) Bertanggung jawab pada redaktur pelaksanaan.

7. Redaktur foto

a) Melaksanakan tugas koordinasi dengan para fotografer

b) Bersama koordinatir peliputan dan atau manajer produksi membuat perencanaa foto
untuk master tiap halaman.

c) Bersama redaktur bidang ikut membuat perencaan pembuatan foto-foto, baik sebagai
pendukung liputan maupun foto lepas.

d) Wajib mengikuti rapat budgeting dan melaporkan hasil foto yang diperoleh.

e) Wajib memenuhi permintaan foto baik dari redaktur bidang, manprod, korpil,
maupun redpel.

f) Menyelenggarakan rapat evaluasi Bersama redpil dan redpel mengenai hasil foto
yang diperoleh secara berkala.

g) Menyelenggarakan rapat koordinasi dengan bagian dokumentasi terkait pengarsipan


foto-foto yang diperoleh.

h) Bertanggung jawab pada korpil.

i) Wajib melengkapi dan menyempurnakan bahan-bahan tulisan yang diperoleh dari


lapangan dengan bahan atau dokumentasi kepustakaan.

j) Wajib semaksimal mungkin membersihkan tulisan yang dibuatnya dari kesalahan


ketik, penalaran, dan logika.
k) Jika diminta, wajib mendampingi redaktur pada saat editing. Jika mengetahui ada
peristiwa atau informasi penting, baik dibidang yang digarap maupun di liuar bidang
yang ia garap, wajib melaporakannya pada redaktur atau korlip pada kesempatan
pertama.

l) Bertanggung jawab pada redaktur bidang masing-masing.

8. Repoter dan koresponden

a) Melakukan kegiatan reportase dan menuliskannya sesuai dengan konsep media yang
telah ditentukan bai katas inisiatif sendiri maupun penugasan dari redaktur bidang atau
coordinator peliputan.

b) Membuat perencanaan peliputan baik harian, mingguan, maupun bulanan dan


mengajukannya pada direktur bidang masing-masing.

c) Wajib mengikuti proyeksi yang dilakukan redaktur.

d) Wajib mempelajari dan menambah wawasan mengenai topik masalah yang akan
diliput dengan berkonsultasi terlebih dahulu dengan redaktur bidang masing-masing.

e) Wajib mendaftarkan atau melaporkan berkembangan hasil di lapangan pada redaktur.


Untuk hal-hal tertentui, pelaporan perkembangan dilakukan jam demi jam atau bahkan
lebih sering.

f) Wajib berkonsultasi dengan direktur masing-masing terkait hasil liputan di lapangan.


Hal-hal yang dikonsultasikan meliputi pemilihan angel, lead, bentuk penyajian,
kebutuhan grafis, ilustrasi dan hal teknis lainnya.

9. Dewan redaksi

Posisi dewan redaksi umumnya berada di bawah pemimpin redaksi, namun pemimpin
redaksi tidak memiliki alur komando kepada dewan redaksi. Dewan redaksi umumnya terdiri
dari pemimpin redaksi, wakil pemimpin redaksi, redaktur pelaksana, coordinator peliputan,
manajer produksi dan beberapa lainnya yang dipilih oleh pemred karena keahliannya. Dewan
redaksi bertugas memberikan masukan dan arahan terutama yang terkait kebijakan
redaksional untuk kemudian di laksanakan oleh jajaran redaksi.
Keredaksian menyangkut organisasi dalam sebuah media massa. Umumnya susunan
keredaksian dimulai dari pimpinan redaksi, pemimpin redaksi, wakil pemimpin readksi,
sekretaris redaksi, redaktur pelaksana, redaktur reporter, koresponeden, dan fotografer.
Mereka semua adalah wartawan atau pekerja pers yang masing-masing memiliki tugas dan
fungsi sesuai kedudukannya. Artinya semua yang termasuk dalam keredaksian bisa disebut
sebagai wartwan. Koresponden dan contributor belum sepenuhnya dianggap sebagai
wartawan karena mereka pada dasarnya berada diluar keredaksian dan ditugaskan diluar
daerah.

Berikut urutan keredaksian sebuah media jurnalistik :

1. Pimpinan umum : orang yang bertanggung jawab secara umum terhadap media yang
dipimpinnya, mulai dari keredaksian sampai manajemen.

2. Pemimpin redaksi: orang yang bertindak sebagai kepla editor, bertanggung jawab
terhadap kereedaksian semata, bukan manajemen. Terbit dan tidaknya sebuah media
tergantung pada tanggung jawab pemimpin redaksi.

3. Wakil pemimpin redaksi : orang yang bertanggung jawab terhadap pemimpin


redaksi, membantu pemimpin redaksi dalam hal manajemn keredaksian, bukan
manajemen perusahaan.

4. Sekretaris redaksi : orang yang bertanggung jawab terhadap administrasi


keredaksian, tidak sepenuhnya menjadi editor.

5. Redaktur pelaksana : orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan


keredaksian jurnalistik, mulai mempersiapkan rapar-rapat keredaksian sampai
,mengontrol kesiapan terbit berita pada setiap desk.

6. Redaktur: editor, yakni bertanggung jawab terhadap penuntingan berita. Biasanya


ada pembagian desk editor, misalnya redaktur opini, redactor seni, redactor olahraga,
dan lain-lain.

7. Reporter: orang lapangan, pencari dan pengumpul informasi, lalu melapporkan


informasi tersebut dalam bentuk berita kepada redaktur masing-masing.
8. Fotografer: orang pers yang bertanggung jawab terhadap ketersediaan foto-foto
penunjang berita. Di Indonesia, reporter biasa bertindak sekaligus fotografer, meskipun
pada beberapa media besae tersedia fotografer khusus yang senantiasa selalu siap saat
ditugaskan oleh redaksi.

D. Tugas dan Tanggung Jawab Organisasi Pers

1) Pemimpin Redaksi

Pemimpin redaksi adalah orang pertama bertanggung jawab terhadap semua isi
penerbitan pers. Dalam Undang-Undang Pokok Pers, Pemimpin redaksi bertanggung jawab
jika ada suatu tuntutan yang disebabkan oleh isi dari penerbitan. Tetapi dalam prakteknya,
pemimpin redaksi bisa mendelegasikan kepda pihak lain yang ditunjuknya.

Pada orde baru, pemimpin redaksi mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap
pencantuman namanya dalam surat izin usaha penerbitan pers atau disingkat dengan SIUPP.
Artinya, ketika suatu perusahaan pernebitan ingin menganti nama atas SIUPP yang baru
maka harus membatalkan SIUPP lama. Sehingga, pemimpin redaksi memiliki kekuasaan
mutlak terhadap perusahaan penerbitan. Bahkan, pemimpin redaksi bisa mengajukan
keberatan kepada Menteri Penerangan (yang memberikan SIUPP) untuk mencabut SIUPP
apabila merasa tidak sesuai. Selain itu, pada masa ini menjadi pemimpin redaksi harus
anggota persatuan wartawan Indonesia (PWI) dan mendapatkan rekomendasi dari organisasi
profesinya. Tetapi, pada orde reformasi, terdapat perubahan pada sistem pemberian SIUPP,
dimana perusahaan yang ini melakukan penerbitan tidak perlu mencantumkan nama
pemimpin redaksinya sebagai pemegang SIUPP. Dengan demikian, pemimpin redaksi bisa
digantikan setiap saat. Selai itu juga, syarat menjadi pemimpin redaksilebih mudah daripada
pada orde baru, dimana setiap orang memiliki peluang menjadi pemimpin redaksi asalkan
mengerti dan memahami tanggung jawab atas isi penerbitannya.

Tugas utama pemimpin redaksi adalah mengendalikan kegiatan keredaksian di


perusahaannya, meliputi :

a) Penyajian berita

b) Penentuan liputan
c) Pencarian fokus pemberitaan topik

d) Pemilihan berita utama (head line)

e) Berita pembuka halaman

f) Menugaskan atau membuat sendiri tajuk

Pemimpin redaksi dalam melaksanakan tugasnya dapat dibantu oleh bebrapa tenaga
lain, diantaranya :

a) Redaktur pelaksana (Managing editor)

b) Redaktur halaman (Editor)

c) Asisten redaktur (Subeditor)

2) Sekretaris Redaksi

Sekretaris redaksi adalah pembantu pemimpin redaksi dalam hal administrasi


keredaksiaonalan. Misalnya menerima surat-surat dari luar yang menyangkut
keredaksionalan. Adapun tugas dari sekretaris redaksi diantaranya :

a) Menata dan mengatur undangan dari instansi, perusahaan, atau lembaga yang
berkaitan dengan pemberitaan

b) Menghubungi sumber berita atau instansi untuk pendaftaran, konfirmasi, atau


pembatalan undangan, wawancara, dan kunjungan kerja

c) Menyimpan salinan kartu pers dan foto untuk mensupport kebutuhan kerja para
wartawan dalam meliput satu acara yang mengharuskan membuat tanda pengenal

d) Menyediakan peralatan kerja redaksi

e) Menata keperluan keuangan redaksi: uang perjalanan, uang saku, uang rapat;

f) Mengatur jadwal rapat redaksi.


3) Redaktur Pelaksana

Redaktur pelaksana adalah jabatan yang dibentuk untuk membantu pemimpin redaksi
dalam melaksanakan tugas-tugas keredaksionalannya bersifat teknis. Dalam pelaksanaannya,
tugas sehari- hari redaktur pelaksana mengatur pelaksanaan tugas sesuai dengan digariskan
oleh pemimpin redaksi. Dalam keadaan tertentu, redaktur pelaksana bisa membebankan tugas
kepada para redaktur halaman (editor) sesuai dengan bidangnya masing-masing. Tanggung
jawab redaktur pelaksana adalah langsung kepada pemimpin redaksi.

4) Redaktur

Redaktur (editor) adalah petugas yang bertanggung jawab terhadap isi halaman surat
kabar. Terdapat dua sebutan untuk redaktur, yaitu redaktur halaman atau redaktur bidang.
Keduanya sama, yang membedakan hanya sebutannya saja. Banyaknya redaktur pada tiap
penerbitan pers tergantung dengan banyaknya halaman atau bidang yang disajikan oleh
penerbitan pers itu.

Tugas redaktur adalah menerima bahan berita, baik dari kantor berita, wartawan,
koresponden, atau bahkan press release dari lembaga, organisasi, instansi pemerintah, atau
perusahaan swasta. Bahan berita itu kemudian diseleksi untuk dipilih mana yang layak untuk
dimuat dengan segera dan mana yang bisa ditunda pemuatannya.

Karena banyaknya bahan berita yang diterima oleh redaktur setiap harinya maka
seorang redaktur dibantu oleh asisten yang biasanya disebut dengan subeditor. Subeditor
inilah yang mengedit kata demi kata dari bahan berita yang diterimanya, untuk dikemas dan
dijadikan berita yang sesuai gaya pemberitaan penerbitannya. Tugas asisten redaktur hanya
sebatas mengedit, memberi tambahan data, dan literatur agar sesuai dengan gaya penulisan
pada penerbitannya. Wewenang dimuat atau tidaknya suatu berita tetap berada pada redaktur
setelah mendapatkan persetujuan dari pemimpin redaksi.

5) Wartawan

Wartawan atau reporter adalah seseorang yang bertugas mencari, mengumpulkan dan
mengolah informasi menjadi berita, untuk disiarkan melalui media massa. Dari status
pekerjaannya, wartawan dibedakan menjadi tiga. Wartawan tetap, wartawan pembantu, dan
wartawan lepas (freelance). Wartawan tetap artinya wartawan yang bertugas di satu media
massa (cetak atau elektronik) dan diangkat menjadi karyawan tetap di perusahaan itu. Istilah
karyawan tetap adalah mereka mendapat gaji tetap, tunjangan, bonus, fasilitas kesehatan, dan
sebagainya serta diperlakukan sebagaimana karyawan lainnya dengan hak dan kewajiban
yang sama.

Wartawan pembantu adalah wartawan yang bekerja di satu perusahaan pers (cetak
atau elektronik), tetapi tidak diangkat sebagai karyawan tetap. Mereka diberi honorarium
yang disepakati, diberi surat tugas (kartu pers) serta bisa diberi tugas sesuai kemampuannya,
dan dapat mewakili penerbitannya bila meliput satu peristiwa. Tetapi mereka tidak
mendapatkan jaminan lain sebagaimana karyawan tetap.

Wartawan lepas adalah wartawan yang tidak terikat pada satu perusahaan media
massa baik cetak maupun elektronik. Mereka bebas mengirim beritanya ke berbagai media
massa. Jika berita atau tulisannya itu dimuat, mereka mendapatkan honorarium, tetapi jika
tidak dimuat, tidak mendapat imbalan apa-apa. Dalam perusahaan penerbitan pers, wartawan
merupakan ujung tombak dari usahanya. Mereka yang paling banyak mensuplai bahan berita
untuk penyajian berita iap harinya. Karena itu, biasanya seorang wartawan dilengkapi dengan
peralatan komunikasi yang bisa mendukung mempercepat tugasnya dalam mencari dan
mengirim berita.

Dulu seorang wartawan umumnya menenteng kamera karena berita yang disajikan
akan lebih menarik jika dilengkapi dengan gambar (foto). Sekarang tidak lagi, tugas
wartawan tulis lebih diutamakan pada kecepatannya mengirimkan berita yang sudah jadi.
Mereka harus menulis lebih dulu, sedangkan untuk urusan fotobisa ditugaskan orang lain.
Itulah sebabnya sekarang ada sebutan wartawan foto (fotografer) dan wartawan tulis
(reporter).

6) Koresponden

Koresponden (stringer) yang lebih dikenal dengan sebutan wartawan pembantu adalah
seseorang yang berdomisili di suatu daerah, diangkat atau ditunjuk oleh suatu penerbitan pers
di luar daerah atau luar negeri, untuk menjalankan tugas kewartawanannya, yaitu
memberikan laporan secara kontinyu tentang kejadian atau peristiwa yang terjadi di
daerahnya.
Tugas dan wewenang koresponden sama dengan wartawan tetap di suatu perusahaan
penerbitan pers. Ia mendapatkan fasilitas yang sama dan berhak mewakili penerbitannya
dalam kegiatan-kegiatan kewartawanan. Sistem pengiriman beritanya dilakukan dengan surat
menyurat (korespondensi). Itu sebabnya wartawan yang bertugas di daerah tersebut
mendapatkan sebutan koresponden. Jumlah koresponden antara satu penerbitan dengan
penerbitan lainnya berbeda. Ada penerbitan yang memiliki koresponden di setiap daerah,
tetapi ada juga yang hanya pada beberapa daerah besar saja.

E. Penyuntingan Bentuk, Isi, dan Bahasa

a) Pengertian Penyuntingan

Kata dasar sunting melahirkan bentuk turunan menyunting (kata kerja/verba),


penyunting (kata benda/nomina) dan penyuntingan (kata benda/nomina) (Alwi, dkk,
2001:1106).

Kata menyunting berarti (1) menyiapkan naskah siap cetak atau siap terbit dengan
memperhatikan segi sistematika penyajian, isi, dan bahasa (menyangkut ejaan, diksi, dan
struktur kalimat); mengedit, yaitu pekerjaan menyunting naskah yang betul-betul menjadi
naskah yang siap untuk dicetak memerlukan keterampilan khusus; (2) merencanakan dan
mengarahkan penerbitan (surat kabar, majalah); (3) menyusun atau merakit (film, pita
rekaman) dengan cara memotong-motong dan memasang kembali.

Penyunting merupakan (1) orang yang bertugas menyiapkan naskah siap cetak; (2)
orang yang bertugas merencanakan dan mengarahkan penerbitan media (massa) cetak; (3)
orang yang bertugas menyusun dan merakit film atau pita rekaman. Beberapa contoh
penggunaan kata penyunting adalah berikut ini. Penyunting bahasa berarti penyunting yang
menyempurnakan naskah dari segi bahasa (ejaan, diksi, dan struktur bahasa); pengedit
bahasa; editor bahasa. Penyunting pengelola berarti penyunting yang mempunyai tugas dan
wewenang mengelola dan melaksanakan kegiatan penyuntingan atau penyiapan naskah siap
cetak atau penyusunan dan perakitan film, pita rekaman atau perencanaan dan penerbitan
media massa cetak. Penyunting penyelia berarti orang (pemimpin) yang bertugas mengawasi
pelaksanaan kegiatan penyuntingan. Kata penyuntingan berarti proses, cara, perbuatan
menyunting atau sunting-menyunting. (Sunting-menyunting berarti perbuatan atau pekerjaan
menyunting).
Penyuntingan merupakan proses membaca, mencermati, memperbaiki naskah yang
telah dikirim seorang penulis naskah sehingga naskah tersebut siap untuk dimuat atau
diterbitkan oleh sebuah penerbitan. Pada media noncetak, penyuntingan merupakan proses
membaca, mencermati, memperbaiki naskah yang telah dikirim seorang penulis naskah
sehingga naskah tersebut siap untuk disiarkan dan ditayangkan oleh media audio dan visual.

b) Tujuan

Dalam dunia penerbitan di Indonesia, yakni media cetak, seperti buku, surat kabar,
majalah atau jurnal dikenal istilah penyunting (penyunting naskah). Dalam dunia penyiaran
pada media noncetak, seperti radio dan televisi juga dikenal istilah penyunting (penyunting
naskah). Istilah ini disepadankan dengan kata Inggris “editor” (dalam bahasa Latin editus,
edere yang berarti „menghasilkan atau mengeluarkan ke depan umum‟) atau redactor (dalam
bahasa Latin redigere „membawa kembali lagi‟). Kedua kata dalam bahasa Inggris tersebut
berarti „menyiapkan, menyeleksi, dan menyesuaikan naskah orang lain untuk penerbitan‟.
Dengan kata lain, penyunting merupakan orang yang mengatur, memperbaiki, merevisi,
mengubah isi, dan gaya naskah orang lain, serta menyesuaikannya dengan suatu pola yang
dibakukan, kemudian membawanya ke depan umum dalam bentuk terbitan (Rifai, 2004:86).
Pengertian tersebut lebih mengarah pada penerbitan media cetak. Sementara itu, untuk media
noncetak, seperti radio dan televisi, naskah yang sudah disunting sesuai dengan ketentuan
yang berlaku, kemudian dibawakan ke depan umum bukan dalam bentuk terbitan, tetapi
tayangan atau siaran.

Di bawah ini merupakan tugas penyunting naskah yang diambil dari pendapat Eneste
(2005) dengan sedikit perubahan, yakni:

 Menyunting naskah dari segi kebahasaan, misalnya ejaan dan penulisannya, tata
istilah dan penulisannya, diksi, struktur kalimat (mechanical editing), dan isi materi
(substansial editing);
 Memperbaiki naskah dengan persetujuan penulis;
 Membuat naskah menjadi lebih mudah dan enak dibaca serta tidak membuat pembaca
bingung (memperhatikan keterbacaan);
 Membaca dan mengoreksi cetak coba (proof).
Dari pengertian dan tugas penyunting di atas dapat dirumuskan tujuan penyuntingan, baik
untuk media cetak maupun noncetak adalah berikut ini :

 Membuat naskah bersih dari kesalahan kebahasaan dan isi materi dengan
persetujuan penulis naskah.
 Membuat naskah yang akan dimuat, diterbitkan atau disiarkan dan
ditayangkan lebih mudah dan enak dibaca sehingga memudahkan pembaca
(pendengar untuk siaran radio dan penonton untuk tayangan televisi)
menangkap isi tulisan, siaran atau tayangan.
 Menjadi jembatan (mewakili penerbit atau penyelenggara program siaran)
yang dapat menghubungkan ide dan gagasan penulis dengan pembaca,
pendengar, dan penonton.
 Dalam salah satu butir kode etik penyuntingan, tujuan penyuntingan ditulis
adalah “tujuan utama pekerjaan seorang penyunting naskah adalah mengolah
naskah hingga layak terbit sesuai dengan ketentuan yang diberlakukan (yang
digariskan) dan dipersyaratkan oleh penerbit” jika dalam media noncetak
adalah mengolah naskah hingga layak siar dan tayang, terutama untuk siaran
atau tayangan tertentu.

c) Manfaat

Penyuntingan merupakan pekerjaan yang melibatkan 3 komponen, yakni penerbit


(penyelenggara program siaran), penulis, dan pembaca. Penyuntingan diperlukan untuk
menjembatani ketiga pihak tersebut. Artinya, penyuntingan diperlukan oleh ketiga pihak
tersebut. Manfaat penyuntingan bagi 3 komponen tersebut yaitu :

o Penerbit (Penyelenggara Program Siaran)


 Manfaat penyuntingan yang diperoleh pihak penyelenggara program siaran radio dan
televisi adalah memberi kepuasan atau layanan yang baik bagi pendengar dan
penonton; menjaga kualitas dan citra suatu siaran serta menunjukkan kekhasan dan
keunikan program siaran yang diselenggarakan yang membedakan dengan program
siaran yang disajikan oleh stasiun radio maupun televisi yang lain.
o Penulis
 agar ide atau gagasan yang disampaikan melalui tulisan dapat dengan mudah dicerna
dan ditangkap pembaca. Dalam hal ini terdapat dua pihak yang saling berhadapan,
yakni penulis dan pembaca, yang dimungkinkan memiliki perbedaan “selera”.
Melalui proses penyuntingan inilah selera kedua belah pihak tersebut didekatkan;
 melalui proses penyuntingan diharapkan hasilnya objektif sehingga dapat
menjembatani keinginan penulis dan pembaca (atau pendengar dan penonton untuk
media noncetak). Terkait dengan ini, penyuntingan yang dilakukan oleh penyunting
yang profesional diperlukan. Hasil penyuntingan yang dilakukan oleh orang lain
(penyunting) tentu lebih objektif dan baik dibandingkan jika dilakukan oleh
penulisnya sendiri;
 proses penyuntingan merupakan usaha mempertemukan dua kepala, yakni penulis dan
penyunting, yang mungkin berbeda sama sekali, untuk menemukan “kesepakatan”
dan “kebaikan” bersama. Proses penyuntingan memungkinkan masukan-masukan
bagi penulis yang datang dari penyunting yang sebelumnya tidak terpikirkan oleh
penulis.
o Pembaca
 Pembaca yang membaca tulisan yang dimuat atau diterbitkan oleh penerbit tertentu
dan pembaca akhirnya mengetahui serta memahami gaya selingkung sebuah
penerbitan. Bukan berarti melalui proses penyuntingan “ciri khas” penulis hilang
sepenuhnya. “Ciri khas” penulis tetap tampak dalam karyanya meskipun sudah
disunting oleh penyunting. Tetapi juga, “ciri khas” penerbit juga tampak dari hasil
penyuntingan itu
 Pembaca lebih mudah menangkap ide dan gagasan penulis melalui siaran maupun
tayangan yang dinikmati.

d) Penyuntingan Bahasa, Isi dan Format

Secara khusus penyuntingan bahasa ilmiah pada artikel, terutama yang akan dimuat
pada jurnal ilmiah, dipilah menjadi 4 aspek (Mukhadis, 2003: 60-76), yakni :

 penyuntingan isi,
 penyuntingan bahasa,
 penyuntingan format, dan
 penyuntingan naskah pracetak

Penyuntingan bahasa bertujuan untuk memantapkan tata cara penyajian, penulisan,


penyuguhan pendukung, dan ketaatasasan pada gaya selingkung (Ditbinlitabmas, 2001).
Yang perlu dicermati dalam penyuntingan bahasa, antara lain (1) penggunaan tatabahasa,
pemilihan kata, terjemahan kata atau istilah asing, ejaan, dan penggunaan simbol atau
lambang; (2) penyiangan kontaminasi penerapan kaidah tatabahasa asing ke dalam kalimat
bahasa Indonesia; (3) sistematika artikel, keberadaan abstrak dan kata kunci; (4) penulisan
rujukan dalam pengutipan, penulisan daftar rujukan, penyajian tabel dan gambar, serta (5)
pencantuman nama penulis artikel dan alamat lembaga penulis.

Penyuntingan format bertujuan untuk mempertahankan konsistensi penggunaan gaya


selingkung yang telah ditetapkan dalam suatu penerbitan jurnal. Dengan demikian,
memungkinkan adanya perbedaan format yang ditetapkan antara jurnal yang satu dan jurnal
yang lain, misalnya format bab, abstrak, kata kunci, pencantuman identitas penulis, dan jenis
huruf yang digunakan.

Penyuntingan isi merupakan penyuntingan dari segi mutu suatu artikel, terutama
untuk mengetahui cakupan keilmuan, keorisinalan isi, dampak ilmiah, ketajaman analisis dan
simpulan, serta kemutakhiran pustaka (rujukan).

e) Tahapan – tahapan

Sebuah berita dihasilkan setidaknya ada delapan tahapan yang dilaksanakan oleh redaksi
yaitu :

· Rapat redaksi

Tahap pertama adalah rapat redaksi yang wajib dilaksanakan sebelum dan saat
penggarapan berita. Dalam rapat redaksi akan dibahas mengenai tema yang akan diangkat,
sumber berita yang akan diliput, segmen pasar atau calon pembaca yang akan dibidik,
rubrikasi atau penentuan konten-konten dalam sebuah majalah atau siaran berita, dan yang
terakhir pembagian kerja masing-masing anggota tim.

· Reportase dan penulisan berita

Setelah pembagian kerja menjadi jelas, berikutnya ialah proses reportase dan
penulisan berita. Dalam reportase, sebaiknya reporter sudah mempunyai target per hari atau
per minggu menyesuaikan dengan deadline. Pengambilan data juga informasi pendukung
lainnya sebaiknya tidak hanya sekedarnya. kevalidan berita menjadi nilai tersendiri bagi
pembaca.

Penulisan berita menjadi tugas dari reporter. Setiap media memiliki standar penulisan
tersendiri, oleh karena itu, seorang reporter harus terus berkoordinasi dengan redaktur
pelaksana selama proses pembuatan berita. Hal ini berfungsi agar berita yang dihasilkan tidak
melenceng dari misi media tersebut.

· Editing dan koreksi

Setelah berita ditulis oleh reporter, kemudian diedit oleh editor. Pada dasarnya, dalam
sistem redaksi yang baik, ada dua editor. Yaitu; editor bahasa dan editor berita. Fungsinya
tentu saja berbeda. Editor bahasa hanya bertugas mengedit bahasa agar mudah diterima oleh
pembaca. Perlu diperhatikan sebelumnya, berita tersebut harus diedit dulu oleh editor berita.
Hal ini dimaksudkan agar ide atau pesan berita juga kevalidan berita dapat tersampaikan.

· Lay out

Setelah melalui proses editing, berikutnya yaitu proses lay out. Proses ini dilakukan
oleh lay outer atau redaktur artistik. Kerja dari seorang lay outer bukan hanya saat berita itu
sudah jadi, melainkan jauh sebelum berita itu ditulis. Redaktur artistik harus memastikan
bahwa kelengkapan lay out seperti foto maupun ilustrasi sudah lengkap. Biasanya, redaktur
artistik dibantu juga oleh redaktur foto.

· Pencetakan

Proses cetak media menjadi hal yang tidak kalah pentingnya. Oleh karena itu, dalam
proses ini redaksi harus jeli memilih percetakan yang berkualitas. Selain itu, proses
percetakan tidak boleh lepas dari pantauan kru redaksi. Hal ini sangat penting untuk menjaga
kualitas dan tampilan dari produk yang kita buat. Sedapat mungkin harus diteliti, diawasi dan
dijaga

· Evaluasi

Berita tersebut melalui tahap keenam yaitu harus dievaluasi untuk memastikan tidak
terdapat kesalahan di dalamnya, apakah ada kesalahan ejaan, kosakata, dan lain sebagainya.
· Sirkulasi

Tujuan dari terbitnya sebuah media massa yaitu agar mendapat respon dari pembaca.
Untuk itu, proses sirkulasi harus dilaksanakan dan dipantau agar pesan dari media
tersampaikan pada masyarakat. Sirkulasi juga bertujuan untuk menjaring dan membentuk
relasi antara penerbitan dan para pembacanya. Karena saat sirkulasi berlangsung, biasanya
disertai dengan perkenalan terhadap media yang dimiliki dan saat itulah relasi bisa terbentuk

· Feedback

Tahapan feedback dimana redaksi melihat dan memantau bagaimana berita sampai ke
masyarakat dan bagaimana tanggapan masyarakat (Civic journalism, yaitu jurnalisme yang
membuka kesempatan bagi masyarakat untuk berkontribusi menyampaikan pendapat dan
gagasan). Hal ini berguna sebagai masukan bagi media tersebut agar menjadi lebih baik
kedepannya.

Dari proses penyuntingan, hal yang harus menjadi perhatian utama adalah kepatuhan
masing-masing individu terhadap deadline yang telah diberikan. Disisi lain hal
yang menjadi faktor pendukung adalah motivasi diri, integritas dan kemauan belajar dari diri
sendiri. Karena satiap pembagian tugas mencerminkan amanah dan kepercayaan yang telah
diberikan pada kita. Maka lakukan semaksimal mungkin, deadline merupakan sebuah
representasi toleransi kita atas kemalasan diri.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Redaksi adalah badan yang memilih dan menyusun tulisan yang akan yang akan
dimasukkan ke dalam media. Keredaksian adalah sekelompok jajaran yang bekerja sama
dengan proses rapat redaksi untuk memutuskan peristiwa dan berita apa yang layak
diterbitkan.

Sedangkan istilah penerbitan atau publishing merupakan produksi dan distribusi


informasi dalam bentuk cetak yang ditujukan untuk publik. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, penerbitan diartikan sebagai proses, cara atau pembuatan menerbitkan.

Manajemen media harus memberikan pengetahuan tentang pengelolaan media,


prinsip-prinsip manajemen media dengan seluruh proses manajemen yang utuh dimana
meliputi berbagai fungsi manajemen, dalam manajemen modern hal itu sering disingkat
POAC, yaitu fungsi perencanaan, fungsi pengorganisasian, fungsi pelaksanaan, dan fungsi
pengontrolan.

Berikut struktur yang ada di keredaksian beserta tugasnya. Pemimpin redaksi adalah
orang pertama bertanggung jawab terhadap semua isi penerbitan pers. Sekretaris redaksi
adalah pembantu pemimpin redaksi dalam hal administrasi keredaksiaonalan.. Redaktur
pelaksana adalah jabatan yang dibentuk untuk membantu pemimpin redaksi dalam
melaksanakan tugas-tugas keredaksionalannya bersifat teknis. Redaktur (editor) adalah
petugas yang bertanggung jawab terhadap isi halaman surat kabar. Wartawan atau reporter
adalah seseorang yang bertugas mencari, mengumpulkan dan mengolah informasi menjadi
berita, untuk disiarkan melalui media massa. Koresponden (wartawan pembantu) bertugas
memberikan laporan secara kontinyu tentang kejadian atau peristiwa yang terjadi di
daerahnya.

Sebuah berita dihasilkan setidaknya ada delapan tahapan yang dilaksanakan oleh
redaksi yaitu rapat redaksi, reportase dan penulisan berita, editing dan koreksi, lay out,
pencetakan, posting atau penyiaran, evaluasi, sirkulasi, dan yang terakhir adalah feedback.

Anda mungkin juga menyukai