Anda di halaman 1dari 46

SHALAT GERHANA

TATA CARA SHALAT KUSUF

Dalam istilah fikih islam, Shalat

gerhana disebut Shalat Kusuf (

) atau

) .

Shalat Khusuf

Kusuf dan Khusuf keduanya bermakna


sama yaitu gerhana. Namun secara
bahasa,
orang
Arab
sering
menggunakan Kusuf untuk gerhana
matahari sementara istilah Khusuf
digunakan untuk gerhana bulan (lihat
kitab An-Nihayah Fi Ghoribi Al-Hadits
Wa Al-Atsar).
Pembedaan ini tidak bersifat mengikat
dan kaku. Orang boleh menggunakan

SHALAT GERHANA

Kusuf untuk matahari dan Khusuf


untuk bulan sebagaimana Khusuf
boleh dipakai untuk matahari dan
Kusuf untuk bulan. Hadits dalam
Shahih Bukhari sendiri memakai kata
Khusuf untuk menyebut gerhana
matahari.
Hukum Shalat Gerhana
Hukum Shalat gerhana adalah Sunnah
Muakkad tanpa membedakan apakah
gerhana matahari maupun gerhana
bulan, dalam kondisi safar maupun
Muqim. Adapun pendapat yang
menyatakan bahwa Shalat gerhana
hanya disunnahkan untuk gerhana
matahari sementara gerhana bulan
tidak dengan beralasan Nabi SAW

SHALAT GERHANA

tidak pernah Shalat gerhana bulan,


maka pendapat ini tertolak oleh Hadis
;berikut

)186 /4

SHALAT GERHANA

Dari Al-Mughiroh Bin Syubah beliau


berkata;
Matahari
mengalami
gerhana di hari wafatnya Ibrahim
(putra Rasulullah SAW). Maka orangorang berkata; Dia (matahari)
mengalami gerhana karena kematian
Ibrahim. Maka Rasulullah SAW
bersabda; Sesungguhnya matahari
dan bulan adalah dua ayat di antara

SHALAT GERHANA

ayat-ayat Allah. Keduanya tidak


mengalami gerhana karena kematian
atau hidupnya seseorang. Jika kalian
melihatnya, maka berdoalah, dan
Shalatlah sampai terang (normal)
kembali (HR. Bukhari)
Hadis di atas jelas menyebut gerhana
matahari dan bulan. Perintah untuk
Shalat gerhana tidak dikhususkan
untuk gerhana matahari. Karena itu
sunnahnya Shalat gerhana berlaku
untuk gerhana matahari sekaligus
gerhana bulan. Diriwayatkan, Ibnu
Abbas Shalat gerhana bulan di Bashroh
mengimami
penduduknya
dan
mengatakan bahwa beliau melihat
Rasulullah SAW melakukannya.

SHALAT GERHANA

Untuk gempa, gunung meletus, banjir,


angin kencang dan tanda-tanda alam
yang lain, maka tidak disyariatkan
Shalat karena Nash yang ada hanya
untuk gerhana. Tanda-tanda alam
yang lain tidak bisa diqiyaskan karena
tidak ada Qiyas dalam ibadah.
Sunnah Berjamaah
Shalat gerhana sunnah dilakukan
secara berjamaah. Dalilnya adalah
Hadis berikut;
163 /4) )

SHALAT GERHANA

Dari Aisyah istri Nabi SAW


bahwasanya beliau berkata; Matahari
mengalami gerhana pada masa hidup
Nabi SAW. Maka beliau keluar menuju
masjid lalu membariskan orang-orang
dibelakang beliau (H.R.Bukhari)
Lafadz

(lalu

membariskan orang-orang dibelakang


beliau) menunjukkan Nabi SAW
membariskan
kaum
Muslimin

SHALAT GERHANA

dibelakangnya untuk membuat Shof


Jamaah. Karena itu Hadis ini menjadi
dalil kesunnahannya. Namun Shalat
Munfarid (sendirian) juga sah.
Dasarnya adalah perintah mutlak dari
Nabi SAW yang memerintahkan Shalat
gerhana pada Hadis sebelumnya, yaitu
lafadz
( Shalatlah kalian).

Perintah Shalatlah kalian ini bersifat


mutlak, bisa dilakukan berjamaah
sebagaimana bisa dilakukan sendirian.
Muslim yang melakukannya secara
berjamaah berarti telah melaksanakan
Hadis tersebut sebagaimana muslim
yang melakukannya Munfarid juga
telah melaksanakan Hadits tersebut.

SHALAT GERHANA

Keikutsertaan Wanita dalam Shalat


Gerhana
Wanita diizinkan ikut Shalat gerhana,
karena Aisyah dan Asma ikut Shalat
gerhana
saat
Rasulullah
SAW
menyelenggarakan Shalat gerhana.
453 /4) )

SHALAT GERHANA

Dari Asma beliau berkata; Aku masuk


menemui Aisyah sementara dia
sedang Shalat sambil berdiri dan
orang-orang juga berdiri. Maka aku
bertanya Orang-orang kenapa?
Maka Aisyah memberi isyarat dengan
kepalanya
ke
arah
langit
(menunjukkan bahwa terjadi gerhana
matahari). Maka aku bertanya; ayat?
maka dia menjawab dengan isyarat
kepalanya; ya (HR. Bukhari)

SHALAT GERHANA

Waktu Pelaksanaan
Awal waktu saat Shalat gerhana mulai
diizinkan adalah ketika gerhana mulai
terjadi. Pada saat itu Shalat gerhana
sudah
boleh
dilakukan.
Jika
pelaksanaannya sebelum terjadi
gerhana, lalu ditengah-tengah Shalat,
baru gerhananya terjadi maka
shalatnya tidak sah karena Shalat
tersebut dilakukan sebelum masuk
waktu. Hal ini sama dengan orang yang
Shalat Dhuhur jam 10 pagi atau Shalat
ashar jam 13.00. Akhir waktunya
ditandai
ketika
matahari/bulan
kembali normal.
Dalam rentang waktu tersebut Shalat
gerhana sah dilakukan. Seorang

SHALAT GERHANA

muslim bisa memilih di awal waktu,


ditengahnya atau di akhir. Jika dia
Shalat di akhir waktu, lalu ditengah
Shalat gerhana sudah lenyap, maka
Shalatnya tetap disempurnakan dan
dihitung sah, karena dia telah
mengawali Shalat pada waktunya.
Dalil yang menunjukkan waktu
pelaksanaan Shalat gerhana dimulai
saat gerhana dan habis saat gerhana
lenyap adalah Hadis sebelumnya yaitu;
186 /4) )

SHALAT GERHANA

Dari Al-Mughiroh Bin Syubah beliau


;berkata
Matahari
mengalami

SHALAT GERHANA

gerhana di hari wafatnya Ibrahim


(putra Rasulullah SAW). Maka orangorang berkata; Dia (matahari)
mengalami gerhana karena kematian
Ibrahim. Maka Rasulullah SAW
bersabda; Sesungguhnya matahari
dan bulan adalah dua ayat di antara
ayat-ayat Allah. Keduanya tidak
mengalami gerhana karena kematian
atau hidupnya seseorang. Jika kalian
melihatnya, maka berdoalah, dan
Shalatlah sampai terang (normal)
kembali (HR. Bukhari)
Lafadz

(Jika kalian

melihatnya) menunjukkan awal waktu


karena pada saat terjadi gerhana, baru
Shalat disyariatkan, sementara lafadz

SHALAT GERHANA

( sampai terang (normal)

kembali) menunjukkan akhir waktu


karena diawali Harf hatta yang
menunjukkan batas tujuan akhir.

Jika gerhana berbenturan dengan


Shalat yang lain, misalnya Shalat
Jumat, Shalat Ied, Shalat Istsqo dll,
maka yang didahulukan adalah yang
paling wajib, dan yang lebih kuat
kesunnahannya.
Jika gerhana terjadi pada waktu yang
dilarang untuk Shalat, misalnya terjadi
sesudah Ashar, atau sesudah Shubuh,
atau saat matahari tepat di atas
kepala, maka Shalat gerhana tidak
disyariatkan. Karena waktu-waktu
yang dilarang dipakai untuk Shalat

SHALAT GERHANA

bersifat umum untuk semua Shalat


termasuk Shalat gerhana.
Tempat Pelaksanaan
Disunnahkan Shalat gerhana dilakukan
di Masjid karena Rasulullah SAW
melakukannya di Masjid. Kesunnahan
ini tidak membedakan apakah Shalat
gerhananya dilakukan berjamaah
ataukah Munfarid.
163 /4) )

SHALAT GERHANA

Dari Aisyah istri Nabi SAW


bahwasanya beliau berkata; Matahari
mengalami gerhana pada masa hidup
Nabi SAW. Maka beliau keluar menuju
masjid lalu membariskan orang-orang
di belakang beliau (H.R.Bukhari)
Jika dilakukan tidak di masjid misalnya
di rumah, lapangan, halaman dll, maka
tetap sah karena masjid bukan syarat
keabsahannya.

SHALAT GERHANA

Adzan dan Iqomat


Tidak disyariatkan Adzan dan Iqomat
untuk mengawali Shalat gerhana

tetapi cukup menyerukan

Dasarnya adalah Hadits berikut;

256 /4)
)

SHALAT GERHANA

Dari Abdullah bin Amr beliau


berkata; Tatkala matahari mengalami
gerhana di masa Rasulullah SAW maka
diumumkan
Assholata
Jamiah
(H.R.Bukhari)
Jumlah Rakaat
Jumlah Rakaat Shalat gerhana adalah
dua. Dasarnya akan difahami dari
sejumlah Hadits yang akan disebutkan
di bawah

SHALAT GERHANA

Tatacara Pelaksanaan
Untuk
memudahkan
dalam
memahami, tatacara pelaksanaan
Shalat gerhana akan dijelaskan dalam
bentuk urutan sebagai berikut;
1. Niat.
Cukup menyengaja dalam hati,
tidak harus dilafalkan.
2. Takbiratul ihram
3. Membaca doa iftitah.
Doa iftitah yang dibaca bebas, bisa
memilih
yang
pendek,
pertengahan
maupun
yang
panjang asalkan didasarkan pada
riwayat yang shahih. Doa iftitah
dibaca pelan

SHALAT GERHANA

4. Membaca Taawudz.
Taawudz juga dibaca dengan
pelan
5. Membaca surat Al-Fatihah.
Surat Al-Fatihah dibaca dengan
keras
6. Membaca surat.
Jika mampu membaca surat AlBaqoroh atau surat lain yang
panjangnya kira-kira sama. Jika
tidak mampu surat Al-Baqoroh,
maka bebas memilih surat yang
lain, baik yang panjang maupun
yang pendek.
7. Ruku.

SHALAT GERHANA

Ruku dilakukan dengan lama, kirakira selama orang membaca 100


ayat. Bacaan Tasbih saat Rukuk
bebas asalkan didasarkan pada
riwayat yang shahih
8. Itidal.
Pada saat ini, bacaan Tasmi
(
)

Dilafalkan

9. Membaca Al-Fatihah kedua.


Selesai membaca Tasmi tangan
disedekapkan lagi lalu membaca
Al-Fatihah untuk yang kedua kali.
Inilah yang membedakan dengan
Shalat-Shalat biasa. Jika pada

SHALAT GERHANA

Shalat biasa setelah Itidal


langsung Sujud, maka pada Shalat
gerhana setelah Itidal berdiri lagi
untuk membaca.
10. Membaca surat.
Jika mampu membaca surat Ali
Imran atau surat lain yang
panjangnya kira-kira sama. Jika
tidak mampu surat Ali Imran, maka
bebas memilih surat yang lain baik
yang panjang maupun yang
pendek.
11. Ruku.
Ruku dilakukan dengan lama,
tetapi lebih pendek sedikit
daripada Rukuk yang pertama.
Bacaan Tasbih saat Rukuk bebas

SHALAT GERHANA

asalkan didasarkan pada riwayat


yang shahih
12. Itidal.
Pada saat ini, bacaan Tasmi
(

Dilafalkan
13. Sujud.

Setelah Itidal dan membaca


Tasmi , Sujud langsung dilakukan.
Sujud juga diusahakan lama. Sujud
dilakukan dua kali yang disela-selai
duduk diantara dua Sujud
sebagaimana Shalat biasa
14. Berdiri
dari
Sujud
untuk
melakukan Rokaat yang kedua.

SHALAT GERHANA

Pada Rokaat yang kedua ini yang


dilakukan sama persis dengan
Rokaat yang pertama, hanya saja
durasi waktunya lebih pendek. AlFatihah dan surat dibaca, lalu
Rukuk, lalu Itidal lalu membaca
lagi Al-Fatihah dan surat lalu Rukuk
lalu Itidal. Sebagaimana dalam
Rokaat pertama dilakukan dua kali
berdiri dan dua kali Rukuk, maka
pada Rokaat yang kedua ini juga
dilakukan dua kali berdiri dan dua
kali Rukuk.
15. Sujud.
Setelah Itidal, maka gerakan
dilanjutkan dengan Sujud dua kali
yang disela-selai duduk diantara

SHALAT GERHANA

dua Sujud. Sujud pada Rakaat yang


kedua ini juga lama, tetapi lebih
pendek daripada Sujud pada
Rakaat pertama
16. Salam
Dalil dari urutan ini adalah Hadis
berikut yang didukung dan diperjelas
dengan Hadits-Hadits yang lainnya;
443 /4) )

SHALAT GERHANA

SHALAT GERHANA

SHALAT GERHANA

Dari Aisyah istri Nabi SAW beliau


berkata;
Matahari
mengalami
gerhana pada masa hidupnya
Rasulullah SAW. Maka beliau keluar
menuju masjid kemudian berdiri lalu
bertakbir sementara orang-orang
berbaris di belakang beliau. Kemudian
Rasulullah SAW membaca (bacaan)
lama. Lalu bertakbir, lalu Rukuk lama.

SHALAT GERHANA

Kemudian
beliau
mengangkat
kepalanya lalu mengucapkan

Lalu beliau berdiri kemudian membaca


dengan panjang tetapi lebih pendek
darpada bacaan yang pertama.
Kemudian beliau bertakbir lalu Rukuk
dengan lama tetapi lebih pendek
daripada Rukuknya yang pertama.
Kemudian berkata

kemudian bersujud.

Kemudian beliau melakukan hal itu


pada Rokaat yang lain (yang kedua)
hingga beliau menggenapi empat
Rukuk dan empat Sujud. Dan matahari

SHALAT GERHANA

)telah menjadi terang (normal


)sebelum beliau selesai. (HR. Muslim
) )202 /16

SHALAT GERHANA

Dari Abdullah Bin Abbas bahwasanya


beliau berkata; Matahari mengalami
gerhana pada masa Rasulullah SAW.
Maka Rasulullah SAW Shalat bersama
orang-orang, lalu beliau berdiri lama
sekitar (membaca) surat Al-Baqarah
(HR. Bukhari)

Tentang ketentuan Al-Fatihah dan


surat dibaca dengan Jahr (keras) maka
Dalilnya adalah Hadits berikut;
445 /4)

SHALAT GERHANA

Dari Aisyah bahwasanya Nabi SAW


mengeraskan bacaannya pada saat
)Shalat gerhana (H.R.Muslim

) 423 /5
)

SHALAT GERHANA

Dari Aisyah dari Rasulullah SAW


bahwasanya beliau Shalat empat kali
Rukuk dalam empat kali Sujud dan
membaca dengan keras bacaannya.
Setiap beliau mengangkat kepalanya
beliau mengucapkan


( HR. An-Nasai)

SHALAT GERHANA

Adapun riwayat yang mengesankan


bahwa Rasulullah SAW tidak membaca
dengan keras, misalnya riwayat
;berikut

)415 /3

SHALAT GERHANA

Dari Aisyah beliau berkata; Matahari


mengalami
gerhana
di
masa
Rasulullah SAW. Maka Rasulullah SAW
keluar Shalat mengimami orangorang, lalu beliau berdiri. Aku
memperkirakan bacaan beliau, kukira
beliau membaca surat Al-Baqoroh (HR.
Abu Dawud)
422 /2)

SHALAT GERHANA

Dari Samuroh bin Jundab beliau


berkata; Rasulullah SAW mengimami
kami dalam Shalat gerhana yang
mana kami tidak mendengar suara
beliau (H.R. At-Tirmidzi)
Maka maknanya adalah; Aisyah tidak
mendengar bacaan Nabi SAW dengan
jelas karena posisi beliau berada di
bagian belakang. Demikian pula
Samuroh, bisa difahami bahwa beliau
berada di Shof bagian paling belakang

SHALAT GERHANA

sehingga tidak mendengar suara Nabi


SAW. Namun Nabi SAW tetap
membaca dengan keras meskipun
akhirnya tidak semua Jamaah sanggup
mendengar bacaan beliau.
Rukuk dalam Shalat Gerhana Bisa
Ditambah
Dalam deskripsi tatacara yang
dijelaskan
sebelumnya,
bisa
disimpulkan bahwa tiap Rokaat
dilakukan dua kali Rukuk. Jumlah ini
bisa ditambah sehingga tiap Rakaat
diizinkan melakukan Rukuk tiga kali
atau empat kali. Ketentuan ini
didasarkan pada Hadits berikut;

SHALAT GERHANA

448 /4) )

Dari Aisyah bahwasanya Nabi SAW


Shalat enam kali Rukuk dan empat kali
Sujud (HR. Muslim)

Enam kali Rukuk dalam dua Rakaat


bermakna tiap Rokaat dilakukan tiga
kali Rukuk.
459 /4) )

SHALAT GERHANA

Dari Ibnu Abbas beliau berkata;


Ketika matahari mengalami gerhana,
Rasulullah SAW Shalat delapan kali
Rukuk dalam empat kali Sujud
(H.R.Muslim)

Delapan kali Rukuk dalam dua Rakaat


bermakna tiap Rokaat dilakukan
empat kali Rukuk.

SHALAT GERHANA

Khutbah Shalat Kusuf


Disunnahkan setelah selesai Shalat
Kusuf, Imam melakukan khutbah.
;Dasarnya adalah Hadits berikut
) )159 /4

SHALAT GERHANA

SHALAT GERHANA

Dari Aisyah bahwasanya beliau


berkata:. Kemudian beliau berpaling
sementara matahari telah menjadi
terang (normal). Maka beliau
berkhutbah di hadapan orang-orang.
Beliau
memuji
Allah
dan
menyanjungnya kemudian berkata;
Sesungguhnya matahari dan bulan
adalah dua ayat di antara ayat-ayat
Allah. Keduanya tidak mengalami
gerhana karena kematian seseorang
atau hidupnya. Jika kalian melihat hal
itu, maka berdoalah kepada Allah,
Shalatlah
dan
bershodaqohlah.
Kemudian beliau bersabda; Wahai
ummat Muhammad. Tidak ada
seseorang yang lebih pencemburu
daripada Allah ketika (melihat) hamba

SHALAT GERHANA

laki-lakinya berzina atau hamba


perempuannya berzina. Wahai ummat
muhammad, demi Allah seandainya
kalian mengetahui apa yang kuketahui
pastilah kalian sedikit tertawa dan
banyak menangis (HR. Bukhari).
Khutbah yang dilakukan cukup satu
kali, tidak perlu dua kali dengan
mengqiyaskan pada khutbah Jumat.
Jumlah khutbah cukup sekali karena
dhohir Hadis di atas memang hanya
sekali. Lagipula, dalam urusan ibadah
tidak boleh ada Qiyas.
Amalan Sunnah Saat Gerhana
Selain Shalat, amalan lain yang
disyariatkan saat terjadi gerhana

SHALAT GERHANA

adalah berdoa, dzikir, istighfar,


shodaqoh, membebaskan budak dan
semua amal-amal Taqorrub lainnya.
Dasarnya adalah riwayat berikut;
184 /4) )

Dari Abu Musa:.Jika kalian


hal itu maka bersegeralah
gentar untuk mengingatnya,
kepadanya dan meminta
kepadanya (HR. Bukhari)

melihat
dengan
berdoa
ampun

SHALAT GERHANA

106 /2) )



Dari Asma beliau berkata; Kami
diperintahkan membebaskan (budak)
pada saat gerhana (HR. Abu
Awanah). [GA/dbs]

Anda mungkin juga menyukai