DOSEN PENGAMPU :
KHAIRUL SALEH, M.Pd
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat ALLAH SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Syirik”. Penyelesaian makalah ini untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah, kami berharap dapat menambah wawasan dan pengetahuan.
Menyadari banyaknya kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh
karna itu saya sangat mengharapkan kritikan dan saran dari pembaca untuk
melengkapi segala kekurangan dan kesalahan dalam makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
1.3 TUJUAN
Tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk memberikan pemahaman
kepada mahasiswa tentang pengertian SYIRIK.
1. Menjelaskan Pengertian Syirik
2. Menjelaskan Bentuk-Bentuk Syirik
3. Penyebab Terjadinya Syirik Pada Manusia
4. Bahaya Syirik Bagi Kehidupan Manusia
5. Tindakan Rasulullah Dalam Menangkal Syirik
BAB II
PEMBAHASAN
Syirik adalah dosa besar yang tidak dapat diampuni. Kegiatan syirik juga
sangat dekat dengan kehidupan manusia karena letaknya di dalam hati yang
mana setiap manusia berpotensi untuk melakukanya. Belum lagi syirik yang
berbalut dengan kebudayaan seperti jimat, upacara pemanggilan jin, ramalan, dll.
Lalu apakah sebenarnya syirik itu? Kata ‘syirik’ (ٌ ) ِش ْركberasal dari kata ‘syarika’
(ٌَ )ش َِركyang berarti: berserikat, bersekutu, bersama atau berkongsi. Arti lughawi
(bahasa) ini mengandung makna bersama-sama antara dua orang atau lebih dalam
satu urusan atau keadaan. Dalam al-Quran, kata syirik dengan berbagai bentuknya
disebutkan 227 kali dengan makna yang berbeda-beda sesuai dengan konteksnya,
antara lain:
1. Persekutuan dalam pemilikan harta, seperti disebutkan dalam surat an-Nisa’: 12,
Artinya: “Jika saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, maka mereka
bersekutu dalam yang sepertiga itu, …” (QS. an-Nisa’: 12)
Artinya: “Dan sebahagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah,
melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan
lain).” (QS. Yusuf: 106)
ش ْيئًا
َ هللا َوالَ ت ُ ْش ِر ُكوا ِب ِه
َ … َوا ْعبُدُوا
ْ َ ش ْركُ ٌاْأل
2. Asy-Syirk al-Ashgar ( ٌص غ َُر ِّ ِ )ال, syirik kecil, yaitu menyekutukan Allah
dalam tujuan beribadah atau beramal kebaikan yang tujuannya untuk memperoleh
pujian dari orang lain, padahal tujuan beribadah dan beramal kebaikan itu
seharusnya hanya untuk mencari keridlaan Allah subhanahu wa ta’ala. (al-
Mausu’ah al-Qur’aniyah: 369)
Kedua macam syirik tersebut hukumnya haram, dan Allah subhanahu wa
ta’ala tidak akan mengampuninya kecuali dengan bertaubat sebelum meninggal,
sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah subhanahu wa ta’ala:
Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia
mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang
dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, mak sungguh ia
telah berbuat dosa yang besar.” (QS. an-Nisa’: 48)
Yaitu meyakini bahwa selain Allah bisa memberikan madharat atau manfaat,
memberikan syafaat tanpa izin Allah, dan lainnya yang termasuk sifat-sifat
uluhiyyah.
Adalah merendahkan diri kepada selain Allah dengan tujuan untuk istighatsah dan
isti’anah kepada selain-Nya.
Adalah manakala melakukan ibadah tersebut semata-mata ingin dilihat orang atau
untuk kepentingan dunia semata.
Yaitu riya’, hal ini tidak mengeluarkan pelakunya dari agama islam, akan tetapi
pelakunya wajib untuk bertaubat. Akan tetapi bukan hanya riya’ saja yang
termasuk syirik Ashgar. Riya’ termasuk Syirik Ashghar namun tidak semua Syirik
Ashghar hanya berupa riya’.
a. Syirik I’tiqodi
b. Syirik Amali
Yaitu setiap amalan fisik yang dinilai oleh syari’at islam sebagai sebuah
kesyirikan, seperti menyembelih untuk selain Allah, dan bernazar untuk selain
Allah dan lainnya.
c. Syirik Lafzhi
Yaitu setiap lafazh yang dihukumi oleh syari’at islam sebagai sebuah kesyirikan,
seperti bersumpah dengan selain nama Allah, seperti perkataan sebagian
orang, “Tidak ada bagiku kecuali Allah dan engkau”, dan “Aku bertawakal
kepadamu”, “Kalau bukan karena Allah dan si fulan maka akan begini dan
begitu”, dan lafazh-lafazh lainnya yang mengandung unsur kesyirikan.
Dengan mengetahui beberapa kategori syirik diatas dapat membantu kita untuk
menghindarinya agar tidak terjatuh dalam kesyirikan dalam bentuk apapun dan
cara bagaimana pun. Semoga kita semua bisa terhindar dari syirik tersebut di
manapun dan kapan pun jua. Wallohu a’lam bishowab.
2.3 PENYEBAB TERJADINYA SYIRIK PADA MANUSIA
b. Al-Jahlu (kebodohan)
Karenanya masyarakat sebelum datangnya Islam disebut dengan masyarakat
jahiliyah. Sebab, mereka telah diselimuti oleh ego nafsu sehingga tidak mau
mengikuti kebenaran atau memang mereka tidak tahu mana yang benar dan mana
yang salah. Dalam kondisi yang penuh dengan kebodohan itu, orang-orang
cenderung berbuat syirik. Karenanya semakin jahiliyah suatu kaum, bisa
dipastikan kecenderungan berbuat syirik semakin kuat.
“(Dia adalah Tuhan) yang mengetahui yang ghaib. Maka Dia tidak
memperlihatkan kepada seorang pun tentang yang ghaib itu.?” (QS. al-Jin : 26)
Ibnu Abas ketika menafsirkan ayat ini mengatakan : Kelima nama ini adalah nama
orang-orang shaleh dari kaum Nabi Nuh ‘Alaihissalam. Maka tatkala mereka
(orang-orang shaleh) itu wafat, syetan mempengaruhi kaum Nabi Nuh agar
membuat patung-patung mereka di majelis yang biasa mereka duduk padanya
dalam rangka mengingat orang-orang shaleh tersebut, dan syetan juga
mempengaruhi mereka agar memberikan nama patung tersebut sesuai dengan
nama orang-orang shaleh itu, maka merekapun melakukannya. Ketika itu patung-
patung itu belum disembah. Akan tetapi ketika orang-orang yang membuat patung
tersebut meninggal dunia dan ilmu agama telah hilang maka patung-patung itupun
disembah. (HR. Bukhari 8/667 dan lihat tafsir Ibnu Katsir)
e. Sombong Dalam Beribadah Kepada Allah
Sombong juga merupakan penyakit yang dapat menimpa fitrah manusia sehingga
ia menyimpang dari bentuknya yang lurus dan menjatuhkannya dalam
kemusyrikan. Sombong ada beberapa derajat, dimulai dari menganggap remeh
terhadap manusia dan berakhir dengan tidak mau beribadah kepada Allah.
a. Menyembah Berhala
Praktek penyembahan berhala telah berlangsung lama, para Nabi dan Rasul
mengajak dan meluruskan sistem penyembahan mereka kepada monoteisme
murni yakni menyembah hanya kepada Allah Swt. Pada zaman Rasulullah Saw.
berhala yang dianggap penting dalam kehidupan masyarakat jahiliyah pada saat
itu adalah Al-Lata, Al-Uzza dan Manat. Mereka beranggapan berhala itu adalah
anak perempuan Allah Swt.
b. Sihir
Sihir termasuk perbuatan syirik karena perbuatan tersebut dapat menipu atau
mengelabui orang dengan bantuan jin atau setan. Dan dalam sebuah hadis
disebutkan,
“Sesungguhnya mantera, azimat dan guna-guna itu adalah perbuatan syirik”.
(HR. Ahmad)
Selain mantera dan guna-guna, memakai azimah atau jimat dapat digolongkan
kepada perbuatan syirik apabila orang yang memakainya percaya dan menyakini
bahwa jimat itu sendiri yang menyelamatkan-Nya atau memberi faedah
kepadanya bukan atas kehendak Allah Swt. Namun apabila seseorang memakai
jimat, baik berbentuk "Hirz atau Ta'widz", yang disertai keyakinan bahwa bukan
benda atau zat dari hirz dan ta'widz itu yang memberi faedah, tetapi Allah Swt
yang memberikan keselamatan dan kesembuhan, maka hal ini tidak termasuk
syirik, hal ini dapat dibuktikan dari riwayat Al-Bayhaqi dalam kitab as-Sunan Al-
kubra tentang kebolehan memakai hirz dari beberapa ulama tabi'in, diantaranya
Sa'id Ibnu Jubair dan Atha'. Bahkan Sa'id Ibnu al-Musayyab memerintahkan agar
dikalungkan ta'widz dari al-Qur'an. Kemudian al-Bayhaqi berkata : "ini semua
kembali kepada apa yang telah aku sebutkan bahwasanya kalau seseorang
membaca ruqa (bacaan-bacaan) yang tidak jelas maknanya, atau seperti orang-
orang di masa jahiliyah yang menyakini kesembuhan berasal dari ruqa tersebut
maka itu tidak boleh. Sedangkan jika seseorang membaca ruqo dan ayat-ayat al-
Qur'an atau bacaan-bacaan yang jelas seperti bacaan dzikir dengan maksud
mengambil berkah dari bacaan tersebutdan dengan keyakinan bahwa kesembuhan
datangnya hanya dari Allah semata, maka hal itu tidak masalah"
c. Peramalan
Peramalan ialah menentukan dan memberitahukan tentang hal-hal yang ghaib
pada masa-masa yang akan datang baik itu dilakukannya dengan ilmu
perbintangan, dengan membaca garis-garis tangan, dengan bantuan jin dan
sebagainya. Rasulullah Saw. bersabda:
ٌْس َح َر ٌفَقَد
َ ٌ س َح َر ٌَو َم ْن َ سله َم ٌ َم ْن ٌ َعقَ ٌد َ ٌ ُع ْقدَة ًٌث ُ هم ٌنَف
َ ٌَْث ٌفِي َهاٌفَقَد ُ صله ه
َ ىٌَّللا ٌ َعلَ ْي ِه ٌَو ِ سو ُل ه
َ ٌ ٌَّللا َ َع ْن ٌأ َ ِبيٌه َُري َْرة ٌَقَا َل ٌقَا َل
ُ ٌر
ٌاٌو ِكلٌَإِلَ ْي ِه َ ٌ َأ َ ْش َركَ ٌَو َم ْنٌتَعَلهق
ُ ً ش ْيئ
ٌDari Abu Hurairah ra, Nabi Saw. bersabda;
"Barang siapa yang mengikat buhul kemudian meniupnya sungguh ia telah
berbuat sihir, dan barang siapa yang melakukan sihir maka sungguh ia telah
berbuat syirik dan barang siapa yang menggantungkan sesuatu maka ia akan
diserahkan kepadanya." (HR. Nasa’i)
Ilmu perbintangan dalam hadis ini bukanlah ilmu perbintangan yang mempelajari
tentang planet yang dalam ilmu pengetahuan yang disebut astronomi. Namun,
ilmu tentang ramalan. Percaya kepada ramalan-ramalan berarti mengakui bahwa
ada sesuatu selain Allah Swt yang mengetahui hal-hal yang ghaib. Hal ini sama
artinya mengakui bahwa Allah itu mempunyai sekutu-sekutu. Perbuatan ini
merupakan perbuatan syirik.
ِ ش ْعبَ ًة
ِّ ٌم ْنٌال
ٌسِحْ ِر َ ومٌا ْقت َ َب
ُ ٌس ِ سٌ ِع ْل ًم
ِ اٌم ْنٌالنُّ ُج َ سله َم
َ ٌم ْنٌا ْقت َ َب ُ صله ه
َ ىٌَّللاٌ َعلَ ْي ِه ٌَو ِ سول ه
َ ٌٌَُّللا َ ٌقَال
ُ ٌَر
“Barangsiapa yang mempelajari salah satu ilmu perbintangan, maka ia telah
mempelajari sihir”. (HR. Abu Daud)
e. Riya
Riya adalah beramal bukan karena Allah Swt, melainkan karena ingin dipuji atau
dilihat orang. Riya termasuk syirik, sebagaimana sabda Rasulullah Saw
"Sesuatu yang amat aku takuti yang akan menimpa kamu ialah syirik kecil. Nabi
ditanya tentang hal ini, maka beliau menjawab, ialah Riya”. (HR. Ahmad)
Allah berfirman,
ْ ٌَمن
ٌٌَال َخا ِس ِرين َ ٌَم ْنٌقَ ْبلِكَ ٌلَئِ ْنٌأ َ ْش َر ْكتَ ٌلَيَحْ ب
ِ ط هنٌ َع َملُ كَ ٌَولَت َ ُكون هَن ِ َيٌإِلَيْكَ ٌَوإِلَىٌالهذِين ِ ُ وٌَلَقَدٌْأ
َ وح
Ancaman ini berlaku untuk umat Rasulullah Muhammad dan juga umat seluruh
utusan Allah sebelumnya. Demikian pula dalam ayat yang lain, setelah
menyebutkan para utusan-Nya, Allah kemudian berfirman mengenai mereka,
ٌَطٌ َع ْن ُه ْمٌ َماٌكَانُواٌ َي ْع َملُون ٌَ ََولَ ْوٌأ َ ْش َر ُكواٌل
َ ح ِب
"Kalau seandainya mereka berbuat kesyirikan maka akan gugur seluruh amalan
yang telah mereka lakukan" (QS. Al An’am: 88).
Ayat ini disampaikan kepada para rasul padahal mereka tentu saja tidak akan
melakukan kesyirikan, karena dijaga oleh Allah. Jadi maksudnya adalah
seandainya Rasulullah Muhammad yang mana beliau adalah manusia yang paling
mulia, yang mana surga tidak akan terbuka kecuali diketuk oleh beliau, juga
melakukan kesyirikan maka amalannya akan gugur, apa lagi orang-orang yang
kedudukannya berada di bawah Rasulullah .Sebagai contoh ada seorang hamba
yang selama 60 tahun melakukan amal saleh, kemudian sebelum meninggal dunia
dia melakukan syirik besar, maka amalannya selama 60 tahun tersebut baik
berupa haji, sedekah, infak, dan berbakti kepada orang tua, seluruhnya gugur.
Karena dia akhiri amalannya dengan berbuat syirik besar kepada Allah.
Allah berfirman:
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan mengampuni dosa
lainnya bagi siapa yang Ia kehendaki" (QS. An-Nisa: 48)
Jika seseorang meninggal dunia dalam kondisi berbuat maksiat, misalnya sedang
berzina, atau karena bunuh diri, atau merampok lalu meninggal karena ditembak
polisi, maka dia telah melakukan dosa besar yang mana belum sempat bertobat
sehingga terancam dengan neraka Jahanam. Akan tetapi masih ada kemungkinan
bagi Allah untuk mengampuninya.
Berbeda halnya jika dia meninggal dalam keadaan berbuat syirik besar dan belum
sempat bertobat, maka mustahil diampuni oleh Allah.
Allah berfirman,
Orang musyrik mustahil masuk ke dalam surga kecuali setelah onta bisa
dimasukkan ke dalam lubang jarum. Sedangkan tidak mungkin ada onta yang bisa
masuk ke dalam lubang jarum, artinya tidak mungkin orang musyrik itu masuk
surga.
Allah berfirman:
ٌار
ٍ صَ ٌنٌأ َ ْن
ْ ٌم
ِ َلظا ِل ِمين ُ ٌال َجنه َة ٌَوٌ َمأ ْ َو اهٌُالنه
ار ٌَوٌ َماٌ ِل ه ْ ٌَّللاٌ َعلَ ْي ِه ِ ٌُم ْنٌيُ ْش ِر ْكٌبِ ه
ُ اَّللٌفَقَدٌْ َح هر َم ه َ إِنهه
"Sesungguhnya orang yang melakukan kesyirikan kepada Allah maka telah Allah
haramkan surga baginya dan tempat kembalinya adalah neraka Jahanam dan tidak
ada penolong baginya" (QS. Al-Maidah: 72)
Ketiga musibah ini saling berkaitan. Barang siapa yang melakukan syirik besar
maka seluruh amalannya akan gugur, kemudian jika ia meninggal dalam keadaan
belum bertobat maka tidak akan diampuni oleh Allah, dan akan dikekalkan di
dalam neraka.
Dalam hadits lain, Ali bin Al-Husein Radhiyallahu ‘anhu menuturkan bahwa ia
melihat seseorang datang ke salah satu celah pada kuburan Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam lalu masuk ke dalamnya dan berdoa. Maka ia pun melarang
orang itu dan berkata: “Maukah kamu aku beritahu sebuah hadits yang aku dengar
dari bapakku, dari kakekku, dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam? Beliau
telah bersabda:
“Janganlah kamu jadikan kuburanku sebagai tempat perayaan dan janganlah kamu
jadikan rumah-rumah kamu sebagai kuburan, (tetapi ucapkanlah doa salam
kepadaku) karena sesungguhnya doa salammu sampai kepadaku dimanapun kamu
berada.” (Diriwayatkan dalam kitab Al-Mukhtarah)
3. Larangan bersafar menuju tempat yang dianggap berkah kecuali tiga masjid
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
1. Syirik adalah menyamakan selain Allah dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala
dalam Rububiyyah dan Uluhiyyah serta Asma dan Sifat-Nya.
2. Jenis-jenis syirik yaitu syirik besar adalah memalingkan suatu bentuk ibadah
kepada selain Allah, seperti berdo’a kepada selain Allah dan Syirik kecil yaitu
syirik yang tidak menjadikan pelakunya keluar dari agama Islam, tetapi ia
mengurangi tauhid dan merupakan wasilah (jalan, perantara) kepada syirik besar,
misalnya dilakukan dalam bentuk perkataan.
3.. Syirik ada dua bentuk yaitu syirik dalam Rububiyyah yaitu menjadikan sekutu
selain Allah yang mengatur alam semesta dan Syirik dalam uluhiyyah yang
bermakna menyekutukan Allah di dalam ibadah.
4. penyebab timbulnya kesyirikan diantaranya yaitu berlebih-lebihan dalam
memuji Rasul atau memuji orang shaleh, ta’ashshub (fanatisme), dan kebodohan
terhadap aqidah yang benar.
5. Tindakan Nabi SAW dalam menangkal syirik sebagai contoh yaitu : Tidak
berlebihan dalam memuji dan mengagungkan Nabi SAW, beliau melarang kita
dari melakukan perbuatan menjadikan kuburan sebagai tempat ibadah dan
Larangan menjadikan kubur beliau sebagai ‘ied (tempat yang didatangi berulang-
ulang), dan adanya larangan bersafar menuju tempat yang dianggap berkah
kecuali tiga masjid.
3.2 SARAN
Setelah membaca makalah tersebut diharapkan kepada pembaca dapat
mengetahui pengertian dari syirik.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini
disebabkan karena keterbatasan pemikiran dan sumber yang diperoleh penulis.
Oleh karena itu saran dan kritikan dari pembaca sangat membantu dalam
penyempurnaan karya tulis ini.
DAFTAR PUSTAKA