Anda di halaman 1dari 9

TEKNOLOGI AKTIF DAN PASIF PADA BANGUNAN

TROPIS

Nama : Elyaniper Sanrikky Hutabalian


Nim : 1222200015
Mata Kuliah : Teknologi Bangunan Tropis II
Dosen : Estuti Rochimah, ST, M.Sc

Indonesia merupakan negara yang terletak di daerah tropis lembap,


memiliki keunggulan dengan melimpahnya sinar matahari di hampir
sepanjang tahun, namun juga memiliki kelemahan dengan
melimpahnya pula radiasi panas yang dibawa serta oleh sinar
matahari yang bersinar di hampir sepanjang tahun. Cahaya alami yang
dibawa oleh sinar matahari merupakan cahaya gratis yang seyogyanya
dapat dimanfaatkan untuk menerangi ruangan, terutama siang hari.
Namun cahaya ini harus dipisahkan dari radiasi panasnya dengan
melindungi bidang transparan dari paparan sinar matahari langsung.
Tingginya temperatur udara siang hari dan lemahnya tiupan angin di
daerah tropis lembap juga dirasakan kurang nyaman untuk
beraktifitas, terutama pada siang hari.
 Teknologi bangunan tropis aktif adalah suatu cara yang
digunakan untuk menghasilkan suatu bangunan di daerah tropis
yang nyaman bagi penghuninya dengan menggunakan alat bantu
berupa peralatan mekanik.

-Penanggulangan panas, kelembaban, dan aliran udara Pada


penggunaan teknologi bangunan tropis aktif, semua panas yang
masuk dan dihasilkan di dalam ruang harus dihilangkan dengan
menggunakan pengkondisian udara buatan. Untuk itu masuknya
panas ke dalam ruang harus diminimalkan sehingga penggunaan
energi listriknya bisa lebih kecil. Selain itu, kelembaban dan
aliran angina juga perlu diatur agar sesuai dengan kebutuhan
yang terpenting bagaimana kita dapat memperoleh kenyamanan
termal seperti yang diharapkan namun dengan pembiayaan yang
seminimal mungkin.

- Pencahayaan dalam Ruang Pada bangunan yang menggunakan


teknologi bangunan tropis aktif, masalah pencahayaan dalam
ruang umumnya diperoleh dengan dua cara, yaitu dari
pencahayaan alam dan pencahayaan buatan.

 Teknologi banguna Tropis Pasif

-Pengurangan radiasi panas Pengurangan radiasi panas matahari


dilakukan dengan menggunakan pelindung sinar matahari (“sun
shading devices”). Lebar sirippelindung, menurut Lippsmeier
(1994), tergantung dari jam perlindungan yang dikehendaki dan
arah hadap bidang yang akan
dilindungi. Seluruh permukaan bangunan harus
terlindungi dari sinar matahari secara langsung. Dinding dapat
dibayangi oleh pepohonan. Atap perlu diberi isolator panas atau
penangkal panas. Langit-langit umum dipergunakan untuk
mencegah panas dari atap merambat langsung ke bawahnya.

-Pemanfaatan Cahaya Matahari Menurut Mangunwijaya (1994),


cahaya matahari yang masuk ke dalam bangunan adalah cahaya
matahari diffuse yang dipancarkan kembali oleh bidang langit,
yang nilainya berubah-ubah dari 0-100.000 lux, namun agar
perhitungan menjadi lebih sederhana, maka terang langit
dianggap selalu sama, yaitu sebesar 10.000 lux, dan dinamakan
sebagi terang langit perencanaan.
Bangunan Hemat Energi Rancangan Pasif dan Aktif (solar sel)
Rancangan pasif
Perancangan bangunan hemat energi dapat dilakukan dengan dua
cara: secara pasif dan aktif.
Perancangan pasif merupakan cara penghematan energi melalui
pemanfaatan energi matahari
secara pasif, yaitu tanpa mengonversikan energi matahari menjadi
energi listrik. Rancangan
pasif lebih mengandalkan kemampuan arsitek bagaimana rancangan
bangunan dengan
sendirinya mampu "mengantisipasi" permasalahan iklim luar.
Perancangan pasif di wilayah tropis basah seperti Indonesia umumnya
dilakukan untuk
mengupayakan bagaimana pemanasan bangunan karena radiasi
matahari dapat dicegah, tanpa
harus mengorbankan kebutuhan penerangan alami. Sinar matahari
yang terdiri atas cahaya
dan panas hanya akan dimanfaatkan komponen cahayanya dan
menepis panasnya.
Strategi perancangan bangunan secara pasif di Indonesia bisa
dijumpai terutama pada
bangunan lama karya Silaban: Masjid Istiqal dan Bank Indonesia;
karya Sujudi: Kedutaan
Prancis di Jakarta dan Gedung Departemen Pendidikan Nasional
Pusat; serta sebagian besar
bangunan kolonial karya arsitek-arsitek Belanda. Meskipun demikian,
beberapa bangunan
modern di Jakarta juga tampak diselesaikan dengan konsep
perancangan pasif, seperti halnya
Gedung S Widjojo dan Wisma Dharmala Sakti, keduanya terletak di
Jalan Jenderal Sudirman,
Jakarta.
Rancangan aktif: solar sel
Dalam rancangan aktif, energi matahari dikonversi menjadi energi
listrik sel solar, kemudian
energi listrik inilah yang digunakan memenuhi kebutuhan bangunan.
Dalam perancangan
secara aktif, secara simultan arsitek juga harus menerapkan strategi
perancangan secara pasif.
Tanpa penerapan strategi perancangan pasif, penggunaan energi
dalam bangunan akan tetap
tinggi apabila tingkat kenyamanan termal dan visual harus dicapai.
Strategi perancangan aktif dalam bangunan dengan sel solar belum
dijumpai di Indonesia saat
ini. Penggunaan sel solar masih terbatas pada kebutuhan terbatas bagi
penerangan di desa-
desa terpencil Indonesia.
Salah satu bangunan yang dianggap paling berhasil menerapkan
teknik perancangan pasif dan
aktif secara simultan dan sangat berhasil dalam mengeksploitasi
penggunaan sel solar adalah
bangunan paviliun Inggris (British pavillion). Bangunan ini dirancang
Nicholas Grimshaw &
Partner, arsitek yang juga merancang Waterloo International Railway
Station yang
menghubungkan Inggris dengan Perancis melalui jalur bawah laut.
Paviliun Inggris ini
dibangun di kompleks Expo 1992 di kota Seville, Spanyol, sebagai
perwujudan hasil sayembara
tahun 1989 yang dimenangi arsitek tersebut.
Bangunan ini dirancang dengan pertimbangan iklim setempat, yaitu
suhu udara musim panas
saat Expo dilangsungkan dapat mencapai 45 derajat Celsius, serta
meminimalkan penggunaan
energi yang mengemisi karbondioksida.
Beberapa strategi rancangan yang digunakan mengantisipasi kondisi
udara ini adalah pertama,
menggunakan tabir air pada dinding timur yang berfungsi sebagai
filter radiasi matahari pagi
untuk pendingin bangunan tanpa menghilangkan potensi penerangan
alami pagi hari. Tabir air
dijatuhkan dari dinding bagian atas bangunan mengalir di seluruh
dinding kaca sepanjang 65
meter ke kolam di dasar bangunan.
Aliran air sebagai tabir dinding kaca berfungsi untuk pendinginan
permukaan kaca itu sendiri
serta menurunkan suhu lingkungan di sekitar bangunan secara
evaporatif. Kelembaban udara
pada kawasan ini relatif rendah, sekitar 50-70 persen.
Dinding kaca terbuat dari bahan yang 20 persennya merupakan
komponen keramik dan
berfungsi mengurangi panas matahari tanpa mengorbankan cahaya
yang masuk ke dalam
bangunan. Penggunaan tabir air pada dinding timur ini mampu
menurunkan suhu udara di
dalamnya hingga 10 derajat Celsius.
Sisi barat dinding bangunan dilapis kontainer berisi air yang berfungsi
sebagai penyerap panas
matahari sore. Panas yang diserap kontainer mengurangi pemanasan
bangunan siang dan sore
hari. Selanjutnya kontainer akan menghangatkan bangunan pada
malam hari (suhu udara luar
malam hari cenderung rendah di bawah batas nyaman). Air panas
dalam kontainer ini juga
dimanfaatkan bagi keperluan pengguna bangunan.
Dinding bangunan sisi selatan diberi lembaran semitransparan yang
diperkuat dengan
konstruksi baja. Selain sebagai elemen estetika yang mencitrakan
layar kapal yang menjadi
simbol kejayaan Inggris di laut, juga berfungsi mengurangi radiasi
panas sisi selatan.
Sejumlah 1.040 panel sel solar di bagian atap bangunan yang -
membentuk semacam deretan
layar kapal dan mampu menghasilkan 46kW daya listrik digunakan
untuk sebagian besar
keperluan listrik bangunan. Konstruksi panel sel solar ini diletakkan
sedemikian rupa sehingga
dapat melindungi atap terhadap radiasi matahari dari sisi selatan.
Paviliun Inggris ini
menggunakan energi listrik sekitar 24 persen lebih rendah daripada
energi yang seharusnya
digunakan bangunan yang dirancang tanpa strategi semacam ini.
Langkah merancang bangunan hemat energi baik secara pasif maupun
aktif seperti di atas
perlu dicermati. Sudah waktunya para arsitek Indonesia memulainya.
Jika dalam waktu dekat
Indonesia menjadi negara pengimpor minyak neto dan harga BBM
dan tarif listrik dalam
negeri melambung, sebagian besar bangunan yang boros energi tidak
lagi dapat berfungsi.
Pemakai bangunan akan menemui kesulitan menanggung biaya listrik
untuk lift, AC, pompa,
dan peralatan lain, yang tinggi. Masih ada waktu untuk menghindari
situasi buruk semacam ini
dengan memulai merancang bangunan yang hemat energi, hemat
listrik, sejak sekarang.

KENDALA IMPLEMENTASI STRATEGI PASIF BANGUNAN


GEDUNG HIJAU
Strategi untuk tanggap terhadap iklim sebagai kekhasan lokal
dengan menyesuaikan orientasi, bentuk serta material selubung
bangunan yang tepat disebut sebagai strategi pasif. Disebut strategi
pasif karena bangunan berikut elemennya dirancang untuk
meminimalkan pemakaian energi dan mencapai kenyamanan termal
tanpa menggunakan peralatan elektrikal maupun mekanikal (Yeang,
2005). Karena berkaitan dengan rancangan bangunan maka strategi
pasif membutuhkan peran yang signifikan dari perancangnya
Selain strategi pasif, dikenal juga strategi aktif, yaitu strategi
penghematan energi dan pengurangan dampak melalui pemilihan dan
optimasi peralatan mekanikal dan elektrikal yang efektif dan efisien
pada bangunan. Pada bangunan tinggi, upaya mengimplementasikan
strategi aktif tidak terelakkan karena kebutuhan pengkondisian ruang
baik secara thermal maupun visual memerlukan bantuan peralatan
elektrikal dan mekanikal. Diperlukan keinginan yang kuat dan upaya
yang besar untuk dapat menerapkan kombinasi strategi pasif dan
aktif, sedangkan peluang untuk mengakomodasi strategi aktif sangat
menggoda karena lebih praktis untuk diterapkan dibandingkan strategi
pasif. Padahal Yeang menegaskan bahwa upaya untuk mendapatkan
kinerja bangunan yang lebih tinggi akan dapat tercapai dengan cara
mengoptimalkan strategi pasif sebelum mengimplementasikan strategi
aktif.

Penghematan Energi Melalui Perancangan Arsitektur


Peranan yang paling penting dalam penghematan energi terletak
pada rancangan suatu bangunan. Suatu bangunan dapat menghemat
penggunaan energi melalui perancangan pasif dan perancangan aktif.
Perancangan secara pasif dilakukan dengan memanfaatkan energi
alam untuk memenuhi kebutuhan di dalam bangunan, misalnya
penempatan jendela untuk sirkulasi udara dan mendapatkan cahaya
matahari di dalam ruang tanpa harus menggunakan penerangan
buatan, sedangkan rancangan aktif lebih mengarah kepada
penggunaan teknologi untuk mengkonversikan energi alam ke energi
listrik (Karyono T. H., 2011)
 Perancangan Secara Aktif
Dalam perancangan aktif, rancangan bangunan dapat
memanfaatkan teknologi yang dapat mengkonversi energi alam
menjadi energi listrik, seperti penggunaan solar panel yang
mengubah panas matahari menjadi energi listrik. Untuk
melaksanakan perancangan secara aktif, perancangan secara
pasif juga diperlukan agar tidak membebani pengeluaran energi
listrik.
 Perancangan Secara Pasif
Strategi rancangan hemat energi untuk wilayah yang beriklim
tropis seperti di Indonesia dapat dilakukan dengan
memanfaatkan radiasi matahari yang mengenai bangunan
dengan mereduksi panas matahari tetapi menerima cahaya
matahari yang
masuk untuk digunakan sebagai penerangan (penggunaan
shading light self), dapat
juga dengan menerapkan konsep cross ventilation pada
bangunan sebagai
penghawaan alami.

DESAIN AKTIF DAN DESAIN PASIF


Di Varming Consulting Engineers Irlandia, kami merancang dan
menciptakan bangunan dan layanan bangunan yang paling hemat
energi dan ramah lingkungan untuk klien kami dan tim kami memiliki
banyak pengalaman dalam semua hal yang berkaitan dengan desain
berkelanjutan.

 Desain Aktif
Di sisi lain, desain aktif adalah suatu struktur atau sistem yang
menggunakan atau mampu menghasilkan listrik itu sendiri, yang
merupakan sesuatu yang menggambarkan sebagian besar
bangunan yang ada. Untuk menempatkan hal ini dalam
konteksnya, jika desain pasif menyediakan ventilasi dan
pemanasan menggunakan sistem 'tidak bertenaga' alami, maka
bangunan yang menggunakan desain aktif akan mencapai tujuan
yang sama, namun harus menggunakan teknologi seperti panel
surya, sistem pemulihan panas, atau penggunaan energi listrik .
sumber energi terbarukan seperti turbin angin .
 Desain Pasif
Pertanyaan ini relatif mudah untuk dijawab, karena desain pasif
adalah metode yang digunakan oleh insinyur mekanik dan listrik
untuk memungkinkan sebuah bangunan memanfaatkan
lingkungan di sekitarnya untuk tujuan pemanasan dan ventilasi.
Baik itu sinar matahari, angin, atau gravitasi, sistem yang
dirancang secara pasif mampu memanfaatkan kekuatan alam ini,
yang berarti tidak diperlukan jaringan listrik atau bahan bakar
untuk pengoperasiannya.

REFERENSI :
file:///C:/Users/hp/Downloads/135-Article%20Text-492-1-10-
20180806.pdf

https://www.researchgate.net/publication/
278390438_Bangunan_Hemat_Energi_Rancangan_Pasif_dan_Aktif

http://p2m.upj.ac.id/userfiles/files/Makalah_Forum_Ilmiah%20(3).pdf

http://repository.unika.ac.id/21319/5/15.A1.0114%20LIEM
%20FENDY_BAB%204.pdf

https://www-varming-ie.translate.goog/blog/the-difference-between-
passive-and-active-design?
_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc

Anda mungkin juga menyukai