Anda di halaman 1dari 16

MUHKAMAT AL-QUR’AN

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ulumul Qur’an

Dosen Pengampu: Abdul Rozaq M.Ag

Disusun Oleh : 1. Ulil Absor (210202110172)

2. M Ashif Awaludin Yahya (210202110173)

3. Muhammad Fatahillah (210202110171)

Hukum Ekonomi Syariah (E)

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugrah.
Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besarkita,
Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita semuajalan yang
lurus berupa ajaran agama islam yang sempurna dan menjadi anugrah terbesar
bagi seluruh alam semesta.

Kami sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan makalah yang menjadi


tugas Mata Kuliah Ulumul Qura’an dengan judul “Muhkamat Al-Quran”. Kami
mengucapkan terima kasih kepada bapak Abdul Rozaq M.Ag selaku dosen mata
kuliah Ulumul Qur’an yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang sedang kami kerjakan.
Disamping itu, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu kami selama pembuatan makalah ini berlangsung sehingga dapat
terealisasikan makalah ini.

Kami menyadari makalah yang kami tulis masih jauhdari kata sempurna.
Oleh karena itu, kami membutuhkan kritik dan saran yang membangun untuk
menyempurnakan makalah ini. Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga
makalah ini bisa bermanfaat bagi penulis maupun bagi para pembaca.

Pasuruan, 11 April 2021

Pemakalah
DAFTAR ISI

BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
2.1 Rumusan Masalah..........................................................................................5
2.3 Tujuan Masalah..............................................................................................5
BAB II......................................................................................................................6
PEMBAHASAN......................................................................................................6
2.1 Pengertian Muhkamat dan Dalil-Dalil Muhkamat.........................................6
2.2 Contoh-Contoh Muhkamat Al-Qur’an...........................................................8
2.3 Pandangan ulama tentang perbedaan Muhkamat dan Mutasyabihat............10
2.4 Hikmah dari pada Muhakamat Al-Qur’an....................................................14
BAB III..................................................................................................................15
PENUTUP..............................................................................................................15
3.1 Kesimpulan...................................................................................................15
3.2 Saran.............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Adalah al Quran Kitab Suci yang diturunkan Allah melalui Jibril kepada
Nabi Muhammad SAW sebagai Kitab Suci yang terakhir dan suatu ringkasan dari
Kitab-Kitab Suci yang pernah diturunkan Allah. Bahkan al Quran acapkali diseru
oleh seluruh penganutnya untuk mengesahkan berbagai macam prilaku,
memotivasi berbagai perjuangan, melandasi berbagai aspirasi, mensugesti dalam
memenuhi segudang harapan dan memperteguh jati diri manusia yang
meyakininya dalam menghadapi berbagai tantangan perkembangan zaman.

Bahkan bila dilihat pendapat Muhammad Abduh yang selaras dengan


tendensi rasionalitasnya di bidang tafsir bahwa kemukjizatan al Quran
menunjukkan adanya ketidakberdayaan zaman untuk menggugurkan apapun
darinya. Ia juga menegaskan bahwa hanya al Quranlah satu-satunya kitab yang
memuat berbagai masalah alam, secara empiris maupun1. Oleh karena itu al Quran
adalah salah satu naskah atau risalah yang berjangkauan universal yang sering
diperbincangkan dan didiskusikan, meski demikian kurang kita pahami secara
keseluruhan. Mengingat penjelasan pesan-pesan Allah dan segala hikmahnya itu
masih menjadi misteri bagi kebanyakan manusia. Sehingga kaum muslimin harus
menakwilkannya dan harus mengeluarkan dari seluruh fenomenanya untuk
disesuaikan dengan berbagai fenomena dan tradisi atau teori sains. Sehingga
perkembangan ilmu pengetahuan manusia sesuai dengan realitasnya yang benar-
benar riil dalam al Quran.

Misalkan dalam permasalahan muhkam dan mutasyabih yang terdapat


dalam ayat-ayat al Quran. Bila umat Islam tidak memahami dengan baik dan
1
Abdul Majid. Abdussalam, Visi Dan Paradigma Tafsir Al Quran Kontempore,r (Bangil: al Izzah,
1997).
benar keduanya, tentunya akan menimbulkan permasalahan yang mendasar dalam
memahami al Quran. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan secara terinci hal-hal
yang berkaitan dengan kedua permasalahan tersebut di bawah ini.

2.1 Rumusan Masalah

Berdasarkan latarbelakang di atas. Penyajian makalah ini di rumuskan kedalam


kedalam beberapa bagian penting yang menyangkut tentang Muhkamah Al-
Qur’an : 1. Apa pengertian muhkamat dan jelaskan dalil muhkamat ?

2. Bagaimana Contoh-Contoh Muhkamat ?

3. Bagaimana Pandangan ulama tentang perbedaan Muhkamat dan


Mutasyabihat?

4. Apa saja Hikmah yang di dapat dari Muhkamt Al-Quran ?

2.3 Tujuan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, tujuan penulisan


makalah ini adalah :

1. Agar mengetahui Pengertian Muhkamat dan dalil-dalil Muhkamat.

2. Agar mengetahui Contoh-Contoh Muhkamat.

3. Agar mengetahui Pandangan ulama tentang perbedaan Muhkamat dan


Mutasyabihat

.4. Agar mengetahui Hikmah yang di dapat dari Muhkamat Al-Qur’an.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Muhkamat dan Dalil-Dalil Muhkamat.

Muhkamat berasal dari kata ihkam yang secara bahasa berarti kekukuhan,
kesempurnaan, keseksamaan dan pencegahan. Akan tetapi semua pengertian
tersebut kembali pada arti dasarnya yaitu pencegahan. Seperti pada kalimat ahkam
al Amr yang berarti Dia menyempurnakan suatu hal dan mencegahnya dari
kerusakan2.

. Seperti dalam ayat-ayat al Quran yang menggunakan kata Muhkamatat tersebut:

‫ت ِم ْن لَّ ُد ْن َح ِكْي ٍم َخبِرْي ۙ ٍر‬ ِّ ُ‫ت اٰ ٰيتُ ٗه مُثَّ ف‬


ْ َ‫صل‬
ِ
ْ ‫ٰب اُ ْحك َم‬
ِ
ٌ ‫ال ٰۤر ۗ كت‬
“Alif laam raa, (Inilah) suatu Kitab yang ayat-ayatNya disusun dengan rapi
serta dijelaskan secara terperinci, yang diturunkan dari sisi (Allah) yang Maha
Bijaksana lagi Maha tahu.” (QS Hud: 1).

Contoh ayat di atas terkesan menimbulkan pemahaman berbeda di kalangan


ulama’. Untuk itu, Ibnu Habib an Naisaburi berpendapat bahwa al Quran
seluruhnya Muhkamat berdasarkan ayat tersebut, dan Menurutnya ayat tersebut
adalah Muhkamatnya al Quran adalah kesempurnaannya dan tidak adanya
pertentangan antara ayat-ayatnya.

Pendapat itu juga sama seperti yang dilontarkan oleh M. Hasbi Ash
Shiddieqy bahwa al Quran semuanya Muhkamatah, jika dimaksudkan dengan
keMuhkamatannya, dilihat dari komposisi lafadnya dan nilai estetika nadhamnya
sungguh sangat sempurna. pernyataan al Quran itu seluruhnya Muhkamat adalah
maksudnya itqon (kokoh, indah) artinya ayat-ayatnya serupa dan sebagiannya

2
Manna Khalil Al Qotton, Studi Ilmu-Ilmu Al Quran, (Bogor: Litera Antar Nusa, 1994), hal. 51-60.
membenarkan sebagian yang lain. Sedangkan pengertian Muhkamat secara
terminologi, di kalangan ulama banyak berbeda pendapat.

Seperti al Suyuti telah mengemukakan delapan belas definisi, dan al Zarkoni


juga telah mengemukakan sebelas definisi pula. Dari seluruh definisi tersebut
yang sering dipergunakan ialah sebagai berikut3:

1. Muhkamat adalah ayat yang maksudnya dapat diketahui secara jelas


dan tegas, baik melalui takwil (metafora) ataupun tidak. Sedangkan
mutasyabih adalah ayat yang maksudnya hanya dapat diketahui oleh
Allah, seperti saat kedatangan hari kiamat, keluarnya dajjal, dan huruf-
huruf muqaththa’ah. Definisi ini dikemukakan kelompok ahlussunnah.

2. Muhkamat adalah ayat yang maknanya jelas dan mudah dipahami,

3. Muhkamat adalah ayat yang tidak mungkin dapat diartikan dari sisi
arti lain

4. Muhkamat adalah ayat yang maknanya dapat dipahami akal, seperti


bilangan raka’at shalat, kekhususan bulan Ramadhan untuk pelaksanaan
puasa wajib,

5. Muhkamat adalah ayat yang pemahaman maknanya dapat berdiri


sendiri

6. Muhkamat adalah ayat yang maksudnya segera dapat diketahui tanpa


ditakwil terlebih dahulu,

7. Muhkamat adalah ayat yang lafazh-lafazhnya tidak berulang-ulang,

8. Muhkamat adalah ayat yang berbicara tentang kefarduan, ancaman,


dan janji,

9. Muhkamat adalah ayat yang menghapus (nasikh), berbicara tentang


halal, haram, ketentuan-ketentuan (hudud), kefarduaan, serta yang harus
diimani dan diamalkan. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Ibnu Abi
Hatim dalam sebuah riwayat dari Ali bin Abi Thalib dari Ibnu Abbas.
3
Al Qotton,. Hal. 73-77.
10. Muhkamat adalah ayat-ayat yang tidak dihapus,. Hal ini sebagaimana
diungkapkan oleh Abdullah bin Hamid dalam sebuah riwayat dari Adh-
Dhahak bin al-Muzahim (w.105 H.).

11. Muhkamat adalah ayat yang harus diimani dan diamalkan. Hal ini
diungkapkan oleh Ibnu Abi Hatim yang mengatakanbahwa Ikrimah
(w.105 H.), Qatadah bin Du’amah (w.117 M.) mengatakan demikian.

Dari berbagai pendapat yang dikemukakan para ulama terkait pengertian


Muhkamat dapat disimpulkan bahwa inti Muhkamat adalah ayat-ayat yang
maknanya sudah jelas, tidak samar lagi. Termasuk dalam kategori Muhkamat
adalah nash (kata yang menunjukkan sesuatu yang dimaksud dengan terang dan
tegas, dan memang untuk makna itu ia disebutkan) dan zhahir (makna lahir).

2.2 Contoh-Contoh Muhkamat Al-Qur’an

Secara umum, ayat muhkam dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian.


Pertama, ayat-ayat yang sangat jelas maksudnya sehingga orang awam pun dapat
mengetahui maknanya. Dalam surat al-Baqarah ayat 183, Allah Swt berfirman:

َ‫ب َعلَى الَّ ِذيْ َن ِم ْن َقْبلِ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم َتَّت ُق ْو ۙن‬ ِ


َ ‫الصيَ ُام َك َما ُكت‬
ِّ ‫ب َعلَْي ُك ُم‬ ِ ِ َّ ٓ
َ ‫ٰياَيُّ َها الذيْ َن اٰ َمُن ْوا ُكت‬
“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,” (QS.
Al-Baqarah: 183)

Perintah berpuasa dalam ayat ini sangat jelas maksudnya. Sehingga, tanpa
ilmu agama yang tinggi, orang awam pun dapat memahaminya.

Jenis kedua yakni ayat muhkam yang hanya dapat dipahami oleh para ulama
berdasarkan ilmu mereka. Ayat ini dapat diterjemahkan dengan bantuan kajian
ushul fiqh dan kaidah-kaidah ilmu balaghah lainnya. Contohnya terdapat dalam
ayat berikut4:
4
Ramli Abdul Wahid, Ulumul Qur’an, cetakan ke II, (Jakarta: PT Raja Granfindo Persada, 1996),
hal. 45.
ِ ٰ ٍ ٍ ۢ ۢ ٍ ِٰ ِ ِ
ُ ‫ت َسْب َع َسنَابِ َل يِف ْ ُك ِّل ُْسنُبلَة ِّماَئةُ َحبَّة ۗ َواللّهُ يُضٰع‬
‫ف‬ ْ َ‫َمثَ ُل الَّذيْ َن يُْنف ُق ْو َن اَْم َواهَلُ ْم يِف ْ َسبِْي ِل اللّه َك َمثَ ِل َحبَّة اَ ْن بَت‬
‫لِ َم ْن يَّ َشاۤءُ ۗ َوال ٰلّهُ َو ِاس ٌع َعلِْي ٌم‬

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan


hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan
tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji.” (QS. Al-Baqarah: 261)

Yang dimaksud dengan "perumpamaan orang-orang yang berinfak" dalam


ayat ini adalah "perumpamaan pahala orang yang menginfakkan hartanya". Jadi,
ada kata yang dibuang dalam ayat ini karena telah dimaklumi oleh para ulama.

Mengutip buku Studi Alquran oleh Dr. Kadar M Yusuf 5 kata yang dibuang
adalah tsawab (pahala) atau ajr (balasan). Ini termasuk dalam penggunaan majaz
nuqshan. Tanpa ilmu agama yang tinggi, orang awam suli memahaminya.

Berikut contoh ayat-ayat muhkam yang bisa Anda pahami:

1. Surat Hud ayat 1

‫ت ِم ْن لَ ُد ْن َح ِكي ٍم َخبِ ٍري‬


ْ َ‫صل‬
ِّ ُ‫ت آيَاتُهُ مُثَّ ف‬ ِ ‫الر ۚ كِتَاب‬
ْ ‫ُأحك َم‬
ْ ٌ

“Alif laam raa, (inilah) suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta
dijelaskan secara terperinci, yang diturunkan dari sisi Dzat yang Maha Bijaksana
lagi Maha tahu.”

2. Surat Yunus ayat 1

‫اب احْلَ ِكي ِم‬


ِ َ‫ات الْ ِكت‬ َ ‫الر ۚ تِْل‬
ُ َ‫ك آي‬

“Alif laam raa. Inilah ayat-ayat Al Quran yang mengandung hikmah.“

3. Surat Taha ayat 82

5
Ash M. Hasbi Shiddieqy, Ilmu-Ilmu Al Quran, (Jakarta: Bulan Bintang Jakarta, 1993), hal. 67.
‫صاحِلًا مُثَّ ْاهتَ ٰدى‬ ِ ِ
َ َ‫َّار لِّ َم ْن ت‬
َ ‫اب َواٰ َم َن َو َعم َل‬ ٌ ‫َوايِّن لَغَف‬

"Dan sungguh, Aku Maha Pengampun bagi yang bertobat, beriman dan berbuat
kebajikan, kemudian tetap dalam petunjuk."

4. Surat Al-Ikhlas ayat 4

‫ࣖ َومَلْ يَ ُك ْن لَّهٗ ُك ُف ًوا اَ َح ٌد‬

"Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.”

5. Surat Asy-Syura ayat 11

ِ ‫الس ِميع الْب‬


‫صْيُر‬ ِِ
َ ُ ْ َّ ‫س َكمثْلهٖ َش ْيءٌ َوۚ ُه َو‬
َ ‫لَْي‬
"Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia. Dan Dia Yang Maha
Mendengar, Maha Melihat."

2.3 Pandangan ulama tentang perbedaan Muhkamat dan Mutasyabihat

Dalam kajian ilmu tafsir, persoalan muhkamat dan mutasyabih telah


memunculkan banyak pendapat dan opini dikalangan ahli tafsir.6 Al-Quran telah
memuat kedua terminologi tersebut yaitu Q.S. Ali Imran [3]: 7,

‫ت ۗ فَاََّما الَّ ِذيْ َن يِف ْ ُقلُ ْوهِبِ ْم َزيْ ٌغ‬


ٌ ‫ٰب َواُ َخ ُر ُمتَ ٰشبِ ٰه‬ ِ ‫ت ُه َّن اُُّم الْ ِكت‬ ٌ ‫ت حُّمْ َك ٰم‬
ِ ‫ك الْ ِكت‬
ٌ ٰ‫ٰب مْنهُ اٰي‬ َ َ ‫ي اَْنَز َل َعلَْي‬ْٓ ‫ُه َو الَّ ِذ‬
ِ
َّ ‫َفيَتَّبِعُ ْو َن َما تَ َشابَهَ ِمْنهُ ابْتِغَاۤءَ الْ ِفْتنَ ِة َوابْتِغَاۤءَ تَْأ ِويْلِهٖۚ َو َما َي ْعلَ ُم تَْأ ِو ْيلَهٗٓ ااَّل ال ٰلّهُ ۘ َو‬
ٖۙ‫الر ِاس ُخ ْو َن ىِف الْعِْل ِم َي ُق ْولُْو َن اٰ َمنَّا بِه‬
‫اب‬ِ ‫ُكلٌّ ِّمن ِعْن ِد ربِّنَا ۚ وما ي َّذ َّكر آِاَّل اُولُوا ااْل َلْب‬
َ ُ َ ََ َ ْ

Artinya : “Dialah yang menurunkan Kitab (Al-Qur'an) kepadamu (Muhammad).


Di antaranya ada ayat-ayat yang muhkamat, itulah pokok-pokok Kitab (Al-
Qur'an) dan yang lain mutasyabihat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya
condong pada kesesatan, mereka mengikuti yang mutasyabihat untuk mencari-
cari fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada yang mengetahui

6
Ramli Abdul Wahid, Ulumul Qur’an.
takwilnya kecuali Allah. Dan orang-orang yang ilmunya mendalam berkata,
“Kami beriman kepadanya (Al-Qur'an), semuanya dari sisi Tuhan kami.” Tidak
ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang yang berakal.”

Ayat di atas memuat istilah muhkamat dan mutasyabihat dalamm posisi


paradoks. Istilah pertama berkonotasi pada sesuatu yang jelas dan terang
dalalahnya, sementara yang kedua menunjukkan kepada sesuatu yang samar
dalalahnya.

Dalam konteks ini, pertanyaannya adalah apakah Al-Quran seluruhnya


muhkam atau semuanya mutasyabih atau mengandung muhkam mutasyabih
secara bersamaan? Bermula dari pertanyaan ini, para ulama berbeda-beda
menyikapinya. (Amir ‘Abdul Aziz dalam Dirasat fi ‘Ulum al-Qur’an, Subhi as-
Salih dalam Mabahis fi ‘Ulum Al-Quran, Muhammad ‘Abdul ‘AzIm az-Zarqani
dalam Manahil al-‘Irfan fi Ulum Al-Quran)7

Pertama, Al-Quran mengandung muhkam dan mutasyabih. Asumsi ini didasarkan


pada Q.S. Ali Imran: 7,

‫ت‬ ِ ‫ت ُه َّن اُُّم الْ ِكت‬


ٌ ‫ٰب َواُ َخ ُر ُمتَ ٰشبِ ٰه‬
ِ ‫ك الْ ِكت‬
ٌ ٰ‫ٰب مْنهُ اٰي‬
ٌ ‫ت حُّمْ َك ٰم‬ َ ْٓ ‫ُه َو الَّ ِذ‬
َ ‫ي اَْنَز َل َعلَْي‬

Artinya : “Dialah yang menurunkan Kitab (Al-Qur'an) kepadamu (Muhammad).


Di antaranya ada ayat-ayat yang muhkamat, itulah pokok-pokok Kitab (Al-
Qur'an) dan yang lain mutasyabihat,”

Ayat tersebut secara jelas memuat istilah muhkamat dan mutasyabihat. Hal
ini secara jelas pula mengungkapkan pola yang terkandung dalam Al-Quran.

7
Subhi al-Shalih, Mabahits Fi ‘Ulum Al-Quran, (Beirut: Dar al-Qalam li al-Malayin, 1988), hal. 56.
Kedua, bahwa Al-Quran seluruhnya bersifat muhkam. Dasar asumsi ini berasal
dari Q.S. Hud [11]: 1,

‫ت ِم ْن لَّ ُد ْن َح ِكْي ٍم َخبِرْي ۙ ٍر‬ ِّ ُ‫ت اٰ ٰيتُ ٗه مُثَّ ف‬


ْ َ‫صل‬
ِ
ْ ‫ٰب اُ ْحك َم‬
ِ
ٌ ‫ال ٰۤر ۗ كت‬

Artinya : “Alif laam raa, (inilah) suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan
rapi serta dijelaskan secara terperinci, yang diturunkan dari sisi Dzat yang Maha
Bijaksana lagi Maha tahu.”

Asumsi ini juga bermakna bahwa Al-Quran seluruhnya muhkam dalam


artian kata-katanya tetap fasih, membedakan yang hak dan batil, antara yang benar
dan dusta. Menurut al-Qattan, inilah yang dimaksud dengan al-Ihkam
al-‘amm atau muhkam dalam pengertian yang umum.

Ketiga, bahwa Al-Quran seluruhnya bersifat mutasyabih. Asumsi ini didasarkan


pada Q.S. Az-Zumar: 23,

‫ث كِتٰبًا ُّمتَ َشاهِبًا َّمثَايِن ۙ َي َت ْق َشعُِّر ِمْنهُ ُجلُ ْو ُد الَّ ِذيْ َن خَيْ َش ْو َن َربَّ ُه ْم ۚ مُثَّ تَلِنْي ُ ُجلُ ْو ُد ُه ْم َو ُقلُ ْوبُ ُه ْم‬
ِ ‫اَل ٰلّه َنَّز َل اَحسن احْل ِدي‬
ْ َ ََ ْ ُ
ٍ‫ضلِ ِل ال ٰلّه فَما لَهٗ ِمن هاد‬ ِ ِ ٰ ِ ِ ٰ ِ ِ
َ ْ َ ُ ْ ُّ‫ك ُه َدى اللّه َي ْهد ْي بِ ٖه َم ْن يَّ َشاۤءُ ۗ َو َم ْن ي‬ َ ‫اىٰل ذ ْك ِر اللّه ۗ ٰذل‬

Artinya : “Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al-Qur'an
yang serupa (ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-
orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati
mereka ketika mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan Kitab itu Dia
memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa dibiarkan
sesat oleh Allah, maka tidak seorang pun yang dapat memberi petunjuk.”

Maksud dari asumsi ini adalah Al-Quran sebagiannya serupa dengan


sebagian yang lain dalam hal kesempurnaan dan keindahan, sebagiannya
membenarkan sebagian yang lain, serta sesuai pula maknanya. Inilah yang
kemudian dinamakan dengan at-tasyabuh al-‘amm atau mutasyabih dalam artian
umum.
Dari ketiga pendapat tersebut, nampaknya asumsi atau pendapat pertamalah
yang banyak dibahas lebih mendalam dan mendetail oleh para ahli tafsir.
Persoalan yang kemudian muncul dari asumsi tersebut adalah terkait pengertian
muhkam dan mutasyabih, bagaimana cara berinteraksi atau berdialektika dengan
ayat-ayat muhkam dan mutasyabih. Dari sini juga memunculkan ragam pendapat
yang tak kalah serunya.

Ibnu Abbas, misalnya, berpendapat bahwa ayat-ayat Al-Quran yang


muhkamat adalah menjelaskan apa yang dihalalkan dan diharamkan, yang belum
dibatalkan dan yang harus diimplementasikan (mubayyinat bil halal wal haram
lamm tunsakh yu’malu biha)8. Contoh kategori ini adalah ayat-ayat Al-Quran
yang mengandung prinsip bagi manusia, seperti anti kemusyrikan, berbakti
kepada orang tua, larangan membunuh, berzina, mencuri dan seterusnya.

Sedangkan ayat mutasyabihat adalah ayat-ayat yang mengandung huruf


terpisah, seperti huruf muqatha’ah, alif-lam-mim-, shad, nun yang berada pada
awal surat Al-Quran dan dikenal dengan fawatih al-suwar. Selain itu ayat-ayat
yang sudah dibatalkan dan yang tidak dilaksanakan juga termasuk dalam kategori
mutasyabihat.

Pendapat yang berbeda pun dikemukakan oleh Al-Qaradawi dalam Kaifa


Nata’amalu ma’a Al-Quran al-Adzim, ia berpendapat bahwa muhkam adalah ayat
yang jelas dengan sendirinya menunjukkan pada maknanya dengan terang, dan
tidak memperlihatkan kesamaran baik dari segi lafal ataupun dari segi makna.
Sedangkan yang dimaksud dengan mutasyabih adalah lafal yang sukar dalam
penafsirannya karena adanya keserupaan dengan yang lain, baik dari segi lafal
ataupun makna.

2.4 Hikmah dari pada Muhakamat Al-Qur’an

8
Subhi al-Shalih.
Adanya ayat-ayat muhkamat dalam Al-Qur'an, jelas akan memberikan
hikmah bagi manusia, hikmah tersebut diantaranya adalah9:

1. Menjadi rahmat bagi manusia, khususnya orang kemampuan Bahasa


Arabnya lemah. Dengan adanya ayat-ayat muhkam yang sudah jelas arti
maksudnya, sangat besar arti dan manfaatnya bagi mereka.
2. Memudahkan bagi manusia mengetahui arti dan maksudnya. Juga
memudahkan bagi mereka dalam menghayati makna maksudnya agar mudah
mengamalkan pelaksanaan ajaran-ajarannya.
3. Mendorong umat untuk mudah memahami, menghayati, dan mengamalkan isi
kandungan Al-Qur'an, karena lafaz ayat-ayatnya telah mudah diketahui,
mudah dipahami, dan jelas pula untuk diamalkan.
4. Menghilangkan kesulitan dan kebingungan umat dalam mempelajari isi
ajarannya, karena lafaz ayat-ayat dengan sendirinya sudah dapat menjelaskan
arti maksudnya, tidak harus menunggu penafsiran atau penjelasan dari lafaz
ayat atau surah yang lain.

9
Shiddieqy, Ilmu-Ilmu Al Quran.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Muhkamat merupakan ayat-ayat yang maknanya sudah jelas, tidak samar


lagi. Termasuk dalam kategori Muhkamat yaitu nash yang mempunyai makna
kata yang menunjukkan sesuatu yang dimaksud dengan terang dan tegas, dan
memang untuk makna itu ia disebutkan dan zhahir (makna lahir).

Dalil Muhkamat terdapat dalam surat Hud Ayat 1 yang bayak dibedakan
oleh para ulama’. Contoh Secara umum, ayat muhkam dapat dikelompokkan ke
dalam dua bagian. Pertama, ayat-ayat yang sangat jelas maksudnya sehingga
orang awam pun dapat mengetahui maknanya.dan banyak sekali contoh-contoh
ayat muhkamat

Banyak hikmah yang kita ambil dari mempelajari ayat-ayat muhkamat.


Seperti Memudahkan bagi kita untuk mengetahui arti dan maksudnya. Juga
memudahkan bagi mereka dalam menghayati makna maksudnya agar mudah
mengamalkan pelaksanaan ajaran-ajarannya.

3.2 Saran

Makalah ini disususun dengan semaksimal mungkin guna mendapatkan hasil yang
baik. Namun kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran kami perlukan dan akan kami terima demi
kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Abdussalam, Abdul Majid. Visi Dan Paradigma Tafsir Al Quran Kontemporer.


Bangil: al Izzah. 1997.

Qotton, Manna Khalil Al. Studi Ilmu-Ilmu Al Quran. Bogor: Litera Antar Nusa.
1994.

Ramli Abdul Wahid. Ulumul Ur’an. Cetakan ke. Jakarta: PT Raja Granfindo
Persada. 1996.

Shiddieqy, Ash M. Hasbi. Ilmu-Ilmu Al Quran. Jakarta: Bulan Bintang Jakarta.


1993.

Subhi al-Shalih. Mabahits Fi ‘Ulum Al-Quran. Beirut: Dar al-Qalam li al-


Malayin. 1988.

Anda mungkin juga menyukai