Anda di halaman 1dari 5

Hukum Demokrasi Dalam Islam dan

Dalilnya
Arti dari kata demokrasi yaitu berasal dari bahasa Yunani. Dimana demokrasi ini
terdiri dari dua kata, yaitu Demos yang artinya rakyat atau khalayak manusia, dan
Kratia yang artinya hukum. Maka dapat diartikan demokrasi merupakan hukum
rakyat, dari sini jelas demokrasi bukan merupakan bahasa Arab.

Sedangkan berdasarkan pengusung dan pencetusnya, demokrasi merupakan


pemerintahan rakyat artinya dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Dan rakyat
merupakan pemegan kekuasaan mutlak, dan ini dapat diartikan sangat
bertentangan dengan aqidah dan syari’at Islam. Sebagaimana firman Allah dalam
surat Al-An’am ayat 57 yang artinya:

“ Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah.” (QS Al-An’am [6] : 57)

Pandangan Islam tentang Demokrasi


Kenapa sistem demokrasi bertentangan dengan Islam? Karena demokrasi ini
tidak berlandaskan hukum yang merujuk kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Melainkan sistem ini telah meletakkan sumber hukumnya kepada rakyat beserta
para wakilnya.

Sistem demokrasi ini tidak berpatokan pada kesepakatan semuanya, melainkan


mengambil suara terbanyak. Meskipun nantinya akan bertentangan dengan
agama, akal dan fitrah sistem demokrasi ini telah menjadikan kesepakatan
mayoritas sebagai Undang-Undang yang wajib untuk dipegang oleh
masyarakatnya.

Sedangkan Allah telah berfirman dalam surat Al-An’am seperti yang telah
disebutkan di atas bahwa yang dapat menetapkan hukum hanyalah Dia dan Allah
merupakan sebaik-baiknya penetap hukum. Allah Subhanahu Wa Ta’ala juga
melarang hamba-Nya untuk menyekutukan-Nya dalam menentukan apapun
terlebih dalam menetapkan hukum dan Dia menyatakan bahwa tak satupun orang
yang dapat melebihi kebaikan hukum-Nya. Baca juga mengenai hukum sunat bagi
anak perempuan dalam islam.

Dalil Islam
Allah Subahanahu Wa Ta’ala berfirman dalam surat Ghafir ayat 12 dan surat Yusuf
ayat 40 yang artinya:

“ Maka putusan (sekarang ini) adalah pada Allah yang Maha Tinggi lagi Maha
Besar.” (QS Ghafir :12)

“ Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu
tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahui.” (QS Yusuf : 40)
Dari kedua ayat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hanya Allah lah satu-
satunya Dzat yang boleh membuat keputusan. Di bawah ini juga ada beberapa
ayat yang menjelaskan bahwa demokrasi sangat bertentangan dengan Islam.

1. Surat At-Tin Ayat 8


Jika membahas mengenai demokrasi pasti anda akan tertuju pada keadilan. Nah
dalam hal keadilan Allah lah hakim yang paling adil. Hal ini dijelaskan dalam Al
Qur’an.

“ Bukankan Allah hakim yang seadil-adilnya?”  (QS At-Tin : 8)

2. Surat Al-Kahfi Ayat 26


Dalam hal memberikan keputusan Allah memang yang terbaik. Karena tidak akan
berpihak kemanapun. Berikut ini diperkuat dengan ayat di dalam Al Qur’an :

“ Katakanlah: ‘Allah lebih mengetahui berapa lamanya mereka tinggal (di gua);
kepunyaan-Nya lah semua yang tersembunyi di langit dan di bumi. Alangkah
terang penglihatan-Nya dan alangkah tajam pendengaran-Nya; tak ada seorang
pelindungpun bagi mereka selain dari pada-Nya; dan Dia tidak mengambil
seorangpun menjadi sekutu-Nya dalam menetapkan keputusan.’” (QS Al-Kahfi :
26)

3. Surat Al-Maidah Ayat 50


Dibandingkan dengan hukum yang ada di seluruh dunia ini, hukum Allah lah yang
paling baik. Hal ini diperkuat dengan penjelasan di dalam Al Qur’an :

“ Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang
lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?”  (QS Al-Maidah :
50)

4. Surat Al-Maidah Ayat 44


Dalam rangka memngambil keputusan, dianjurkan untuk mengikuti dan berpegang
teguh dengan apa yang diperintahkan oleh Allah Swt.

“ Barang siapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka
mereka itu adalah orang-orang kafir.”  (QS Al-Maidah : 44)

5. Surat As-Syura Ayat 21


“ Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang
mensyari’atkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah?” (QS As-Syura :
21)

6. Surat An-Nisa Ayat 65


Pada hakikatnya orang – orang beriman dalam menentukan sesuatu sudah
selayaknya berlandaskan semua ajaran Allah Swt.

“ Maka demi Rabbmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka
menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan.”  (QS An-
Nisa : 65)

Menurut Islam, demokrasi dikategorikan ke dalam undang-undang Thagut, dan


Allah memerintahkan kita hamba-Nya untuk mengingkarinya. Allah berfirman
dalam surat Al-Baqarah ayat 256, surat An-Nahl ayat 36 dan surat An-Nisa ayat 51
yang artinya:

“ (Oleh karena itu) barang siapa yang mengingkari thagut dan beriman kepada
Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul (tali) yang amat kuat
yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”  (QS
Al-Baqarah : 256)

“ Dan sesugguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan) : Sembahlah Allah (saja) dan jauhilah thagut itu.”  (QS An-Nahl : 36)

“ Apakah kamu tidak memperhatian orang-orang yang diberi bahagian dari Al-
Kitab? Mereka percaya kepada jibt dan thagut, dan mengatakan kepada orang-
orang Kafir (musyrik Mekah), bahwa mereka itu lebih benar jalannya dari orang-
orang yang beriman.” (QS An-Nisa : 51)

Dari sini sudah jelas bahwa demokrasi sangat bertentangan dengan Islam dan
keduanya tidak akan pernah menyatu untuk selama-lamanya. Untuk itu kita hanya
memiliki dua pilihan, memilih beriman kepada Allah dan menganut hukum-Nya
atau mungkin beriman kepada thagut dan menganut hukumnya. Apapun yang
berselisih dengan syari’at Allah pasti itu berasal dari thagut. Baca juga
mengenai hukum menyalahkan diri sendiri dalam islam.

Di dalam demokrasi pasti terdapat yang namanya serikat. Serikat disini memiliki
dua jenis:

 Serikat partai (dalam politik)


 Serikat pemikiran

Yang dimaksud dengan serikat pemikiran yaitu manusia berada di bawah naungan
demokrasi, kita bebas memilih keyakinan sesuai dengan kehendak kita sendiri.
Bebas untuk murtad (keluar dari Islam), berpindah agama menjadi kristen, yahudi
atau bahkan memilih untuk menjadi atheis (hidup tanpa Tuhan atau dapat
dikatakan anti Tuhan). Yang intinya ini merupakan murtad yang nyata. Baca juga
mengenai hukum mengganggu rumah tangga orang dalam islam.

Allah berfirman dalam surat Muhammad ayat 25-26  dan surat Al-Baqarah ayat
217 yang artinya:

“ Sesungguhnya orang-orang yang  kembali ke belakang (kepada kekafiran)


sesudah petunjuk itu jelas bagi mereka, syaithan telah menjadikan mereka
mudah (berbuat dosa) dan memanjangkan angan-angan mereka. Yang demikian
itu karena sesungguhnya mereka (orang-orang munafik) itu berkata kepada orang-
orang yang benci kepada apa yang diturunkan Allah (orang-orang Yahudi); Kami
akan mematuhi kamu dalam beberapa urusan, sedang Allah mengetahui rahasia
mereka.” (QS Muhammad : 25-26)

“ Barang siapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam
keadaan kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di
akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.”  (QS Al-
Baqarah : 217)
Sedangkan serikat politik merupakan serikat yang membuka pintu peluang untuk
seluruh golongan yang ingin menguasai umat Islam dengan diadakannya pemilu
tanpa mempedulikan keyakinan masyarakat, disini artinya antara muslim dan non
muslim disama ratakan. Baca juga mengenai hukum mencintai suami orang
dalam diam.

Sedangkan sudah jelas bahwa hal ini sangat berselisih dengan dalil-dalil qath’i
atau absolut yang dimana sangat melarang umat Islam untuk menyerahkan
bentuk kepemimpinan kepada umat non musmlim atau selain dari umat Islam.
Allah berfirman dalam surat An-Nisa ayat 141, ayat 59 dan surat Al-Qalam ayat 35-
36 yang artinya:

“ Dan Allah sekali-kali tidak memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk
memusnahkan orang-orang yang beriman.” (QS An-Nisa : 141)

“ Hai orang-orang yang beriman, ta’atilah Allah dan ta’atilah Rasul-Nya, dan ulil
amri di antara kamu.” (QS An-Nisa : 59)

“ Maka apakah patut Kami  menjadikan orang-orang Islam itu sama dengan
orang-orang berdosa (orang kafir)? Atau adakah kamu (berbuat demikian);
bagaimanakah kamu mengambil keputusan?” (QS Al-Qalam : 35-36)

Allah Subhanahu Wa Ta’ala adalah Dzat yang mencpitakan makhluk dan seluruh
isi langit dan bumi, maka Dia merupakan satu-satunya Dzat yang mengetahui
apapun yang terbaik untuk hamba-Nya dan seperti apa yang layak untuk hamba-
Nya.

Sedangkan kita manusia, diberikan keragaman akal, kebiasaan serta akhlak. Kita
sebagai manusia tidak mengetahui apapun termasuk apa yang terbaik untuk diri
kita sendiri. Maka dari itu, kita sebagai masyarakat jika kita menjadikan rakyat
sebagai UU dan pedoman hukum yang akan kita dapatkan hanyalah kerusakan,
rusaknya kehidupan sosial kita serta moral kitapun akan runtuh. Baca juga
mengenai hukum cicilan dalam islam.

Sebagai catatan, sistem demokrasi ini hanya merupakan dekorasi saja dan lebih
parahnya hal ini berlaku di banyak negara. Demokrasi ini digunakan untuk menipu
rakyat dan hanya sekedar slogan belaka. Rakyat sendiri tidak memiliki wewenang
dan penguasa yang sesunggunya yaitu kepala negara.

Menurut Ulama
Adapun demokrasi menurut pandangan Tokoh Ulama :

 Menurut Al Madudi

Al Madudi merupakan tokoh ulama yang dengan tegas meolak sistem demokrasi
di dalam suatu negara. Karena agama Islam tidak pernah memberikan kekuasaan
pada rakyat untuk mengambil keputusan. Karena dalam Islam ada dalil yang kuat
untuk memutuskan permasalahan yang timbul dalam pemerintahan. Sementara
hukum demokrasi diciptakan oleh manusia itu sendiri sehingga sifatnya sekuler.
 Menurut Muhammad Imarah

Sama seperti Al Madudi, Muhammd Imarah juga sangat menolak sistem


demokrasi dengan tegas. Karena demokrasi bertentangan dengan sistem
pemerintahan Islam yang telah ditetapkan oleh Allah Ta’ala Sang Pemegang
Kekuasaan.

 Menurut Salim Ali Al-Bahnasawi

Beliau menjelaskan bahwa demokrasi memiliki sisi baik dan sisi buruk. Dimana
sisi baiknya yaitu demokrasi memiliki kedaulatan rakyat selama tidak
bertentangan dengan hukum Islam. Sedangkan sisi buruknya yaitu demokrasi
mengarahkan suatu sikap yang dapat menghalalkan segala hal bahkan yang
haram sekalipun karena adanya kebebasan hak legislatif

Dari pemaparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa demokrasi sangat


bertentangan dengan Islam dan itu artinya Islam tidak membenarkan adanya
demokrasi karena sistem demokrasi menyalahi syari’at Islam.

Anda mungkin juga menyukai