Dalilnya
Arti dari kata demokrasi yaitu berasal dari bahasa Yunani. Dimana demokrasi ini
terdiri dari dua kata, yaitu Demos yang artinya rakyat atau khalayak manusia, dan
Kratia yang artinya hukum. Maka dapat diartikan demokrasi merupakan hukum
rakyat, dari sini jelas demokrasi bukan merupakan bahasa Arab.
Sedangkan Allah telah berfirman dalam surat Al-An’am seperti yang telah
disebutkan di atas bahwa yang dapat menetapkan hukum hanyalah Dia dan Allah
merupakan sebaik-baiknya penetap hukum. Allah Subhanahu Wa Ta’ala juga
melarang hamba-Nya untuk menyekutukan-Nya dalam menentukan apapun
terlebih dalam menetapkan hukum dan Dia menyatakan bahwa tak satupun orang
yang dapat melebihi kebaikan hukum-Nya. Baca juga mengenai hukum sunat bagi
anak perempuan dalam islam.
Dalil Islam
Allah Subahanahu Wa Ta’ala berfirman dalam surat Ghafir ayat 12 dan surat Yusuf
ayat 40 yang artinya:
“ Maka putusan (sekarang ini) adalah pada Allah yang Maha Tinggi lagi Maha
Besar.” (QS Ghafir :12)
“ Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu
tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahui.” (QS Yusuf : 40)
Dari kedua ayat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hanya Allah lah satu-
satunya Dzat yang boleh membuat keputusan. Di bawah ini juga ada beberapa
ayat yang menjelaskan bahwa demokrasi sangat bertentangan dengan Islam.
“ Katakanlah: ‘Allah lebih mengetahui berapa lamanya mereka tinggal (di gua);
kepunyaan-Nya lah semua yang tersembunyi di langit dan di bumi. Alangkah
terang penglihatan-Nya dan alangkah tajam pendengaran-Nya; tak ada seorang
pelindungpun bagi mereka selain dari pada-Nya; dan Dia tidak mengambil
seorangpun menjadi sekutu-Nya dalam menetapkan keputusan.’” (QS Al-Kahfi :
26)
“ Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang
lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?” (QS Al-Maidah :
50)
“ Barang siapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka
mereka itu adalah orang-orang kafir.” (QS Al-Maidah : 44)
“ Maka demi Rabbmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka
menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan.” (QS An-
Nisa : 65)
“ (Oleh karena itu) barang siapa yang mengingkari thagut dan beriman kepada
Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul (tali) yang amat kuat
yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS
Al-Baqarah : 256)
“ Dan sesugguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan) : Sembahlah Allah (saja) dan jauhilah thagut itu.” (QS An-Nahl : 36)
“ Apakah kamu tidak memperhatian orang-orang yang diberi bahagian dari Al-
Kitab? Mereka percaya kepada jibt dan thagut, dan mengatakan kepada orang-
orang Kafir (musyrik Mekah), bahwa mereka itu lebih benar jalannya dari orang-
orang yang beriman.” (QS An-Nisa : 51)
Dari sini sudah jelas bahwa demokrasi sangat bertentangan dengan Islam dan
keduanya tidak akan pernah menyatu untuk selama-lamanya. Untuk itu kita hanya
memiliki dua pilihan, memilih beriman kepada Allah dan menganut hukum-Nya
atau mungkin beriman kepada thagut dan menganut hukumnya. Apapun yang
berselisih dengan syari’at Allah pasti itu berasal dari thagut. Baca juga
mengenai hukum menyalahkan diri sendiri dalam islam.
Di dalam demokrasi pasti terdapat yang namanya serikat. Serikat disini memiliki
dua jenis:
Yang dimaksud dengan serikat pemikiran yaitu manusia berada di bawah naungan
demokrasi, kita bebas memilih keyakinan sesuai dengan kehendak kita sendiri.
Bebas untuk murtad (keluar dari Islam), berpindah agama menjadi kristen, yahudi
atau bahkan memilih untuk menjadi atheis (hidup tanpa Tuhan atau dapat
dikatakan anti Tuhan). Yang intinya ini merupakan murtad yang nyata. Baca juga
mengenai hukum mengganggu rumah tangga orang dalam islam.
Allah berfirman dalam surat Muhammad ayat 25-26 dan surat Al-Baqarah ayat
217 yang artinya:
“ Barang siapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam
keadaan kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di
akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.” (QS Al-
Baqarah : 217)
Sedangkan serikat politik merupakan serikat yang membuka pintu peluang untuk
seluruh golongan yang ingin menguasai umat Islam dengan diadakannya pemilu
tanpa mempedulikan keyakinan masyarakat, disini artinya antara muslim dan non
muslim disama ratakan. Baca juga mengenai hukum mencintai suami orang
dalam diam.
Sedangkan sudah jelas bahwa hal ini sangat berselisih dengan dalil-dalil qath’i
atau absolut yang dimana sangat melarang umat Islam untuk menyerahkan
bentuk kepemimpinan kepada umat non musmlim atau selain dari umat Islam.
Allah berfirman dalam surat An-Nisa ayat 141, ayat 59 dan surat Al-Qalam ayat 35-
36 yang artinya:
“ Dan Allah sekali-kali tidak memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk
memusnahkan orang-orang yang beriman.” (QS An-Nisa : 141)
“ Hai orang-orang yang beriman, ta’atilah Allah dan ta’atilah Rasul-Nya, dan ulil
amri di antara kamu.” (QS An-Nisa : 59)
“ Maka apakah patut Kami menjadikan orang-orang Islam itu sama dengan
orang-orang berdosa (orang kafir)? Atau adakah kamu (berbuat demikian);
bagaimanakah kamu mengambil keputusan?” (QS Al-Qalam : 35-36)
Allah Subhanahu Wa Ta’ala adalah Dzat yang mencpitakan makhluk dan seluruh
isi langit dan bumi, maka Dia merupakan satu-satunya Dzat yang mengetahui
apapun yang terbaik untuk hamba-Nya dan seperti apa yang layak untuk hamba-
Nya.
Sedangkan kita manusia, diberikan keragaman akal, kebiasaan serta akhlak. Kita
sebagai manusia tidak mengetahui apapun termasuk apa yang terbaik untuk diri
kita sendiri. Maka dari itu, kita sebagai masyarakat jika kita menjadikan rakyat
sebagai UU dan pedoman hukum yang akan kita dapatkan hanyalah kerusakan,
rusaknya kehidupan sosial kita serta moral kitapun akan runtuh. Baca juga
mengenai hukum cicilan dalam islam.
Sebagai catatan, sistem demokrasi ini hanya merupakan dekorasi saja dan lebih
parahnya hal ini berlaku di banyak negara. Demokrasi ini digunakan untuk menipu
rakyat dan hanya sekedar slogan belaka. Rakyat sendiri tidak memiliki wewenang
dan penguasa yang sesunggunya yaitu kepala negara.
Menurut Ulama
Adapun demokrasi menurut pandangan Tokoh Ulama :
Menurut Al Madudi
Al Madudi merupakan tokoh ulama yang dengan tegas meolak sistem demokrasi
di dalam suatu negara. Karena agama Islam tidak pernah memberikan kekuasaan
pada rakyat untuk mengambil keputusan. Karena dalam Islam ada dalil yang kuat
untuk memutuskan permasalahan yang timbul dalam pemerintahan. Sementara
hukum demokrasi diciptakan oleh manusia itu sendiri sehingga sifatnya sekuler.
Menurut Muhammad Imarah
Beliau menjelaskan bahwa demokrasi memiliki sisi baik dan sisi buruk. Dimana
sisi baiknya yaitu demokrasi memiliki kedaulatan rakyat selama tidak
bertentangan dengan hukum Islam. Sedangkan sisi buruknya yaitu demokrasi
mengarahkan suatu sikap yang dapat menghalalkan segala hal bahkan yang
haram sekalipun karena adanya kebebasan hak legislatif