Anda di halaman 1dari 12

ВAB 6

Manajemen

Nabi Ibrahim as.

Ihamdulillah, pada bab sebelumnya kita telah membahas

Manajemen dari para Nabi dan Rasul, yaitu manajemen

ANabi Adam as., Nabi Nuh as., Nabi Yunus as., Nabi Yusuf

as., dan Nabi Sulaiman as., pada bab ini kita akan membahas

Manajemen Nabi Ibrahim as.

Dalam Al-Qur'an surah Al-Anbiya ayat 59-69 Allah Subhanahu

wata'ala berfirman:

‫قالوأ من فعل هذا بقالهينا إنه لمن الظليمين‬

‫قالوا سمعنا قتى يذكرهم يقال له إنرهيم‬

‫قالوأ فأنوا بهوء على أعين الناس لعلهم‬

09

59. Mereka berkata: "Siapakah yang telah melakukan perbuatan

ini terhadap tuhan-tuhan kami, sesungguhnya dia termasuk

orang-orang yang zalim."

60. Mereka berkata: “Kami dengar ada seorang pemuda yang

mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim."

61. Mereka berkata: "(Kalau demikian) bawalah dia dengan cara

yang dapat dilihat orang banyak, agar mereka menyaksikan."

62. Mereka bertanya: “Apakah kamu, yang melakukan perbuatan

ini terhadap tuhan-tuhan kami, hai Ibrahim?"

63. Ibrahim menjawab: “Sebenarnya patung yang besar itulah

yang melakukannya. Maka tanyakanlah kepada berhala itu,

jika mereka dapat berbicara."


64. Maka mereka telah kembali kepada kesadaran dan lalu ber-

kata: "Sesungguhnya kamu sekalian adalah orang-orang yang

menganiaya (diri sendiri)."

65. Kemudian kepala mereka jadi tertunduk*] (lalu berkata): “Se-

sungguhnya kamu (hai Ibrahim) telah mengetahui bahwa ber-

hala-berhala itu tidak dapat berbicara."

66. Ibrahim berkata: Maka mengapakah kamu menyembah selain

Allah sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat sedikit pun

dan tidak (pula) memberi mudarat kepada kamu?"

67. Ah (celakalah) kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah.

Maka apakah kamu tidak memahami?

68. Mereka berkata: "Bakarlah dia dan bantulah tuhan-tuhan

kamu, jika kamu benar-benar hendak bertindak."

69. Kami (Allah) berfirman: "Hai api menjadi dinginlah, dan

menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim."

*Maksudnya; mereka kembali membangkang setelah sadar.

Keterangan ayat

Ayat 59: Mereka (penduduk Babylon dan Harran yang kafir) di

zaman Nabi Ibrahim as., suatu ketika sedang hendak mengada-

kan perayaan, tetapi Nabi Ibrahim as., tidak ikut, dengan alasan

sedang sakit. Padahal beliau tidak sakit ketika itu. Jadi Nabi Ibra-

him as., pernah berbohong. Maka dalam hadis, Rasulullah saw.,

bersabda: “Nabi Ibrahim 'alaihissalam tidak pernah berbohong

kecuali tiga kali. Yaitu ketika penduduk Harran dan Babylon ke-

luar rumah masing-masing untuk mengadakan perayaan, beliau


mengatakan sakit padahal tidak sakit. Kedua, ketika beliau di-

tanya oleh Raja Namrud siapa yang menghancurkan berhala,

beliau menunjuk salah satu berhala yang paling besar. Padahal

beliau sendiri yang menghancurkan".

Tujuannya agar orang-orang kafir itu berpikir, bahwa ber-

hala-berhala yang mereka sembah itu tidak bisa mendatangkan

manfaat dan mudarat.

Dan ketika orang-orang kafir itu keluar dan berkumpul

di suatu tempat, maka Nabi Ibrahim as., mendatangi tempat

patung-patung berhala, lalu beliau menghancurkan semua patung

berhala yang ada, kecuali sebuah patung yang paling besar.

Ayat 60: Maksudnya mereka memberi tahu (menuduh) bahwa

yang merusak berhala-berhala adalah Ibrahim (Nabi Ibrahim as.)

Ayat 61: Mereka minta agar Ibrahim didatangkan di hadapan

mereka, untuk dipertunjukkan kepada orang ramai agar disaksi-

kan orang banyak. Agar orang tahu bagaimana akibatnya kalau

berani menentang berhala-berhala (tuhan-tuhan) mereka.

Ayat 62: Maksudnya, Nabi Ibrahim as. diinterogasi, ditanya

apakah dia yang merusak berhala (tuhan-tuhan) mereka.

Ayat 63: Maksudnya, Nabi Ibrahim as., menjawab sambil

menunjuk kepada patung yang paling besar dan mengatakan

bahwa patung itulah yang merusak, dan dipersilakan mereka me-

nanyakan kepada patung yang paling besar itu, siapa yang me-

rusak berhala-berhala, kalau memang ia bisa berbicara.

Ayat 64: Dalam Tafsir Imam Ash Shobuni dikatakan: Mereka


lalu sadar dan berpikir, bahwa benar berhala-berhala itu tidak

bisa berbuat apa-apa, tidak bisa mendatangkan manfaat dan mu-

darat.

Ayat 65: Maksud menundukkan kepala, adalah mereka ber-

pikir dan kembali kepada kesombongan, meskipun sudah sadar,

tetapi karena sudah telanjur marah, mereka tetap menyalahkan

Nabi Ibrahim as.

Ayat 66: Maksudnya, Nabi Ibrahim as., menjawab dan

mukakan argumen: Pantaskah mereka menyembah berhala, se-

suatu yang tidak bisa memberi manfaat atau mudarat?

menge-

Ayat 67: Nabi Ibrahim as., menyatakan kepada orang-orang

kafir itu: Celakalah kalian menyembah selain Allah. Apakah kamu

tetap tidak paham?

Ayat 68: Maksudnya, orang-orang kafir itu semakin marah

dan bermaksud hendak membakar Nabi Ibrahim as. Jadi orang

yang main bakar, atau sedikit-sedikit main bakar, memang sudah

sejak zaman dahulu.

Ayat 69: Maksudnya, begitu Nabi Ibrahim dimasukkan ke da-

lam api, Allah Subhanahu wata'ala memerintahkan kepada api

agar api menjadi dingin dan menyelamatkan Nabi Ibrahim as.

Maka seketika api menjadi dingin, karena api adalah makhluk

Allah Subhanahu wata'ala dan semua makhluk Allah kecuali jin

dan manusia sangat taat dan patuh kepada perintah Allah Subha-

nahu wata'ala. Dan api bukan hanya menjadi dingin tetapi juga
menyelamatkan Nabi Ibrahim as.

Surah Al-Anbiyaa ayat 59 sampai 69 tersebut merupakan

catatan yang sangat penting dan bersejarah bagi manusia di dunia

ini, yang diabadikan dalam Al-Qur'an. (Sebagaimana juga dalam

surah Ashoffat ayat 91-97).

Kesimpulan dari kisah Nabi Ibrahim as., adalah:

1. Orang-orang kafir ingin mengalahkan, tetapi kenyataan me-

reka dikalahkan

Ahli tafsir Imam Ash Shobuni mengatakan: Saking mereka

bencinya kepada Nabi Ibrahim as., mereka ingin sekali mem-

bakar Nabi Ibrahim as. Bahkan ketika itu ada

ibu

yang

sedang sakit ia bernazar: Kalau aku sembuh nanti, akan aku

kumpulkan kayu bakar untuk membakar Ibrahim. Dalam tafsir

disebutkan bahwa Nabi Ibrahim as., adalah Bapak Tauhid

manusia. Sehingga umat Islam dalam shalat ketika mengucap-

kan selawat kepada Nabi Muhammad saw., juga berselawat ke-

pada Nabi Ibrahim dan keluarganya. Sepanjang zaman sampai

seorang

Hari Kiamat.

Ketika proses hendak membakar Nabi Ibrahim as.,

membubung tinggi, lalu Nabi Ibrahim as., dilemparkan dengan

alat (semacam ketepel), karena harus dilempar dari jarak agak

jauh dari api, karena panasnya api membuat orang di sekitar


tidak berani mendekati karena api yang dinyalakan berkobar-

kobar dengan hebatnya. Diceritakan bahwa burung pun tidak

berani terbang di atas kobaran api itu karena panasnya yang

luar biasa. Sepanjang sejarah ketika itu tidak ada kobaran api

sehebat itu. Itulah kobaran api yang paling besar.

api sudah

Ketika itu malaikat Jibril datang menawarkan bantuan, tetapi

dijawab oleh Nabi Ibrahim as: “Aku tidak minta bantuan kepa-

da engkau, wahai Jibril, tetapi aku memohon bantuan kepada

Allah Subhanahau wata'ala". Demikian tinggi ke-Tauhid-an

Nabi Ibrahim as., tidak akan meminta sesuatu selain kepada Al-

lah Subhanahu wata'ala. Beliau berdoa kepada Allah: “Hasbi-

yallah" (cukup Allah sebagai pelindungku). Itulah penyerahan

total kepada Allah Subhanahu wata'ala.

Kemudian Allah Subhanahu wata'ala berfirman seperti da-

lam ayat 69 tersebut di atas. Menurut tafsir Ibnu 'Abbas me-

ngatakan: Kalau seandainya firman Allah hanya memerintah-

kan kepada api supaya dingin, tentu Nabi Ibrahim as., akan

kedinginan. Tetapi ada kalimat “keselamatan" bagi Ibrahim,

maka api tidak menjadi dingin sekali tetapi dingin yang sejuk,

sehingga Nabi Ibrahim as., terasa nyaman, dan sehat wal afiat.

Orang kafir intinya ingin mengalahkan Nabi Ibrahim as.,

tetapi sebenarnya mereka (orang kafir) itulah yang kalah. Tidak

ada sedikitpun anggota tubuh Nabi Ibrahim yang terbakar (ter-

luka), kecuali tali yang mengikat tangannya saja yang putus,


sehingga beliau leluasa bergerak. Keluarlah Nabi Ibrahim as.,

dengan tenang dalam keadaan sehat wal afiat, tiada kurang

suatu apa pun. Orang-orang kafir yang menyaksikan semua

takjub. Meskipun demikian, sesudah itu tidak semua mereka

menjadi beriman. Hanya sebagian dari mereka beriman, tetapi

sebagian lagi tetap tidak beriman.

2. Akhirnya keimanan menang atas kekufuran

Meskipun ketika itu yang beriman hanya satu-dua orang,

bila kita sudah mengaku beriman, janganlah takut, meskipun

hanya satu orang. Kalau keimanan dipegang-teguh, maka

Allah akan menolong. Dalam kisah tersebut, tidak mungkin

Nabi Ibrahim as., mampu melawan sekian banyak musuh,

tetapi Nabi Ibrahim as., menang dalam hujjah (argumen).

Dan Hujjah itu “mematikan" argumen musuh. Nabi Ibrahim

as., memang dikaruniai pandai berdebat. Ketika itu siapa saja

yang berdebat dengan Nabi Ibrahim as., pasti kalah. Karena

orang-orang kafir ketika itu berargumen hanya dengan bekal

hawa-nafsunya.

Dalam tafsir Ash Shobuni dikatakan bahwa Nabi Ibrahim as.,

ketika ditanya siapa yang merusak berhala-berhala di tempat

pemujaannya, Ibrahim as., mengatakan bahwa yang merusak

berhala-berhala kecil adalah berhala yang paling besar. Argu-

mennya, berhala besar itu marah sebab berhala-berhala kecil

ikut disembah, kenapa tidak menyembah berhala yang paling

besar saja.
Demikian argumen Nabi Ibrahim as., sehingga orang-orang

kafir tidak bisa lagi berkata-kata, dan perkataan yang keluar ada-

lah kebencian dan hawa-nafsu. Maka perkataan mereka yang ke-

luar setelahnya tidak ada lagi kecuali bakar, bakar dan bakar!

Dalam ayat tersebut di atas, disebutkan akhirnya Allah Sub-

hanahu wata'ala menolong Nabi Ibrahim as., setelah beliau

berupaya dengan berbagai usaha, berbagai argumentasi, yang

akhirnya pertolongan Allah datang. Maka kita sebagai orang

beriman jangan putus asa dengan Rahmat Allah Subhanahu

wata'ala. Karena pertolongan Allah pasti akan datang meski-

pun pada masa akhir sekali.

Ketika Nabi Ibrahim as., hendak dibakar, api sudah ber-

kobar-kobar. Pada saat itu, tidak seorang pun tukang sihir yang

bisa membuat api menjadi dingin. Maka ketika Nabi Ibrahim

keluar dari api dan tetap segar bugar, sebagian dari orang-

orang itu mengatakan: Ini tidak mungkin kalau bukan per-

tolongan Allah, Tuhannya Ibrahim itu. Maka sesudah itu se-

bagian mereka beriman kepada Nabi Ibrahim as.

as.,

Pelajaran bagi kita dengan kisah tersebut adalah: Jangan

sekali-kali putus asa dalam menghadapi kesulitan. Nabi Ibra-

him as., hanya minta tolong kepada Allah subhanahu wata'ala.

Tidak kepada yang lain. Karena Allah-lah yang Mahakuasa,

Mahabesar dan Maha Pemberi Pertolongan. Keimanan pasti

menang atas kekufuran. Kebenaran pasti menang atas kejahat-


an.

Pelajaran Manajemen

1. Jadilah pemenang tanpa orang lain merasa dikalahkan. (Bahasa.

Jawa: Nglurug tanpa bala, menang tan ngasorake). Nabi Ibra-

him as., sendirian, tanpa balatentara, tetapi beliau berperang

melawan kekafiran, kemusyrikan, kejahatan dengan akal,

logika, argumen, kecerdasan. Kebenaran akan menang atas ke-

jahatan. Mis-management harus diperangi, dihilangkan. Islam

mengajarkan strategi: Menanglah tanpa orang lain merasa

dikalahkan. Demikian juga dalam bermusyawarah, rapat, dan

sebagainya, hendaknya ketika berargumentasi tidak menying-

gung orang lain, sehingga orang lain tidak merasa direndah-

kan. Hal itu penting untuk dilakukan, baik di kantor, dalam

organisasi atau dalam kampus sekalipun.

2. Dibutuhkan keyakinan yang sangat kuat bahwa kebenaran pasti

akan membawa kebahagiaan, meskipun kelihatannya seperti

penderitaan. Orang yang jujur, meskipun terkadang menderita,

tetapi yakinlah bahwa pada akhirnya ia akan lebih bahagia,

lebih selamat dan lebih sehat-sejahtera. Karena sudah menjadi

Sunnatullah, bahwa tidak ada kemudahan tanpa kesulitan.

Maka dalam surah Al-Insyirah disebutkan:

5) ‫(فإن مع العسر يسرا‬

"Karena sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan."

(QS. Al-Insyirah [94]: 6)

Artinya, kalau ingin bahagia jangan takut dengan kesulitan,


jangan takut dengan risiko. Dunia ini adalah sebab dan akibat.

Yakinlah kalau sebabnya buruk, maka akibatnya akan buruk dan

kalau sebabnya baik, maka akibatnya akan baik pula.

Manajemen perubahan ke arah yang lebih baik membu-

tuhkan kualitas bukan kuantitas. Marilah kita bicara kualitas,

value, SDM. Tidak usah terlalu banyak bicara tentang program,

saatnya sekarang kita bicara kualitas. Nabi Ibrahim as., sendi-

rian, mampu menghadapi sekian banyak orang kafir, karena be-

liau punya kualitas. Dan perubahan itu dimulai dari satu orang.

Perubahan di zaman Rasulullah saw., dimulai dari beliau sen-

diri. Beliau berkhalwat (mengasingkan diri di tempat yang sunyi

untuk bertafakur) di Gua Hira, beliau kemudian mendapatkan

wahyu, lalu secara perlahan-lahan beliau sebarkan. Dimulai dari

istri sendiri (Khadijah ra.,) orang yang berkualitas, kemudian

Abu Bakar (orang yang berkualitas) dan seterusnya. Yakinlah

bahwa perubahan manajemen itu dimulai dari kualitas, meski-

pun sedikit orang. Wallahua'lam.

Tanya-Jawab

Pertanyaan:

Kenapa kisah dibakarnya Nabi Ibrahim as., diceritakan lagi da-

lam Al-Qur'an, apa konteksnya dan asbabunnuzul-nya?

Di setiap kisah Nabi atau orang Arab, pasti diceritakan bahwa

orang Arab itu bandel-bandel. Kenapa demikian?

Jawaban:

Itulah gaya bahasa Al-Qur'an, yang bersifat Basyira wa Nadzira


(kabar gembira dan kabar menakutkan). Memberitahukan ten-

tang Surga dan Neraka, melalui kisah-kisah orang-orang ter-

dahulu, para Nabi dan Rasul. Al-Qur'an adalah Kitab

yang

harus

menjadi pegangan kita secara kuat, yang memuat kisah orang-

orang terdahulu khususnya kisah Nabi dan Rasul yang diutus

oleh Allah untuk mereka. Dan di balik kisah semua itu ada Ibrah

(pelajaran) bagi kita. Maka Al-Qur'an akan tetap relevan bagi ke-

hidupan manusia sampai Hari Kiamat. Tidak akan ketinggalan

zaman.

Kalau bangsa Arab bandel-bandel, memang demikianlah me-

reka, karena ketika itu mereka masih Jahil (tidak berilmu agama).

Maka Nabi dan Rasul diturunkan di daerah Timur-Tengah, agar

semua ajaran Nabi dan Rasul menjadi ibrah (pelajaran) bagi

seluruh bangsa. Dan Nabi Muhammad saw., diperuntukkan bagi

seluruh alam semesta (Rahmatan lil 'alamin).

Pertanyaan:

Dalam Al-Qur'an diceritakan tentang kisah-kisah para Nabi

dan Rasul, tetapi secara terbatas (singkat). Kemudian oleh para

Mufasir ada tambahan atau cerita lain, dan ada interpretasi lain,

mereka (para mufasir) mendapatkan sumber dari mana?

Jawaban:

Sumber

para
mufasir ada yang dari Sunah (Hadis) Nabi Muham-

mad saw., ada juga dari Atsar (perkataan) para sahabat. Jadi sum-

ber hukum Islam adalah Al-Qur'an, As-sunnah dan Atsar para

sahabat Rasulullah saw. Selain itu, masih ada lagi, yaitu Ijma' dan

Qiyas.

Anda mungkin juga menyukai