Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN HASIL OBSERVASI

PERMASALAHAN SOSIAL ANAK USIA DINI

Pada Mata Kuliah Diagnostik Permasalahan Perkembangan


Dosen Pengampu :
Nadya Yulianti, S.Psi., M.Pd

Disusun Oleh :

Irma Mulyani (0106.1801.011)

FAKULTAS TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
DR. KHEZ MUTTAQIEN PURWAKARTA
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt., yang telah


memberikan semangat untuk mengerjakan tugas, melalui tugas ini penulis dapat
mencari hal-hal yang berhubungan dengan suatu materi sehingga insyaAllah
memahami pembelajaran tersebut dan mencari wawasan yang lebih luas.

Dan pada kesempatan kali ini alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan


tugas mandiri berupa hasil laporan observasi permasalahan sosial pada anak usia
dini pada Mata Kuliah Diagnostik Permasalahan Perkembangan dengan tepat
waktu tanpa halangan suatu apapun.

Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada:

1. Allah Swt
2. Ibu Nadya Yulianti, S.Psi., M.Pd. selaku Dosen Mata Kuliah Diagnostik
Permasalahan Perkembangan
3. Pihak lain yang telah mendukung sehingga terselesainya laporan Hasil
Observasi ini.

Bagaimana pun penulis telah berusaha membuat laporan ini dengan


sebaik-baiknya, namun tidak ada kesempurnaan dalam karya manusia. Penulis
menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan ini. Oleh karena
itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga
dapat memperbaiki dan menyempurnakan laporan ini. Semoga tugas ini
bermanfaat.

Purwakarta, Juni 2020

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan sosial adalah kemampuan seseorang dalam bertingkah


laku dan berinteraksi dengan orang lain sesuai dengan norma, nilai atau harapan
sosial. Pada usia 2-3 tahun anak mulai belajar mengembangkan kemampuan sosial
dalam bentuk belajar memainkan peran sosial dalam aktivitas dengan teman
sebayanya, dan mengembangkan sikap sosial terhadap individu lain dan aktivitas
sosial yang berada di masyarakat. Kemampuan bersosialisasi adalah salah satu
kemampuan yang perlu dikuasai anak, karena anak akan berinteraksi dengan
orang lain (Wahyudin & Agustin, 2011).

Perkembangan sosial sebagai suatu proses yang dijalani individu yang


sejak lahir sudah memiliki bermacam-macam potensi, diarahkan untuk
mengembangkan tingkah laku sosial yang dalam pengertian lebih sempit diartikan
sebagai tingkah laku yang sesuai dengan kebiasaan yang dapat diterima sesuai
dengan standar yang berlaku dalam suatu kelompok tertentu. Pola tingkah laku
sosial terbentuk selama tahun-tahun awal yang akan berpengaruh terhadap pola
tingkah laku sosial individu di masa-masa berikutnya. Masa usia 2-3 tahun
merupakan masa sosialisasi anak yang sesungguhnya, di mana anak mulai
mempergunakan kriteria orang dewasa dalam menilai orang-orang dan situasi.
Pada usia ini, anak biasanya sudah dapat berinteraksi dengan teman sebaya dan
orang dewasa, anak mulai melaksanakan kontak sosial dengan orang-orang diluar
keluarganya terutama dengan anak-anak seusianya (Somantri, 2005).

Seorang anak akan berinteraksi dengan baik jika dia memiliki


kemampuan sosial yang ada dalam dirinya. Usia 2-3 tahun merupakan masa di
mana anak membutuhkan permainan yang lebih banyak dari sebelumnya. Sebab
itu penting bagi para orang tua dan guru untuk memberikan permainan yang baik
bagi perkembangan sosial anak, salah satu di antaranya yaitu permainan puzzle.
Bermain merupakan suatu aktivitas di mana anak mempraktekkan
kemampuannya, mengekspresikan kreatifitasnya dan mempersiapkan diri untuk
berperilaku dan berperan dewasa. Ketika masa anak sudah mulai memasuki masa
bermain, maka anak selalu membutuhkan kesenangan pada dirinya, disitulah anak
membutuhkan permainan, jadi tidak terlalu heran masa anak-anak identik dengan
masa bermain, karena perkembangan sosial anak mulai akan diasah sesuai dengan
kebutuhannya disaat tumbuh kembang. Perkembangan sosialisasi dapat terjadi
melalui permainan, sebagai contoh dimana pada usia 2-3 tahun anak sudah
mencoba bermain dengan sesamanya dan ini sudah mulai proses sosialisasi satu
dengan yang lain (Hidayat, 2005).

B. Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang diatas. Rumusan masalah ini peneliti mencoba
melakukan observasi social pada anak usia dini dengan proses identifikasi kasus,
identifikasi masalah, mendiagnosis, melakukan treatment, kemudian tindak lanjut

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah diatas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui permasalahan social pada anak dengan mendiagnosis anak agar bisa
menindak lanjut untuk kedepannya. Semoga bermanfaat.
BAB II
ISI/PEMBAHASAN

A. Langkah- Langkah Penanaman Masalah


1. Identifikasi Kasus
Pada penelitian atau obsevasi kali ini penulis mengidentifikasi atau
menandai kepada dua anak yang diperkirakan mengalami masalah.
Dilihat dari prilaku dia ketika belajar, mengamati guru, bermain,
berinteraksi dengan teman sebaya.
Setelah diamati ada dua orang anak yang perkembangan sosialnya kurang
yaitu :
a. Nama : Anggi Septiani
Usia : 3 Tahun
b. Nama : Zahra Aulia
Usia : 4 Tahun
2. Identifikasi Masalah
Setelah dilakukan identifikasi kasus inti dari permasalahan yang dihadapi
kedua anak ini sama yaitu kurangnya sosialisasi pada diri mereka. Anak
cenderung pendiam, suka nangis, tidak mau bermain sama teman
sebayanya, kurang percaya diri dan kurangnya berkomunikasi dengan
orang lain.
3. Diagnosis
Langkah untuk mengidentifikasi karakteristiknya guru melakukan
pendekatan kepada anak tersebut kemudian melakukan wawancara
dengan orang tuanya. Setelah diteliti bisa disimpulkan anak yang
pertama yaitu ananda Anggi ketika diajak ngobrol dia malah menangis
ketika ditanya mengapa? Ananda Anggi cuma menggelengkan kepala
dan kelihatan sangat takut kemudian ketika wawancara dengan orang
tuanya ternyata kurangnya perhatian yang diberikan factor dari “Broken
Home” orang tuanya sehingga ananda Anggi merasa tertekan dan susah
bersosialisasi dengan orang lain. Kemudian ananda Zahra ketika
melakukakn pendekatan ananda Zahra justru cuek, lebih ingin sendiri,
tetapi tidak terlalu pendiam jika ditanya dia menjawab ternyata setelah
dilakukakn wawancara dengan ibundanya ananda Zahra memang tidak
sering bermain dengan teman sebayanya karena orang tua yang sibuk
dengan pekerjaan jadi ananda Zahra diberikan gadget untuk
menemaninya sehingga kurangnya sosialisasi dengan orang lain pula.
Anak kurang sosialisasi juga dapat disebabkan oleh perubahan fisik yang
juga mempengaruhi tingkah laku anak. Disamping itu juga dapat
dipengaruhi oleh factor lingkungan berupa perubahan perlakuan orang
dewasa terhadap anak. (Somantri, 2005). Pada zaman modern seperti saat
ini memang kebanyakan anak usia dini lebih memilih bermain hp, tab
dan alat elektronik lainnya. Hal ini membuat kebanyakan anak kurang
bersosialisasi bersama teman-temannya di luar rumah seperti ananda
Zahra diatas. Banyak ditemukan anak di masa tumbuh kembang
mengalami perlambatan yang dapat disebabkan kurangnya pemenuhan
kebutuhan pada diri anak termasuk masa bermain yang diharapkan
menumbuhkan kematangan dalam pertumbuhan dan perkembangan
karena masa tersebut tidak dipergunakan dengan sebaik mungkinmaka
tentu akhirnya mengganggu tumbuh kembang anak (Hidayat, 2005).
4. Prognosis
Upaya alternative yang akan dilakukan sesuai dengan karakteristik
permasalahan yang dialami. Tentunya langkah pertama adalah
pendekatan terhadap anak tersebut kemudian fahami gejala dan factor
factor yang menyebabkan permasalahan muncul pada diri anak
kemudian memberikan stimulasi yang sesuai dengan kebutuhan anak
tersebut.
5. Treatment
Permasalahan tentang social anak yang kurang atau bahkan anti social
seperti ananda anggi bukan berarti tidak bisa dikontrol maupun diatasi.
Namun ada terapi juga yang dapat dilakukan untuk treatment awal.
Idealnya terapi ini dilakukan dari gabungan guru, pekerja social dan
konselor yang kemudian upaya untuk mengkomunikasikan kepada orang
tua atau anak tersebut. Namun orang tua juga harus ada bimbingan
terlebih dahulu dari konselor untuk menentukan sikap yang tepat dalam
menghadapi anak yang kurang sosialisasi ataupun anti social. Berbagai
metode mungkin akan diterapkan di terapi ini, namun kebanyakan
menggunakan terapi sistematis yaitu terapi yang menekankan pada
kemampuan berkomunikasi pada seluruh anggota keluarga, atau dalam
satu kelompok yang terlibat. Hal ini berguna untuk membangun ulang
hubungan positif antara si anak dengan orang-orang di lingkungannya.
Dalam terapi ini digunakan modeling, rote-play (drama), feedback yang
tepat, Dan ulasan ulang oleh orang-orang yang terlibat dalam terapi tadi.
Selain peran pihak terlibat dan metode yang digunakan kemampuan
kognitif dan perkembangan mental anak juga menetukan berhasil
tidaknya terapi ini.
6. Tindak Lanjut
Untuk tindak lanjut kita berikan waktu untuk mengetahui seberapa
berjalannya upaya yang dilakukan mencapai keberhasilan. Tetapi apabila
terapi atau program yang diikuti oleh anak tidak menunjukan hasil,
jangan merasa frustasi dan memarahi anak, karena proses perkembangan
anak dalam membangun ulang hubungan positif antara si anak dengan
orang-orang di lingkungannya membutuhkan waktu yang tidak singkat.
Jika orang tua atau guru tidak cocok dengan program atau terapi yang
sedang diikuti bisa mencari program atau trapi yang lain yang lebih
sesuai dengan anak. Terimalah anak apa adanya, dan semangati anak
untuk terus berusaha
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah melakukan penelitian terhadap identifikasi permasalahan social


dan penanganannya pada anak usia dini. Dari permasalahan tersebut ada penangan
dari guru, keluarga dan dan orang orang di lingkungannya dalam menangani
permasalahan pada anak usia dini.yaitu ananda Anggi dan ananda Zahra.adalah
dengan mencari penyebabnya dan membantu proses perubahan anak dengan
melatih konsentrasi dalam belajar serta memberikan perhatian lebihkepada anak
yang mengalami permasalahan, mengarahkan cara belajar anak ke hal yang lebih
baik agar pengetahuan dan pemahaman anak tentang berbagai hal yang berguna
mengenai diri, merencanakan dan mengembangkan pola kehidupan diri anak agar
lebih baik kedepannya.

Anda mungkin juga menyukai