Disusun Oleh :
FAKULTAS TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
DR. KHEZ MUTTAQIEN PURWAKARTA
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR
1. Allah Swt
2. Ibu Nadya Yulianti, S.Psi., M.Pd. selaku Dosen Mata Kuliah Diagnostik
Permasalahan Perkembangan
3. Pihak lain yang telah mendukung sehingga terselesainya laporan Hasil
Observasi ini.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1
Kemendiknas, Peraturan Mentri Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2009 Tentang
Standar Pendidikan Anak Usia Dini ( Yogyakarta : bina insane mulia 2010 ), h. 3.
2
Elizabeth B, Harlock, Perkembangan Anak (Jakarta : Erlangga tth) h. 209
Sesuai dengan latar belakang diatas. Rumusan masalah ini peneliti mencoba
melakukan observasi emosional pada anak usia dini dengan proses identifikasi
kasus, identifikasi masalah, mendiagnosis, melakukan treatment, kemudian tindak
lanjut
C. Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah diatas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui permasalahan emosional pada anak dengan mendiagnosis anak agar
bisa menindak lanjut untuk kedepannya. Semoga bermanfaat.
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Metode penelitian adalah strategi umum yang digunakan dalam
pengumpulan dan analisis data yang diperlukan guna menjawab persoalan
yang dihadapi. Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah
untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. 3 Karena fokus
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui permasalahan emosional anak,
maka penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (Classeoom
Action Research) dimana peneliti mencermati kegiatan belajar berupa sebuah
tindakan, yang sengaja ditimbulkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara
bersama.
Penelitian tindakan kelas termasuk penelitian kualitatif meskipun data
yang dikumpulkan bisa saja bersifat kuantitatif, dimana uraiannya bersifat
deskriptif dalam bentuk kata-kata, peneliti merupakan instrument utama
dalam pengumpulan data, proses sama pentingnya dengan produk. Perhatian
peneliti diarahkan kepada pemahaman bagaimana berlangsungnya suatu
kejadian atau efek dari suatu tindakan.
B. Seting Penelitian dan Karakteristik Subjek Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini di laksanakan di kelompok B KB At-Taufiq
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksakan pada hari Senin, 20 Juli 2020
3. Subjek dan Objek Penelitian
Yang menjadi subjek dari penelitian ini yaitu peserta didik kelompok B,
Guru, dan Kepala Sekolah KB At-Taufiq. Dan Objek dari penelitian ini
adalah kemampuan emosional anak.
BAB III
PEMBAHASAN
4
Suharsimi arikunto, penelitian tindakan kelas (Jakarta: bumi aksara, 2014), h.l9.
5
Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Kencana, 2009), h.96
A. Langkah- Langkah Penanaman Masalah
1. Identifikasi Kasus
Pada penelitian atau obsevasi kali ini penulis mengidentifikasi atau
menandai kepada dua anak yang diperkirakan mengalami masalah.
Dilihat dari prilaku dia ketika belajar, mengamati guru, bermain,
berinteraksi dengan teman sebaya.
Setelah diamati ada dua orang anak yang perkembangan emosionalnya
kurang yaitu :
a. Nama : Yosef Khoerul Ramdan
Usia : 4 Tahun
b. Nama : Raihan Kafabil
Usia : 4 Tahun
2. Identifikasi Masalah
Setelah dilakukan identifikasi kasus, inti dari permasalahan yang
dihadapi kedua anak ini sama yaitu tempertantrum. Tenpertantrum ini
merupakan perilaku marah yang dimiliki anak secara berlebihan. Prilaku
ini muncul lebih sering pada anak saat anak menginginkan sesuatu,
dengan cara seperti marah yang berlebihan.
3. Diagnosis
Perilaku tantrum adalah sebuah peristiwa yang umum dialami oleh anak,
sehingga orang tua tidak perlu risau jika menghadapi anak yang seperti
ini. Terpenting adalah bagaimana orang tua atau pendidik untuk dapat
mengontrol emosi dan mengambil tindakan yang tepat.
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya tantrum pada anak.
Seperti terhalangnya keinginan anak mendapatkan sesuatu, adanya
kebutuhan yang tak terpenuhi. Misalnya sedang lapar, ketidakmampuan
anak mengungkapkan diri dan keinginannya sehingga orang tua
meresponnya tidak sesuai dengan keinginan anak
4. Prognosis
Upaya alternative atau pencegahan yang akan dilakukan sesuai dengan
karakteristik permasalahan yang dialami. Untuk mencegah terjadinya
tantrum dapat dilakukan dengan mengenali kebiasaan-kebiasaan anak
dan mengetahui secara pasti pada kondisi-kondisi seperti apa tantru dapat
terjadi pada anak. Misalnya, pada anak yang aktif bergerak dan gampang
stres seperti ananda Yosef maka orang tua perlu mengatur kondisi agar
anak tidak dibuat bosan, membantu anak mengerjakan tugas-tugas
sekolah yang dianggap sulit, dan membantu mngurangi stres.
5. Treatment
Ketika tantrum sedang terjadi hal yang terpenting adalah segera
mengambil tindakan yang tepat, sebab apapun tindakan yang dilakukan
oleh orang tua akan berdampak pada perilaku dan respon anak pada
masa-masa yang akan datang. Ada tiga hal yang perlu dilakukan sesegera
mungkin saat tantrum terjadi, yakni memastikan segalanya aman,
perlunya orang tua mengontrol emosinya, serta tidak ambil peduli
terhadap pandangan sinis atau ucapan negative serta segala bentuk reaksi
dari lingkungan. Ketika tantrum terjadi biarkan anak untuk meluapkan
emosinya tapi pastikan dengan keadaan yang aman bagi anak, pengasuh,
ataupun benda-benda yang kemungkinan bisa dirusak.segera evakuasi
anak ke tempat-tempat yang empuk seperti kasur atau sofa, jauhkan anak
dari benda-benda yang rawan untuk dirusak. Ada baiknya anak di dekap
atau dipeluk dengan kasih sayang. Tindakan yang perlu dihindari adalah
membujuk, berargumen, memberikan nasihat-nasihat moral agar anak
diam. Upaya menghentikan tantrum dengan cara seperti itu ibarat
“memadamkan api dengan bensin” karena anak akan semakin kuat
mengekspresikan kemarahannya dan intensitasnya meningkat. Satu hal
lagi yang perlu dihindari oleh orang tua, yakni meluluskan keinginan
anak yang semula dilarang dengan harapan dia akan diam dan berhenti
tantrum. Cara ini memang efektif untuk menghentikan tantrum. Tetapi
cara ini akan memberi efek negatif pada perkembangan anak.
6. Tindak Lanjut
Jika anak sudah mulai reda tunjukkanlah ekspresi cinta pada anak dan
biarkan dia merasa aman. Ajak anak untuk bermain dan bergembira.
Tunjukan kasih sayang kepada anak walaupun anak telah berbuat salah.
Orang tua perlu mengevaluasi mengapa tantrum terjadi. Harus diakui
bahwa orang tualah yang punya peranan dalam membimbing anak dalam
mengatur emosinyadan mempermudah kehidupan anak agar tantrum
tidak terus-menerus meletup.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan