Anda di halaman 1dari 16

1

PELAKSANAAN DEMOKRASI DITENGAH PANDEMI COVID-19


Yolanda Purnama Sari Damanik(30.0162) & Olivia Putri Saybila(30.0474)

A-2

damanikyolanda84@gmail.com, oliviaputsay20@gmail.com

ABSTRAK

Menjalankan demokrasi di tengah wabah pandemi Covid-19 dapat menjadi

sebuah tantangan khusus yang belum pernah dialami dalam pelaksanaan

Demokrasi di belahan dunia manapun. Pelaksanaan Pilkada Serentak 2020

menjadi tantangan demokrasi tersendiri di era ini. Selain menjamin kedaulatan

rakyat, pelaksanaan demokrasi di tengah pandemi covid-19 juga perlu untuk

menjamin keselamatan dan kesehatan masyarakat. Karena meskipun Pandemi

masih melanda, bukan berarti kita tdk bisa bergerak. Berdiam berarti mati,

kekacauan berawal dari ketiadaan pergerakan. dompet keos, kas daerah keos,

ekonomi keos, sampai program pemerintah akan keos. 

Bagi penyelenggara Pemilu, terbitnya PERPPU merupakan pedoman legalitas

atas keberlangsungan tahapan Pilkada Serentak yang terhenti karena wabah

COVID-19. Namun demikian, beberapa kalangan mempertanyakan implikasi dari

pelaksanaan PERPPU tersebut. Setidaknya terdapat dua skenario dalam merespon

PERPPU tersebut, yaitu skenario optimis dimana pemungutan suara pada Pilkada

Serentak akan dapat dilaksanakan pada bulan Desember 2020 dan skenario

pesimis yang meragukan bahwa pelaksanaan pemungutan suara pada Pilkada

Serentak akan dapat dilaksanakan pada bulan Desember 2020.


2

PENDAHULUAN

Partai politik merupakan suatu organisasi yang memiliki tujuan yang

terorganisir dengan baik para anggotanya. Mereka memiliki tujuan dan cita-cita

yang sama antara satu dengan yang lain. Partai politik pertama kali berkembang di

Eropa Barat, akan tetapi “partai politik” tersebut belum sama bentuknya dengan

partai politik yang ada sekarang ini. Partai politik awalnya digunakan untuk

mempertahankan kepentingan kaum bangsawan dari tuntutan-tuntutan yang

berasal dari raja-raja akan tetapi seiring berjalannya waktu Partai Politik hadir

untuk menghubungkan antara rakyat di satu pihak dan pemerintah di pihak lain,

hal ini merupakan sifat yang diterapkan oleh partai politik yang berkembang di

Indonesia. Partai politik di Indonesia bukan mucul begitu saja dengan sendirinya.

Partai politik di Indonesia berkembang dari masa ke masa dan dibagi dalam tiga

masa, yaitu masa Orde Lama, Orde Baru dan Orde Reformasi.

Berkembangnya Partai Politik dari masa ke masa berarti berkaitan juga

dengan berjalannya demokrasi di Indonesia. Indonesia telah melalui 20 tahun era

Reformasi yang berarti era transisi demokrasi sudah lama dilalui oleh bangsa

Indonesia, selama 20 tahun belakangan ini Indonesia sedang mengabdi pada era

demokrasi baru. Demorasi berarti rakyat memerintah, pemerintah memiliki

batasan-batasan dan tidak dapat bertindak sewenang-wenang terhadap

warganegaranya. Kekuasaan negara dibagi sedemikian rupa sehingga kesempatan

untuk menyalahgunakan kekuasaan diperkecil, yaitu dengan cara menyerahkan

kekuasaan kebeberapa orang atau beberapa badan dan tidak memusatkan

kekuasaan kepada satu orang atau satu badan saja. Demokrasi dianggap alat yang
3

paling memungkinkan dalam menyeleksi secara terbuka dan reguler para calon

pemimpin yang dianggap berkompetensi baik dalam segi integritas maupun

keahlian. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya partai politik dan anggotanya

yang berkompetensi. Partai-partai politik ini harus menyeleksi dengan baik para

anggotanya agar menampilkan citra yang baik bagi masyarakat. Penyeleksian

secara terbuka ini dimaksudkan dari pihak rakyat, rakyat yang melakukan

pemilihan terhadap wakil rakyat yang seperti apa yang akan memimpin dan

menjadi penyalur suara rakyat. Pelaksanaan demokrasi ini dikenal dengan nama

Pemilu Langsung.

Pemilu langsung berarti rakyat yang memilih calon pemimpin rakyat

secara langsung, yang berarti rakyat datang secara langsung ke tempat yang telah

ditentukan kemudian menetapkan pilihannya. Pemilihan Umum secara langsung

telah dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 2004 memilih DPR, DPD, DPRD

serta Presiden dan Wakil Presiden. Pemilu secara langsung ini di Indonesia sering

disebut sebagai “Pesta Demokrasi” dikarenakan pemilu sebagai wujud nyata dari

demokrasi dan merupakan sarana rakyat dalam menyatakan kedaulatan terhadap

negara dan pemerintah. Dengan berlandaskan Pancasila dan Undang Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pemilu diselenggarakan dengan

asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil dalam Negara Kesatuan

Republik Indonesia (NKRI). Pesta Demokrasi sebagai indikator dari implementasi

penyelenggaraan kekuasaan tertinggi yaitu kedaulatan rakyat yang berarti

keterlibatan rakyat dalam Pemilu secara langsung. Keterlibatan rakyat yang secara

langsung tersebut kemudian menghasilkan wakil rakyat dan pemimpin yang

mampu menyuarakan aspirasi serta kepentingan rakyat, berkualitas serta


4

bertanggung jawab penuh atas kesejahteraan rakyat. Para calon pemimpin yang

dipilih oleh rakyat nantinya harus mampu mengemban tugas dengan penuh

tanggung jawab dan tidak mementingkan kepentingan diri sendiri. Adapun yang

termasuk kategori kegiatan pemilu adalah pemilihan umum presiden dan wakil

presiden, legislatif, serta pemilihan umum kepala daerah tingkat provinsi yaitu

gubernur dan kota yaitu walikota ataupun kabupaten yaitu bupati.

Berbicara mengenai Pemilu, Indonesia tahun ini mempunyai agenda

penting dalam Pemilu lokal atau disebut Pemilihan Umum Kepala Daerah

(Pemilukada). Pemilukada diselenggarakan untuk memilih calon pemimpin yang

bertempat di daerah tingkat provinsi maupun kota/kabupaten. Pemilukada bukan

saja merupakan aturan politik untuk mengisi jabatan secara demokratis akan tetapi

merupakan implementasi pelaksanaan otonomi daerah yang sesungguhnya

berlandaskan kepada Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004. Akan tetapi agenda

Pemilukada di Indonesia tersebut mengalami sebuah kendala yaitu kemunculan

pandemi Covid-19 (Corona).

Pandemi Covid-19 atau Corona merupakan virus yang dapat

menyebabkan infeksi saluran pernafasan yang serius. Pandemi ini sudah

berlangsung dari tahun 2019 sampai sekarang, wabah ini pertama kali

teridentifikasi di Wuhan, Cina di bulan Desember 2019 yang kemudian meluas

keseluruh bagian dunia (188 negara) salah satunya Indonesia. Virus ini disebut

sebagai wabah karena telah menjangkiti begitu banyak manusia dan menyebabkan

begitu banyak catatan kematian. Virus ini menyebar melalui kontak antar manusia

yang dilakukan secara dekat. Dapat menyebar melalui batuk, bersin, berbicara dan

bersalaman. Kematian dapat disebabkan karena komplikasi pernafasan yang


5

kemudian dapat ditimbulkan oleh virus ini yaitu pneumonia dan sindrom

gangguan pernafasan akut, hal inilah yang menyebabkan Pandemi Covid-19

menjadi penghalang bagi terlaksananya Pemilukada di Indonesia. Pemilukada

merupakan agenda demokrasi yang awalnya dicanangkan akan dilaksanakan pada

23 September 2020 kemudian digeser menjadi 9 Desember 2020 hal ini

dimaksudkan agar Komisi II DPR RI bersama Menteri Dalam Negeri dan KPU RI

dapat melaksanakan rapat kerja yang membahas kondisi akhir perkembangan

penyembuhan pandemi Covid-19 dan memperhatikan jalannya kesiapan

pelaksanaan Pemilukada tahun 2020. Pemilukada langsung yang merupakan

tuntutan dari demokrasi ataupun pelaksanaan kedaulatan rakyat terhalang oleh

pandemi Covid-19 karena dilarangnya melakukan kontak secara langsung antar

sesama manusia karena akan mengakibatkan semakin menyebarnya virus tersebut.

Masyarakat dihimbau untuk melakanakan jaga jarak atau social distancing.

Kemunduran tanggal tersebut untuk terus memantau apakah pandemi Covid-19

akan mengalami penurunan penderita seiring dangan berjalannya persiapan

Pemilukada Serentak 2020 atau Pemilukada kemudian dilaksanakan dengan

protokol kesehatan yang diberlakukan oleh pemerintah.


6

TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Janpatar Simamora (2011) dalam jurnalnya yang berjudul

“Eksistensi Pemilukada dalam Rangka Mewujudkan Pemerintah Daerah yang

Demokratis” mengungkapkan bahwa Pemilukada secara langsung merupakan cara

untuk mencapai kedaulatan rakyat. Dengan Pemilukada secara langsung maka

rakyat dapat menentukan sendiri pilihannya, hal tersebut dapat menciptakan

pemerintahan yang demokratis dimana didalamnya tidak terdapat paksaan dalam

memilih. Walaupun Pemilukada dianggap masih memiliki kelemahan akan tetapi

hal tersebut harus kita anggap sebagai proses menuju kearah pelaksanaan

Pemilukada yang lebih baik lagi. Disamping itu partai politik juga bertanggung

jawab dalam mengkomunikasikan proses pesta demokrasi ini dikarenakan partai

politik memiliki tanggung jawab memberikan pendidikan politik.

Partai politik telah memegang peranan penting bahkan sebelum “ Republik

Indonesia” lahir. Partai politik tampil sebagai media perjuangan bagi masyarakat

Indonesia khususnya dalam menyuarakan semangat nasionalisme rakyat

Indonesia. A. Gau Kadir (2014) dalam jurnalnya yang berjudul “Dinamika Partai

Politik di Indonesia” Partai politik dalam perkembangannya di Indonesia telah

mengalami banyak pasang surut, akan tetapi Partai politik di Indonesia tetap hadir

dalam perananya sebagai wadah perjuangan yang menggelorakan semangat

rakyat.
7

Pelaksanaan Pemilukada langsung berarti menjunjung tinggi nilai

demokrasi , berdasarkan jurnal “Demokrasi Indonesia dalam Lintasan Sejarah

yang Nyata dan yang Seharusnya” oleh Dhani Kurniawan (2016) Indonesia telah

melalui banyak tantangan dalam memperjuangkan demokrasi. Demokrasi telah

ada di Indonesia sejak zaman penjajahan dan terus mengalami perkembangan

hingga saat ini. Demokrasi telah banyak mengalami jatuh bangun dalam

pelaksanaannya di Indonesia sampai akhirnya Indonesia saat ini menganut

Demokrasi Pancasila. Menurut Dhani Demokrasi Pancasila harusnya ditempuh

dengan berdiskusi antar satu dengan yang lain dan tidak ada unsur paksaan di

dalamnya.

Pemilukada Langsung yang telah berlangsung dari tahun 2005 dirasa

belum banyak memberikan dampak positif bagi masyarakat. Dalam

pelaksanaannya menurut Eko Sabar Prihatin dalam jurnalnya yang berjudul

“Politik Hukum Otonomi Daerah tentang Pemilukada” Pemilukada Langsung

lebih banyak menjerumuskan rakyat kearah demokrasi yang tidak baik,

pemilukada dijadikan oleh para calon pemimpin yang akan dipilih tersebut

sebagai ajang pertarungan yang apabila diakhir mengalami kekalahan maka

masyarakat juga ikut terseret. 8

Disamping pelaksanaan Pemilukada Langsung di Indonesia ada kendala

lain yang harus dihadapi Indonesia dalam pelaksaaannya yaitu Pandemi Covid-19

(Corona), dalam jurnal yang membahas mengenai Covid-19 berjudul “Analisis

Perilaku Masyarakat Indonesia dalam Menghadapi Pandemi Virus Corona


8

(Covid-19) dan Kiat Menjaga Kesejahteraan Jiwa” oleh Dana Riksa Buana sejak

29 Februari 2020 Indonesia telah mengeluarkan status darurat bencana terkait

pandemi Covid-19, masyarakat diharapkan untuk melakukan Social distancing

yaitu menjaga jarak antar sesama manusia untuk menghindari semakin banyaknya

penderita covid-19 akibat penularan yang terus-menerus terjadi dan hal ini

menjadi kendala dalam Pilkada tahun ini.

Virus Corona (2019-nCoV) sendiri merupakan virus yang dapat

menyebabkan pneumonia akut. Virus Corona termasuk superdomain biota,

kingdom virus yang berarti virus terbesar dalam ordo Nidovirales. Dalam jurnal

kesehatan yang berjudul “Covid-19 and the cardiovascular system” menyatakan

bahwa SARS-CoV-2 diperkirakan menginfeksi sel inang melalui ACE2 yang

menyebabkan COVID-19, dan juga menyebabkan kerusakan pada miokardium,

meskipun mekanisme spesifiknya tidak pasti. Pasien dengan infeksi CVD dan

SARS-CoV-2 yang mendasarinya memiliki prognosis yang merugikan. Oleh

karena itu, perhatian khusus harus diberikan pada perlindungan kardiovaskular

selama pengobatan untuk COVID-19.


9

PEMBAHASAN

Partai politik memiliki sejarah yang panjang di Indonesia, mulai dari Orde

Lama hingga Orde Reformasi, partai politik bahkan telah berdiri sebelum

Indonesia menjadi “Republik Indonesia”. Pada masa Orde Lama Indonesia

mengalami ketidakstabilan politik dikarenakan partai politik pada masa itu

memiliki kepentingan dan keinginan masing-masing. Penyebab utama dari

ketidakstabilan ini ialah jauhnya jarak ideologi dari masing-masing partai. Pada

Demokrasi Terpimpin, Indonesia berhasil melaksanakan pemilu pertama

walaupun anggota Konstituante yang terpilih dinyatakan gagal dalam

pembentukan Undang Undang Dasar. Situasi yang tidak terkendali menyebabkan

dikeluarkannya Dekrit Presiden yang menyatakan pembubaran Konstituante dan

kembalinya Indonesia kepada UUD 1945. Adapun masa Orde Baru, kondisi partai

politik di Indonesia pada saat itu mengalami keterpurukan, penyebab utamanya

ialah pembatasan yang dilakukan oleh Presiden Soeharto. Indonesia yang pada

masa Demokrasi Terpimpin menganut sistem multipartai kemudian hanya

memiliki tiga partai saja. Penataan tersebut menyebabkan partai politik tidak

mampu menjadi penyalur aspirasi rakyat karena dominannya peran pemerintah.

Hasil dari penataan tersebut terlihat dari hasil pemilu yang dilakukan sebanyak

enam kali dalam masa itu, dimana Golkar yang merupakan partai pemerintah

memenangkan enam pemilu yang dilaksanakan pada masa itu. Era pemerintahan
10

Presiden Soeharto kemudian berguling yang ditandai naiknya B.J. Habibie

sebagai Presiden Indonesia. Pada masa pemerintahannya atau dapat disebut Orde

Reformasi, sistem multipartai kembali diaktifkan yang 10


11
menyebabkan

meningkatnya antusiasme rakyat.

Indonesia telah melaksanakan pemilu sebanyak dua belas kali, dimulai

dari tahun 1995-2019, Pemilu dilaksanakan untuk memilih anggota legislatif dan

presiden (2004-2019). Pemilu terbuka mulai dilaksanakan pada tahun 2004

dimana peserta dapat memilih langsung presiden dan wakil presiden, hasil pemilu

saat itu dimenangkan oleh Susilo Bambang Yudhoyono. Berbicara tentang pemilu

yang dilaksanakan secara langsung yang memilih anggota legislatif dan presiden

dan wakil presiden untuk menempati pemerintahan pusat, ada pilkada yang

dilaksanakan untuk memilih kepala daerah dan wakil kepala daerah. Sebelum

tahun 2005, kepala daerah dan wakilnya dipilih oleh DPRD. Kemudian setelah

diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah maka peserta pemilih dapat memilih kepala daerah dan wakil kepala

daerah secara langsung melalui sitem Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala

Daerah yang disingkat menjadi Pilkada. Pilkada secara langsung pertama kali

diselenggarakan pada bulan Juni 2005 di Kabupaten Kutai Kartanegara,

Kalimantan Timur. Nama Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala

Derah lahir setelah dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007.

Undang-undang mengenai pilkada ini terus mengalami perkembangan. Di tahun

2011 dikeluarkan Undang-Undang baru mengenai penyelenggaraan Pemilu yaitu

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 yang mengeluarkan istilah Pemilihan

Gubernur, Bupati dan Walikota. Pada tahun 2014, DPR-RI mengangkat suatu isu
11

yang berkaitan dengan Pilkada secara langsung. Pada sidang paripurna yang

diadakan pada tanggal 24 September 2014 dengan hasil Putusan Pemilihan kepala

daerah tidak langsung didukung oleh 226 anggota DPR-RI yang terdiri Fraksi

Partai Golkar berjumlah 73 orang, Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS)

berjumlah 55 orang, Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) berjumlah 44 orang,

dan Fraksi Partai Gerindra berjumlah 32 orang yang berarti pemilihan atas kepala

daerah dikembalikan kepada DPRD.

Pilkada 2020 12

Pilkada atau Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang

pada awalnya diagendakan akan dilaksanakan pada 23 September 2020 di

Indonesia kemudian mengalami penundaan , hal ini disebabkan karena adanya

pandemi Corona (2019-nCoV) yang mewabah di Indonesia. Persebaran virus yang

dapat menyebabkan pneumonia ringan hingga berat ini dapat tersebar dari

manusia ke manusia. Penyebaran virus Corona dimulai di Indonesia sejak Januari

2020 dan hingga kini telah menjangkiti kurang lebih menyentuh angka 41.000

kasus dengan kasus sembuh 16.243 orang dan kasus kematian 2.276 orang dengan

mengalami pertambahan jumlah setiap harinya baik itu kasus yang positif

terjangkit Corona, sembuh maupun yang mengalami kematian. Adanya pandemi

Virus Corona menyebabkan ditundanya juga empat tahapan pilkada yang

kemudian menyebabkan kemunduran jadwal pemungutan suara Pilkada,

keputusan tersebut tertuang dalam surat bernomor 179/PL.02-

Kpt/01/KPU/111/2020 yang ditandatangani Ketua KPU Arief Budiman pada 21


12

Maret 2020. Empat tahapan itu diantaranya, pelantikan panitia pemungutan suara

(PPS), verifikasi syarat dukungan calon kepala daerah perseorangan,

pembentukan petugas pemuktahiran data pemilih dan yang terakhir adalah

tahapan pemuktahiran dan penyusunan daftar pemilih. Kemunduran tahapan ini

juga berdampak pada kemunduran jadwal kampanye. Dalam Pilkada keberadaan

Partai Politik sangat dibutuhkan karena bakal calon kepala daerah harus diusung

oleh Partai Politik.

Partai politik dalam Pilkada sangat berperan penting, hal ini tertuang

dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 hasil revisi Undang-Undang Nomor

1 Tahun 2014 tentang Pilkada. Undang-Undang tersebut menyatakan bahwa partai

politik ataupun gabungannya dapat mengajukan calon kepala daerah jika memiliki

20% kursi di DPRD maupun 25% suara sah perolehan dalam pemilu legislatif

DPRD, artinya apabila partai tersebut memenuhi ketentuan diatas maka partai

politik tersebut dapat mengajukan sendiri, sebaliknya apabila tidak memenuhi

maka partai politik tersebut harus bergabung dengan partai politik lain untuk

dapat mengajukan bakal calon kepala daerah. Berbicara tentang pentingnya partai

politik dalam pelaksanaan pilkada, partai politik menjadi pilar utama penyangga

demokrasi.

Di Indonesia Partai politik telah mengalami pasang-surut, Indonesia

membutuhkan partai-partai politik yang memiliki kondisi yang baik sehingga

memungkinkan rekrutmen pemimpin, pendidikan politik dan kontrol sosial yang

sehat dan fungsional. Partai politik harus tetap terjaga dalam kondisi yang baik

karena seperti yang kita ketahui hanya partai politik yang berhak mengajukan
13

calon dalam Pemilihan Umum, bahwa proses politik dalam Pemilu ataupun13

Pilkada jangan sampai menghilangkan peran eksistensi Partai Politik.

Sebagai suatu organisasi, partai politik secara ideal dimaksudkan untuk

mengaktifkan dan memobilisasi rakyat, mewakili kepentingan tertentu, dan

memberikan jalan kompromi bagi pendapat yang saling bersaing, serta

menyediakan sarana suksesi kepemimpinan politik secara damai. 1

Menurut penulis, Pilkada 2020 dapat dilaksanakan dengan baik dan benar,

tetapi dengan cara melakukan prosedur pencegahan penyebaran virus Covid-19.

Seperti, melakukan social distancing antar peserta pilkada, melakukan pemilihan

secara bertahap, melakukan pencucian tangan sebelum melaksanakan pilkada,

melakukan pengukuran suhu terhadap para warga yang mengikuti pilkada, dll. Hal

ini dapat kita ketahui juga melalui himbauan Gugus Percepatan Bencana Covid-

19.

Menurut penulis, Pilkada akan mengalami suatu perbedaan yang

signifikan setelah terjadi nya Bencana Covid-19 ini, Jika kita mengikuti Pilkada

dengan prosedur pencegahan penyebaran virus Covid-19 maka akan terjadi

beberapa hal seperti: Pelaksanaan pilkada akan terlaksana dengan waktu yang

cukup banyak, Penyebaran Covid mungkin saja terjadi karna ada warga yang

kurang mengikuti prosedur pencegahan penyebaran virus covid-19, mudah terjadi

kecurangan dalam pelaksanaan Pilkada.

1
T May.Rudy, Pengantar Ilmu Politik, Bandung: PT Rafika Aditama, 2003, h.87.
14

KESIMPULAN

Dampak yang diberikan COVID-19 tidak hanya gangguan kesehatan,

psikis, dan ketakutan, namun sistem sistem politik indonesia pun ikut kena

batunya. Bila melihat kondisi kekinian di tengah wabah Corona, ditambah

ekonomi sedang terpuruk, menjadikan keadaan semakin sulit, maka dari itu

pelaksanaan Demokrasi tetap perlu di laksankan meski sedang dalam keadaan

pandemic Covid-19 ,namun Tentunya pelaksanaan ini harus dijamin ketat

tahapan-tahapannya. Harus tetap terkontrol dan terbatas. Tenang, Setiap manusia

diberi kemampuan menyesuaikan diri, kreativitas di masa Covid ,sehingga akan

tetap aman dan efektif.


15

DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Pemilihan_kepala_daerah_di_Indonesia, Diakses

pada 15 Mei 2020

https://www.goodnewsfromindonesia.id/2018/09/06/sejarah-pemilu-di-indonesia,

Diakses pada 15 Mei 2020

https://nasional.kompas.com/read/2020/03/23/14565061/perludem-penundaan-

empat-tahapan-berpotensi-mundurkan-pilkada-2020?page=all, Diakses pada 14

mei 2020

Huda, Nimatul. 2017.Penataan Demokrasi dan Pemilu di Indonesia. Kecana :

Jakarta

Kadir. G.A. 2014. Dinamika Partai Politik Indonesia. FISIP Universitas

Hasannudin.

Simamora, Janpatar. 2011. Eksistensi Pemilukada Dalam Rangka Mewujudkan

Pemerintahan Daerah Yang Demokratis. Mimbar Hukum, 23(1)

Prihatin, Eko Sabar. 2014. Politik Hukum Otonomi Daerah Tentang Pemilukada.

MMH, 43(1)

T May.Rudy, Pengantar Ilmu Politik, Bandung: PT Rafika Aditama, 2003, h.87.

WHO. (2020). WHO Director-General’s remaks at the media briefing on 2019-

nCov on 11 february 2020. Cited Feb 13rd 2020. Available on :


16

http://www.who.int/dg/specches/detail /who-director-generals-remaks-at-the-

media-briefing-on-2019--ncov-on-11-february-2020. (Feb 12th 2020)

Anda mungkin juga menyukai