Empati Konseor
1. Pengertian
Empati dalam konseling telah digambarkan sebagai kemampuan konselor untuk
memasuki dunia klien, merasakan perasaan klien (Ikiz, 2009).
empati dalam konseling adalah suatu proses dimana konselor secara mendasar melihat
dan memahami permasalahan dan posisi yang dihadapi konseli dari sudut pandang
konseli dimulai dengan mengidentifikasi perasaan dari posisi konseli. Empati dalam
konseling menjadikan konselor menempatkan dirinya seperti yang dialami oleh konseli,
namun tidak terlepas atas apa yang seharusnya dilakukan sebagai konselor
Hepworth dan Larsen ( Yeo, 2003) menyatakan empati memuntut kemampuan konselor
untuk memahami secara tepat dan peka terhadap perasaan- perasaan klien dan
menunjukkan pemahaman atas perasaanperasaan ini dengan menggunakan bahasa yang
sesuai dengan pengalaman klien
2.
B. Wawancara Konselor
1. Pengertian
suatu proses tanya jawab yang dilakukan oleh konselor dengan klien melalui
komunikasi verbal dan didukung oleh komunikasi non verbal untuk membantu klien
memecahkan masalah yang dihadapi.
2. Tujuan wawancara konseling
tujuan utama konseling adalah menolong individu untuk mengerti, menyesuaikan diri
dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan sikap dan hubungan dengan orang
lain.
3. Proses Tahapan wawancara konseling
a. Tahapan pembukaan
Diletakan dasar bagi pengembangan hubungan antar pribadi (walking
relationship) yang baik,yang memungkinkan pembicaraan terbuka dan terarah
dalam wawancara konseling.
b. Penjelasan Masalah
Konseling mengemukakan pikiran dan perassaan yang berkaitan dengan hal
yang ingin dibicarakan. Hal yang perlu dilakukan konselor:
Menerima ungkapan konseli apa adanya serta mendengarkan dengan
penuh perhatian.
Menentukan jenis masalah dan pendekatan konseling yang sebaiknya
diambil
c. Menyelesaikan Masalah
Dalam fase analisis kasus di atas, konselor dan konseli membahas
bagaimana mengatasi masalah. Konseli ikut berpikir, memandang dan
mempertimbangkan. Hal yang perlu dilakukan konselor adalah berusaha agar
dalam diri konseli terdapat p[erubahan dalam sikap dan pandangan, juga
merencanakan tindakan konkret untuk dilaksanakan sesudah proses konseling
selesai
d. Penutup Wawancara
Bilamana konseli telah merasa mantap tentang penyelesaian masalah yang
ditemukan bersama dengan konselor, maka proses konseling berakhir.
Biasanya konselor mengambil inisiatif dalam memulai proses penutup ini
yaitu:
Memberikan ringkasan jalannya pembicaraan
Menegaskan kembali ketentuan atau putusan yang diambil
Memberikan semangat
Menawarkan bantuan jika kelak timbul persoalan baru
Berpisah dengan konseli
2. Penjelasan Masalah
Konseli mengungkapkan hal yang ingin dibicarakan dengan konselor.
Inisiatif berada di pihak konseli. Konseli bebas mengutarakan apa yang akan
diungkapkan. Sambil mendengarkan ungkapan masalah konseli, konselor
mulai menentukan pendekatan yang tepat terhadap masalah konseli tersebut.
3. Penggalian Masalah
Di dalam penjelasan masalah biasanya konseli hanya mengungkapkan hal-
hal pokok yang menjadi beban pikiran dan perasaannya. Penggalian masalah
dipakai untuk mengungkapkan lebih dalam masalah konseli. Penggalian ini
tentunya akan disesuaikan dengan masalah dan pendekatan yang digunakan
dalam konseling Menurut Winkell (1991:339-370), beberapa strategi yang
bisa dilakukan untuk melakukan penggalian masalah terhadap masing-masing
pendekatan adalah sebagai berikut:
Behavioristik
Konselor menggali informasi yang lebih dalam dari konseli. Data-data yang
akan digali terkait dengan kejadian pada masa sekarang, pengalaman-
pengalaman negative yang pernah dialami pada masa lalu, perasaan-perasaan
sekarang, perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan pada kejadian masa
lalu, apa yang dipikirkan pada saat sekarang, apa yang dipikirkan pada masa
lalu ketika mengalami kejadian yang kurang menyenangkan, dan konsekuensi
yang diterima setelah kejadian. Dengan demikian, alur yang akan dipakai
oleh konselor adalah:
A (antecedent) B (behavior) C (consequence)
Konseling Terapi Emotif
Konselor menggali informasi yang lebih dalam dari konseli. Data-data yang
akan digali terkait dengan kejadian tertentu (activating event, activating
experience), tanggapan terhadap kejadian yang dialami konseli (belief) yang
menimbulkan pikiran irasional dari setelah kejadian itu direspons, akibat
pandangan irasional (consequence).
Wawancara Pengambilan Keputusan
Konselor menggali informasi yang lebih dalam dari konseli. Data-data yang
akan digali terkait dengan asal usul masalah konseli, unsur penting (pokok)
yang mendukung munculnya konflik konseli, perasaan-perasaan dan pikiran
konseli, dan orang-orang yang terlibat sehingga ikut memunculkan konflik
konseli.
Konseling Sifat dan Faktor
Konselor menggali informasi yang lebih dalam dari konseli. Data-data yang
akan digali terkait dengan asal usul masalah konseli, data pribadi tentang
konseli (cita-cita, kemampuan kognitif, bakat khusus, sifat-sifat positif dan
negative dalam diri konseli, nilai-nilai hidup yang diperjuangkan, hobi,
harapan-harapan untuk masa depan, perguruan tinggi yang diinginkan), dan
data tentang keluarga konseli (pekerjaan orangtua, jumlah saudara, harapan
orangtua terhadap perguruan tinggi).
Konseling Wawancara Penyesuaian Diri
Konselor menggali informasi yang lebih dalam dari konseli. Data-data yang
akan digali terkait dengan unsur-unsur yang mendukung munculnya konflik
konseli, yaitu data tentang keluarga, lingkungan-lingkungan luar tempat
konseli tinggal, perasaan, dan pikiran yang dialami.
4. Penyelesaian Masalah
Konselor dan konseli membahas pilihan-pilihan yang akan dibuat oleh
konseli. Konselor akan menuntun konseli agar semakin terbuka untuk berani
mengambil keputusan terhadap masalahnya. Menurut Winkell (1991:339-
370), beberapa strategi yang bisa digunakan untuk melakukan penggalian
masalah pada masing-masing pendekatan adalah sebagai berikut:
Behavioristik
Konselor menjelaskan sumber masalah yang dialami konseli, bahwa
pengalaman pada masa lalu mempengaruhi proses belajar sekarang. Konselor
mengajak konseli untuk berperilaku baru yang lebih realistic dengan
menggali pengalaman-pengalaman positif di masa lalu. Pengalaman positif
inilah yang akan dijadikan patokan konseli untuk memiliki kognisi yang baru.
Dengan demikian, konseli akan merencanakan tindakan-tindakan konkret
yang lebih baik.
Konseling Terapi Emotif
Konselor menjelaskan sumber masalah yang dialami konseli. Konselor
memberikan pandangan-pandangan yang akan mengubah pikiran irasional
konseli. Untuk mengubah pandangan tersebut, konselor menentang pikiran
irasional (dispute) konseli dengan pertanyaan-pertanyaan. Dengan demikian,
konseli diharapkan akan mengubah pandangan irasionalnya (efek).
Wawancara Pengambilan Keputusan
Konselor menjelaskan sumber masalah yang dialami konseli. Konselor
mengajak konseli untuk membuat/menentukan norma/patokan mengenai hal-
hal yang kiranya menjadi landasan dalam hidupnya. Konselor mengajak
konseli untuk membuat perbandingan dengan melihat keuntungan (pro) dan
kerugian (kontra) dengan beberapa pilihan yang menjadi kesulitannya.
Selanjutnya, untuk mengarahkan konseli agar bisa memutuskan pilihannya,
konselor memberikan pertanyaan-pertanyaan pembanding.
Konseling Sifat dan Faktor
Konselor menjelaskan sumber masalah yang dialami konseli. Konselor
mengajak konseli untuk membuat perbandingan dengan melihat keuntungan
dan kerugian dengan beberapa pilihan yang menjadi kesulitannya.
Memberikan pertanyaan-pertanyaan pembanding dengan kata mungkinkah,
inginkah, dan bisakah. Selanjutnya, konselor mengarahkan konseli agar bisa
memutuskan pilihannya.
Konseling Wawancara Penyesuaian Diri
Konselor menjelaskan sumber masalah yang dialami konseli. Konselor
menanyakan sesuatu yang ideal yang diharapkan konseli, mengajak konseli
untuk menemukan sikap yang tepat untuk menyesuaikan dirinya sehingga
akhirnya konseli menemukan pilihanyang tepat bagi dirinya
6. Hubungan Akhir
Jika konseli sudah merasa mantap dengan keputusannya selama konseling,
pertemuan dapat diakhiri. Konselor memberikan ringkasan dari apa yang
sudah dibicarakan sejak awal sampai akhir. Ringkasan ini dapat dilakukan
oleh konseli atau konselor. Jika pertemuan dirasa belum selesai, konselor dan
konseli dapat membuat janji lagi sesuai dengan jadwal dan waktu yang telah
disepakati bersama.
4. Persiapan Konseling
Untuk mengadakan konseling, seorang konselor harus melakukan persiapan agar
proses konseling bisa berjalan dengan baik. Adapun persiapan yang harus dilakukan
konselor adalah sebagai berikut:
1. Persiapan pribadi konselor
Persiapan pribadi konselor mencakup hal-hal yang sifatnya fisik maupun
psikologis.
Hal-hal yang sifatnya fisik:
• Cara berpakaian; konselor tampak lebih berwibawa dan menarik ketika
menghadapi konseli jika mengenakan pakaian yang rapi, bersih, dan tidak berbau.
• Penampilan; penampilan yang rapi akan membuat konselor menjadi semakin
percaya diri. Penampilan yang dimaksud adalah wajah yang tidak kusut/muka bersih,
rambut rapi, sepatu yang layak, kuku tangan yang bersih, dan mulut yang tidak bau.
2. Persiapan data
Secara professional, sebelum melakukan wawancara konseling, konselor harus
siap dengan data-data yang ada, misalnya hasil tes psikologis konseli, nilai rapor,
data orangtua, catatan-catatan harian siswa, data dari pengamatan sehari-hari, dan
sebagainya. Dengan mempersiapkan banyak data, konselor akan kaya pemahaman
untuk membantu konseli.