Anda di halaman 1dari 41

DIALISIS

OLEH : DIANA RHISMAWATI D


DEFINISI
• Dialisis adalah proses pembuangan kelebihan
cairan dari tubuh atau limbah dan zat tertentu
dari dalam darah.
ALASAN DILAKUKAN DIALISIS
• Penyakit ginjal kronis.
• Terjadi kegagalan jantung.
• Keasaman darah meningkat yang menyebabkan
darah tidak merespon terhadap pengobatan
lainnya.
• Kalium dalam darah sangat tinggi.
• Untuk pencegahan pada gagal ginjal akut
dimana pembentukan kemih sangat sedikit.
Lanjutan ….
• Keadaan umum buruk dan gejala klinis nyata
• K serum > 6 mEq/L
• Ureum darah > 200 mg/Dl
• pH darah < 7,1
• Anuria berkepanjangan ( > 5 hari )
• Fluid overloaded
• Peningkatan kreatinin  penurunan nilai GFR
(stage IV)
Dialisis bisa berhasil pada penderita
apabila :
• Penderita bisa menjalani hidup dengan normal.
• Penderita bisa menjalani kembali diet dengan
normal.
• Tekanan darah normal kembali.
• Jumlah sel darah merah cukup atau bisa
ditoleransi.
FREKUENSI DIALISIS
• bervariasi tergantung seberapa banyak sisa fungsi
ginjal yang ada
• Biasanya hemodialisis dilakukan 2 -3 kali seminggu
selama masing – masing 4 -5 jam per tindakan
• Pada gagal ginjal kronis, dialisis bisa digunakan
jangka panjang atau ketika sedang menunggu
proses pencangkokan ginjal.
• Pada gagal ginjal akut hanya bersifat sementara,
bisa hanya beberapa hari atau minggu saja sampai
kondisi ginjal pulih
HAL – HAL YG MEMPENGARUHI
LAMANYA WAKTU DIALISIS :
• Berapa baik ginjal penderita bekerja
• Berapa berat kenaikan tubuh penderita diantara
dua tindakan hemodialisa
• Berapa banyak racun yang ada dalam tubuh
pasien
• Berapa besar tubuh penderita
• Tipe dialyzer yang digunakan
JENIS DIALISIS
• Hemodialisis
• Dialisis peritoneal
Hemodialisa
• Darah akan dipompa keluar dari tubuh,
melewati sebuah alat dimana darah dibersihkan
dari zat yang tidak diinginkan, kemudian darah
yang sudah bersih di kembalikan lagi ke tubuh
penderita
Prinsip-prinsip Hemodialisa
• Ada tiga prinsip yang mendasari kerja dari
hemodialisa yaitu difusi, osmosis dan
ultrafiltrasi.
Lanj …
• Toksin dan zat limbah didalam darah dikeluarkan
melaui proses difusi dengan cara bergerak dari
darah, yang memiliki konsentrasi tinggi, kecairan
dialisat dengan konsentrasi yang lebih rendah
• Air yang berlebihan dikeluarkan dari dalam tubuh
melalui proses osmosis
• Pengeluaran air dapat dikendalikan dengan
menciptakan gradient tekanan, Gradien ini dapat
ditingkatkan melalui penambahan tekanan negatif
yang dikenal sebagai ultrafiltrasi pada mesin
dialisis.
CARA KERJA HEMODIALISIS
• Hemodialisis menggunakan mesin yang dikenal sebagai
hemodialyzer yang bertindak sebagai ginjal buatan.

• Darah harus disaring ke hemodialyzer, sehingga dokter akan


menginstal port akses pada pembuluh darah di lengan atau
kaki.

• Jika seorang pasien tidak memiliki vena yang cukup besar,


dokter akan membuat akses lebih besar yang dikenal sebagai
fistula, dimana pembuluh darah arteri dihubungkan ke
pemubuluh darah vena.
• Namun, jika ukuran pembuluh darah masih belum tepat, dokter
bisa menggunakan tabung plastik untuk menggabungkan pembuluh
darah arteri dan vena.

• Pilihan akhir untuk akses adalah dengan memasukkan kateter ke


dalam vena leher.

• Setelah pasien dihubungkan ke mesin dialisis melalui port akses,


baik melalui satu atau dua jarum yang terpasang ke port, tabung
akan dilekatkan pada jarum, dan darah akan meninggalkan tubuh
melalui jarum dan memasuki hemodialyzer.
• Ketika darah mencapai dialyzer, mesin akan
menghilangkan limbah dan cairan dari darah.

• Selanjutnya darah dikembalikan ke tubuh melalui jarum


kedua, atau di port yang terletak di fistula atau melalui
kateter.

• Mesin dialisis akan membersihkan sebagian besar darah.


Proses dapat berlangsung antara 4 sampai 5 jam, dan
hanya 200 mL darah di luar tubuh pada satu waktu.
• Waktu yang diperlukan dalam proses dialisis akan
bergantung pada fungsi ginjal saat ini, berat tubuh
dan tinggi badan, serta jumlah cairan yang
menumpuk di antara waktu perawatan.
• Setelah prosedur selesai, jarum akan dilepas dan
pasien diperbolehkan pulang.
Dialisis peritoneal
• Cairan yang mengandung campuran gula dan
garam akan dimasukkan ke dalam perut dan
akan menyerap zat-zat racun dari jaringan.
Kemudian cairan tersebut akan dikeluarkan lagi
dan dibuang.
• Peritoneal dialisis merupakan salah satu tipe
dialisis, dimana darah dibersihkan di dalam tubuh.
Dokter akan melakukan pembedahan untuk
memasang akses berupa catheter di dalam abdomen
penderita.
• Pada saat tindakan, area abdominal pasien akan
secara perlahan diisi oleh cairan dialisat melalui
catheter.
• Ada dua macam peritoneal dialysis yaitu continous
peritoneal dialysis (CAPD) dan Continonus Cycling
Peritoneal Dialysis. (CCPD).
• Untuk Indonesia CAPD lebih lazim digunakan
daripada CCPD. Pada CAPD penderita melakukan
sendiri tindakan medis tanap bantuan mesin dan
biasanya berlangsung 4 kali sehari masing – masing
selama 30 menit.
CARA KERJA PERITONEAL DIALISA
• Peritoneal dialisis melibatkan pembersihan ginjal dalam
tubuh, tujuan membersihkan darah seperti pada
hemodialisis.
• Dokter akan melakukan prosedur pembedahan untuk
menempatkan kateter plastik ke dalam perut, untuk
dijadikan sebagai port akses.
• Rongga peritoneum, yang terletak di daerah perut, diisi
dengan dialisat. Dialisat merupakan cairan yang
digunakan untuk membantu membersihkan darah
dengan menarik limbah keluar dari darah.
• Rongga peritonium bertindak sebagai membran, di mana
darah mengalir dan dibersihkan oleh dialisat, yang kemudian
dikembalikan ke tubuh. Proses ini biasanya membutuhkan
waktu antara 4 dan 6 jam dalam sehari.

• Setelah selesai, solusi cairan (fluid solution) akan dikeringkan


dari perut. Proses pengeringan perut ini membutuhkan waktu
sekitar 30 sampai 40 menit.

• Setelah proses selesai, kateter akan diangkat dan pasien dapat


melanjutkan aktivitas rutin mereka
MASALAH YG MUNGKIN TERJADI PADA
DIALISIS
• Untuk mencegah infeksi dalam aliran darah dan
penyempitan pembuluh darah, akses hemodialisis
permanen lebih disukai daripada penggunaan kateter
jangka pendek.

• Akses permanen ke sistem vaskular pasien bisa


dilakukan dengan dua cara yaitu melalui arteriovenous
fistula dan arteriovenous graft.

Arteriovenous Fistula
• Arteriovenous (AV) fistula menghubungkan
pembuluh darah vena secara langsung dengan
pembuluh arteri di bawah kulit.
• Pembuluh darah yang digunakan adalah
pembuluh darah besar, biasanya dari lengan di
pergelangan tangan atau dari lengan dekat siku.
Arteriovenous Graft
• Arteriovenous (AV) graft adalah cangkok sintetis yang
menghubungkan pembuluh darah arteri ke pembuluh darah vena.
• Jika kualitas pembuluh darah vena pasien buruk, artinya terlalu
sempit atau terlalu tipis, maka AV graft akan dipilih sebagai akses
dialisis.
• AV graft juga merupakan pilihan yang biasanya dilakukan pada
pasien dengan riwayat merokok atau diabetes.
Rentang Waktu
• Setelah AV fistula dipasang, dibutuhkan waktu minimal 8 hingga 12
minggu agar cukup besar dan kuat untuk digunakan dalam dialisis.
Sedangkan AV graft bisa digunakan minimal 2 minggu setelah
dilakukan pencangkokan.

• AV fistula lebih tahan lama jika dibandingkan AV graft. Menurut


U.C San Diego Vascular Surgery Department, setengah dari
keseluruhan pencangkokkan AV graft akan menggumpal pada
tahun pertama.


Pengkajian Pre HD
• Riwayat penyakit, tahap penyakit
• Usia
• Keseimbangan cairan, elektrolit
• Nilai laboratorium: Hb, ureum, creatinin, PH
• Keluhan subyektif: sesak nafas, pusing, palpitasi
• Respon terhadap dialysis sebelumnya.
• Status emosional
• Pemeriksaan fisik: BB, suara nafas, edema, TTV,
JVP
• Sirkuit pembuluh darah.
Pengkajian Post HD
• Tekanan darah: hipotensi
• Keluhan: pusing, palpitasi
• Komplikasi HD: kejang, mual, muntah, fatigue,
dsb
Evaluasi yang diinginkan
• Kadar ureum, kreatinin berkurang dan
keseimbangan elektrolit dalm keadaan
memuaskan.
• Kelebihan cairan teratasi (menurun)
• Bahan-bahan toksik keluar dan status kesehatan
pasien membaik.
• Sarana hubungan sirkulasi tetap baik dan paten
• Seluruh prosedur dilaksanakan dengan asepsis.
• Pasien mampu merawat diri sendiri.
Diagnosa Keperawatan
Pre Hemodialisa;
• 1) Kurang pengetahuan berhubungan dengan
kurang familier dengan sumber informasi.
• 2) Cemas b.d krisis situasional
Intra Hemodialisa;
• 1) Kelebihan volume cairan berhubungan
dengan kelemahan proses pengaturan.
• 2) Ketidakberdayaan berhubungan dengan
perasaan kurang kontrol, ketergantungan pada
dialysis, sifat kronis penyakit
• 3) Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur
invasiv.
Post Hemodialisa;
• 1) Resiko cedera berhubungan dengan akses
vaskuler dan komplikasi sekunder terhadap
penusukan.
• 2) Kurang pengetahuan berhubungan dengan
perawatan dirumah.

Anda mungkin juga menyukai