Anda di halaman 1dari 173

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. SP DI PMB NELI


BAMBANG KABUPATEN MUARO JAMBI

OLEH :
NELI HARTATI
NIM: PO71241200077

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI


JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI
SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
2020

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tingginya komplikasi obstetri seperti perdarahan pasca persalinan, eklampsia,, sepsis

dan komplikasi keguguran menyebabkan tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu di

negara berkembang dalam (Kurniarum, 2016 :1). Angka kematian ibu di Indonesia turun dari

4999 tahun 2015 dan jadi 4912 tahun 2016 dan di tahun 2017 ( Semester I) Sebanyak 1712

kasus dan jumlah kasus kematian bayi turun dari 33278 tahun 2015 menjadi 32007 pada

tahun 2016, dan di tahun 2017 semester 1 sebanyak 10294 kasus (Kemenkes Ri, 2017: 3).

Tujuan utama asuhan antenatal (perawatan semasa kehamilan) adalah untuk

memfasilitas hasil yang sehat dan positif bagi ibu maupun bayinya dengan cara membina

hubungan saling percaya antara ibu dan anak,mendeteksi komplikasikomplikasi yang dapat

mengancam jiwa,mempersiapkan kelahiran,dan memberikan pendidikan. Asuhan antenatal

penting untuk menjamin agar proses alamiah tetap berjalan normal selama kehamilan.

(Asrinah,dkk,2017).

Hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 dan SDKI 2012

capaian cakupan antenatal, persalinan oleh tenaga kesehatan dan cakupan pelayanan

neonatus adalah dari 66%, 46% dan 43,9% menjadi 95,7%, 83,1%, dan 48%. Selain itu, data

menunjukan bahwa kematian ibu dari 228 per 100.000 kelahiran hidup menjadi 359 per
100.000 kelahiran hidup dan bayi 34 per 1000 kelahiran hidup 32 per 1000 kelahiran hidup

(Kemenkes RI, 2015) Di Jambi, angka kematian ibu yaitu 78 per 100.000 kelahiran hidup.

Data ini berdasarkan laporan profil Kesehatan Jambi tahun 2017 (Dinkes Prov Jambi, 2018).

Kematian ibu disebabkan oleh penyebab langsung obstetri yaitu kematian ibu yang

berhubungan dengan komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas (hipertensi pada kehamilan

32%, komplikasi puerpurium 31%, perdarahan post partum 20%, lain-lain 7%, abortus 4%,

perdarahan antepartum 3%, kelainan amnion 2% dan partus lama 1%). Penyebab tidak

langsung yaitu kematian ibu yang disebabkan oleh penyakit dan bukan karena kehamilan dan

persalinan. Penyakit tuberkulosis, anemia, malaria, sifilis, HIV, AIDS dan lain- lain yang

dapat mempererat kehamilan dan meningkatkan risiko terjadinya kesakitan dan kematian

(Kemenkes RI, 2015).

Antenatal Care adalah pengawasan sebelum persalinan terutama ditujukan pada

pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim (Manuaba, 2010; 110)

Berdasarkan Profil Kesehatan Jambi tahun 2017, Cakupan K1 adalah ibu hamil yang

telah melakukan kunjungan pertama ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan

pelayanan antenatal. Sedangkan cakupan K4 ibu hamil adalah ibu hamil yang telah

mendapatkan pelayanan ibu hamil sesuai dengan standar paling sedikit empat kali kunjungan

dengan distribusi, sekali pada triwulan pertama, sekali pada triwulan dua dan dua kali pada

triwulan ketiga umur kehamilan. Pencapaian cakupan kunjungan ibu hamil K1 di Kabupaten

Muaro Jambi sebesar 109,82 % dan K4 sebesar 105,69 %. (Depkes Prov Jambi,2018).

Cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan menunjukkan kecenderungan

peningkatan, yaitu dari 85,93% pada tahun 2009 meningkat menjadi 89,8% pada tahun 2013

(Kemenkes RI, 2015).


Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah

cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan

lain,dengan bantuan atau tanpa bantuan/kekuatan sendirir. (Lailiyana dkk,2018).

Pada tahun 2017, rata-rata cakupan pelayanan ibu nifas di Provinsi Jambi sudah

mencapai 97, 54%, cakupan Kunjungan Neonatal (KN) 1 sebesar 108,37 % dan untuk

cakupan pelayanan ibu nifas di Kabupaten Muaro jambi tahun 2017 sebesa 103,57%

sedangkan cakupan Kunjungan Neonatal (KN) 1 sebesa 133,65% (Dinkes Prov Jambi, 2018).

Berdasarkan data BKKBN Provinsi Jambi tahun 2013, proporsi peserta KB Aktif dan

KB Baru menurut jenis kontrasepsi yang digunakan di Provinsi Jambi yang terbanyak adalah

jenis kontrasepsi Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (Non MKJP) yaitu Suntik untuk

peserta KB Aktif sebesar 44,10% sedangkan peserta KB Baru sebesar 52,40 %. Jenis

kontrasepsi paling sedikit yang digunakan adalah Metode Kontrasepsi Jangka Panjang

(MKJP) yaitu MOP, untuk peserta KB Aktif sebesar 0,19%, sedangkan peserta KB Baru

sebesar 0,08%. Sedangkan proporsi jumlah peserta KB aktif Kabupaten Muaro Jambi sebesar

79,75% (Dinkes Prov Jambi, 2018).

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2014 Tentang

Perkembangan Kependudukan Dan Pembangunan Keluarga, Keluarga Berencana, Dan

Sistem Informasi Keluarga, yang dimaksud dengan program keluarga berencana (KB) adalah

upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan,

melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk

mewujudkan keluarga yang berkualitas (Kemenkes RI, 2015).

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik unutk melakukan “Asuhan

Kebidanan Komprehensif pada Ny. SP di PMB Neli Hartati Tahun 2020”.


B. Batasan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka batasan masalah studi kasus ini adalah asuhan

kebidanan komprehensif yang diberikan pada Ny. SP dengan hamil normal trimester III,

bersalin normal, nifas normal, bayi bayi baru lahir dan pelayanan keluarga berencana yang

dilaksanakan di PMB Neli Hartati tahun 2020.

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Diperolehnya gambaran tentang asuhan kebidanan secara komprehensif pada Ny. SP

di PMB Neli Hartati yang meliputi asuhan kehamilan trimester III, bersalin, nifas, bayi

baru lahir dan keluarga berencana dengan menggunakan manajemen kebidanan Varney

yang didokumentasikan dalam bentuk SOAP pada bulan Desember 2020

2. Tujuan Khusus

a. Diperolehnya gambaran asuhan kebidanan pada ibu hamil meliputi pengumpulan data,

interpretasi data dan identifikasi diagnosa masalah kebidanan, analisis masalah

potensial, kebutuhan terhadap tindakan segera, rencana asuhan kebidanan,

pelaksanaan asuhan kebidanan dan evaluasi asuhan kebidanan di PMB Neli Hartati

tahun 2020.

b. Diperolehnya gambaran asuhan kebidanan pada ibu bersalin meliputi pengumpulan

data, interpretasi data dan identifikasi diagnosa masalah kebidanan, analisis masalah

potensial, kebutuhan terhadap tindakan segera, rencana asuhan kebidanan,

pelaksanaan asuhan kebidanan dan evaluasi asuhan kebidanan di PMB Neli Hartati

tahun 2020.
c. Diperolehnya gambaran asuhan kebidanan pada ibu nifas meliputi pengumpulan data,

interpretasi data dan identifikasi diagnosa masalah kebidanan, analisis masalah

potensial, kebutuhan terhadap tindakan segera, rencana asuhan kebidanan,

pelaksanaan asuhan kebidanan dan evaluasi asuhan kebidanan di PMB Neli Hartati

tahun 2020.

d. Diperolehnya gambaran asuhan kebidanan pada bayi baru lahir meliputi

pengumpulan data, interpretasi data dan identifikasi diagnosa masalah kebidanan,

analisis masalah potensial, kebutuhan terhadap tindakan segera, rencana asuhan

kebidanan, pelaksanaan asuhan kebidanan dan evaluasi asuhan kebidanan di PMB

Neli Hartati tahun 2020.

e. Diperolehnya gambaran asuhan kebidanan pada Keluarga Berencana meliputi

pengumpulan data, interpretasi data dan identifikasi diagnosa masalah kebidanan,

analisis masalah potensial, kebutuhan terhadap tindakan segera, rencana asuhan

kebidanan, pelaksanaan asuhan kebidanan dan evaluasi asuhan kebidanan di PMB

Neli Hartati tahun 2020

D. Manfaat penulisan

1. Bagi Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Jambi

Sebagai evaluasi dalam proses pembelajaran mahasiswa dan bahan masukan untuk

jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Jambi dalam mengaplikasikan dan menerapkan

pengetahuan keterampilan dan memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil trimester

III, ibu bersalin, ibu nifas, bayi baru lahir, dan pelayanan keluarga berencana.
2. Bagi Penulis

Sebagai evaluasi dan masukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan asuhan

kebidanan pada ibu hamil trimester III, ibu bersalin, ibu nifas, bayi baru lahir dan

pelayanan keluarga berencana.

3. Bagi PMB Neli Hartati

Dapat meningkatkan mutu pelayanan tenaga kesehatan terutama bidan untuk

melakukan asuhan kebidanan secara berkesinambungan, serta sebagai salah satu

gambaran pelaksanaan pelayanan kesehatan dalam hal memberikan asuhan kebidanan.

E. Ruang Lingkup

Manajemen asuhan kebidanan komprehensif pada kasus ini adalah langkah-langkah hasil

Kebidanan yang mengacu pada teori Varney yang dilakukan secara deskriptif dengan studi

kasus, sebagai subjek penelitiannya adalah Ny. SP umur 38 tahun G3P2A0 untuk mengetahui

gambaran continuity of care mulai dari masa hamil sampai KB.

Pengumpulan data dari bulan Desember dilakukan melalui anamnesa dan pemeriksaan

kehamilan sampai KB di PMB Neli Hartati tahun 2020.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Kehamilan

1. Pengertian Kehamilan

Periode Antepartum adalah periode kehamilan yang dihitung sejak hari


pertama haid terakhir (HPHT) hingga dimulainya persalinan sejati, yang
menandai awal periode antepartum (Helen Varney, 2007 ; 492).
Proses kehamilan merupakan mata rantai yang bersinambung dan terdiri
dari : ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot,
nidasi ( implantasi ) pada uterus, pembentukan plasenta dan tumbuh kembang
hasil konsepsi sampai aterm (Manuaba, 2010 ; 84).
Kehamilan normal adalah dari konsepsi sampai lahirnya janin dengan
kehamilan 280 hari ( 40 minggu ) dihitung dari hari pertama haid terakhir
(Sarwono, 2007; 84).
2. Proses Kehamilan

Menurut Marjati,dkk (2010 ; 37) proses kehamilan melalui beberapa tahap, yaitu:

a. Fertilisasi
Fertilisasi yaitu bertemunya sel telur dan sel sperma. Tempat bertemunya
ovum dan sperma paling sering adalah didaerag ampulla tuba. Sebelum
keduanya bertemu, maka akan terjadi 3 fase yaitu:
1) Tahap penembusan korona radiata
Dari 200 – 300 juta hanya 300 – 500 yang sampai di tuba fallopi yang
bisa menembus korona radiata karena sudah mengalami proses
kapasitasi.
2) Penembusan zona pellusida
Spermatozoa lain ternyata bisa menempel dizona pellusida, tetapi hanya
satu terlihat mampu menembus oosit.
3) Tahap penyatuan oosit dan membran sel sperma
Setelah menyatu maka akan dihasilkan zigot yang mempunyai
kromosom diploid (44 autosom dan 2 gonosom) dan terbentuk jenis
kelamin baru (XX unutk wanita dan XY untuk laki - laki)

8
b. Pembelahan
Setelah itu zigot akan membelah menjadi tingkat 2 sel (30 jam), 4 sel , 8 sel,
sampai dengan 16 sel disebut blastomer (3 hari) dan membentuk sebuah
gumpalan bersusun longgar. Setelah 3 hari sel – sel tersebut akan membelah
membentuk morula (4 hari). Saat morula masuk rongga rahim, cairan mulai
menembus zona pellusida masuk kedalam ruang antar sel yang ada di massa
sel dalam. Berangsur – angsur ruang antar sel menyatu dan akhirnya
terbentuklah sebuah rongga/blastokel sehingga disebut blastokista (4 – 5
hari). Sel bagian dalam disebut embrioblas dan sel diluar disebut trofoblas.
Zona pellusida akhirnya menghilang sehingga trofoblast bisa masuk
endometrium dan siap berimplantasi (5 – 6 hari) dalam bentuk blastokista
tingkat lanjut.
c. Nidasi / implantasi
Yaitu penanaman sel telur yang sudah dibuahi (pada stadium blastokista)
kedalam dinding uterus pada awal kehamilan. Biasanya terjadi pada pars
superior korpus uteri bagian anterior/posterior. Pada saat implantasi selaput
lendir rahim sedang berada pada fase sekretorik ( 2 – 3 hari setelah ovulasi).
Pada saat ini, kelenjar rahim dan pembuluh nadi menjadi berkelok – kelok.
Jaringan ini mengandung banyak cairan.
3. Pertumbuhan dan Perkembangan Embrio

a. Masa pre embrionic


Berlangsung selama 2 minggu sesudah terjadinya fertilisasi terjadi proses
pembelahan sampai dengan nidasi. Kemudian bagian inner cell mass akan
membentuk 3 lapisan utama yaitu ekstoderm, endoderm serta mesoderm.
b. Masa embrionic
Berlangsung sejak 2 – 6 minggu sistem utama didalam tubuh telah ada
didalam bentuk rudimenter. Jantung menonjol dari tubuh dan mulai
berdenyut. Seringkali disebut masa organogenesis/ masa pembentukan
organ.
c. Masa fetal
Berlangsung setelah 2 minggu ke-8 sampai dengan bayi lahir (Marjati,dkk,
2010; 39)
Minggu ke-12 : Panjang tubuh kira – kira 9 cm, berat 14 gram, sirkulasi
tubuh berfungsi secara penuh, tractus renalis mulsi
berfungsi, terdapat refleks menghisap dan menelan,
genitalia tampak dan dapat ditentukan jenis kelaminnya.
Minggu ke 16 : Panjang badan 16 cm, berat 10 gram, kulit sangat
transparan sehingga vaso darah terlihat, deposit lemak
subkutan lemak terjadi rambut mulai tumbuh pada tubuh.
Minggu ke 20 : Kepala sekarang tegak dan merupakan separuh PB,
wajah nyata, telinga pada tempatnya, kelopak mata, lais
dan kuku tumbuh sempurna. Skeleton terlihat pada
pemeriksaan sinar X kelenjar minyak telah aktif dan
verniks kaseosa akan melapisi tubuh fetus, gerakan janin
dapat ibu setelah kehamilan minggu ke 18, traktus renalis
mulai berfungsi dan sebanyak 7 – 17 ml urine
dikeluarkan setiap 24 jam.
Minggu ke 24 : Kulit sangat keriput, lanugo menjadi lebih gelap dengan
vernix kaseosa meningkat. Fetus akan menyepak dalam
merespon rangsangan.
Minggu ke 28 : Mata terbuka, alis dan bulu mata telah berkembang
dengan baik, rambut menutupi kepala, lebih banyak
deposit lemak subkutan menyebabkan kerutan kulit
berkurang, testis turun ke skrotum.
Minggu ke 32 : Lanugo mulai berkurang, tubuh mulai lebih membulat
karena lemak disimpan disana, testis terus turun.
Minggu ke 36 : Lanugo sebagian besar terkelupas, tetapi kulit masih
tertutup verniks kaseosa, testis fetus laki – laki terdapat
didalam skrotum pada minggu ke 36 ovarium perempuan
masih berada di sekitar batas pelvis, kuku jari tangan dan
kaki sampai mencapai ujung jari, umbilikus sekarang
terlihat lebih dipusat abdomen.
Minggu ke 40 : Osifikasi tulang tengkorak masih belum sempurna, tetapi
keadaan ini merupakan keuntungan dan memudahkan
fetus melalui jalan lahir. Sekarang terdapat cukup
jaringan lemak subkutan dan fetus mendapatkan
tambahan BB hampir 1 kg pada minggu tersebut.
4. Tanda dan Gejala Kehamilan

Menurut Manuaba (2009) tanda dan gejala kehamilan terdiri dari :

a. Tanda presumtif kehamilan


1) Amenore (terlambat datang bulan)
Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadinya pembentukan folikel
de Graff dan ovulasi di ovarium. Gejala ini sangat penting karena
umumnya wanita hamil tidak dapat haid lagi selama kehamilan, dan
perlu diketahui hari pertama haid terrakhir untuk menentukan tuanya
kehamilan dan tafsiran persalinan.
2) Mual muntah
Umumnya tejadi pada kehamilan muda dan sering terjadi pada pagi hari.
Progesteron dan estrogen mempengaruhi pengeluaran asam lambung
yang berlebihan sehingga menimbulkan mual muntah.
3) Ngidam
Menginginkan makanan/minuman tertentu, sering terjadi pada bulan-
bulan pertama kehamilan tetapi menghilang seiring tuanya kehamilan.
4) Sinkope atau pingsan
Terjadi sirkulasi ke daerah kepala (sentral) menyebabkan iskemia
susunan saraf dan menimbulkan sinkope/pingsan dan akan menghilang
setelah umur kehamilan lebih dari 16 minggu.
5) Payudara tegang
Pengaruh estrogen, progesteron, dan somatomamotropin menimbulkan
deposit lemak, air, dan garam pada payudara menyebabkan rasa sakit
terutama pada kehamilan pertama.
6) Anoreksia nervousa
Pada bulan-bulan pertama terjadi anoreksia (tidak nafsu makan), tapi
setelah itu nafsu makan muncul lagi.
7) Sering kencing
Hal ini sering terjadi karena kandung kencing pada bulan-bulan pertama
kehamilan tertekan oleh uterus yang mulai membesar. Pada triwulan
kedua umumnya keluhan ini hilang karena uterus yang membesar
keluar rongga panggul.
8) Konstipasi/obstipasi
Hal ini terjadi karena tonus otot menurun disebabkan oleh pengaruh
hormone estrogen.
9) Epulis
Hipertrofi gusi disebut epulis dapat terjadi pada kehamilan.
10) Pigmentasi
Terjadi pada kehamilan 12 minggu keatas
a) Pipi :
 Cloasma gravidarum
 Keluarnya melanophore stimulating hormone hipofisis anterior
menyebabkan pigmentasi yang berlebihan pada kulit.
b) Perut
 Striae livide
 Striae albican
 Linea alba makin menghitam
c) Payudara : hipepigmentasi areola mamae
11) Varises atau penampakan pembuluh vena
Karena pengaruh estrogen dan progesteron terjadi penampakan
pembuluh darah vena. Terutama bagi mereka yang mempunyai bakat.
Penampakan pembuluh darah itu terjadi disekitar genitalia eksterna,
kaki dan betis erta payudara.
b. Tanda Kemungkinan (Probability Sign)
1) Pembesaran Perut
Terjadi akibat pembesaran uterus. Hal ini terjadi pada bulan keempat
kehamilan.
2) Tanda Hegar
Tanda Hegar adalah pelunakan dan dapat ditekannya isthmus uterus.
3) Tanda Goodel
Pelunakan serviks
4) Tanda Chadwiks
Perubahan warna menjadi keunguan pada vulva dan mukosa vagina
termasuk juga porsio dan serviks.
5) Tanda Piskacek
Pembesaran uterus yang tidak simetris. Terjadi karena ovum
berimplantasi pada daerah dekat dengan kornu sehingga daerah tersebut
berkembang lebih dulu.
6) Kontraksi Braxton Hicks
Peregangan sel – sel otot uterus, akibat meningkatnya actomycin
didalam otot uterus. Kontraksi ini tidak beritmik, sporadis, tidak nyeri,
biasanya timbul pada kehamilan 8 minggu.
7) Teraba Ballotement
Ketukan yang mendadak pada uterus menyebabkan janin bergerak
dalam cairan ketuban yang dapat dirasakan oleh tangan pemeriksa.
8) Pemeriksaan tes biolgis kehamilan (planotest) positif
Pemeriksaan ini adaah untuk mendeteksi adanya hCG yang diproduksi
oleh sinsitotrofoblas sel selama kehamilan. Hormon ini disekresi
diperedaran darah ibu (pada plasma darah), dan diekskresi pada urine
ibu.
c. Tanda Pasti (Positive Sign)
1) Gerakan janin dalam rahim
Gerakan janin ini harus dapat diraba dengan jelas oleh pemeriksa.
Gerakan ini baru dapat dirasakan pada usia kehamilan sekitar 20
minggu.
2) Denyut jantung janin
Dapat didengar pada usia 12 minggu dengan menggunakan alat fetal
electrocardiograf ( misalnya doppler)
3) Bagian bagian janin
Bagian besar janin (kepala dan bokong) serta bagian kecil janin (lengan
dan kaki) dapat diraba dengan jelas pada usia kehamilan lebih tua
(trimester akhir)
4) Kerangka janin
Kerangka janin dapat dilihat dengan foto rontgen maupun USG
2. Perubahan Fisiologis Ibu Hamil (Sarwono,2007:94-100)
a. Uterus
Uterus bertambah besar semula 30 gram menjadi 1000 gram, pembesaran
ini dikarenakan hipertropi oleh otot-otot rahim.
b. Vagina
1) Elastisitas vagina bertambah
2) Getah dalam vagina biasannya bertambah, reaksi asam PH :3,5-6
3) Pembuluh darah dinding vagina bertambah, hingga waran selaput
lendirnya berwarna kebiru- biruan (Tanda chadwick).
c. Ovarium (Indung Telur)
Ovulasi terhenti, masih terdapt corpus luteum graviditatis sampai
terbentuknya uri yang mengambil alih pengeluaran estrogen dan
progesteron.
d. Kulit
Terdapat hiperpigmentasi antara lain pada areola normal, papila normal, dan
linea alba.
e. Dinding perut
Pembesaran rahim menimbulkan peregangan dan menyebabkan perobekan
selaput elestis di bawah kulit sehingga timbul strie gravidarum.
f. Payudara
Biasanya membesar dalam kehamilan, disebabkan hipertropi dari alveoli
puting susu biasanya membesar dan berwarna lebih tua. Areola mammae
melebar dan lebih tua warnannya.
g. Sistem Respirasi
Wanita hamil tekadang mengeluh sering sesak nafas, yang sering ditemukan
pada kehamilan 3 minggu ke atas. Hal ini disebabkan oleh usus yang
tertekan kearah diafragma akibat pembesaran rahim, kapasitas paru
meningkat sedikit selama kehamilan sehingga ibu akan bernafas lebih dalam.
Sekitar 20-25%.
h. Sistem urinaria
Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kemih tertekan oleh uterus
yang membesar, dimana kebutuhan nutrisi makin tinggi untuk pertumbuhan
janin dan persiapan pemberian ASI.
3. Perubahan Psikologis Ibu Hamil (Marjati dkk, 2010 ; 68 - 69)
a. Trimester Pertama
Segera setelah terjadi peningkatan hormon estrogen dan progesteron dalam
tubuh maka akan segera muncul berbagai ketidaknyamanan secara
fisiologis pada ibu misalnya mual muntah , keletihan dan pembesaran pada
payudara. Hal ini akan memicu perubahan psikologi seperti berikut ini.
1) Ibu akan membenci kehamilannya, merasakan kekecewaan, penolakan,
kecemasan dan kesedihan
2) Mencari tahu secara aktif apakah memang benar – benar hamil dengan
memperhatikan perubahan pada tubuhnya dan seringkali
memberitahukan orang lain apa yang dirahasiakannya
3) Hasrat melakukan seks berbeda – beda pada setiap wanita. Ada yang
meningkat libidonya, tetapi ada juga yang mengalami penurunan. Pada
wanita yang mengalami penurunan libido, akan menciptakan suatu
kebutuhan untuk berkomunikasi secara terbuka dan jujur dengan suami.
4) Bagi calon suami sebagai calon ayah akan timbul kebanggan, tetapi
bercampur dengan keprihatinan akan kesiapan untuk mencari nafkah
bagi keluarga.
b. Trimester Kedua
Trimester kedua biasanya ibu merasa sehat dan sdah terbiasa dengan kadar
hormon yang tinggi, serta rasa tidak nyaman akibat kehamilan sudah mulai
berkurang. Perut ibu pun belum terlalu besar sehingga belum terlalu
dirasakan ibu sebagai beban. Ibu sudah menerima kehamilannya dan dapat
mulai menggunakan energi dan pikirannya secara lebih kontruktif. Pada
trimester ini pula ibu dapat merasakan gerakan janinnya dan ibu mulai
meraskaan kehadiran bayinya sebagai seseorang diluar dirinya dan dirinya
sendiri. Banyak ibu yang merasa terlepas dari kecemasan dan rasa tidak
nyaman seperti yang dirasakannya pada trimester pertama dan merasakan
meningkatnya libido.
c. Trimester ketiga
Trimester ketiga biasanya disebut dengan periode menunggu dan waspada
sebab pada saat itu ibu tidak sabar menunggu kehadiran bayinya. Gerakan
bayi dan membesarnya perut merupakan dua hal yang mengingatkan ibu
akan lahir sewaktu – waktu. Ini menyebabkan ibu meningkatkan
kewaspadaannya akan timbulnya tanda dan gejala terjadinya persalinan
pada ibu. Seringkali ibu merasa khawatir atau takut kalu – kalau bayi yang
akan dilahirkannya tidak normal. Kebanyakan ibu juga akan bersikap
melindungi bayinya dan akan menghindari orang atau benda apa saja yang
dianggap membahayakan bayinya. Seorang ibu mungkin mulai merasa takut
akan rasa sakit dan bahaya fisik yang akan timbul pada waktu melahirkan.
Trimester juga saat persiapan aktif untuk kelahiran bayinya dan menjadi
orang tua.keluarga mulai menduga – duga apakah bayi mereka laki – laki
atau perempuan dan akan mirip siapa. Bahkan sudah mulai memilih nama
unutk bayi mereka.
4. Ketidaknyamanan Umum selama Kehamilan (Marjati dkk, 2010 ; 70-79)
a. Nausea
Nausea terjadi pada saat perut kosong sehingga biasanya lebih parah di pagi
hari. Penyebab morning sickness masih belum diketahui secara pasti,
perubahan hormon selama kehamilan, kadar gula darah yang rendah
(mungkin disebabkan oleh tidak makan sehingga mengakibatkan siklus
yang tidak berujung pangkal), lambung yang terlalu penuh, peristaltik yang
lambat dan faktor – faktor emosi yang lain.puncak nausea dan muntah pada
wanita hamil adalah pada usia kandungan 11 minggu dan menghilang antara
umur kehamilan 14 – 22 minggu.
Cara meringankan:
1) Makan porsi kecil, sering bahkan setiap dua jam
2) Makan biskuit kering atau roti bakar sebelum beranjak dari tempat tidur
dipagi hari
3) Jangan menyikat gigi segera setelah makan untuk menghindari
stimulasi refleks gag.
4) Istirahat
5) Gunakan obat – obatan
Tanda bahaya : hiperemesis gravidarum, kehilangan berat badan, tanda –
tanda kurang gizi
b. Peningkatan Frekuensi berkemih (TM I dan TM III)
Frekuensi kemih meningkat pada trimester pertama terjadi akibat
peningkatan berat pada fundus uterus sehingga membuat isthmus menjadi
lunak (tanda hegar) menyebabkan antefleksi pada uterus yang membesar
akibat adanya tekananlangsung pada uterus yang membesar. Frekuensi
kemih meningkat pada trimester ketiga sering dialami wanita primigravida
setelah lightening terjadi efek lightaning yaitu bagian presentasi akan
menurun masuk kedalam panggul dan menimbulkan tekanan langsung pada
kandung kemih.
Cara meringankan:
1) Kosongkan kandung kemih saat terasa dorongan ingin kencing
2) Banyak minum di siang hari
3) Kurangi minum di malam hari.
Tanda – tanda bahaya : dysuria, oliguria, asymtomatic bacteriuria
c. Sakit punggung Atas dan Bawah
Karena tekanan terhadap akar syaraf sehingga kejang otot, ukuran payudara
yang semakin bertambah atau keletihan. Sebagian besar disebabkan karena
perubahan sikap badan pada kehamilan lanjut karena titik berat badan
berpindah kedepan disebabkan perut yang membesar. Ini diimbangi dengan
lordosis yang berlebihan dan sikap ini dapat menimbulkan spasmus.
Cara penanganan :
Istirahat cukup, menggunakan penyokong abdomen eksternal, gunakan
mekanisme tubuh yang baik untuk mengangkat benda.
d. Hiperventilasi dan sesak nafas
Peningkatan jumlah progesteron selama kehamilan mempengaruhi pusat
pernapasan untuk menurunkan kadar karbondioksida dan meningkatkan
kadar oksigen. Peningkatan aktivitas metabolis yang terjadi selama
kehamilan akan meningkatkan karbondioksida. Hiperventilasi akan
menurunkan karbon dioksida. Sesak nafas terjadi pada trimester III karena
pembesaran uterus yang menekan diafragma. Selain itu diafragma
mengalami elevasi kurang lebih 4 cm selama kehamilan.
Cara penanganan :
1) Menjelaskan dasar fisiologis masalah tersebut
2) Mendorong wanita untuk secara sadar mengatur kecepan dan
kedalaman pernafasannya saat sedang mengalami hiperventilasi
3) Anjurkan wanita berdiri dan mereganggan tangannya diatas kepalanya
secara berkala dan mengambil nafas dalam
4) Instruksikan melakukan peregangan yang sama ditempat tidur seperti
saat sedang berdiri.
e. Edema Dependen
Terjadi karena gangguan sirkulasi vena dan peningkatan tekanan vena pada
ekstrimitas bawah karena tekanan uterus membesar pada vena panggul pada
saat duduk/ berdiri dan pada vena cava inferior saat tidur terlentang. Edema
pada kaki yang menggantung terlihat pada pergelangan kaki dan harus
dibedakan dengan edema karena preeklamsi.
Cara penanganan :
1) Hindari menggunakan pakaian ketat
2) Elevasi kaki secara teratur setiap hari
3) Posisi menghadap kesamping saat berbaring
4) Penggunaan korset pada abdomen yang dapat melonggarkan tekanan
vena-vena panggul
f. Nyeri ulu hati
Ketidaknyamanan ini mulai timbul menjelang akhir trimester II dan
bertahan hingga trimester III.
Penyebab :
1) Relaksasi sfingter jantung pada lambung akibat pengaruh yang
ditimbulkan peningkatan jumlah progesteron.
2) Penurunan motilitas gastrointestinal yang terjadi akibat relaksasi otot
halus yang kemungkinan disebabkan peningkatan jumlah progesteron
dan tekanan uterus
3) Tidak ada ruang fungsional untuk lambung akibat perubahan tempat
dan penekanan oleh uterus yang membesar
Cara penanganan :
1) Makan dalam porsi kecil tetapi sering untuk menghindari lambung
menjadi terlalu penuh
2) Pertahankan postur tubuh yang baik supaya ada ruang lebih besar bagi
lambung untuk menjalankan fungsinya
3) Hindari makanan berlemak, karena lemak mengurangi motilitas usus
dan sekresi asam lambung yang dibutuhkan untuk pencernaan.
4) Hindari makanan pedas atau makanan lain yang dapat menyebabkan
gangguan pencernaan.
g. Konstipasi
Terjadi akibat penurunan peristaltik yang disebabkan relaksasi otot polos
usus besar ketika terjadi peningkatan progesteron
Cara penanganan :
1) Asupan cairan yang adekuat
2) Istirahat cukup
3) Minum air hangat ( air putih, teh ) saat bangkit dari tempat tidur untuk
menstimulasi peristaltik
4) Makan makanan berserat dan mengandung serat alami
5) Miliki pola defekasi yang baik dan teratur
6) Lakukan latihan secara umum, berjalan tiap hari, pertahankan postur
tubuh yang bai, mekanisme tubuh yang baik, kontraksi otot abdomen
bagian bawah secara teratur
h. Kram tungkai
Terjadi karena asupan kalsium tidak adekuat, atau ketidakseimbangan rasio
dan fosfor.selain itu uterus yang membesar memberi tekanan pembulu darah
panggul sehingga mengganggu sirkulasi atau pada saraf yang melewati
foramen doturator dalam perjalanan menuju ekstrimitas bawah.
Cara penanganan :
1) Minta wanita meluruskan kaki yang kram dan menekan tumitnya
( dorsofleksikan kakinya )
2) Dorong wanita untuk melakukan latihan umum dan memiliki kebiasaan
mekanisme tubuh yang baik guna meningkatkan sirkulasi darah
3) Anjurkan elevasi kaki secara teratur sepanjang hari
4) Anjurkan diet mengandung kalsium dan fosfor
i. Kesemutan dan baal pada jari
Perubahan pusat gravitasi menyebabkan wanita mengambil postur dengan
posisi bahu terlalu jauh kebelakang sehingga menyebabkan penekanan pada
saraf median dan aliran lengan yang akan menyebabkan kesemutan dan baal
pada jari-jari
Cara penanganan :
1) Menjelaskan penyebab dari kesemutan dan baal jari-jari
2) Berbaring rileks
5. Kebutuhan Ibu Hamil (Helen Varney, 2007 : 536-543 )
a. Kebutuhan Fisik ibu Hamil
1) Kebutuhan oksigen
Selama kehamilan kebutuhan oksigen ibu hamil meningkat sebanyak
20%. Hal ini disebabkan karena selam kehamilan pembesaran uterus
dapat menekan diafragma sehingga tinggi diafragma bergeser 4cm dan
kapassitas total (paru-paru berkurang 5%).
2) Kebutuhan nutrisi
Pada prinsipnya nutrisi selama kehamilan adalah makanan sehat dan
seimbang yang harus di konsumsi ibu selama masa kehamilannya
meliputi karbohidrat, protein, (60gr/hari), lemak,vitamin, dan mineral.
3) Kebutuhan personal hygiene
Macam-macam personal hygiene ibu hamil meliputi mandi, perwatan
gigi dan mulut ,perawatan kulit, perawatan payudara, dan pakaian.
4) Kebutuhan eliminasi
a) Eliminasi urine dapat meningkat pada kehamilan trimester I dan
trimester III karena adannya penekanan kandung kemih oleh uterus.
b) Eliminasi alvi cendrung tidak teratur karena adannya relaaksasi otot
polos dan kompresi usus bawah oleh uterus yang membesar pada
kehamilan dan serta karena adannya aksihormonal yang dapat
mengurangi gerakan peristaltik usus.
5) Kebutuhan seksual
Biasanya gairah seksual ibu amil akan menurun pada trimester I dan
trimester III sedagkan pada trimester II gairah ibu akan kembali.
6) Kebutuhan Mobilitas
Ibu hamil boleh melakukan olahraga asal tidak terlalu capek/ad resiko
cidera bagi ibu/ janin. Ibu hamil dapat melakukan mobilitas misalnya
dengan berjalan-berjalan. Hindari gerakan melonjak,meloncat/mencapai
benda yang lebih tinggi.
7) Istirahat dan tidur
Anjurkan ibu untuk istirahat cukup ,setidaknya 1,5 jam pada siang hari
dan 8-11 jan pada malam hari.
8) Imunisasi
Imunisasi TT perlu diberikan pada ibu hamil untuk mencegah terjadinya
penyakit tertentu, misalnya tetanus neonatorum.
9) Persiapan persalinan dan kelahiran bayi
Diberikan pada trimester I sampai trimester III meliputi persiapan fisik /
fisiologis, persiapan psikologis, persiapan keuangan, persiapan tempat
melahirkan, persiapan transportasi dan persiapan barang-barang
kebutuhan ibu dan bayi.
b. Kebutuhan Psikologi Ibu Hamil (Bobak,2004 : 279-289)
1) Support Keluarga
Meliputi motifasi suami, keluarga, dan usaha untukmempererat ikatan
keluarga. Sebaiknya keluarga menjalin komunikasi yangbaik, dengan
itu untuk membantu ia dalam menyesuaikan diri dan menghadapi
masalah selama kehamilannya karena sering kali merasa
ketergantungan atau butuh pantauan orang-orang di sekitarnya.
2) Support dari Tenaga Kesehatan
Dalam hal ini petugas kesehatan membantu ibu beradaptasi selama ibu
hamil, membantu mengatasi ketidaknyamanan yang dialami ibu dan
mengenal serta menghindari kemunglinan komplikasi. Selain itu
petugas kesehan juga berperan dalam membantu untuk mempersiapkan
untuk menjadi orang tua dan dalam mewujudkan kesehatan yang
optimal.
3) Persiapan Menjadi Orang Tua
Dapat dilakukan dengan memberikan pendidikan Antenatal untuk
membantu menyelesaikan ketakutan dan kehawatiran yang dialami para
calon orang tua.
4) Persiapan Sibling
Dipersiapkan untuk orang tua yang sudah memiliki nanak hal ini
bertujuan untuk memudahkan anak sebelumnyaq beradaptasi dan
menerima kenyataan terhadap kehidupan atau suasana lingkungan
mereka yang baru.
6. Pemeriksaan Diagnostik Kehamilan
7. Pemeriksaan diagnostik kehamilan adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk
emastikan seorang wanita sedang hamil atau tidak. Pemeriksaan ini terdiri atas
anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan panggul serta pemeriksaan
laboratorium (Helen Varney, 2007 : 536-543 ).
a. Anamnesis
Dari anamnesis dapat diketahui tanda – tanda sebagi berikut ini.
1) Terhentinya menstruasi/amenore
2) Mual dan muntah
3) Tingling (dilep), tegang, berbenjol – benjol, pembesaran payudara, dan
pelebaran puting susu.
4) Peningkatan frekuensi berkemih
5) Kelelahan
6) Perubahan warna pada payudara
7) Menonjolnya kelenjar Montgomery
8) Peningkatan suhu basal tubuh tanpa adanya infeksi
9) Pengeluaran kolostrum dari puting susu
10) Salivasi berlebihan
11) Tanda chadwick
12) Quickening biasanya UK 16 – 18 mg.
13) Pigmentasi kulit.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Pengeluaran kolostrum
2) Perubahan warna pada payudara
3) Pembesaran pada abdomen
4) Teraba garis janin
5) Ballotement
6) Gerakan janin
7) Bunyi jantung janin
c. Pemeriksaan Pelvis
1) Pembesaran uterus
2) Perubahan bentuk uterus
3) Tanda piskacek
4) Tanda hegar
5) Tanda goodell
6) Teraba kontraksi baxton hicks
7) Tanda chadwick
d. Tes laboratorium dan pemeriksaan penunjang
1) Tes kehamilan positif
2) USG tampak keberadaan janin
3) Tampak rangkan jani pada rontgen (x-ray film)

A. KONSEP ANTENATAL CARE (ANC)


1. Pengertian ANC
Antenatal Care adalah pengawasan sebelum persalinan terutama ditujukan pada
pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim (Manuaba, 2010; 110)
2. Tujuan ANC
a. Mengenal dan menangani sedini mungkin penyulit yang terdapat saat
kehamilan, saat persalinan, dan kala nifas.
b. Mengenal dan menangani penyakit yang menyertai kehamilan, persalinan,
dan kala nifas.
c. Memberikan nasihat dan petunjuk yang berkaitan dengan kehamilan,
persalinan, kala nifas, laktasi, dan aspek keluarga berencana.
d. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal.
(Manuaba, 2010 : 111)
3. Kebijakan program
a. Standart minimal asuhan antenatal (7T)
1) Timbang berat badan
2) Ukur tekanan darah
3) Ukur tinggi fundus uteri
4) Imunisasi TT
5) Pemberian tablet besi (minum 90 tablet selama kehamilan dan dimulai
usia kehamilan 20 minggu)
6) Tetapkan status gizi
7) Tes laboratorium
8) Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin
9) Tatalaksana kasus
10) Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan
b. Standart minimal Kunjungan Kehamilan
Sebaiknya ibu memperoleh sedikitnya 4 kali kunjungan selama kehamilan,
yang terdistribusi dalam 3 trimester, yaitu sbb:
1) 1 kali pada trimester I
2) 1 kali pada trimester II
3) 2 kali pada trimester III
c. Informasi Kunjungan Kehamilan
Kunjugan Waktu Informasi Penting
· Membangun hubungan saling
percaya antara petugas kesehatan dengan
ibu hamil
· Mendeteksi masalah dan
menanganinya
· Melakukan tindakan pencegahan
Trimester Sebelum
seperti tetanus neonatorum, anemis
Pertama minggu ke 14
kekurangan zat besi, penggunaan praktik
tradisional yang merugikan
· Memulai persiapan kelahiran bayi
dan kesiapan untuk menghadapi
komplikasi
· Mendorong perilakuk yang sehat
(giat, latihan dan kebersihan, dsb)
Sama seperti diatas ditambah kewaspadaan
khusus mengenai preeklampsia ( tanya ibu
Trimester Sebelum
tentang gejala – gejala preeklapmsia,
kedua minggu ke 28
pantau TD, evaluasi edema, periksa untuk
mengetahui proteinuria)
Antara Sama seperti diatas, ditambah palpasi
Trimester
minggu 28 – abdominal untuk mengetahui apakah ada
ketiga
36 kehamilan ganda
Sama seperti diatas, ditambah deteksi letak
Trimester
bayi yang tidak normal, atau kondisi lain
ketiga
yang memerlukan kelahiran dirumah sakit.
(Marjati dkk, 2010 ;9-13)

4. Penapisan Ibu Hamil


Ibu hamil dibagi dalam 3 kelompok yaitu:
a. Kehamilan Resiko Rendah (KKR) skor 2 hijau
Kehamilan normal tanpa masalah/faktor resiko.
Kemungkinan besar: persalinan normal,tetap waspada komplikasi persalinan
Ibu dan Bayi baru lahir Hidup Sehat.
b. Kehamilan Resiko Tinggi (KRT) skor 6 – 10 kuning
Kehamilan dengan faktor resiko, baik dari ibu dan atau janin dapar
menyebabkan komplikasi persalinan. Dampak kematian / kesakitan /
kecacatan pada ibu dan atau bayi baru lahir.
c. Kehamilan Resiko Sangat Tinggi (KRST) skor ≥12 merah
Kehamilan dengan faktor resiko ganda 2 lebih baik dari ibu dan atau
janinnya yang dapat menyebabkan
1) lebih besar resiko/ bahaya komplikasi persalinan
2) lebih besar dampak kematian ibu dan atau bayi
SKOR POEDJI ROCHJATI
I II III IV
Kelompok Masalah/Faktor Resiko SKOR TRIBULAN
N
Faktor Skor Awal Ibu Hamil 2
o I II III.1 III.2
Resiko
1 Terlalu Muda Hamil I < 16 4
tahun
2 Terlalu Tua Hamil I >35 4
tahun
Terlalu Lambat Hamil I,
kawin > 4 tahun
3 Terlalu lama hamil lagi 4
(>10 tahun)
4 Terlalu cepat hamil lagi (< 4
2 tahun)
5 Terlalu banyak anak, 4 atau 4
lebih
6 Terlalu tua umur > 35 tahun 4
7 Terlalu pendek < 145 cm 4
8 Pernah gagal hamil 4
9 Pernah melahirkan dengan
a. Tarikan tang/vakum 4
b. Uri dirogoh 4
c. Diberi Infus/tranfusi 4
10 Pernah Sectio caesarea 4
11 Penyakit pada ibu hamil
a. Kurang darah 4
b. Malaria
c. TBC paru 4
d. Payah jantung
e. Kencing manis 4
f. PMS
12 Bengkak pada 4
muka/tungkai dan tekanan
darah tinggi
13 Hamil kembar 2 atau lebih 4
14 Hamil kembar air 4
(hydramnion)
15 Bayi mati dalam kandungan 4
16 Kehamilan lebih bulan 4
17 Letak sungsang 8
18 Letak lintang 8
19 Pendarahan dalam 8
kehamilan ini
20 Preeklampsi berat/ kejang - 8
kejang
(Buku KIA, 2009)
B. Konsep Dasar Persalinan

1. Definisi persalinan
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin
turun ke dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses
pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu),
lahir spontan dengan presentasi belakang kepala tanpa komplikasi baik ibu
dan janin (Dwi, dkk, 2012: 1).
Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan
pengeluaran bayi yang cukup bulan (37-42 minggu), atau hampir cukup bulan
di susul dengan pengeluaran placenta dan selaput janin dari tubuh ibu atau
persalinan adalah proses pengeluaran produk konsepsi yang variabel melalui
jalan lahir biasa (Dewi Setiawati, 2013: 53).
Dari kesimpulan di atas dapat di kemukakan bahwa persalinan normal
adalah proses pengeluaran janin yang cukup bulan, lahir secara spontan
dengan presentasi belakang kepala, di susul dengan pengeluaran plasenta dan
selaput ketuban dari tubuh ibu, tanpa komplikasi baik ibu maupun janin,
a. Bentuk persalinan berdasarkan tekhnik :
1) Persalinan spontan, yaitu persalinan berlangsung dengan kekuatan
ibu sendiri melalui jalan lahir.
2) Persalinan buatan, yaitu persalinan dengan tenaga dari luar dengan
ekstraksi forceps, ekstraksi vakum dan section sesaria.
3) Persalinan anjuran, yaitu persalinan tidak dimulai dengan sendirinya
tetapi berlangsung setelah memecahkan ketuban, pemberian pitocin
prostaglandin (Ai yeyeh, dkk, 2014: 2).
2. Patofisiologi Persalinan
a. Tanda-tanda persalinan sudah dekat
Sebelum terjadi persalinan, beberapa minggu sebelumnya wanita
memasuki “bulannya” atau “minggunya” atau “harinya” yang di sebut
dengan kala pendahuluan. Ini memberikan tanda-tanda sebagai berikut :
1) Lightening
Pada minggu ke 36 pada primigravida terjadi penurunan fundus
karena kepala bayi sudah memasuki pintu atas panggul yang
disebabkan oleh : Kontraksi braxton hicks, ketegangan otot,
ketegangan ligamentum rotundum dan gaya berat janin kepala kearah
bawah.
2) Terjadinya his permulaan
Makin tua usia kehamilan pengeluaran progesterone dan estrogen
semakin berkurang sehingga oksitosin dapat menimbulkan kontraksi,
yang lebih sering yang disebut his palsu, sifat his palsu yaitu rasa
nyeri ringan dibagian bawah, datanganya tidak teratur, tidak ada
perubahan serviks, durasinya pendek, tidak bertambah jika
beraktivitas (Ai Nursiah, dkk, 2014: 6).
b. Tanda-tanda persalinan
1) Timbulnya his persalinan ialah his pembukaan dengan sifat-sifatnya
sebagai berikut : Nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut
bagian depan, teratur, makin lama makin pendek intervalnya dan
makin kuat intensitasnya, jika dibawa berjalan bertambah kuat, dan
mempunyai pengaruh pada pendataran atau pembukaan serviks
(Dewi Setiawati, 2013: 54).
2) Bloody show (pengeluaran lendir disertai darah melalui vagina)
Dengan his permulaan, terjadi perubahan pada serviks yang
menimbulkan pendataran dan pembukaan, lendir yang terdapat di
kanalis servikalis lepas, kapiler pembuluh darah pecah, yang
menjadikan darah sedikit (Ai Nursiah, dkk, 2014: 7).
3) Dengan pendataran dan pembukaan
Lendir dari canalis servikalis keluar di sertai dengan sedikit darah.
Perdarahan yang sedikit ini disebabnya karena lepasnya selaput janin
pada bagian bawah segmen bawah rahim hingga beberapa kapiler
terputus (Dewi Setiawati, 2013: 54).
4) Pengeluaran cairan
Terjadi akibat pecahnya ketuban atau selaput ketuban robek.
Sebagian besar ketuban baru pecah menjelang pembukaan lengkap
tetapi kadang ketuban pecah pada pembukaan kecil, hal ini di sebut
dengan ketuban pecah dini (Dewi Setiawati, 2013: 54).
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan
Keberhasilan proses persalinan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
faktor ibu (power, passage, psikologis), faktor janin, plasenta dan air ketuban
(passenger), dan faktor penolong persalinan. Hal ini sangat penting,
mengingat beberapa kasus kematian ibu dan bayi yang disebabkan oleh tidak
terdeteksinya secara dini adanya salah satu dari factor-faktor tersebut (Ai
Nursiah, dkk, 2014: 31-32).
a. Power (Tenaga/Kekuatan)
1) His (Kontraksi Uterus)
Merupakan kekuatan kontraksi uterus karena otot-otot polos rahim
bekerja dengan baik dan sempurna. Sifat his yang baik adalah
kontraksi simetris, fundus dominial, terkordinasi dan relaksasi.
Kontraksi ini bersifat involunter karena berada dibawah saraf
intrinsic.
2) Tenaga mengedan
Setelah pembukaan lengkap dan ketuban pecah atau dipecahkan,
serta sebagaian presentasi sudah berada di dasar panggul, sifat
kontraksinya berubah, yakni bersifat mendorong keluar dibantu
dengan keinginan ibu untuk mengedan atau usaha volunteer.
Keinginan mengedan ini di sebabkan karena, kontraksi otot-otot
dinding perut yang mengakibatkan peninggian tekanan intra
abdominial dan tekanan ini menekan uterus pada semua sisi dan
menambah kekuatan untuk mendorong keluar, tenaga ini serupa
dengan tenaga mengedan sewaktu buang air besar (BAB) tapi jauh
lebih kuat, saat kepala sampai kedasar panggul timbul reflex yang
mengakibatkan ibu menutup glotisnya, mengkontraksikan otot-otot
perut dan menekan diafragmanya kebawah, tenaga mengejan ini
hanya dapat berhasil bila pembukaan sudah lengkap dan paling
efektif sewaktu ada his dan tanpa tenaga mengedan bayi tidak akan
lahir.
b. Passage (Jalan Lahir)
Merupakan jalan lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri dari
rongga panggul, dasar panggul, serviks, dan vagina. Syarat agar janin dan
plasenta dapat melalui jalan lahir tanpa ada rintangan, maka jalan lahir
tersebut harus normal (Widia, 2015: 16).
c. Passenger (Janin, Plasenta, dan Air Ketuban)
1) Janin
Passenger atau janin bergerak sepanjang jalan lahir merupakan akibat
interaksi beberaapa faktor, yakni kepala janin, presentasi, letak, sikap
dan posisi janin (Ai Nursiah, dkk, 2014: 39).
2) Plasenta
Plasenta juga harus melewati jalan lahir maka dia di anggab sebagai
bagian dari passenger yang menyertai janin. Namun plasenta jarang
menghambat proses persalinan normal (Widia, 2015: 29).
3) Air ketuban
Amnion pada kehamilan aterm merupakan suatu membran yang kuat
dan ulet tetapi lentur. Amnion adalah jaringan yang menentukan
hampir semua kekuatan regangan membran janin, dengan demikian
pembentukan komponen amnion yang mencegah ruptur atau robekan.
Penurunan ini terjadi atas 3 kekuatan yaitu salah satunya adalah
tekanan dari cairan amnion dan juga saat terjadinya dilatasi serviks
atau pelebaran muara dan saluran serviks yang terjadi di awal
persalinan, dapat juga karena tekanan yang ditimbulkan oleh cairan
amnion selama ketuban masih utuh (Widia, 2015: 29).
d. Factor Psikis (Psikologi)
Perasaan positif berupa kelegaan hati, seolah-olah pada saat itulah
benar-benar terjadi realitas, “kewanitaan sejati” yaitu munculnya rasa
bangga bisa melahirkan atau memproduksi anak.
1) Psikologis meliputi : Kondisi psikologis ibu sendiri, emosi dan
persiapan intelektual, pengalaman melahirkan bayi sebelumnya,
kebiasaan adat, dan dukungan dari orang terdekat pada kehidupan ibu.
2) Sikap negative terhadap persalinan di pengaruhi oleh : Persalinan
semacam ancaman terhadap keamanan, persalinan semacam ancaman
pada self-image, medikasi persalinan, dan nyeri persalinan dan
kelahiran (Widia, 2015: 29-30).
e. Pysician (Penolong)
Peran dari penolong persalinan dalam hal ini adalah bidan, yang
mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu
dan janin (Widia, 2015: 30). Tidak hanya aspek tindakan yang di berikan,
tetapi aspek konseling dan meberikan informasi yang jelas dibutuhkan
oleh ibu bersalin utuk mengurangi tingkat kecemasan ibu dan keluarga
(Ai Nursiah, dkk 2014: 48).
4. Tahapan Persalinan
a. Kala I (Pembukaan)
1. Pengertian Kala I
Persalinan kala I meliputi fase pembukaan 1-10 cm, yang di
tandai dengan penipisan dan pembukaan serviks, kontraksi uterus
yang mengakibatkan perubahan serviks (frekuensi minimal 2 kali
dalam 10 menit), cairan lendir bercampur darah (show) melalui
vagina. Darah berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler serta
kanalis servikalis karena pergeseran serviks mendatar dan terbuka (Ai
Nursiah, dkk 2014:66).
Kala I dibagi atas 2 fase yaitu :
a) Fase laten, dimana pembukaan serviks berlangsung lambat,
dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan
pembukaan secara bertahap sampai 3 cm, berlangsung dalam 7-8
jam.
b) Fase aktif (pembukaan serviks 4-10 cm), berlangsung selama 6
jam dan dibagi dalam 3 subfase, yaitu :
(1) Periode akselerasi : berlangsung selama 2 jam, pembukaan
menjadi 4 cm.
(2) Periode dilatasi maksimal : berlangsung selama 2 jam,
pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm.
(3) Periode deselerai : berlangsung lambat, dalam 2 jam
pembukaan jadi 10 cm atau lengkap (Nurul, 2017: 5-6).

Pada fase aktif persalinan, frekuensi dan lama kontraksi


uterus akan meningkat secara bertahap (kontraksi dianggap
adekuat/memadai jika terjadi 3 kali atau lebih dalam waktu 10
menit, dan berlangsung selama 40 detik atau lebih) dan terjadi
penurunan bagian terbawah janin. Dari pembukaan 4 hingga
mencapai pembukaan lengkap atau 10 cm, akan terjadi dengan
kecepatan rata-rata per jam (primipara) atau lebih 1 cm hingga 2
cm (multipara) (Ai Nursiah, dkk 2014: 66).
2. Perubahan Fisiologi Kala I
Selama rentan waktu dari adanya his sampai pembukaan
lengkap 10 cm terjadi beberapa perubahan yang fisiologis. Perubahan
fisiologis kala I meluputi :
a) Perubahan pada serviks
(1) Pendataran pada serviks/effacement
Pendataran pada serviks adalah pendekatan dari kanalis
servikalis yang semula berupa sebuah saluran panjang 1-2
cm, menjadi sebuah lubang saja dengan pinggir yang tipis.
(2) Pembukaan serviks
Pembukaan serviks disebabkan kerena pembesaran Ostium
Uteri Eksternum (OUE) karena otot yang melingkar di
sekitar ostium meregang untuk dilewati kepala. Pada
pembukaan 10 cm atau pembukaan lengkap, bibir portio
tidak terba lagi.
b) Perubahan sistem kardiovaskuler
(1) Tekanan darah
Tekanan darah meningkat selama kontraksi uterus dengan
kenaikan sistolik rata-rata 10-20 mmHg dan kenaikan
diastolik rata-rata 5-10 mmHg. Diantara kontraksi tekanana
darah akan turun seperti sebelum masuk persalinan dan akan
naik lagi jika terjadi kontraksi. Posisi tidur terlentang selama
persalinan akan mengakibatkan adanya penekanan uterus
terhadap pembuluh darah besar (aorta), yang menyebabkan
sirkulasi darah baik ibu maupun janin akan terganggu, ibu
biasanya mengalami hipotensi dan janin mengalami asfiksia.
(2) Denyut jantung
Denyut jantung meningkat selama kontraksi. Dalam posisi
terlentang denyut jantung akan menurun. Denyut jantung
antara kontraksi sedikit lebih tinggi dibandingkan selam
periode segera sebelum persalinan.
c) Perubahan metabolisme
Selama persalinan baik metebolisme karbohidrat aerobik
maupun anaerobik akan naik secara perlahan, kenaikan ini
sebagian besar disebabkan karena kecemasan serta kegiatan otot
keranka tubuh.
d) Perubahan sistem respirasi
Pada respirasi atau pernapasan terjadi kenaikan sedikit
dibandingkan sebelum persalinan, hal ini disebabkan adanya rasa
nyeri, kehawatiran serta penggunaan tekhnik pernapasan yang
tidak benar.
e) Kontraksi uterus
Kontraksi uterus terjadi karena adanya rangsangan pada
otot polos uerus dan penurunan hormon progesterone yang
menyebabkan keluarnya hormon oksitosin.
f) Pembentukan segmen atas rahim dan segmen bawah rahim
Segmen Atas Rahim (SAR) dibentuk oleh corpus uteri
yang sifatnya aktif yaitu berkontraksi, dan dinding tambah tebal
dengan majunya persalinan serta mendorong anak keluar.
g) Perubahan hematologist
Haemoglobin akan meningkat 1,2 gram/100 ml selama
persalinan dan kembali ketingkat pra persalinan pada hari
pertama setelah persalinan apabila tidak terjadi kehilangan darah
selama persalinan. Jumlah sel darah putih meningkat secara
progresp selama kala I persalinan sebesar 5000 s/d 15000 WBC
sampai dengan akhir pembukaan lengkap.
h) Perubahan renal
Polyuri sering terjadi selama persalinan, di karenakan oleh
kardiak out-put yang meningkat serta disebabkan oleh
glomerolus serta aliran plasma ke renal. Polyuri tidak begitu
kelihatan dalam posisi terlentang yang mengurangi aliran urine
selama kehamilan.
i) Perubahan gastrointestinal
Kemampuan pergerakan gastrik serta penyerapan makanan
padat berkurang, menyebabkan pencernanan hampir berhenti
disela persalinan dan menyebabkan konstipasi. Makanan yang
masuk ke lambung selama fase pendahuluan atau fase
kemungkinan besar akan tetap berada dalam perut selama
persalinan. Rasa mual- muntah bukanlah hal yang jarang, hal ini
menunjukan berakhirnya kala I persalinan.
j) Perubahan suhu badan
Suhu badan akan sedikit meningkat selama persalinan,
suhu mencapai tingkat tertinggi selama persalinan dan segera
setelah kelahiran. Kenaikan ini dianggap normal asal tidak
melebihi 0,5 – 10 C. Suhu badan yang naik sedikit merupakan
yang wajar namun jika keadaan ini berlangsung lama, kenaikan
suhu mengindikasikan dehidrasi.
k) Perubahan pada vagina dasar panggul
Pada kala I ketuban ikut meregang, bagian atas vagina
yang sejak kehamilan mengalami perubahan sedemikian rupa
akan bisa dilalui bayi, setelah ketuban pecah segala perubahan
terutama pada dasar panggul ditimbulkan oleh bagian depan anak,
bagian depan yang maju tersebut kedasar panggul di regang
menjadi saluran dengan dinding yang tipis, waktu kepala sampai
di vulva, lubang vulva menghadap kedepan atas dan dari luar
peregangan oleh bagian depan tampak pada perineum yang
menonjol dan menjadi tipis, sedangkan anus semakin terbuka,
regangan yang kuat ini dimungkinkan karena bertambahnya
pembuluh darah pada bagian vagina dan dasar panggul. Tetapi
saat jaringan tersebut robek, akan menimbulkan perdarahan yang
banyak (Ai Nursiah, dkk 2014: 67-71).
3. Perubahan Psikologis kala I
Menurut Widia, (2015: 57) perubahan psikologi pada ibu
bersalin selama kala I antara lain sebagai berikut :
a) Memperlihatkan ketakutan atau kecemasan, yang menyebabkan
wanita mengartikan ucapan pemberi perawatan atau kejadian
persalinan secara pesimistik atau negatif.
b) Mengajukan banyak pertanyaan atau sangat waspada terhadap
sekelilingnya.
c) Memperlihatkan tingkah laku saat membutuhkan.
d) Memperlihatkan reaksi keras terhadap kontraksi ringan atau
terhadap pemerikasaan.
e) Menunjukkan kebutuhan yang kuat untuk mengontrol tindakan
pemberi perawatan.
f) Tampak “lepas kontrol” dalam persalinan (saat nyeri hebat,
menggeliat kesakitan, panik, menjerit, tidak merespon saran atau
pertanyaan yang membantu).
g) Respon “melawan atau menghindari”, yang dipicu oleh adanya
bahaya fisik, ketakutan, kecemasan dan bentuk stress lainnya.
4. Masalah Dan Penyulit Pada Kala I
Indikasi – indikasi untuk melakukan tindakan dan/atau rujukan
segera selama kala I persalinan (Ibnu Pranoto, dkk 2014: 77):
a. Perdarahan pervaginam selain dari lender bercampur darah
(“show”)
b. Ketuban pecah bercampur dengan sedikit mekonium disertai
tanda-tanda gawat janin
c. Ketuban telah pecah (lebih dari 24 jam) atau ketuban pecah pada
kehamilan kurang bulan (usia kehamilan kurang 37 minggu).
d. Tanda-tanda atau gejala-gejala infeksi : temperature
tinggi >380C, menggigil, nyeri abdomen, cairan ketuban yang
berbau.
e. Tekanan darah >160/100 dan/ atau terdapat protein urin.
f. DJJ <100 atau >180 x/menit pada dua kali penilaian dengan
jarak 5 menit.
g. Primipara dalam persalinan fase aktif dengan palpasi kepala
janin masih 5/5.
h. Presentasi ganda/majemuk (adanya bagian janin, seperti lengan
atau tangan, bersamaan dengan presentasi belakang kepala).
i. Tali pusat menumbung (jika tali pusat masih berdenyut)
j. Tanda dan gejala syok : Nadi cepat, lemah (lebih dari 110
x/menit), tekanan darahnya rendah (sistolik kurang dari 90
mmHg), pucat, berkeringat atau kulit lembab, dingin, napas cepat
(lebih dari 30 x/menit), cemas, bingung atau tidak sadar, dan
produksi urin sedikit (kurang dari 30 ml/jam)
k. Tanda dan gejala persalinan dengan fase laten yang memanjang
dimana pembukaan serviks kurang dari 4 cm setelah 8 jam , dan
kontraksi teratur (lebih dari 2 dalam 10 menit) tanda dan gejala
belum inpartu yaitu, kurang dari 2 kontraksi dalam 10 menit,
berlangsung kurang dari 20 detik, tidak ada perubahan serviks
dalam waktu satu sampai dua jam.
l. Tanda dan gejala partus lama yaitu, pembukaan serviks
mengarah ke sebelah kanan garis waspada, pembukaan serviks
kurang 1 cm per jam, dan kurang dari dua kontraksi dalam waktu
10 menit, masing-masing berlangsung kurang 40 detik
5. Partograf
Partograf adalah alat untuk mencatat informasi berdasarkan
observasi, anamnesis, dan pemeriksaan fisik ibu dalam persalinan,
dan sangat penting khususnya untuk membuat keputusan klinik
selama kala I persalinan.
Tujuan utama penggunaan partograf adalah mengamati dan
mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai
pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam dan menentukan
normal atau tidakanya persalinan serta mendeteksi dini persalinan
lama sehingga bidan dapat membuat deteksi mengenai kemungkinan
persalinan lama. Partograf dapat di gunakan untuk semua ibu selama
fase aktif kala I persalinan ; selama persalinan dan kelahiran di
semua tempat seperti rumah, puskesmas, klinik bidan swasta, rumah
sakit dll.
a. Bagian Partograf
Partograf berisi ruang untuk mencatat hasil pemeriksaan
yang dilakukan selama kala I persalinan yang mencakup
kemajuan persalinan, keadaan janin, dan keadaan ibu.
1) Kemajuan Persalinan
Kemajuan persalinan yang di catat dalam partograf meliputi
pembukaan serviks, penurunan kepala janin, dan kontraksi
uterus.
2) Pencatatan Selama Fase Laten Dan Fase Aktif Persalinan
a) Pencatatan Selama Fase Laten
Fase laten ditandai dengan pembukaan serviks 1-3
cm. Selama fase laten persalinan, semua asuhan,
pengamatan dan pemeriksaan harus dicatat terpisah dari
partograf, yaitu pada catatan atau Kartu Menuju Sehat
(KMS) ibu hamil. Tanggal dan waktu harus dituliskan
setiap kali membuat catatan selama fase laten persalinan
dan semua asuhan serta intervensi harus dicatat. Waktu
penilaian, kondisi ibu, dan kondisi janin pada fase laten
meliputi : Denyut jantung janin, frekuensi dan lama
kontraksi uterus, nadi setiap 1 jam, pembukaan serviks,
penurunan kepala, tekanan darah, dan suhu setiap 2
sampai 4 jam dan apabila di temui tanda penyulit,
penilaian kondisi ibu dan bayi harus lebih sering
dilakukan.
3) Pencatatan Dan Temuan Pada Partograf Selama Fase Aktif
Dilengkapi pada bagian awal (atas) partograf, saat memulai
asuhan persalinan.
a) Kesehatan dan Kenyamanan Janin
Menilai dan mencatat setiap 30 menit (lebih sering, jika
ada tanda gawat janin). Setiap kotak pada bagian
tersebut menunjukan waktu 30 menit, kisaran normal
DJJ terpanjan pada partograf di antara garis tebal angka
180 dan 100. Akan tetapi, penolong harus sudah
waspada bila DJJ dibawah 120 atau diatas 160.
b) Warna dan Adanya Ketuban
Warna ketuban dinilai setiap melakukan pemeriksaan
dalam, selain warna air ketuban, jika pecah. Catat
temuan dalam kontak yang sesuai di bawah lajur DJJ
dan gunakan lambang berikut.

U = ketuban utuh (belum pecah)

J = ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih

M = ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur


mekonium

D = ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur


darah

K = ketuban sudah pecah dan tidak ada air ketuban


(kering)
Mekonium dalam air ketuban tidak selalu menunjukan
gawat janin. Apabila terdapat mekonium, pantau DJJ
secara seksama untuk mengenali tanda gawat janin (DJJ
<100 atau >180 kali per menit) selama proses
persalinan.
c) Molase (Penyusupan Kepala Janin)
Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa
jauh bayi dapat menyesuaikan diri dengan bagian keras
panggul ibu. Tulang kepala yang saling menyusup
menunjukkan kemungkinan adanya disproposi tulang
panggul (Cephalopelvic disproportionate) CPD. Setiap
kali melakukan pemeriksaan dalam, nilai penyusupan
kepala janin dan catat temuan dibawah lajur air ketuban
dengan menggunakan lambang berikut ini.
0 = Tulang kepala janin terpisah, sutura dengan
mudah dapat dipalpasi
1 = Tulang-tulang kepala janin hanya saling
bersentuhan
2 = Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih,
namun masih dapat dipisahkan
3 = Tulang-tulang kepala janin tumpang tindih dan
tidak dapat di pisahkan.
d) Kemajuan Persalinan
Kolom dan lajur pada partograf adalah pencatatan
kemajuan persalinan. Angka 0-10 pada tepi kolom
paling kiri adalah besarnya dailatasi serviks. Skala
angka 1- 5 juga menunjukkan seberapa jauh penurunan
janin. Masing-masing kotak di bagian ini menyatakan
waktu 30 menit.
e) Pembukaan Serviks
Penilaian dan pencatatan pembukaan serviks dilakukan
setiap 4 jam (lebih sering, jika terdapat tanda penyulit).
Tanda “X” harus ditulis di garis waktu yang sesuai
dengan laju besarnya pembukaan serviks. Beri tanda
untuk temuan pemeriksaan dalam yang dilakukan
pertama kali selama fase aktif persalinan di garis
waspada. Hubungkan tanda “X” dari setiap
pemeruksaan dengan garis utuh (tidak terputus).
f) Penuruna Bagian Terbawah Atau Presentasi Janin
Setiap melakukan pemeriksaan dalam (4 jam atau lebih),
jika terdapat tanda penyulit, catat dan nilai penurunan
bagian terbawah atau presentasi janin. Kemajuan
pembukaan serviks umumnya diikuti dengan penurunan
bagian terbawah atau presentasi janin pada persalinan
normal. Akan tetapi, penurunan bagian terbawah janin
terkadang baru terjadi setelah pembukaan serviks 7 cm.
Penurunan kepala bayi harus selalu diperiksa dengan
memeriksa perut ibu sesaat sebelum pemeriksaan dalam
dengan ukuran perlimaan diatas Pintu Atas Pangul
(PAP). Beri tanda “o” pada garis waktu yang sesuai
dengan garis tidak terputus 0-5 yang tertera di sisi yang
samadengan pembukaan serviks. Hubungkan tanda “o”
dari setiap pemeriksaan dengan garis tidak terputus.
g) Garis Waspada dan Garis Bertindak
Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 cm
dan berakhir pada titik dengan pembukaan lengkap
yang diharapkan terjadi jika laju pembukaan 1 cm per
jam. Pencatatan selama fase aktif persalinan harus
dimulai di garis waspadah. Apabila pembukaan serviks
mengarah kesebelah kanan garis waspada, penyulit
yang ada harus di pertimbngkan (misalnya fase aktif
memanjang, macet dll).
h) Jam dan Waktu
Waktu dimulai fase aktif persalinan, Bagian bawah
partograf (pembukaan serviks dan penurunan kepala
janin) tertera kotak-kotak yang diberi angka 1-16.
Setiap kontak menanyakan waktu satu jam sejak
dimulai fase aktif persalinan. Waktu actual saat
pemeriksaan dilakukan. Setiap kotak menyatakan satu
jam penuh dan berkaitan dengan dua kotak waktu tiga
puluh menit pada lajur kotak diatasnya atau lajur
kontraksi dibawahnya. Saat ibu masuk dalam fase aktif
persalinan, catatkan pembukaan serviks di garis
waspada, lalu catatkan waktu aktual pemeriksaan
tersebut dikotak yang sesuai.
i) Kontraksi Uterus
Terdapat lima lajur dengan tulisan “ kontraksi setiap 10
menit “ di sebelah luar kolom paling kiri dibawah lajur
waktu partograf. Setiap kotak menyatakan satu
kontraksi.Tiap 30 menit, raba dan catat jumlah
kontraksi dalam 10 menit dan lama satuan detik >40
detik.
j) Obat dan Cairan yang Diberikan
(1) Oksitosin
Apabila tetesan (drips) oksitosin telah dimulai,
dokumentasikan setiap 30 menit jumlah unit
oksitosin yang diberikan pervolume cairan intra
vena dan satuan tetesan permenit.
(2) Obat lain dan cairan intra vena
Catat semua pemberian obat tambahan dan atau
cairan intravena dalam kotak yang sesuai dengan
kolom waktunya.
4) Kesehatan dan Kenyamanan Ibu
Bagian terakhir pada lembar depan partograf berkaitan
dengan kesehatan ibu meliputi hal-hal sebagai berikut.
a) Nadi, tekanan darah, dan temperature tubuh. Catat dan
nilai nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif
persalinan (lebih sering jika dicurigai terdapat penyulit).
Beri tanda titik (.) pada kolom pada waktu yang sesuai.
Nilai tekanan darah ibu dan catatat setiap 4 jam selama
fase aktif persalinan (lebih sering jika dicurigai terdapat
penyulit). Beri tanda panah dalam kolom waktu yang
sesuai pada partograf. Nilai dan catat juga temperature
tubuh ibu setiap 2 jam dan catat temperature tubuh
dalam kotak yang selesai.
b) Volume urine, protein dan aseton. Ukuran catat jumlah
produksi urine ibu sedikitnya setiap 2 jam. Apabila
memungkinkan, setiap kali ibu berkemih, lakukan
pemeriksaaan aseton atau protein dalam urine.
5) Asuhan, Pengamatan Dan Keputusan Klinik Lainnya.
Catatan semua asuhan lain, hasil pengamatan, dan
keputusan klinik di sisi luar kolom partograf, atau buat
catatan terpisah tentang kemajuan persalinan. Cantumkan
juga tanggal dan waktu saat membuat catatan persalinan.
Asuhan pengamatan, dan/ atau keputusan klinik mencakup
jumlah cairan oral yang diberikan, seperti keluhan sakit
kepala atau penglihatan kabur, konsultasi dengan penolong
pesalinan lainnya (dokter obgin, bidan, dokter umum),
persiapan sebelum melakukan rujukan dan upaya rujukan.
6) Pencataan Pada Lembar Belakang Partograf
a) Data Dasar
Data dasar terdiri atas tanggal, nama bidan, tempat
persalinan, alamat tempat persalinan, catatan alasan
merujuk, tempat rujukan, dan pendamping saat merujuk.
(1) Kala I
Data kala I terdiri atas pertanyaan tentang partograf
saat melewati garis waspada, masalah yang
dihadapi, penatalaksanaan dan hasil penatalaksaaan
tersebut.
(2) Kala II
Data kala II terdiri atas episiotomy, pendamping
persalinan, gawat janin, distosia bahu, masalah
penyerta, penatalaksanaan, dan hasilnya. Jawaban
di beri tanda “√” pada kotak di samping jawaban
yang sesuai.
(3) Kala III
Data kala III terdiri atas lama kala III, pemberian
oxitosin, peregangan tali pusat terkendali, masase
uterus, plasenta lahir lengkap, plasenta tidak lahir
>30 menit, laserasi, atonia uteri, jumlah
perdarahan, masalah penyerta, penatalaksanaan dan
hasilnya.
(4) Kala IV
Data kala IV terdiri dari tekanan darah, nadi, suhu,
tinggi fundus, kontraksi uterus, kandung kemih,
dan perdarahan. Pemantauan kala IV sangat penting
untuk menilai resiko atau terjadi perdarahan pasca
persalinan. Pemantauan kala IV dilakukan setiap 15
menit pada 1 jam pertama setelah melahirkan dan
setiap 30 menit pada 1 jam berikutnya.
(5) Bayi Baru Lahir
Data bayi baru lahir tersiri dari berat dan panjang
badan, jenis kelamin, penilaian kondisi bayi baru
lahir, pemberian Air Susu Ibu (ASI), masalah
penyerta, penatalaksanaan terpilih, dan hasilnya
(Nurul, 2017: 60-74)

Gambar 2 Partograf (lembar depan)


(Sumber: Nurul jannah, 2017)
Gambar 2 Partograf (lembar belakang)
3 (Sumber: Nurul jannah, 2017)
b. Kala II (kala pengeluaran) (Widia, 2015: 129-130).
1. Pengertian kala II
Kala II persalinan disebut juga kala pengeluaran yang
merupakan peristiwa terpenting dalam proses persalinan
karena objek yang dikeluarkan adalah objek utama yaitu
bayi (Widia, 2015: 128).
2. Tanda Dan Gejala Kala II
Kala II dimulai sejak pembukaan lengkap sampai
lahirnya bayi, gejala dan tanda kala II adalah :
a) Adanya pembukaan lengkap (tidak teraba lagi bibir
portio), ini terjadi karena adanya dorongan bagian
terbawah janin yang masuk kedalam dasar panggul
karena kontraksi uterus yang kuat sehingga portio
membuka secara perlahan.
b) His yang lebih sering dan kuat (± 2-3 menit 1 kali) dan
timbul rasa mengedan, karena biasanya dalam hal ini
bagian terbawah janin masuk ke dasar panggul sehingga
terjadi tekanan pada otot-otot dasar panggul, yang
secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan.
c) Adanya pengeluaran darah bercampur lendir, di
sebabkan oleh adanya robekan serviks yang meregang.
d) Pecahnya kantung ketuban, karena kontraksi yang
menyebabkan terjadinya perbedaan tekanan yang besar
antara tekanan di dalam uterus dan diluar uterus
sehingga kantun ketuban tidak dapat menahan tekanan
isi uterus akhirnya kantung ketuban pecah.
e) Anus membuka, karena bagian terbawah janin masuk
ke dasar panggul sehingga menekan rectum dan rasa
buang air besar, hal ini menyebabkan anus membuka.
f) Vulva terbuka, perineum menonjol, karena bagian
terbawah janin yang sudah masuk ke Pintu Bawah
Panggul (PBP) dan di tambah pula dengan adanya his
serta kekuatan mengedan menyebabkan vulva terbuka
dan perineum menonjol, karena perineum bersifat
elastis.
Bagian terdepan anak kelihatan pada vulva, karena
labia membuka, perineum menonjol menyebabkan
bagian terbawah janin terlihat di vulva, karena ada
his dan tenaga mengedan menyebabkan bagian
terbawah janin dapat dilahirkan.
3. Mekanisme Persalinan Normal (Ai Nurasiah, dkk 2014: 144)
Pada akhir kala 1, segmen uterus, serviks, dasar panggul,
dan pintu keluar vulva membentuk satu jalan lahir yang
continue. Gaya yang diperlukan untuk mengeluarkan janin
berasal dari aktifitas otot uterus dan dari otot abdomen
sekunder dan diagfragma, yang memperkuat kontraksi
sewaktu kepala janin melewati panggul, kepala bayi akan
melakukan gerakan-gerakan utama meliputi :
a) Turunnya kepala
Turunnya kepala di bagian dalam :
1) Masuknya kepala dalam Pintu Atas Panggul
(PAP)/Engagement
Masuknya kepala kedalam PAP pada primigrafida
terjadi di bulan akhir kehamilan sedangkan pada
multigrafida biasanya terjadi pada awal persalinan.
Kepala masuk ke PAP biasanya dengan sutura
sagitalis melintang dan dengan flexi yang ringan.
Masuknya kepala melintasi PAP dalam kuadran
syinclitismus, yaitu arah sumbu kepala janin tegak
lurus dengan bidang PAP atau sutura sagitalis
terdapat ditengah-tengah jalan lahir/ tepat diantara
simpisis dan promotorium sehingga, dari parietal
depan dan belakang sama tingginya.
Kepala yang masuk dengan keadaan asyinclitismus
yaitu arah kepala janin miring dengan bidang PAP
atau sutura sagitalis agak kedepan mendekati
simfisis/agak kebelakang mendekati promotorium.
Asyinclitismus posterior bila sutura sagitalis
mendekati simpisis dari parietal biasa lebih rendah
dari parietal depan, atau apabila arah sumbu kepala
membuat sudut lancip kebelakang dengan PAP.
Asyinclitismus anterior yaitu bila sutura sagitalis
mendekati promontorium sehingga parietal depan
lebih rendah dari parietal belakang, atau apabila
arah sumbuh kepala membuat sudut lancip ke
depan PAP.
2) Majunya kepala
Pada primigravida majunya kepala terjadi setelah
kepala masuk kerongga panggul dan biasanya baru
mulai pada kala II. Pada multipara majunya kepala
dan masuknya kepala dalam rongga panggul terjadi
secara bersamaan. Majunya kepala bersamaan
dengan gerakan fleksi, putaran faksi dalam, dan
extensi. Penyebab majunya kepala : Meningkatnya
cairan intra uterin, tekanan langsung oleh fundus
pada bokong, kekuatan mengedan, melurusnya
badan anak oleh pelurusan bentuk rahim.
3) Flexi
Dengan majunya kepala, biasanya flexi juga
bertambah hingga ubun-ubun kecil lebih rendah
dari ubun-ubun besar. Keuntungan dari
bertambahnya flexi ialah bahwa ukuran kepala
yang lebih kecil melalui jalan lahir : diameter sub
occipito bregmatika (9,5 cm) menggantikan sub
occipito frontalis (11 cm).
Penyebab flexi yaitu dikarenakan anak didorong
maju dan sebalikanya mendapat tahanan dari
pinggir pintu atas panggul, cerviks, dinding
panggul atau dasar panggul, akibat sumbu kepala
janin yang eksentrik atau tidak simetris dengan
sumbu mendekati sub occiput, tahanan oleh
jaringan dibawahnya terhadap kepala anak akan
menurun/menurut hukum Koppel.

Gambar 3 Gerakan fleksi, dagu dibawah lebih dekat kearah


dada janin. (Google Image)

4) Putaran paksi dalam


Yang dimaksud putaran paksi dalam ialah
pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa
sehingga bagian terendah dari bagian depan
memutar kedepan kebawah symfisis. Pada
presentasi belakang kepala bagian yang terendah
ialah daerah ubun-ubun kecil dan bagian inilah
yang memutar kedepan kebawah symfisis.
Putaran paksi dalam mutlak perlu untuk kelahiran
kepala karena putaran paksi merupakan suatu usaha
untuk menyesuaikan posisi kepala dan bentuk jalan
lahir khususnya bentuk bidang tengah dan pintu
bawah panggul. Putaran paksi dalam tidak terjadi
tersendiri, tetapi selalu bersamaan dengan majunya
kepala dan tidak terjadi sebelum kepala sampai
hodge III, kadang-kadang baru setelah kepala
sampai didasar panggul.
Penyebab putaran paksi dalam yaitu dikarenakan,
pada letak fleksi bagian belakang kepala
merupakan bagian terendah dari kepala, bagian
terendah dari kepala ini mencari tahanan yang
paling sedikit terdapat sebelah depan atas dimana
terdapat hiatus genitalis, m. levator ani kiri dan
kanandan ukuran terbesar dari bidang tengah
panggul ialah diameter anteroposterior.
5) Ekstensi
Setelah putaran paksi selesai dan kepala sampai
didasar panggul, terjadilah extensi atau defleksi dari
kepala. Hal ini disebabkan karena sumbu jalan lahir
pada pintu bawah panggul mengarah kedepan dan
atas, sehingga kepala harus mengadakan extensi
untuk melaluinya. Pada kepala terjadi dua kekuatan,
yang satu mendesaknya kebawah dan satunya
disebabkan tahanan dasar panggul yang menolaknya
keatas. Resultannya ialah kekuatan kearah depan
atas. Setelah subociput tertahan pada pinggir bawah
symfisis maka yang dapat maju karena kekuatan
tersebut diatas bagian yang berhadapan dengan
subociput, maka lahirlah berturut-turut pada pinggir
atas perineum ubun-ubn besar, dahi hidung, mulut
dan akhirnya dagu dengan gerakan extensi.
Subociput yang menjadi pusat pemutaran disebut
hypomochilion.

Gambar 4 Gerakan kepala janin pada defleksi


(Google Image).
6) Putaran Paksi Luar
Setelah kepala lahir, maka kepala anak memutar
kembali kearah punggung anak untuk
menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena
putaran paksi dalam. Gerakan ini disebut putaran
retribusi (putaran balasan). Selanjutnya putaran
dilanjutkan hingga belakang kepala berhadapan
dengan tuber ischiadicum sepihak (disisi kiri).
Gerakan yang terakhir ini adalah putaran paksi luar
yang sebenarnya dan disebabkan karena ukuran bahu
menempatkan diri dalam diameter anteroposterior
dari pintu bawah panggul.

Gambar 2.5 Gerakan kepala janin melakukan putaran paksi


luar (Google Image).

7) Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai
dibawah sympysis dan menjadi hypomochilion dan
kelahiran bahu belakang. Kemudian bahu depan
menyusul dan selanjutnya seluruh badan anak lahir
searah dengan paksi jalan.
4. Langkah-langkah Pertolongan Persalinan (Widia, 2015: 152-161).
a. Mengenali Gejala dan Tanda Kala II
1) Mendengar dan melihat tanda gejala kala II
a) Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran (doran)
b) Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada
rectum dan vagina (teknus)
c) Perineum tampak menonjol (perjol)
d) Vulva dan singter ani membuka (vulka)
b. Menyiapakan pertolongan persalinan
1) Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan
esensial untuk menolon persalinan dan menatalaksanakan
komplikasi ibu dan BBL.
2) Pakai celemek palastik
3) Mencuci tangan (sekitar 15 detik) dan keringkan dengan
tissue/handuk.
4) Pakai sarung tangan DDT pada tangan yang digunakan
untuk PD.
5) Masukkan oksitosin kedalam spuit (gunakan tangan yang
memakai sarung tangan DTT/steril, pastikan tidak terjadi
kontaminasi pada spuit).
c. Memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin baik
1) Membersihkan vulva dan perineum, mengusapnya dengan
hati-hati dari depan kebelakang dengan menggunakan
kapas DTT.
2) Lakukan pemeriksaan dalam (PD) untuk memastikan
pembukaan lengkap (bila selaput ketuban belum pecah dan
pembukaan sudah lengkap, lakukan amniotomi).
3) Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan
tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam
larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
4) Periksa DJJ setelah kontraksi/ saat relaksasi uterus bahwa
DJJ dalam batas normal (120-160x/menit).
d. Menyiapkan Ibu dan Keluarga Untuk Membantu Proses
Bimbingan Meneran
1) Beritahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan
keadaan janin baik dan bantu ibu dalam menemukan posisi
yang nyaman dan seusuai dengan keinginannya.
2) Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran
(Bila ada rasa ingin meneran dan terjadi kontraksi yang
kuat, bantu ibu keposisi setengah duduk atau posisi lain
yang diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman).
3) Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada
dorongan kuat untuk meneran
a) Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan
ektif.
b) Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan
perbaiki cara meneran apabila caranya tidak sesuai;
c) Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai
pilihannya, kecuali posisi terlentang dalam dalam
waktu yang lama; Anjurkan ibu untuk istirahat
diantara kontraksi;
d) Anjurkan keluarga memberi dukungandan semangat
untuk ibu; Berikan asupan peroral yang cukup;
e) Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai; Segera
rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir
stelah 120 menit meneran (primigravida) atau 60
menit meneran (multigravida).
4) Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil
posisi yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan
untuk meneran dalam 60 menit.
e. Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi
1) Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di
perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan
diameter 5-6 cm.
2) Letakkan kain bersihyang di lipat 1/3 bagian dibawah
bokong ibu.
3) Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan
alat dan bahan.
4) Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
f. Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi Lahirnya Kepala Bayi
1) Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm
membuka vulva, maka lindungi perineum dengan satu
tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering.
2) Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil
tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan segera
lanjutkan proses kelahiran bayi.
3) Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara
spontan.
Lahirnya Bahu
Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara
biparietal.
Lahirnya Badan dan Tungkai
1) Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah kearah
perineum ibu untuk menyangga kepala, lengan dan siku
sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan
memegang lengan dan siku sebelah atas.
2) Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas
berlanjut kepunggung, bokong, tungkai dan kaki serta
pegang masing-masing kaki dengan ibu jari dan jari-jari
lainnya.
g. Penanganan Bayi Baru Lahir
1) Lakukan penilaian selintas
a) Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas tanpa
kesulitan ?
b) Apakah bayi bergerak aktif ?

Jika bayi tidak menangis, tidak bernafas atau mengap-


mengap lakukan langkah resusitasi (lanjut kelangkah
resusitasi pada asfiksia BBL).
2) Keringkan tubuh bayi
Keringkan bayi mulai dari muka, kepala, bagian tubuh
lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks
caseosa. Ganti handuk yang basah dengan handuk kering.
Biarkan bayi di atas perut ibu.
3) Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi
bayi dalam uterus (hamil tunggal)
4) Beritahu ibu bahwa ia akan di suntikkan oksitosin agar
uterus berkontraksi baik.
5) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan
oksitosin 10 unit IM di 1/3 paha atas bagian distal lateral
(lakukan aspirasi sebelum menuntikkan oksitosin).
6) Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan
klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong tali pusat
kearah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm
distal dari klem pertama.
7) Pemotongan dan pengikatan tali pusat.
a) Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah
dijepit (lindungi perut bayi) dan lakukan pengguntikan
tali pusat diantara 2 klem tersebut.
b) Ikat tali pusat dengan benang DTT/steril pada satu sisi
kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan
mengikatnya dengan simpul kunci dengan sisi lainnya.
c) Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang
telah di sediakan.
8) Letakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi,
letakkan bayi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi
sehingga bayi menempel di dada/perut ibu. Usahakan
kepala bayi berada diantara payudara ibu dengan posisi
lebih rendah dari puting payudara ibu.
9) Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi
dikepala bayi.
h. Penatalaksanaan Aktif Persalinan Kala III
1) Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm
dari vulva.
2) Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, ditepi
atas simpisis, untuk mendeteksi. Tangan lain
menegangkan tali pusat.
3) Setelah uterus berkontraksi, regangkan tali pusat kearah
bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus kearah
belakang-atas (dorso cranial) secara hati- hati (untuk
mencegah inversion uteri).
a) Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan
peregangan tali pusat dan tunggu hingga timbul
kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur diatas.
b) Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami
atau anggota keluarga untuk melakukan stimulasi
putting susu.
Mengeluarkan Plasenta
1) Lakukan penegangan tali pusat dan dorongan dorso carnial
hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil
penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan
kemudian kearah atas, mengikuti proses jalan lahir (tetap
melakukan tekanan dorso cranial)
2) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga
berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta.
3) Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali
pusat :
(1) Beri dosis ulang oksitosin 10 unit IM
(2) Lakukan kateterisasi (aseptic) jika kandung kemih
parah.
(3) Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan
(4) Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya.
(5) Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi
lahir atau bila terjadi perdarahan segera lakukan
plasenta manual.
4) Saat plasenta muncul di intoitus vagina, lahirkan plasenta
dengan kedua tangan. Pegang dan putar palsenta hingga
selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan
plasenta pada wadah yang telah di sediakan. Jika selaput
ketuban robek, pakai sarung tangan DTT/steril untuk
melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-
jari tangan atau klem DTT atau steril untuk mengeluarakan
bagian selaput yang tertinggal.
Rangsangan Taktil (Masase) Uterus
1) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan
masase uterus, letakkan telapak tangan di undus dan
lakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut
hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras).
i. Menilai perdarahan.
1) Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan
pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukkan plasenta
ke dalam kantung plastik dan tempat khusus.
2) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.
Lakukan penjahitan bila laserasi menimbulkan perdarahan aktif
segera lakukan penjahitan.
j. Melakukan prosedur pasca persalinan.
1) Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi
perdarahan pervaginam.
2) Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit dada ibu
paling sedikit 1 jam.
3) Setelah 1 jam, lakukan penimbangan dan pengukuran bayi, beri
tetes mata antibiotic profilaksis dan vitamin K 1 mg IM di paha
kiri antero lateral.
4) Setelah 1 jam pemberian vitamin K, berikan suntikan imunisasi
Hepatitis B dipaha kanan antero lateral.
k. Evaluasi
1) Lanjutkan pemantauan kontraksi dan pencegahan perdarahan
pervaginam
2) Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan
menilai kontraksi.
3) Evaluasi dan estimulasi jumlah kehilangan darah.
4) Memeriksa nadi ibu dan kandung kemih setiap 15 menit
selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit
selama jam kedua pasca persalinan.
5) Periksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernapas
dengan baik (40-60 x/menit) serta suhu tubuh normal (36,5-
37,50 C)
l. Kebersihan dan Keamanan
1) Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan clorin
0,5 % untukdekontaminasi.
2) Buang bahan – bahan yang terkontaminasi ke tempat yang
sesuai.
3) Bersikan ibu dengan menggunakan air DTT. Bersihakan sisa
cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian
yang bersih dan kering.
4) Pastikan ibu merasa aman dan nyaman. Bantu ibu memberikan
ASI. Anjurkan keluarga untuk meberi ibu minuman dan
makanan yang diinginkan.
5) Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5 %
6) Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5 %,
balik bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin
0,5 % selama 10 menit.
7) Cuci kedua tangan dengan sabut dan air mengalir.
m. Dokumentasi
Lengkapi partograf (halaman delapan dan belakang), periksa tanda-
tanda vital dan asuhan kala IV

C. Tinjauan Umum Tentang Masa Nifas

1. Pengertian

a. Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir

ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa

nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Saleha 2009, 2)

b. Masa nifas adalah masa sesudah kelahiran bayi, plasenta, serta selaput yang

diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum

hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu (Muhaeminah 2003, 2).


c. Periode Pascapartum adalah masa dari kelahiran plasenta dan selaput janin

(menandakan akhir periode intrapartum) hingga kembalinya traktus

reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil (Varney 2007, 958).

d. Masa Nifas (puerperium) adalah masa nifas mulai setelah partus selesai dan

berakhir setelah kira-kira 6 minggu. Akan tetapi, seluruh alat genital baru

pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan

(Wiknjosastro 2006, 237).

e. Masa nifas (puerperium) adalah dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir

ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, dan

berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Saifuddin 2006, 122).

2. Tujuan Asuhan Masa Nifas (Saifuddin 2006, 122)

Asuahan kebidanan masa nifas adalah penatalaksanaan asuhan yang

diberikan pasien mulai dari saat setelah lahirnya bayi sampai dengan

kembalinya tubuh dalam keadaan seperti sebelum hamil atau mendekati

keadaan sebelum hamil. Adapun tujuan dari pemberian asuhan kebidanan

pada masa nifas adalah sebagai berikut :

a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologik.

b. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati

atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.

c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan diri, nutrisi, keluarga

berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan

bayi sehat.

d. Memberikan plelayanan keluarga berencana.

3. Tahapan Masa Nifas (Muchtar 1998, 116)

Tahapan yang terjadi pada masa nifas ada 3 periode :


a. Periode immediate post partum

Yaitu masa segera setelah plasenta lahir sampai 24 jam. Pada masa ini sering

terdapat banyak masalah, misalnya pendarahan karena atonia uteri.

b. Periode early post partum (24 jam-1 minggu)

Pada fase ini bidan memastikan involusio uteri dalam keadaan normal, tidak

ada pendarahan, lokhia tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup

mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik.

c. Periode late post partum (1 minggu-5 minggu)

Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-

hari serta konseling KB.

4. Peran Bidan pada Masa Nifas (Muchtar 1998, 116)

Peran bidan pada masa nifas adalah sebagai berikut :

a. Memberikan dukungan yang terus menerus selama masa nifas yang baik

dan sesuai dengan kebutuhan ibu agar mengurangi ketegangan fisik dan

psikologis selama perasalinan dan nifas.

b. Sebagai promotor hubungan yang erat antara ibu dan bayi secara fisik dan

psikologis.

c. Mengkondisikan ibu untuk menyusui bayinya dengan cara meningkatkan

rasa nyaman.

5. Perubahan Fisiologis Masa Nifas (Muchtar 1998, 116)

a. Perubahan yang terjadi pada sistem reproduksi

1) Involusio atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana

uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram.

Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-

otot polos uterus.


2) Lochia adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina

dalam masa nifas.

a) Lochia Rubra (Cruenta): berisi darah segar dan sisa-sisa selaput

ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo dan mekonium

selam dua hari masa persalinan.

b) Lochia Sanguilenta: berwarna coklat, sedikit darah dan lender. Hari

ketiga sampai ketujuh pasca persalinan.

c) Lochia Serosa: berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari

ketujuh sampai empat belas pasca persalinan.

d) Lochia Alba: cairan putih setelah 2 minggu pasca persalinan.

3) Uterus

Setelah janin dilahirkan fundus uteri kira-kira setinggi pusat, segera

setelah plasenta lahir, tinggi fundus uteri ± 2 jari dibawah pusat dan

beratnya kira-kira 200 gram. Pada hari ke 5 post partum uterus kurang

lebih setinggi 7 cm diatas simfisis dan beratnya ± 500 gram dan setalah 12

hari uterus tidak dapat diraba lagi di atas simfisis dan beratnya menjadi

300 gram, setelah 6 minggu post partum, berat uterus menjadi 40 – 60

gram (Wiknjosastro 2006, 238).


Gambar 1. Penurunan Fundus Uteri Dalam Masa Nifas

(Sumber: Wiknjosastro H, 2006 hal. 241)

4) Serviks

Setelah persalinan bentuk serviks agak menganga seperti corong berwarna

merah kehitaman. Setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk ke rongga

rahim, setelah 2 jam dapat dilalui 1 jari (Mochtar 1998, 116).

5) Vulva dan vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat

besar selama proses persalinan dan akan kembali secara bertahap dalam 6

– 8 minggu post partum. Penurunan hormon estrogen pada masa post

partum berperan dalam penipisan mukosa vagina dan hilangnya rugae.

Rugae akan terlihat kembali sekitar minggu ke – 4. (Wulandari 2009, 80).

6) Endometrium

Perubahan pada endometrium adalah timbulnya thrombosis, degenerasi,

dan nekrosis di tempat implantasi plasenta. Pada hari pertama tebal

endometrium 2,5 mm, mempunyai permukaan yang kasar akibat

pelepasan desidua, dan selaput janin setelah tiga hari mulai rata, sehingga

tidak ada pembentukan jaringan parut pada bekas implantasi plasenta

(Saleha 2009, 56).

7) Rasa sakit (after pains)

Hal ini disebabkan kontraksi rahim, biasanya berlangsung 2 – 4 hari pasca

persalinan. Perlu diberikan pengertian pada ibu mengenai hal. ini dan bila

terlalu mengganggu dapat diberikan obat – obat anti sakit dan anti mules
(Mochtar 1998, 116).

b. Perubahan yang terjadi pada Payudara

Pada semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi terjadi secara

alami. Proses menyusui mempunyai dua mekanisme fisiologis, yaitu sebagai

berikut :

Selama Sembilan bulan kehamilan, jaringan payudara tumbuh dan

menyiapkan fungsinya untuk menyediakan makanan bagi bayi baru lahir.

Setelah melahirkan ketika hormon yang dihasilkan plasenta tidak ada lagi

untuk menghambatnya kelenjar pituitary akan mengeluarkan prolaktin

(hormone laktogenik). Sampai hari ketiga setelah melahirkan, efek prolaktin

pada payudara mulai bisa dirasakan. Pembuluh darah payudara menjadi

bengkak terisi darah sehingga timbul rasa hangat, bengakak dan rasa sakit.

Sel-sel acini yang menghasilkan ASI juga mulai berfungsi. Ketika bayi

mengisap puting, reflex saraf merangsang lobus posterior pituitary untuk

menyekresi hormone oksitosin. Oksitosin merangsang reflex let down

(mengalirkan), sehingga menyebabkan ejeksi ASI melalui sinus laktiferus

payudara ke duktus yang terdapat pada putting. Ketika ASI dialirkan karena

isapan bayi atau dengan pompa sel-sel acini terangsang untuk menghasilkan

ASI lebih banyak. Reflex ini dapat berlanjut sampai waktu yang cukup lama

(Saleha 2009 58).

A. Puting Susu
B. Sel Otot: menyelubungi sel-sel
pembuat susu, berfungsi untuk
memerah ASI keluar.
C. Pembuluh: menghubungkan sel-
sel pembuat susu ke putting,
berfungsi sebagai selang air.

62
D. Areola: bagian payudara yang
berwarna gelap di sekitar putting.
E. Muara Saluran ASI: bagian
bawah (dalam) areola, tempat
bertemunya pembuluh-pembuluh
sebelum ASI mengalir menuju
putting.
F. Sel-sel Pembuat Susu: tempat
susu dibuat.

Gambar 2. Anatomi Payudara 1


(Sumber: Anatomi Payudara,Online)

63
Gambar 4. Perubahan Payudara Sebelum Menyusui Menyusui

(Sumber: Prolactin, Online)

c. Perubahan tanda-tanda vital (Varney 2007, 961).

1) Tekanan darah

Segera setelah melahirkan, banyak wanita mengalami peningkatan

sementara tekanan darah sistolik dan diastolic yang kembali secara

spontan ke tekanan darah sebelum hamil selama beberapa hari. Bidan

bertanggung jawab dalam mengkaji resiko preeklamsia pascapartum,

komplikasi yang relative jarang tetapi serius, jika peningkatan tekanan

darah signifikan.

2) Suhu

Suhu maternal kembali normal dari suhu yang sedikit meningkat

selama periode intrapartum dan stabil dalam 24 jam pertama

pascapartum.

3) Nadi

Denyut nadi yang meningkat selama persalinan akhir, kembali normal

setelah beberapa jam pertama pascapartum. Hemoragi, demam selama

persalinan dan nyeri akut atau persisten dapat mempengaruhi proses

ini. Apabila denyut nadi di 100 selama puerperium, hal. tersebut

abnormal dan mungkin menunjukkan adanya infeksi atau hemoragi

pascapartum lambat.

4) Pernapasan

Fungsi pernapasan kembali pada rentang normal wanita selama jam

pertama pascapartum. Nafas pendek, cepat atau perubahan lain


memerlukan evaluasi adanya kondisi-kondisi seperti kelebihan cairan,

eksaserbasi asma dan embolus paru

d. Perubahan pada Sistem Pencernaan

Biasanya ibu mengalami obtipasi setelah melahirkan anak. Hal ini

disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan

yang menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran yang berlebihan pada

waktu persalinan (dehidrasi), kurang makan, haemorroid, laserasi jalan lahir.

Supaya buang air besar kembali teratur dapat diberikan diit atau makanan

yang mengandung serat dan pemberian cairan yang cukup. Bila usaha ini

tidak berhasil dalam waktu 2 atau 3 hari dapat ditolong dengan pemberian

huknah atau gliserin spuit atau diberikan obat laksan yang lain. (Wulandari

dkk. 2009, 80).

e. Perubahan pada Sistem Perkemihan

Hendaknya buang air kecil dapat dilakukan sendiri secepatnya. Kadang-

kadang puerperium mengalami sulit buang air kecil, karena sfingter uretra

ditekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi muskulus sfingter ani selama

persalinan, juga oleh karena adanya edema kandung kemih yang terjadi

selama persalinan. Kadang-kadan oedema dari trigonium menimbulkan

obtruksi dari uretra sehingga sering terjadi retensio urin. Kandung kemih

dalam puerperium sangat kurang sensitife dan kapasitasnya bertambah,

sehinga kandung kemih penuh atau sesudah buang air kecil masih tertinggal

urin residu (normal ± 15 cc). Sisa urin dan trauma pada kandung kencing

pada waktu persalinan memudahkan terjadinya infeksi (Wulandari dkk. 2009,

81).

f. Perubahan pada Sistem Musculoskeletal


Ligament, fasia dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu

persalinan. Setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih

kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh kebelakang dan menjadi

rettrofleksi, karena ligament rotundum menjadi kendor. Stabilisasi secara

sempurna terjadi pada 6 – 8 minggu setelah persalinan. Sebagai akibat

putusnya serat-serat elastic kulit dan distensi yang berlangsung lama akibat

besarnya uterus pada saat hamil, dinding abdomen masih lunak dan kendur

untuk sementara waktu. Pemulihan dibantu dengan latihan (Saleha 2009, 59).

g. Perubahan pada Sistem Endokrin

1) Oksitosin

Oksitosin dikeluarkan dari kelenjar otak bagian belakang (posterior),

bekerja terhadap otot uterus dan jaringan payudara. Selama tahap tiga

persalinan, oksitosin menyebabkan pemisahan plasenta. Kemudian

seterusnya bertindak atas otot yang menahan kontraksi, mengurangi

tempat plasenta dan mencegah pendarahan. Pada wanita yang memilih

menyusui bayinya, isapan sang bayi merangsang keluarnya oksitosin lagi

dan ini membantu uterus kembali kebentuk normal dan membantu

pengeluaran ASI (Wulandari 2009, 83).

2) Prolaktin

Menurunnya kadar estrogen menimbulkan terangsangnya kelenjar

pituitari bagian belakang untuk mengeluarkan prolaktin, hormon ini

berperan dalam pembesaran payudara untuk merangsang produksi ASI.

Pada wanita yang menyusui bayinya, kadar prolaktin tetap tinggi dan pada

permulaan ada rangsangan folikel dalam ovarium yang ditekan. Pada


wanita yang tidak menyusui bayinya, tingkat sirkulasi prolaktin menurun

dalam 14 – 21 hari setelah persalinan, sehingga merangsang kelenjar

bawah depan otak yang mengontrol ovarium ke arah permulaan pola

produksi estrogen dan progesteron yang normal, pertumbuhan folikel,

ovulasi dan menstruasi (Saleha 2009, 60).

Gambar 5. Refleks Oksitosin


(sumber: ASI Eksklusif, Online)

Gambar 6. Refleks Pengeluaran ASI


(Sumber: Prolaktin, Online)
3) Estrogen dan progesterone

Untuk wanita yang menyusui dan tidak menyusui akan

memparuhi lamanya ia mendapatkan menstruasi. Seringkali

menstruasi pertama itu bersifat anovulasi yang dikarenakan

rendahnya kadar estrogen dan progesterone. Diantara wanita

laktasi sekitar 15% mempengaruhi menstruasi selama 6

minggu dan 45% setelah 12 minggu. Diantara wanita yang

tidak laktasi 40% menstruasi setelah 6 minggu, 65% setelah 12

minggu dan 90% setelah 24 minggu. Untuk wanita laktasi

80% menstruasi pertama anovulasi dan untuk wanita yang

tidak laktasi 50% siklus pertama anovulasi. (Wulandari dkk.

2009, 83).

h. Perubahan pada Sistem Kardiovaskuler

Pada persalinan pervaginam kehilangan darah sekitar 300 –

400 cc. Bila kelahiran melalui sectio caesaria kehilangan darah

dapat dua kali lipat. Perubahan terdiri dari volume darah dan

haemokonsentrasi. Apabila pada persalinan pervaginam

haemokonsentrasi akan naik dan pada sectio caesaria

haemokonsentrasi cenderung stabil dan kembali normal setelah 4

– 6 minggu. Setelah melahirkan shunt akan hilang dengan tiba-

tiba. Volume darah ibu relatife akan bertambah. Keadaan ini akan

menimbulkan beban pada jantung dan dapat menimbulkan

dekompensasi kordis pada penderita vitium cordial. Untuk

keadaan ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi

dengan
timbulnya haemokonsentrasi sehingga volume darah kembali

seperti sediakala. Umumnya hal. ini terjadi pada hari ketiga

sampai hari kelima post partum (Wulandari dkk. 2009, 85 – 86).

i. Perubahan hematologi

Selama minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen

dan plasma serta faktor-faktor pembekuan darah meningkat. Pada

hari pertama post partum, kadar fibrinogen dan plasma akan

sedikit menurun tetapi darah lebih mengental dengan peningkatan

viskositas sehingga meningkatkan faktor pembekuan darah.

Leukositosis yang meningkat dimana jumlah sel darah putih dapat

meningkat mencapi 15000 selama persalinan akan tetap tinggi

dalam beberapa hari pertama dari masa post partum. Jumlah sel

darah putih tersebut masih bisa naik lagi sampai 25000 atau 30000

tanpa adanya kondisi patologis jika wanita tersebut mengalami

persalinan lama. Jumlah hemoglobin, hematokrit dan eritrosit akan

sangat bervariasi pada awal-awal masa post partum sebagai akibat

dari volume darah, volume plasenta, dan tingkat volume darah

yang berubah-ubah. Semua tingkatan ini akan dipengaruhi oleh

status gizi dan hidrasi wanita tersebut. Kira-kira selama kelahiran

dan masa post partum terjadi kehilangan darah sekitar 200 – 500

ml. Penurunan volume dan peningkatan sel darah pada kehamilan

diisolasikan dengan peningkatan hematoktrit dan hemoglobin

pada hari ke 3 – 7 post partum dan akan kembali normal dalam 4 –

5 minggu post partum (Wulandari dkk. 2009, 86).

6. Perubahan Psikologis pada Masa Nifas.


Secara psikologis, setelah melahirkan seorang ibu akan

merasakan gejala-gejala psikiatrik demikian juga pada masa

menyusui. Meskipun demikian, adapula ibu yang tidak mengalami

hal ini. Agar perubahan psikologi yang dialami tidak berlebihan, ibu

perlu mengetahui tentang hal. yang lebih lanjut. Wanita banyak

mengalami perubahan emosi selama masa nifas sementara ia

menyesuaikan diri menjadi seorang ibu. Penting sekali sebagai

seorang bidan untuk mengetahui tentang penyesuaian psikologis

yang normal sehingga ia dapat menilai apakah seorang ibu

memerlukan asuhan khusus pada masa nifas ini, suatu variasi atau

penyimpangan dari penyesuaian yang normal yang umum terjadi

(Wulandari dkk. 2009, 87).

Hal-hal yang membantu ibu dalam beradaptasi pada masa

nifas adalah sebagai berikut :

a. Fungsi yang mempengaruhi untuk sukses dan lancarnya masa

transisi menjadi orangtua.

b. Respon dan dukungan dari keluarga dan teman dekat.

c. Riwayat pengalaman hamil dan melahirkan sebelumnya.

d. Harapan, keinginan, dan aspirasi ibu saat hamil juga melahirkan.

Periode ini diekspresikan oleh Reva Rubin yang terjadi pada

tiga tahap berikut :

a. Talking In Period

Terjadi 1 – 2 hari setelah persalinan, biasanya masih pasif dan

sangat bergantung pada orang lain, fokus perhatian terhadap

tubuhnya, ibu lebih mengingat pengalaman melahirkan dan


persalinan yang dialami, serta kebutuhan tidur dan nafsu makan

meningkat.

b. Talking Hold Period

Berlangsung 3 – 4 hari post partum, ibu lebih berkonsentrasi pada

kemampuannya dalam menerima tanggung jawab sepenuhnya

terhadap perawatan bayi. Pada masa ini ibu menjadi sangat

sensitife, sehingga membutuhkan bimbingan dan dorongan

perawat untuk mengatasi kritikan yang dialami ibu.

c. Letting Go Period
Dialami setelah ibu dan bayi tiba di rumah. Ibu mulai secara

penuh menerima tanggung jawab sebagai “seorang ibu” dan

menyadari atau merasa kebutuhan bayi sangat bergantung pada

dirinya

7. Perawatan dan Pengawasan Masa Nifas (Saleha 2009, 71 – 75).

a. Perawatan masa nifas

1) Ambulasi dini

Ambulasi dini adalah kebijaksanaan agar secepat mungkin

bidan membimbing ibu post partum bangun dari tempat

tidurnya dan membimbing ibu secepat mungkin untuk berjalan.

Keuntungan early ambulation adalah :

a) Ibu merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation.

b) Faal dan kandung kemih lebih baik.

c) Early ambulation memungkinkan kita mengajarkan ibu

cara merawat anaknya selama ibu masih di rumah sakit.


Misalnya memandikan, mengganti pakaian, dan memberi

makan.

d) Lebih sesuai dengan keadaan Indonesia (sosial early

ambulation ekonomis), menurut penelitian-penelitian yang

seksama, tidak mempunyai pengaruh yang buruk, tidak

menyebabkan pendarahan yang abnormal, tidak

mempengaruhi penyembuhan luka episotomy atau luka di

perut, serta tidak memperbesar kemungkinan prolapsus.

Early ambulation tentunya tidak dibenarkan pada ibu

post partum dengan penyulit, misalnya anemia, penyakit

jantung, penyakit paru-paru, demam, dan sebagainya.

Penambahan kegiatan dengan early ambulation harus

berangsur-angsur, jadi bukan maksudnya ibu segera

bangun dibenarkan mencuci, memasak dan sebagainya.

2) Nutrisi dan cairan

Pada masa nifas masalah diit perlu mendapat perhatian

yang serius, karena dengan nutrisi yang baik dapat

mempercepat penyembuhan ibu dan sangat mempengaruhi

susunan air susu. Diet yang diberikan harus bermutu, begizi

tinggi, cukup kalori, tinggi protein dan banyak mengandung

cairan.

Ibu yang menyusui harus memenuhi kebutuhan agar gizi

sebagai berikut :

a) Mengkomsumsi tambahan 500 kalori tiap hari menjadi ±

2700 – 3000 kalori.


b) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein,

mineral, dan vitamin yang cukup.

c) Minum sedikitnya 3 liter air tiap hari.

d) Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi,

setidaknya selama 40 hari pasca persalinan.

e) Minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat

memberikan vitamin A kepada bayi melalui ASI.

3) Personal hygiene

Pada masa nifas, seorang ibu sangat rentan terhadap

penyakit infeksi. Oleh karena itu kebersihan diri sangat

penting untuk mencagah terjadinya infeksi. Kebersihan tubuh,

pakaian, tempat tidur dan lingkungan sangat penting untuk

menjaga kebersihan dari ibu nifas adalah :

a) Anjurkan kebersihan seluruh tubuh, terutama Perineum.

b) Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah

kelamin dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ibu

mengerti untuk membersihkan daerah disekitar vulva

terlebih dahulu, dari depan ke belakang, kemudian

membersihkan daerah sekitar anus. Anjurkan ibu untuk

membersihkan vulva setiap kali setelah BAB atau BAK.

c) Sarankan ibu untuk menggati pembalut atau kain pembalut

setidaknya 2 kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika

telah dicuci dengan baik dan dikeringkan di bawah

matahari dan disetrika.


d) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air

sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.

e) Jika ibu mempunyai luka episiotomy atau laserasi,

sarankan kepada ibu untuk menghindari menyentuh daerah

tersebut.

4) Istirahat dan tidur

Hal yang bisa dilakukan pada ibu untuk memenuhi kebutuhan

istirahat dan tidur adalah:

a) Anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah

kelelahan yang berlebihan.

b) Saran ibu untuk kembali pada kegiatan-kegiatan rumah

tangga secara perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau

beristirahat selagi bayi tidur.

c) Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal.:

(1) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi.

(2) Memperlambat proses involusi uterus dan

memperbanyak pendarahan.

(3) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk

merawat bayi dan dirinya sendiri.

5) Aktivitas seksual

Aktivitas seksual yang dapat dilakukan oleh ibu masa nifas

harus memenuhi syarat sebagai berikut :

a) Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri

begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan

satu dua jari ke dalam vagina tanpa rasa nyeri, maka ibu
aman untyuk memulai melakukan hubungan suami istri

kapanpun ibu siap.

b) Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda

hubungan suami istri sampai waktu tertentu, misalnya

setelah 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan.

Keputusan ini bergantung pada pasangan yang

bersangkutan.

6) Eliminasi

a) BAK

Ibu diminta untuk buang air kecil (BAK) 6 jam post

partum, jika dalam 8 jam post partum belum dapat

berkemih atau sekali berkemih belum melebihi 100 cc,

maka dilakukan kateterasi. Akan tetapi, kalau ternyata

kandung kemih penuh, tidak perlu 8 jam untuk kateterisasi.


b) BAB
Ibu post partum diharapkan dapat buang air besar (BAB)

setelah hari kedua post partum. Jika hari ketiga belum juga

BAB, maka perlu diberi obat pencahar per oral atau per

rectal. Jika setelah pemberian obat pencahar masih belum

bisa BAB, maka dilakukan klisma (huknah).

7) Perawatan payudara

Menjaga payudara tetap bersih dan kering serta menggunakan

BH yang menyokong payudara, jika puting susu lecet oleskan

colostrum atau ASI yang keluar pada sekitar puting susu setiap

kali selesai menyusui dan tetap menyusukan pada putting susu

yang lecet, apabila lecet sangat berat istirahatkan selama 24

jam dan untuk menghindari nyeri dapat minum parasetamol 1

kaplet setiap 4 – 6 jam (Saifuddin 2006, 128).

8) Latihan

Diskusikan pentingnya mengembalikan otot-otot perut dan

panggul kembali normal. Ibu akan merasa lebih kuat dan ini

menyebabkan otot perutnya menjadi kuat (Saifuddin 2006,

127).

Jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap hari

sangat membantu seperti :

a) Dengan tidur telentang dengan lengan di samping, menarik

otot perut selagi menarik nafas, tahan nafas kedalam dan

angkat dagu ke dada : tahan satu hitungan sampai 5. Rileks

dan ulangi 10 kali.


b) Untuk memperkuat tonus otot vagina (latihan kegel)

b. Pengawasan masa nifas (Saifuddin 2006, 123)

Pengawasan masa nifas dilakukan untuk menilai keadaan ibu dan

bayinya untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah.

Hal-hal. yang perlu dipantau pada masa nifas adalah:

1) Kunjungan I (6 – 8 jam setelah persalinan)

a) Mencegah pendarahan masa nifas karena atonia uteri

b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain pendarahan: rujuk

bila pendarahan berlanjut.

c) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota

keluarga bagaimana mencegah pendarahan masa nifas

karena atonia uteri.

d) Pemberian ASI awal.

e) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.

f) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia.

2) Kunjungan ke – 2 (6 hari setelah persalinan)

a) Memastikan involusia uteri berjalan normal : uterus

berkonsentrasi, fundus di bawah umbilicus, tidak ada

pendarahan abnormal, tidak ada bau.

b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau

pendarahan abnormal.

c) Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan


istirahat.

d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak

memperlihatkan tanda-tanda penyulit.


e) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada

bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat

bayi sehari-hari.

3) Kunjungan ke – 3 (2 minggu setelah persalinan)

Seperti pada kunjungan ke – 2 (6 hari setelah persalinan).

a) Kunjungan ke – 4 ( 6 mingu setelah persalinan)

Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ibu

atau bayi alami.

b) Memberikan konseling keluarga berencana secara dini,

imunisasi, dan tanda-tanda bahaya yang dialami oleh ibu

dan bayi

D. Konsep Dasar Bayi Baru Lahir

1. Pengertian

Bayi yang baru lahir normal adalah pada usia kehamilan 37-42 minggu dan berat

badan 2500- 4000 gram (Saputra, 2016). Bayi yang baru lahir normal adalah

pada usia kehamilan 37-42 minggu dan berat badan 2500- 4000 gram (Saputra,

2016). Masa bayi baru lahir (neonatal) adalah saat kelahiran sampai umur 1

bulan, sedangkan masa bayi adalah saat bayi umur 1 bulan sampai 12 bulan

(Prawirohardjo, 2014)

2. Ciri-ciri Bayi Baru Lahir Normal : Ciri-ciri bayi baru lahir normal (Tando,

2018) :

1) Berat badan 2500 - 4000 gram

2) Panjang badan 48 - 52 cm

3) Lingkar dada 30 - 38 cm
4) Lingkar kepala 33- 35 cm

5) Lingkar lengan atas 11-12 cm

6) Pernapasan ± 40-60 x/i

7) Frekuensi denyut jantung 120-160 x/i

8) Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup.

9) Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna

10) Kuku agak panjang dan lemas.

11) Reflex isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik

12) Reflex moro atau gerak memeluk jika dikagetkan sudah baik

13) Reflex grasp atau menggenggam sudah baik.

Tabel 2.1
Tanda Apgar

Tanda 0 1 2
Appearance Seluruh tubuh Warna kulit Warna kulit
(Warna Kulit) bayi berwarna tubuh normal, seluruh tubuh
kebiruan tetapi tangan dan normal
kaki berwarna
kebiruan
Pulse (Denyut Denyut nadi <100 >100
jantung) tidak ada
Grimace (Tonus Tidak ada Wajah meringis Meringis,
Otot respon terhadap saat distimulasi menarik, batuk,
stimulasi atau bersin saat
distimulasi
Activity Tidak ada Sedikit Gerak Langsung
(Aktifitas) Menangis
Respiration Tidak ada Lemah/tidak Menangis
(Pernapasan) teratur
Sumber: Tando, 2013. Asuhan kebidanan neonatus, bayi dan anak balita.
14) Genetalia pada laki-laki ditandai dengan testis yang berada pada skrotum dan

penis yang berlubang, pada perempuan ditandai dengan adanya uretra dan

vagina yang berlubang serta adanya labia minora dan mayora.

15) Eleminasi yang baik ditandai dengan keluarnya mekonium dalam 24 jam

pertama bewarna hitam kecoklatan.

3. Asuhan Bayi Baru Lahir

a. Perawatan segera bayi baru lahir :

1) Pencegahan kehilangan panas

2) Membersihkan jalan napas

3) Memotong tali pusat

4) Identifikasi

5) Pengkajian kondisi bayi

6) Pemberian vitamin K.

b. Pelayanan essensial pada bayi baru lahir oleh dokter/bidan/perawat menurut

(Kemenkes 2016) meliputi :

1) Jaga bayi tetap hangat

2) Bersihkan jalan napas

3) Keringkan dan jaga bayi tetap hangat

4) Potong dan ikat tali pusat tanpa membubuhi apapun, kira-kira 2 menit

setelah lahir

5) Segera lakukan inisiasi dini

6) Beri salep mata antibiotika tetrasiklin 1% pada kedua mata

7) Beri suntikan vitamin K1 1 mg intramuskular, di paha kiri anterolateral

setelah IMD
8) Beri imunisasi Hepatitis B0 0,5 ml, intramuskular, dipaha kanan

anterolateral, diberikan kira-kira 1-2 jam setelah pemebeiran vitamin K1

9) Pemberian identitas

10) Anamnesis dan pemeriksaan fisik

11) Pemulangan bayi baru lahir normal, kinseling dan kunjungan ulang.

c. Asuhan bayi usia 2-6 hari :

1) Bayi harus selalu diberi ASI minimal setiap 2-3 jam.

2) Bayi cenderung sering tidur, berkemih dan defekasi.

3) Selalu menjaga kebersihan, kehangatan dan keamanan bayi dengan

mengganti popok bayi seseuai keperluan, cuci tangan dan membersihkan

bayi secara teratur terutama setelah BAK dan BAB, serta tidak

meninggalkan bayi sendirian tanpa ada yang menjaga

4) Selalu perhatikan tanda-tanda bahaya pada bayi.

d. Asuhan bayi pdaa 6 minggu pertama

Bounding attachment

Menurut maternal neonatal health, bounding attachment merupakan kontak

dini secara langsung anatara ibu dan bayi setelah proses persalinan, dimulai

pada saat persalinan kala III sampai dengan psotpartum. Elemen-elemen

bounding attachment:

1) Sentuhan

2) Kontak mata

3) Suara

4) Aroma

5) Entraiment

6) Bioritme
7) Kontak dini

E. Konsep Dasar Keluarga Berencana

1. Pengertian Keluarga Berencana Program KB adalah bagian yang terpadu

(integral) dalam program pembangunan nasional dan bertujuan untuk

menciptakan kesejahteraan ekonomi,spiritual dan social budaya penduduk

Indonesia agar dapat dicapai keseimbangan yang baik dengan kemampuan

poduksi nasional. (Setiyaningrum, 2015)

2. Tujuan keluarga berencana Tujuan program KB secara filosofi adalah : 45 1.

Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan keluarga kecil

yang bahagia dan sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan pengendalian

pertumbuhan penduduk Indonesia. Terciptanya penduduk yang berkualitas,

sumber daya manusia yang bermutu dan meningkatkan kesejahteraan keluarga.

(Setiyaningrum, 2015)

3. Konseling Kb

Langkah konseling KB SATU TUJU

Langka SATU TUJU ini tidak perlu dilakukan berurutan karena menyesuaikan

dengan kebutuhan klien .

SA : SAPA dan SALAM

a. Sapa klien secara terbuka dan sopan

b. Beri perhatian sepenuhnya, jaga privasi pasien

c. Bangun percaya diri


pasien

d. Tanyakan apa yang perlu dibantu dan jelaskan pelayanan apa yang dapat

diperolehnya
T : Tanya

a. Tanyakan informasi tentang dirinya

b. Bantu klien pengalaman tentang KB dan kesehatan reproduksi

c. Tanyakan kontrasepsi yang ingin digunakan U : Uraikan  Uraikan pada

klien mengenai pilihannya

d. Bantu klien pada jenis kontrasepsi yang paling dia ingini serta jelaskan

jenis yang lain

TU : BANTU

a. Bantu klien berpikir apa yang sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya.

b. Tanyakan apakah pasangan mendukung pilihannya

J : Jelaskan

a. Jelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan kontrasepsi pilihannya

setelah klien memilih jenis kontrasepsinya.

b. Jelaskan bagaimana penggunannya.

c. Jelaskan manfaat ganda dari kontrasepsi

U : Kunjungan Ulang

Perlu dilakukan kunjungan ulang untuk dilakukan pemeriksaan atau

permintaan kontrasepsi jika dibutuhkan. (Setiyaningrum, 2015)

4. Kontrasepsi Dengan Metode Modern

a. KB Suntikan Kombinasi Jenis suntikan kombinasi adalah 25 mg Depo

Medroksiprogesteron Asetat dan 5 mg. Estrogen Sipionat yang diberikan

injeksi IM sebelum sekali(cylofem) dan 50 mg Noretindron Enantat dan 5

mg Estrodiol Valerat yang diberikan injeksi IM sebulan sekali (Arum dan

sujiyatini, 2016).

1) Cara kerja
a) Menekan ovulasi

b) Membuat lender serviks menjadi kental sehingga penetrasi sperma

terganggu

c) Perubahan pada endometrium (atrofi) sehingga implantasi terganggu

d) Menghambat transportasi

2) Efektifitas

Sangat efektif (0,1-0,4 kehamilan perempuann) sebelum tahun pertama

penggunaan

3) Keuntungan:

a) Risiko terhadap kesehatan kecil

b) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri

c) Tidak diperlukan pemeriksaan dalam

d) Jangka panjang

e) Efek samping sangat kecil

4) Kerugian:

a) Terjadi perubahan pada pola haid,seperti tidak teratur, perdarahan

bercak/spotting,atau perdarahan sela sampai 10 hari.

b) Mual sakit kepala,nyeri payudara ringan, dan keluhan seperti ini akan

hilang setelah suntikan kedua atau ketiga

c) Ketergantungan klien terhadap pelayanan kesehatan.

F. Tinjauan Umum Tentang Manajemen Asuhan Kebidanan

1. Pengertian manajemen kebidanan

Manajemen kebidanan adalah satu metode pendekatan pemecahan masalah

yang digunakan oleh bidan dalam proses pemecahan masalah dalam pemberian
pelayanan asuhan kebidanan, atau merupakan proses pemecahan masalah yang

digunakan oleh bidan serta merupakan metode yang terorganisir melalui

tindakan logika dalam memberi pelayanan.

2. Tahapan dalam manajemen kebidanan menurut helenvarney

Proses manajemen kebidanan terdiri dari 7 langkah asuhan kebidanan yang

dimulai dengan pengumpulan data dasar yang diakhiri dengan evaluasi. Tahapan

dalam proses manajemen asuhan kebidanan ada 7 langkah yaitu :

a. Pengkajian dalam pengumpulan data dasar yang lengkap untuk menilai

keadaan klien. Yang termasuk data dasar adalah riwayat kesehatan klien,

pemeriksaan fisik, dan catatan riwayat kesehatan yang lalu dan sekarang,

pemeriksaan laboratorium. Semua data tersebut di atas harus memberikan

informasi yang saling berhubungan dari semua sumber dan menggambarkan

kondisi ibu yang sebenarnya.

b. Identifikasi diagnose/masalah actual.

Menginterprestasikan data secara spesifik mengenai diagnose dan masalah.

Kata diagnose dan masalah selalu digunakan namun keduanya mempunyai

pengertian yang berbeda. Masalah lebih sering berhubungan dengan apa

yang dialami oleh seseorang, menguraikan suatu kenyataan yang ia rasakan

sebagai suatu masalah. Sedangkan diagnose lebih sering diidentifikasi oleh

bidan yang berfokus pada apa yang dialami oleh klien.

c. Antisipasi diagnosa/masalah potensial

Dari kumpulan masalah dan diagnosa, identifakasi faktor-faktor potensial

yang memerlukan antisipasi segera tindakan pencegahan jika

memungkinkan atau waspada sambil menunggu dan mempersiapkan

pelayanan untuk segala sesuatu yang mungkin terjadi.


d. Evaluasi perlunya tindakan segera/kolaborasi

Proses manajemen kebidanan dilakukan secara terus menerus selama klien

dalam perawatan bidan. Proses terus menerus ini menghasilkan data baru

segera dinilai. Data yang muncul dapat menggambarkan suatu keadaan

darurat dimana bidan harus segera bertindak untuk menyelamatkan klien.

e. Rencana asuhan kebidanan

Rencana tindakan konfrehensif bukan hanya meliputi kondisi klien serta

hubungannya dengan masalah yang dialami klien akan tetapi meliputi

antisipasi dengan bimbingan terhadap klien, serta konseling, bila perlu

mengenai ekonomi, agama, budaya, atau masalah psikologis. Rencana

tindakan harus disetujui klien, oleh sebab itu harus didiskusikan dengan

klien. Semua tindakan yang diambil harus berdasarkan rasional yang

relevan dan diakui kebenarannya serta situasi dan kondisi tindakan harus

dianalisa secara teoritis.

f. Pelaksanaan asuhan kebidanan (Implementasi)

Pelaksanaan rencana asuhan kebidanan (Implementasi) dilaksanakan oleh

bidan dan sebagian dilaksanakan oleh ibu sendiri, dan anggota tim

kesehatan lainnya berdasarkan rencana yang ditetapkan.

g. Evaluasi asuhan kebidanan

Langkah akhir kebidanan adalah evaluasi, namun sebenarnya evaluasi ini

dilakukan pada setiap langkah kebidanan. Pada tahap evaluasi bidan harus

mengetahui sejauh mana keberhasilan asuhan kebidanan yang diberikan

kepada klien. (Wulandari, D dkk 2009 hal. 131).


3. Pendokumentasian asuhan kebidanan (SOAP)

a. Data subjektif

Data atau fakta yang merupakan informasi termasuk biodata mencakup nama,

umur, pekerjaan,status perkawinan, pendidikan serta keluhankeluhan yang

diperoleh dari hasil wawancara langsung pada klien atau keluarga dan tenaga

kesehatan lainnya.

b. Data Objektif

Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik mencakup inspeksi, palpasi,

auskultasi, perkusi, serta pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan

laboratorium.

c. Assesmen/Diagnosa

Merupakan keputusan yang ditegakkan dari hasil perumusan masalah yang

mencakup kondisi tersebut. Penegakan diagnose kebidanan dijadikan 50

sebagai dasar tindakan dalam upaya menanggulangi ancaman keselamatan

ibu.

d. Planning/Perencanaan

Rencana kegiatan mencakup langkah-langkah yang akan dilakukan oleh

bidan dalam melakukan intervensi untuk mencegah masalah pasien/klien.

(Salmah, dkk. 2006 hal. 171)


FORMAT PENDOKUMENTASIAN
ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN (ANC)

BPS : PMB Neli Bambang Pj. Ruangan :

NOMOR RM : Tanggal/Pukul pengkajian : 24-10-2020 jam 8.00 Wib

Mahasiswa : Neli Hartati Sumber Informasi tempat pelayanan


NIM : PO71241200077 Teman Orang tua/keluarga
Pembimbing : Nakes : ….. √ Sendiri
A
BIODATA
Nama klien/Ibu : Ny. SP Nama suami : Tn. S
Umur : 38 Tahun Umur : 40 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMU
Pekerjaan : URT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Rt. 03 Sarang Burung Alamat : Rt. 03 Sarang Burung
No. Telp/HP :- No. Telp/HP :-

Penanggung jawab
Nama : Tn. S Pekerjaan : Tani
Umur : 40 Tahun Alamat : Rt. 03 Sarang Burung
Hubungan dengn klien : Suami
No. Telp/HP :-

B DATA SUBYEKTIF
ALASAN KUNJUNGAN : Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilannya dan ibu
1
mengeluh nyeri punggung, sering BAK

Riwayat Menstruasi
Umur menarche : 14 tahun darah haid : ± 100 cc ganti pembalut : 3x, siklus haid : 28 hari
2
Teratur/Tidak teratur Konsistensi : Cair HPHT: 10-03-2020 Perkiraan Partus: 17-12-
2020
Masalah lain: tidak ada

Riwayat perkawinan :
Perkawinan ke : 1 Kawin : pertama tahun dengan suami : 1 th, ke 13
3 Usia saat kawin : 25 tahun
Tahun : ke 13

4 Riwayat kehamilan persalinan dan nifas yang lalu

89
No Tgl Tempat Umur Jenis Penolong Penyulit Anak Keadaan
Tahun Partus Hamil Persalina Persalina Kel/ Anak Sek
Partus n n BB
1. 2008 Bidan Aterm Normal Bidan Taa 3200 hidup
2. 20115s Bidan Aterm Normal Bidan Taa 3100 hidup
3 ini

5 Riwayat kehamilan saat ini : G3 P2 A0 H2


Pertama kali memeriksakan kehamilan pada UK: 8 Minggu/Bulan
Di : puskesmas Oleh : bidan
Pemeriksaan saat ini yang ke:
Masalah yang pernah dialami :
Hami muda : √ mual √ muntah - perdarahan
- Lain-lain : ……………….………………………………….
Hamil tua : - pusing - Sakit kepala - perdarahan
- Lain-lain : tidak ada ……… ………………………………………….

Imunisasi :
√ TT : - Hepatitis
- Lain-lain :
Pengobatan/anjuran yang pernah diperoleh selama kehamilan ini :
…SF,B6, B12, fem vit C, Kalk …………………………………………………………….

6 Riwayat penyakit/operasi yang lalu: (jenis penyakit, operasi, dimana dan kapan)
...tidak ada......................

7 Riwayat penyakit keluarga(Ayah, ibu, adik, paman, bibi) yang pernah menderita sakit
- Kanker - Penyakit hati √ Hipertensi - DM - Penyakit ginjal
- TBC - Epilepsi - Kelainan bawaan - Alergi - Hamil kembar
- Penyakit jiwa
- Lain-lain :
8 Riwayat yang berhubungan dengan masalah kesehatan reproduksi
- Infentilitas - infeksi virus - PMS - Servisitis kronis - Endrometriosis
- Myoma - Polip servix - Kanker kandungan - Operasi kandungan Perkosaan
-
- Lain-lain : … …… ……………………………………………………….
9 Genogram (bila memungkinkan)

10 Riwayat Keluarga Berencana


Metode KB yang pernah dipakai : pil Lama : … 2 tahun……………

Komplikasi/masalah : ...tidak ada.....

11 Pola Makan / Minum / Eliminasi / Istirahat


Makan : 3 kali/hari ;
Minum : 8 gelas/hari ;
Jenis makanan/minuman yang sering dikonsumsi :
Nasi, sayur, lauk pauk, telur, ikan
Air putih, susu, teh

(bila terdapat gangguan pada pola makan minum, hitung secara kuantitas/kualitas di lembar lain)
12 Pola Eliminasi : BAK : 7-8 kali/hari
BAB : 1 kali/hari

Kelainan/masalah yang ditemukan pada pola eliminasi : susah BAB dan tidak lancar, sering
kencing

13 Pola istirahat :
tidur : .......8.......... jam/hari : Tidur terakhir jam :.......22.00...........Wib
Masalah/gangguan yang ditemukan pada pola istirahat : tidak ada

14 Pola Seksualitas :
Frekuensi : 1 x/minggu
Masalah/gangguan yang ditemukan pada pola seksualitas :

15 RiwayatPsikososial
Psikososial: Penerimaan klien terhadap kehamilan ini :√… Diharapkan - Tidak
diharapkan
Alasan : …………………………..
Social support dari : √ Suami √ Orang tua √ Mertua √ Keluarga lain

Masalah psikososial :
Kekerasan RT : - Fisik - Psikologis - Dan lain lain: tidak ada
16 Perilaku kesehatan :
Penggunaan miras : - Ada √ Tidak
Penggunaan zat adiktif : - Ada √ Tidak
Merokok : - Ada √ Tidak

Kepercayaan yang berhubungan dengan kehamilan :


- Memakai benda tajam - Membawa tumbuh-tumbuhan

- Lain-lain :

B DATA OBYEKTIF
\
1 PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum :

Sikap tubuh √ lordosis - kiposis - skoliosis - normal


- Cacat :
Tanda-tanda vital :√ TD 110/70 mmHg√ RR 20 x/mnt √ N 80 x/mnt √ S 36
0
C
Turgor : √ Baik - Kurang - Jelek
BB Sebelum hamil : 54 kg TB : 154 cm
Berat badan sekarang : 64
Rambut/kepala : √ Bersih - Kotor - Rontok - Lain-lain …
Mata : Seklera : - Ikterus √ Tidak Ikterus
Konjungtiva : - Pucat √ Tdk. Pucat
Penglihatan : √ Jelas - Kabur - Lain-lain : ……………
Alat bantu : - Kacamata - Kontak-lens
Muka : - Hiperpigmentasi - Edema √ Tdk. Tampak kelainan

- Lain-lain: …………………………………………………………………..

Gigi : - Palsu √ Karies - Lain-lain : tidak ada

Telinga : √ Tdk. Tampak kelainan - Lain-lain ......tidak ada................

- Alat bantu dengar

Leher : - Pembesaran kelenjar tiroid - Pembesaran V. Jugularis

√ Tdk. Tampak kelainan

Payudara : √ Simetris - Asimetris - Kemerahan - Bengkak - Benjolan

Puting susu : - Datar √ Menonjol - Ke dalam - Lecet - Kotor

Areola mammae : √ Bersih - Kotor - Hiperpigmentasi

Pengeluaran asi : √ Kolostrum - Tidak tampak

Jantung : √ - Bunyi jelas teratur Lain-lain :

Paru-paru : √ Bunyi nafas besih - Lain-lain :

Abdomen :
- Bekas operasi : - Ada - Lokasi √ Tidak ada
- Striae : - Tidak ada - Livide √ Albikans
- Linia : -s Alba √ Nigra - Fusca
- TFU 29 cm, Letak punggung : kiri , Presentasi : kepala
Penurunan :U
- TBJ : 2.790 gram
- Lain-lain

- DJJ : - Belum terdengar


√ Frek 135 x/mnt√ Teratur - Tdk. Teratur - Kuat - Lemah
√ Punctum Maksimum : 3 cm bawah pusatkiri
Ekstremitas : √ tidak tampak cacat cacat - varises - edema
Refleks Patella : √ Positif: kanan/kiri - Negatif : kanan/ kiri
Akral : - Dingin - Pucat
- Kebiruan
√ Normal
Ano genital :
Pengeluaran per vulva - Darah - Lendir - Air ketuban
- Lain-lain :………tidak ada……………………………..
2 Pemeriksaan Penunjang :
Tanggal : 23-10-2020
Hb : …11,8………..…gr% CT/BT : …../…… Ht : ……………
Gol darah : O
HB Triwulan I ...............gr% HB Triwulan II ...............gr% HB Triwulan
III....11,8....gr%
Urine Protein : Reduksi :
DDR K1 : - Ada -Tidak DDR K4 : - Ada - Tidak
CTG : ……………. USG… ………………….
Ro : ………………………….
3 Hal-hal lain yang masih perlu dikaji, tetapi tidak tercantum pada format :

4 ASSESSMENT
Diagnosa : G3P2A0H2 hamil 32 minggu , Data pendukung :
Janin tunggal hidup, inra uterin presentasi
kepala

Masalah : sakit di punggung,sering BAK Data Pendukung :


5. PERENCANAAN
Nama : Ny. SP N0. RM : Ruang : Poli PMB Neli Bambang
Umur : 38 Tahun Tanggal : 24-10-2020 Kelas :
PERENCANAAN RASIONALISASI PARAF
1. Informed consent 1. Memperoleh persetujuan atas tindakan
yang akan kita lakukan
2. Diskusikan kesimpulan hasil 2. Dengan mendiskusikan hasil
pemeriksaan pemeriksaan maka ibu dapat mengetahui
kondisi ibu dan janin

3. Diskusikan dengan ibu tentang 3. Dengan mendiskusikan ketiak nyamanan


ketidaknyamanan yang dialaminya yang dialami ibu dapat mengetahui
keluhan ibu dan mengatasinya dan
menjelaskan bahwa sering BAK adalah
hal yang normal

4. Anjurkan pada ibu untuk melakukan 4. Dengan mengajarkan pada ibu senam
senam hamil hamil ibu tahu tentang manfaat senam
hamil
.
5. Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi 5. Dengan menganjurkan ibu makan
makanan yang bergizi makanan yang bergizi maka ibu
memperoleh asupan gizi bagi ibu dan
bayi.
6. Jelaskan kepada ibu tentang cara 6. Dengan memberikan obat penambah
mengkonsumsi tablet fe darah untuk dikonsumsi selama
kehamilan diharapkan dapat mencegah
anemia dan janin selalu sehat
7. Diskusikan pada ibu tentang tanda-tanda
7. Dengan mendiskusikan tanda-tanda
bahaya TM 3
bahaya TM 3 ibu dapat mengetahui
tanda bahaya seperti titik2 sakit kepala
yang hebat pada muka dan kaki,
penglihatan kabur dan lain sebagainya
8. Diskusikan dengan ibu tentang tanda-
8. Dengan mendiskusikan tanda-tanda
tanda persalinan
persalinan ibu dapat mengerti apa saja
tanda-tanda persalinan seperti keluar
lendir bercampur darah di perut bagian
bawah menjalar ke pinggang dan ada
keinginan untuk meneran
9. Diskusikan kepada ibu tentang persiapan 9. Dengan mendiskusikan kepada ibu
persalinan tentang persiapan persalinan ibu dapat
mengerti apa saja yang harus
dipersiapkan sebelum persalinan
10. Anjurkan ibu untuk kunjungan ulang 10. Dengan melakukan kunjungan ulang
yaitu satu minggu kemudian dapat memantau kesehatan ibu dan janin
serta dapat mendeteksi kesehatan
6. PELAKSANAAN

Nama : Ny. SP N0. RM : Ruang : PMB Neli Bambang


Umur : 38 tahun Tanggal : 24-10-2020 Kelas :
Diagnosa : G3P2A0H2 hamil 32 minggu , Janin tunggal hidup, intra uterin presentasi kepala
Masalah : sering kencing dan nyeri punggung
Diagnosa potensial : tidak ada
TANGGAL/ NAMA &
CATATAN PELAKSANAAN
Pkl PARAF
Senin 1. Mendiskusikan hasil pemeriksaan
24-10- 2. Mendiskusikan kepada ibu tentang ketidaknyamanan yang dialaminya
2020 3. Mendiskusikan pada ibu tentang penatalaksanaan keluhan yang
dialaminya
4. Menganjurkan ibu untuk senam hamil
5. Menganjurkan pada ibu untuk mengkonsumsi makanan dengan gizi
seimbang
6. Menjelaskan kepada ibu cara mengkonsumsi tablet fe
7. Mendiskusikan dengan ibu tentang tanda bahaya TM 3
8. Mendiskusikan dengan ibu tentang tanda-tanda persalinan
9. Menjelaskan dengan ibu tentang persiapan persalinan
10. Mengajurkan ibu untuk kunjungan ulang 1 minggu kemudian
7. EVALUASI

TANGGAL/ NAMA &


EVALUASI
Pkl PARAF
Senin 1. Ibu telah mengetahui hasil pemeriksaan
24 -10-2020 2. Ibu telah mengetahui tentang ketidaknyamanan yang dialaminya
8.30 3. Ibu telah mengetahui tentang penatalaksanaan keluhan yang
dialaminya
4. Ibu mengerti manfaat senam hamil
5. ibu telah mengerti tentang pentingnya manfaat makan makanan yang
bergizi dan yang terutama yang mengandung serat
6. Ibu telah mengerti tentang cara mengkonsumsi tablet fe
7. Ibu telah mengerti tanda bahaya kehamilan TM 3, seperti perdarahan
pervaginam gerakan janin bertambah atau berkurang ketuban pecah
sebelum waktunya, pandangan kabur
8. Ibu telah mengetahui tanda-tanda persalinan
9. cara mengetahui apa saja persiapan persalinan
10. Ibu telah mengerti dan mau melakukan kunjungan ulang yaitu satu
minggu kemudian Atau jika ada keluhan
CATATAN PERKEMBANGAN

NAMA : Ny. SP NO. RM : PAV : PMB Neli Bambang


UMUR : 38 tahun TANGGAL : 06-12-2020 KELAS :
Diagnosa/ Masalah :
G3P2A0H2 hamil 38 minggu , Janin tunggal hidup, intra uterin presentasi kepala
Masalah :
- Ibu mengatakan susah BAB.
- Ibu mengatakan sering kencing
SOAP NAMA &
PARAF
S O A P
1. Ibu Tanda Vital 1. Informed consent
mengatakan G3P2A0H2 hamil 38
TD : 120/80 mmHg Rasionalisasi : Memperoleh persetujuan atas
susah BAB. minggu , Janin tunggal
2. Ibu S : 36,50C tindakan yang akan kita lakukan
N : 82x/i hidup, intra uterin
mengatakan presentasi kepala
R : 22x/i 2. Mendiskusikan kesimpulan hasil
sering kencing Masalah :
pemeriksaan Rasionalisasi : Dengan
L I : TFU 32 cm, bokong - Ibu mengatakan
L II : : Punggung kiri susah BAB. mendiskusikan hasil pemeriksaan maka ibu
Ibu mengatakan sering
L III : : Kepala U dapat mengetahui kondisi ibu dan janin
kencing
L IV : divergen 3. Mendiskusikan dengan ibu tentang

Kebutuhan ketidaknyamanan yang dialaminya


- KIE Rasionalisasi : Dengan mendiskusikan
ketidaknyamanan yang dialami ibu dapat
mengetahui keluhan ibu dan
mengatasinya
4. Mendiskusikan dengan ibu tentang
penatalaksanaan keluhan yang dialaminya
Rasionalisasi : Dengan memberikan konseling
tentang pelaksanaan keluhan ibu dapat

89
memberikan pengetahuan serta solusi terhadap

90
keluhan ibu serta mengatasinya
5. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi
makanan yang bergizi terutama makanan
yang mengandung serat
Rasionalisasi : Dengan memberikan konseling
tentang pelaksanaan keluhan ibu dapat
memberikan pengetahuan serta solusi terhadap
keluhan ibu serta mengatasinya
6. Menjelaskan kepada ibu tentang cara
mengkonsumsi tablet fe
Rasionalisasi : Dengan memberikan obat
penambah darah untuk dikonsumsi selama
kehamilan diharapkan dapat mencegah anemia
dan janin selalu sehat
7. Mendiskusikan pada ibu tentang tanda-tanda
bahaya TM 3
Rasionalisasi : Dengan mendiskusikan tanda-
tanda bahaya TM 3 ibu dapat mengetahui
tanda bahaya seperti titik2 sakit kepala yang
hebat pada muka dan kaki, penglihatan kabur
dan lain sebagainya
8. Mendiskusikan dengan ibu tentang tanda-
tanda persalinan
Rasionalisasi : Dengan mendiskusikan tanda-
tanda persalinan ibu dapat mengerti apa saja
tanda-tanda persalinan seperti keluar lendir
bercampur darah di perut bagian bawah
menjalar ke pinggang dan ada keinginan untuk
meneran
9. Mendiskusikan kepada ibu tentang persiapan
persalinan
Rasionalisasi : Dengan mendiskusikan kepada
ibu tentang persiapan persalinan ibu dapat
mengerti apa saja yang harus dipersiapkan
sebelum persalinan
10. Menganjurkan pada ibu untuk melakukan
senam hamil
Rasionalisasi : Dengan mengajarkan pada ibu
senam hamil ibu tahu tentang manfaat senam
hamil
11. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang
yaitu satu minggu kemudian
Rasionalisasi : Dengan melakukan kunjungan
ulang dapat memantau kesehatan ibu dan janin
serta dapat mendeteksi kesehatan

Evaluasi
1. Ibu telah mengetahui hasil pemeriksaan
2. Ibu telah mengetahui tentang penatalaksanaan
keluhan yang dialaminya
3. ibu telah mengerti tentang pentingnya
manfaat makan makanan yang bergizi dan
yang terutama yang mengandung serat
4. Ibu telah mengerti tentang cara mengkonsumsi
tablet fe
5. Ibu telah mengerti tanda bahaya kehamilan
TM 3, seperti perdarahan pervaginam gerakan
janin bertambah atau berkurang ketuban pecah
sebelum waktunya, pandangan kabur
6. Ibu telah mengetahui tanda-tanda persalinan
7. cara mengetahui apa saja persiapan persalinan
8. Ibu mengerti manfaat senam hamil
9. Ibu telah mengerti dan mau melakukan
kunjungan ulang yaitu satu minggu kemudian
Atau jika ada keluhan
FORMAT PENDOKUMENTASIAN
ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN (INC)

Tanggal : 12 Desember 2020 Pukul : 00.05 wib

S : Data Subyektif
Ibu datang dengan keluhan nyeri perut bagian bawah menjalar kepinggang dengan disertai keluar lendir
bercampur darah

O : Data Obyektif
K/U : Baik
TD: 110/70
N : 80
P : 20
S : 36.5
His : +
Ket : +
L1 : 32 cm
L2 : Pu-ki
L3 : Preskeb
L4 :V
PD : 6 cm

A : Asessment
G3P2A0H2 Inpartu Kala I fase aktif janin tunggal hidup intrauterine presentasi kepala
Masalah :
Ibu merasa cemas

Kebutuhan
Asuhan Sayang Ibu

112
PERENCANAAN

TGL / DIAGNOSA RASIONALISASI NAMA


PKL DAN PERENCANAAN &
MASALAH PARAF
12–12- G3P2A0H2 1) Persilahkan pasien mencuci 1) sebelum memasuki
2020/ Inpartu Kala tangan sebelum memasuki ruanngan sebaknya pasien
00.05 I fase aktif klinik dan memakai masker menuci tangan dan memakai
Wib
janin hanya didampingi 1 orang, masker untuk menghindari
tunggal lalu mengecek suhu tubuh. penularan virus covid 19
hidup dan perlindungan diri pasien
intrauterine 2) Bidan memakai APD level 2 2) menurut kementrian
presentasi yaitu penutup kepala goggles kesehatan bagi petugas yg
kepala (faceshield),maker,handscoon. bekerja di ruangan
Apron/Gown dan alas kaki perawatan pasien agar
menggunakan APD level 2,
ini sesuai dengan anjuran
Ketua IBI pusat untuk
pertolongan persalinan di
fasilitas kesehatan
menggunakan APD level 2
sebagai perlindungan bagi
bidan.
3) Lakukan informed consent
3) Sebelum melakukan
pada ibu dan
pemeriksaan atau tindakan
keluarga/suami
lakukan informed consent
pada ibu/keluarga dan
meminta persetujuan atas
tindakan yang akan
dilakukan dengan
menandatangani form
persetujuan yang tersedia.
4) Jelaskan hasil pemeriksaan 4) Ibu harus mengetahui
dan kemajuan persalinan keadaan diri dan janinnya
sehingga ibu dapat lebih
kooperatif terhadap tindakan
dan anjuran dari petugas
kesehatan/bidan.
5) Berikan Asuhan Sayang 5) Pemberian asuhan sayang
Ibu Kala I ibu bertujuan:
- Berikan dukungan dan - Dukungan dan semangat
semangat pada ibu dari petugas
kesehatan/bidan akan
membatu menambah
motivasi ibu dalam
menghadapi persalinan.
- Ajarkan tekhnik - Tekhnik Relaksasi
relaksasi dan pengaturan merupakan salah satu
napas terutama saat ada cara untuk mengurangi
kontraksi rasa nyeri dengan
memberikan jaringan
suplai O2 yang cukup.
- Beri intake nutrisi dan - Dengan asupan nutrisi
cairan yang adekuat dan cairan yang adekuat
akan memberi energy
bagi tubuh sehingga
dapat memudahkan
proses persalinan
terutama tenaga saat
meneran.
- Anjurkan pengosongan - Kandung kemih yang
kandung kemih jika ibu penuh menyebabkan hasil
ingin BAK pemeriksaan yang tidak
akurat, memperlambat
turunnya kepala janin ke
jalan lahir, dan memberi
persaan yang tidak
nyaman pada ibu.
- Atur posisi ibu - Mengatur posisi ibu

113
senyaman mungkin senyaman mungkin untuk
mengurangi efek rasa
nyeri pada ibu dan tetap
memperhatikan posisi
yang baik dalam
penurunan kepala bayi.
6) Pantau kemajuan 6) Dengan partograf
persalinan dengan memudahkan dalam
partograf pengambilan keputusan
klinis dan rencana tindakan
selanjutnya terjadap klien.
7) Siapkan alat-alat, obat- 7) Ibu sudah berada pada fase
obatan serta keperluan aktif kala I yaitu pembukaan
ibu dan bayi 8 cm dan kemajuan
persalinan juga baik
sehingga perlu dilakukan
persiapan untuk pertolongan
persalinan ibu.
CATATAN PELAKSANAAN

Diagnosa/masalah : G3P2A0H2 Inpartu Kala I fase aktif janin tunggal hidup intrauterine
presentasi kepala

TANGGAL / CATATAN PELAKSANAAN NAMA &


PKL PARAF
12–12- 2020/ 1) Mempersilakan pasien mencuci tangan sebelum
00.05 Wib memasuki klinik dan memakai masker hanya
didampingi 1 orang, lalu mengecek suhu tubuh.
2) Bidan memakai APD level 2 yaitu penutup kepala
goggles (face shield), maker, handscoon.
Apron/Gown dan alas kaki.
3) Melakukan informed chonsent pada ibu dan
keluarga/suami
4) Menjelaskan hasil pemeriksaan dan kemajuan
persalinan
5) Memberikan Asuhan Sayang Ibu Kala I
a. Memberikan Dukungan dan semangat pada
ibu
b. Mengjarkan tekhnik relaksasi dan
pengaturan napas terutama saat ada
kontraksi
c. Memberikan Intake nutrisi dan cairan yang
adekuat
d. Menganjurkan ibu untuk mengosongkan
kandung kemih jika terasa ingin BAK
e. Mengatur posisi ibu senyaman mungkin
6) Memantau kemajuan persalinan dengan partograf
7) Menyiapkan alat-alat, obat-obatan serta keperluan
ibu dan bayi
CATATAN PERKEMBANGAN

TANGGAL / S O A P
PKL

Kala II
Pukul :02.00 Ibu 1) Kepala bayi tampak di vulva 5-6 cm
PD : 10 Cm
WIB mengataka 2) Tahan perineum menggunakan tangan
n nyeri
kanan dengan doek steril
perut yang
semakin 3) Tangan kiri menahan puncak kepala
kuat dan 4) Setelah kepala bayi lahir periksa adakah
rasa ingin lilitan tali pusat
BAB 5) Jika tidak ada lilitan tali pusat lanjutkan
meletakan tangan secara biparietal
6) Melahirkan bahu anterior dengan
membawa bayi kearah perineum,
lahirkan bahu posterior dengan
membawa bayi kearah simpisis
7) Menyanggah kepala dan leher bayi
dengan tangan kanan
8) Tangan kiri menelusuri bahu sampai
bokong kaki lahir

Pukul 02.23 1) Lahirkan dan keringkan bayi, palpasi


WIB Bayi lahir BBL abdomen ibu untuk memastikan tidak
spontan, ada janin kedua
segera 2) Menyuntikkan oksitosin 10 IU setara
menangis 1M dipaha ibu
3) Periksa denyutan tali pusat sudah tidak
ada/berkurang dengan tujuan untuk
meningkatkan kadar hemoglobin pada
bayi
4) Klem dan potong tali pusat
5) Meletakkan bayi tengkurap diantara
payudara ibu
6) Selimuti ibu dan bayi
Pukul Kala III 1) Pindahkan klem 5-6 cm dari vulva
02.35 WIB 2) Melakukan PTTdengan tangan kanan,
tangan kiri menekan korpus uteri
kearah dorso cranial
3) Tangan kanan meregangkan tali pusat
kebawah dan keatas secara perlahan
4) Saat plasenta tampak di vulva, sambut
dan putar plasenta searah jarum jam
hingga selaput terpilih
5) Selaput dan plasenta lahir, lakukan
pemeriksaan kelengkapan plasenta
menggunakan kassa steril

Pukul Ibu Kala IV 1) Merapikan ibu dan membereskan alat


02.50WIB mengataka K/U : Baik
n lemas dan 2) Melakukan pemeriksaan TTV setiap 15
TD : 90/60
lemah menit sekali pada 1 jam pertama dan
N : 82 setiap 30 menit sekali pada 1 jam kedua
S : 36,5 3) Mengobservasi laserasi dan pendarahan
4) Mengobservasi keadaan umum
P : 22
5) Mengobservasi TTV
Kontraksi
Baik
KONTROL HIS

Nama Ibu : Ny. SP


Umur : 38 th

Tgl/Jam DJJ Ketu Pembukaan Penurunan His T/D N P S Urine


ban Kepala

12-12-2020
00.05 WIB 145 X/i (+) 6 cm H III 4x10’ 100/70 80 20 36,5 ± 200
40’’ ml

12-12-2020 147 X/i 4x10’


00.35WIB 40’

12-12-2020 145 X/i 4x10’


01.05 WIB 40’

12-12-2020 140x/i 4x10’


01.35WIB 45’

12-12-2020 143x/i (-) 10 cm H- IV 5x10’ 110/70 84 23 37


02.00 WIB 50’’

-
LAPORAN PERSALINAN

Nama : Ny. SP
Umur : 38 th
Ibu datang : Pukul 00.05 WIB Tgl : 12-12-2020
Keluhan : Ibu datang dengan keluhan nyeri perut bagian bawah menjalar kepinggang
dengan disertai keluar lendir bercampur darah

KALA/JAM KEADAAN IBU

12-12-2020
Kala I Melakukan pemeriksaan dengan hasil
00.05 WIB K/U: baik, TD: 110/70 mmHg, S: 36,50C, N: 80 x/menit, P:20x/i,TFU : 32 Cm, DJJ :
145, PD: 6 cm

Kala II Terdapat tanda gejala Kala II, adanya dorongan ingin meneran adanya tekanan pada
02.00 WIB anus, perineum menonjol,ulva dan anus membuka,pembukaan lengkap, penurunan
0/5, persio tidak teraba, DJJ =143 x/mnt, Kepala crowning 5-6 cm dari vulva, ibu
dipimpin meneran , tangan kanan menahan perineum, tangan kiri menahan puncak
kepala, lahirkan berturut-turut UUK, UUB, dahi, hidung, muka, periksa adanya lilitan
tali pusat , tangan secara biporietal melahirkan bahu anterior dengan membawa bayi
kearah simpisis, tangan kanan menyanggah kepala dan leher bayi, tangan kiri
menelusuri bahu sampai bokong dan kaki lahir

BBL Bayi lahir normal segera menangis, mengeringkan dan menghangatkan bayi
02.23 WIB diletakkan diatas perut ibu, dengan memiringkan kepala bayi agar cairan yg ada
dimulut bayi bisa keluar dengan sendirinya, palpasi abdomen ibu untuk memastikan
tidak ada janin kedua, menyuntikkan oksitosin 10 U/IM paha atas ibu bagian luar,
periksa denyutan pada talli pusat dan pastikan sudah berkurang atau tidak ada,
kemudian klem tali pusat ±3-5 cm dari pangkal tali pusat, lalu klem dan potong tali
pusat, ikat tali pusat bayi, meletakan bayi tengkurap diantara kedua payudara ibu
untuk dilakukan IMD, selimuti ibu dan bayi diantara kedua klem, setelah itu anjurkan
ibu untuk segera melakukan IMD pada bayinya.
Kala III Memindahkan klem 5-6 cm dari vulva, melihat tanda pelepasan plasenta. Semburan
02.35 WIB darah mendadak, tali pusat memanjang dan perubahan pada uterus, melakukan PTT
dengan tangan kanan, tangan kiri menekan korpus uteri kearah dorso cranial saat
plasenta tampak di vulva, sambut dan putar plasenta searah jarum jam hingga selaput
plasenta terpilin. Plasenta dan selaput lahir, lakukan pemeriksaan kelengkapan
plasenta dengan kassa steril dan massase fundui ibu

Kala IV K/u ibu : baik


02.50 WIB TD : 100/60 mmHg, N: 82x/menit, : 36,5 0C, P: 22 x/menit
TFU: Sepusat. kontraksi uterus baik,

BBL
BB : 3000 gr
JK : Laki-Laki
PB : 48 cm
Anus : (+) Cacat : (–)
Lahir Pukul 02.23 WIB
Tanggal 12-12-2020
FORMAT PENDOKUMENTASIAN
ASUHAN KEBIDANAN POST PARTUM

Tanggal : 12 Desember 2020 Pukul 04.50 WIB, kunjungan ulang

S : Data Subyektif
1. Ibu mengatakan perutnya mules
2. ASI belum keluar.
3. Ibu masih cemas takut tidak bisa menyusui bayinya

O : Data Obyektif
- Tanda Vital
TD : 110/70 mmHg
S : 36,50C
N : 80x/i
R : 24x/i

- Payudara : Pengeluaran ada, bentuk


simetris, puting susu
- Uterus : menonjol
Konsistensi uterus keras, TFU
- Penegeluaran lochea : 10 cm, kontraksi uterus baik
Warna merah, bau amis,
- Perineum : jumlah ±50 cc, konsistensi
- Kandung kemih : encer
- ekstremitas : Tidak ada laserasi
Kosong
Oedem tidak ada, kemerahan
tidak ada, refleks patella
positif kanan kiri.

A : Asessment
6 jam
P3 A0 H3 post partum 2 jam
Masalah :
1. Ibu mengatakan perutnya mules
2. ASI belum keluar.
3. Ibu masih cemas takut tidak bisa menyusui
bayinya Kebutuhan : KIE

102
PERENCANAAN

Nama : Ny. SP N0. RM : Ruang : PMB Neli Hartati


Umur : 38 tahun Tanggal : 12-12-2020 Kelas :
PERENCANAAN RASIONALISASI PARAF
1. Jelaskan hasil pemeriksaan 1. Agar ibu mengetahui seluruh kondisi
kesehatannya setelah dilakukan
pemeriksaan yanh dimulai dari kepala
dan berakhir pada anggota derak (kaki)

2. Jelaskan kepada ibu tentang keluhan rasa 2. Agar ibu tidak cemas dengan
mules yang ibu alami keluhannya bahwa rasa mules yang ibu
alami merupakan hal yang normal,
karena rahim yang keras dan mules
berarti rahim sedang berkontraksi yang
dapat mencegah terjadinya perdarahan
pada masa nifas

3. Anjurkan ibu untuk beristirahat 3. Ibu nifas memerlukan istirahat yang


cukup, sekitar 8 jam pada malam hari
untuk memerlukan kebutuhan istirahat
tidurnya.

4. Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya 4. ASI memberikan nutrisi optimal pada
dan mengajarkan ibu cara menyusui bayi baru lahir dan memberikan
yang benar perlindungan terhadap infeksi dan
membantu mempercepat proses involusi
uterus

5. Mobilisasi dini harus segera mungkin


5. Anjurkan ibu untuk mobilisasi dini bergerak begitu Kekuatannya pulih,
supaya fungsi aliran darah yang normal
akan mempercepat pemulihan mencegah
infeksi yang ditimbulkan oleh gangguan
pembuluh darah balik dan mencegah
perdarahan lebih lanjut seperti miring
kekiri atau kekanan.

6. Jelaskan tanda bahaya pada ibu nifas 6. Mengetahui tanda bahaya saat masa
nifas dapat membantu ibu yang baru
melahirkan dan orang di sekeliling untuk
lebih berhati-hati jika mengalami atau
melihat anda bahaya disarankan untuk
segera ke petugas kesehatan

7. Jelaskan kebutuhan pemenuhan nutrisi 7. Ibu nifas memerlukan nutrisi dan cairan
ibu pada masa nifas untuk pemulihan kondisi kesehatan
setelah melahirkan cadangan tenaga
serta untuk memenuhi produksi asi
8. Memberikan penjelasan tentang personal 8. Dengan dilakukannya personal hygiene
hygiene dapat mencegah ibu dari resiko infeksi
masa nifas

9. Jelaskan kunjungan ulang nifas 9. Tujuan kunjungan ini untuk menilai


kondisi fisik dan mental ibu dan melihat
bagaimana ibu menghadapi situasi masa
nifas yang banyak perubahan
10. Dokumentasi 10. Bidan akan memiliki arsip dan data
pasien secara lengkap dan akurat
CATATAN PELAKSANAAN

NAMA : Ny. SP NO. RM : RUANG : PMB Neli Bambang

UMUR : 38 Tahun TANGGAL : 12-12-2020 KELAS :


Diagnosis/masalah
P3 A0 H3 post partum 2 jam
Masalah :
4. Ibu mengatakan perutnya mules
5. ASI belum keluar.
6. Ibu masih cemas takut tidak bisa menyusui bayinya

TANGGAL / CATATAN PELAKSANAAN NAMA &


Pkl. PARAF
12-12-2020/ 1. Menginformasikan dan menjelaskan hasil pemeriksaan yang telah
04.50 WIB dilakukan yaitu bahwa keadaan ibu baik dan ttv dalam batas
normal
- Tanda Vital
TD : 110/70 mmHg
S : 36,50C
N : 84x/i
R : 24x/i
- Payudara : Pengeluaran ada, bentuk
simetris, puting susu menonjol
- Uterus : Konsistensi uterus keras, TFU
12,5 cm, kontraksi uterus baik
- Penegeluaran lochea : Warna merah, bau khas, jumlah
±50 cc, konsistensi encer
- Perineum : Tidak ada laserasi
- Kandung kemih : Kosong
- ekstremitas : Oedema tidak ada, kemerahan
tidak ada, refleks patella positif
kanan kiri.

2. Menjelaskan pada ibu bahwa keluhan rasa mulas yang ibu alami
merupakan hal yang normal karena rahim yang keras dan mules
berarti rahim sedang berkontraksi yang dapat mencegah terjadinya
perdarahan pada masa nifas.
3. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup
4. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin dan
mengajarkan ibu cara menyusui yang benar yaitu dagu bayi
menempel pada payudara ibu mulut bayi terbuka lebar dan
menutupi areola mamae. Seluruh badan bayi tersangga dengan
baik tidak hanya kepala dan leher
5. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini seperti miring ke kanan
dan kiri agar dapat memperlancar pengeluaran lochea
mempercepat involusi alat kandungan, memperlancar sirkulasi
darah membantu proses pemulihan.
6. Memberitahu ibu tanda bahaya nifas seperti demam tinggi keluar
cairan yang busuk pada kemaluan, sakit kepala hebat, oedema,
kejang, payudara merah dan bengkak
7. Memberitahu ibu tentang gizi yang seimbang agar kebutuhan bayi
dan masa laktasi bisa terpenuhi seperti makan sayuran buah-
buahan, ikan dan minum susu dan zat gizi yang banyak untuk
membantu melancarkan produksi asi
8. Memberitahu ibu tentang personal hygiene agar ibu terhindar dari
resiko infeksi masa nifas
9. Memberitahu ibu untuk kunjungan ulang nifas selanjutnya
10. Melakukan pendokumentasian semua asuhan yang diberikan
EVALUASI

Nama : Ny. SP N0. RM : Ruang : PMB Neli Bambang


Umur : 38 Tahun Tanggal : 12-12-2020 Kelas :
Diagnosa : P3 A0 H3 post partum 2 jam
Masalah :
1. Ibu mengatakan perutnya mules
2. ASI belum keluar.
3. Ibu masih cemas takut tidak bisa menyusui bayinya
Diagnosa potensial : tidak ada
TANGGAL/ NAMA &
Pkl EVALUASI
PARAF
12-12-2020/ 1. Ibu sudah mengerti tentang keadaannya dan telah
06.00 WIB dilakukan pemantauan selama 2 jam
- Tanda Vital
TD : 110/70 mmHg
S : 36,50C
N : 80x/i
R : 24x/i
- Payudara : Pengeluaran ada, bentuk
simetris, puting susu
- Uterus : menonjol
Konsistensi uterus keras,
- Penegeluaran lochea : TFU 10 cm, kontraksi uterus
baik
- Perineum : Warna merah, bau amis,
- Kandung kemih : jumlah ±50 cc, konsistensi
- ekstremitas : encer
Tidak ada laserasi
Kosong
Oedem tidak ada, kemerahan
tidak ada, refleks patella
positif kanan kiri.

2. Ibu sudah mengerti tentang penyebab rasa mules yang


dialami ibu
3. Ibu berjanji akan beristirahat yang cukup
4. Ibu mengerti dan mengetahui tentang cara menyusui yang
benar dan bersedia untuk menyusui bayinya
5. Ibu mengerti tentang manfaat mobilisasi dini dan
bersedia untuk melakukannya
6. Ibu sudah mengerti tentang tanda-tanda bahaya masa nifas
dan bersedia ke petugas kesehatan apabila menemukan tanda
107
tersebut
7. Ibu mengerti dan mengetahui tentang gizi yang
diperlukan nya
8. ibu mengerti tentang manfaat personal hygiene dan ibu
bersedia untuk melakukannya
9. Ibu bersedia untuk kunjungan ulang
10. Pendokumentasian telah dilakukan
CATATAN PERKEMBANGAN I

NAMA : Ny. SP NO. RM : PAV : PMB Neli Bambang


UMUR : 38 tahun TANGGAL : 13-12-2020 KELAS :
Diagnosa/ Masalah :
P3 A0 H3 umur 38 tahun post partum hari ke 2
Masalah :
- Ibu mengatakan payudara kanan sedikit nyeri.
- Ibu mengatakan asi sudah keluar
SOAP NAMA &
S O A P PARAF
1. ASI sudah 1. Keadaan Umum : Sedang P3 A0 H3 umur 1. Jelaskan hasil pemeriksaan
2. Kesadaran : Composmentis 38 tahun post
keluar. Rasionalisasi : Agar ibu mengetahui seluruh
3. Vital sign : partum hari ke 4
2. Ibu masih TD : 120/mmhg kondisi kesehatannya setelah dilakukan
N : 82 x/menit
cemas takut Masalah : pemeriksaan yanh dimulai dari kepala dan
S : 360C
tidak bisa RR : 24x/menit 1. Payudara berakhir pada anggota derak (kaki)
4. TFU : 3 jari bawah pusat, kontraksi
menyusui sebelah kanan 2. .Anjurkan ibu untuk mengompres dingin
keras
bayinya bengkak payudara
5. Lochea : Rubra
2. Ibu mengatakan Rasionalisasi : dengan mengompres dingin
6. Inspeksi : Payudara kanan
ASI sudah dapat mengurangi nyeri pada payudara karena
7. Palpasi : Payudara kanan teraba
mulai keluar isapan bayi pada putting susu
lebih padat
3. Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya setiap 2
jam sekali dan mengajarkan ibu cara menyusui
Kebutuhan yang benar Rasionalisasi : ASI memberikan
- Bantu ibu nutrisi optimal pada bayi baru lahir dan
untuk tetap memberikan perlindungan terhadap infeksi dan
menyusui
bayinya

109
- Dukungan membantu mempercepat proses involusi uterus
moril

4. Anjurkan ibu untuk beristirahat


Rasionalisasi : Ibu nifas memerlukan istirahat
yang cukup, sekitar 8 jam pada malam hari
untuk memerlukan kebutuhan istirahat
tidurnya
5. Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya setiap 2
jam sekali dan mengajarkan ibu cara menyusui
yang benar
Rasionalisasi : ASI memberikan nutrisi
optimal pada bayi baru lahir dan memberikan
perlindungan terhadap infeksi dan membantu
mempercepat proses involusi uterus
6. Jelaskan tanda bahaya pada ibu nifas
Rasionalisasi : Mengetahui tanda bahaya saat
masa nifas dapat membantu ibu yang baru
melahirkan dan orang di sekeliling untuk lebih
berhati-hati jika mengalami atau melihat anda
bahaya disarankan untuk segera ke petugas
kesehatan
7. Jelaskan kebutuhan pemenuhan nutrisi ibu
pada masa nifas
Rasionalisasi : Ibu nifas memerlukan nutrisi
dan cairan untuk pemulihan kondisi kesehatan
setelah melahirkan cadangan tenaga serta
untuk memenuhi produksi asi
8. Memberikan penjelasan tentang personal
hygiene
Rasionalisasi : Dengan dilakukannya personal
hygiene dapat mencegah ibu dari resiko
infeksi masa nifas
9. Jelaskan kunjungan ulang nifas
Rasionalisasi : Tujuan kunjungan ini untuk
menilai kondisi fisik dan mental ibu dan
melihat bagaimana ibu menghadapi situasi
masa nifas yang banyak perubahan
10. Dokumentasi
Rasionalisasi : Bidan akan memiliki arsip dan
data pasien secara lengkap dan akurat

Evaluasi :
1. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan
2. Ibu mengetahui tentang kebutuhan
gizi ibu menyusui dan bersedia
makan-makanan bergizi.

3. Ibu telah melakukan perawatan payudara


seperti yang telah diajarkan.
4. Ibu bersedia menyusui bayinya setiap 2 jam
sekali.
5. Ibu bersedia konsumsi makanan dengan gizi
seimbang.
6. Ibu mengetahui jadwal kunjungan ulang pada
hari ke 4.
CATATAN PERKEMBANGAN II

NAMA : Ny. SP NO. RM : PAV : PMB Neli Bambang


UMUR : 38 tahun TANGGAL : 15-12-2020 KELAS :
Diagnosa/ Masalah :
P3 A0 H3 umur 38 tahun post partum hari ke 4
Masalah :
- Ibu mengatakan tidak ada keluhan apa-apa.
- Ibu mengatakan ASI sdh lancar
SOAP NAMA &
S O A P PARAF
1. Ibu Tanda Vital P3 A0 H3 umur 1. Jelaskan hasil pemeriksaan
38 tahun post
mengatakan TD : 120/80 mmHg Rasionalisasi : Agar ibu mengetahui seluruh
partum hari ke 4
tidak ada S : 36,50C kondisi kesehatannya setelah dilakukan
N : 80x/i
keluhan apa- R : 24x/i Masalah : pemeriksaan yang dimulai dari kepala dan
apa 1. Ibu mengatakan berakhir pada anggota derak (kaki)
- payudara
2. ASI sudah Pengeluaran ada, bentuk simetris, tidak ada 2. Anjurkan ibu untuk beristirahat
puting susu menonjol
lancar keluhan apa- Rasionalisasi : Ibu nifas memerlukan istirahat
- uterus
TFU setengah simpisis pusat, apa. yang cukup, sekitar 8 jam pada malam hari
kontraksi uterus baik
2. Ibu mengatakan untuk memerlukan kebutuhan istirahat
- pengeluaran lochea
lochea sangoelenta Warna merah, ASI sdh lancar tidurnya
bau khas, jumlah ±50 cc,
3. Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya setiap 2
konsistensi encer
- perineum jam sekali dan mengajarkan ibu cara menyusui
Tidak ada laserasi
Kebutuhan yang benar
- kandung kemih
kosong - Bantu ibu Rasionalisasi : ASI memberikan nutrisi
- ekstremitas untuk tetap optimal pada bayi baru lahir dan memberikan
Oedem tidak ada, kemerahan tidak menyusui
ada, refleks patella positif kanan bayinya
kiri. - Dukungan perlindungan terhadap infeksi dan membantu
moril
mempercepat proses involusi uterus
4. Jelaskan tanda bahaya pada ibu nifas
Rasionalisasi : Mengetahui tanda bahaya saat
masa nifas dapat membantu ibu yang baru
melahirkan dan orang di sekeliling untuk lebih
berhati-hati jika mengalami atau melihat anda
bahaya disarankan untuk segera ke petugas
kesehatan
5. Jelaskan kebutuhan pemenuhan nutrisi ibu
pada masa nifas
Rasionalisasi : Ibu nifas memerlukan nutrisi
dan cairan untuk pemulihan kondisi kesehatan
setelah melahirkan cadangan tenaga serta
untuk memenuhi produksi asi
6. Memberikan penjelasan tentang personal
hygiene
Rasionalisasi : Dengan dilakukannya personal
hygiene dapat mencegah ibu dari resiko
infeksi masa nifas
7. Jelaskan kunjungan ulang nifas
Rasionalisasi : Tujuan kunjungan ini untuk
menilai kondisi fisik dan mental ibu dan
melihat bagaimana ibu menghadapi situasi
masa nifas yang banyak perubahan
8. Dokumentasi
Rasionalisasi : Bidan akan memiliki arsip dan
data pasien secara lengkap dan akurat

Evaluasi :
1. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan
2. Ibu mengetahui tentang kebutuhan
gizi ibu menyusui dan bersedia
makan-makanan bergizi.

3. Ibu telah melakukan perawatan payudara


seperti yang telah diajarkan.
4. Ibu bersedia menyusui bayinya setiap 2 jam
sekali.
5. Ibu bersedia konsumsi makanan dengan gizi
seimbang.
6. Ibu mengetahui jadwal kunjungan ulang pada
hari ke 15.
PENDOKUMENTASIAN
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI

RS/PUKESMAS/BPS : PMB Neli Bambang PJ. Ruangan :


NOMOR RM : 115/EJ/2020

Tanggal pukul masuk : 12 Des 2020


PENGKAJIAN BAYI Tanggal/Pukul Pengangkajian : 12 Des 2020
3.25 WIB
Nama bidan : Neli hartati Pembimbing : -

A ANAMNESIA ( DATA SUBJEKTIV)


1. BIODATA
Nama bayi : By. Ny. SP Umur/tgl lahir : 1 hr /12-12-2020 Jenis kelamin : L

Nama ibu : Ny. SP Nama suami : Tn. S


Umur : 38 tahun Umur : 40 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : RT.03 Desa Sarang Alamat : RT.03 Desa Sarang
Burung Burung
Status Pernikahan : Nikah
Penaggung Jawab
Nama klie/ibu : Tn.S
Umur : 40 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMU
Pekerjaan : Tani
Alamat : RT.03 Desa Sarang Burung
No. Telp/HP :-
Hubungan dengan klien : Ayah
2. Riwayat kelahiran :
G3 P2 AO Usia kehamilan : aterm
Anak ke : 3 , dari 3 saudara, (hidup 3, meninggal 0 )
Jenis persalinan :  Spontan Vakum ekstrasi Fosep ekstrasi Bedah sesar
Indikasi : tidak ada

Pemeriksaan antenatal di : RS  KM  PM Rumah


PB R B
 Teratur / Tidak
Tanpa pemeriksaan

Tgl. Lahir :12/12/2020 Pukul : 02.23 WIB


Nilai Apgar : 8/9 BB : 3000 gram TB : 48 cm
Jenis Kelamin :  L/ P
Kelahiran : Tunggal Kembar

Usia dalam kandungan :  aterm preterm : minggu post-term : mg

Penyakit ibu selama kehamilan :


Tensi tinggi DM Anemia HIV / AID Lain-lain tidak ada

Komplikasi kehamilan
Pre eklampsia Perdarahan Ante  Lain-lain : tidak ada
Partum Riwayat psikososial
Anak diharapkan :  ya tidak, alasan
Bonding :  ya tidak, alasan
Pemberian ASI : Segera setelah kelahiran

Nutrisi
 ASI PASI Jumlah cc Lain-lain

Cara pemberian :  Langsung dari payudara botol pipet sendok

Eliminasi

BAK : 3x/24 jam (ganti popok)  segera setelah lahir belum tidak ada
Lain-lain

BAB : 1 x/24 jam  mekonium cair-cair  lembek padat
Kuning keju Kuning kehijauan lain-lain

Istirahat/tidur/aktivitas
 Nyenyak menangis keras merintih sering menangis melengking
4. DATA OBYEKTIF (PEMERIKSAAN FISIK )

Keadaan Umum :
Tingkat kesadaran : lemah lethargie
Tanda-tanda vital : P P : 26 x/mnt N : 120x/.mnt S:36,6 0C
BB sekarang : 3000 Kg Turgor : baik kurang jelek
Kulit :  normal sianosis pucat jaundice, hari
ke Keriput mengelupas lain-lain
Tanda lahir : tidak ada
oLanugo :  tidak ada sedikit banyak
oFerniks kaseosa :  tidak ada sedikit banyak
oRambut kepala :  bersih kotor kaptut suksedaneum sefalhema
oFontanela anterior : lunak datar menonjol cekung
Lingkar kepala : 38 cm lain-lain
Mata :  normal kelainan bentuk
Secret berlebihan perdarahan/sekhimosis, lokasi
Seklera ikterik
Muka :  tdk. Tanpak kelainan paralysis,lokasi
Sembab kebiruan ikterik

Hidung : tdk. Tanpak kelainan asimetris lain-lain
Mulut : Mukosa : lembab kering lain-lain
Refleks :
Mencari : kuat lemah tidak ada
Mengisap : kuat lemah tidak ada
Menelan : kuat lemah tidak ada

5. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium : tidak dilakukan
Lain-lain : tidak dilakukan

SUMBER DATA
 Ibu lain-lain : -

CATATAN (hal-hal lain yang perlu dicatat, tetapi belum tercantum di format)

C. Diagnosa atau masalah

Bayi baru lahir umur 1 jam


PERENCANAAN

Nama : Bayi Ny. SP N0. RM : Ruang : PMB Neli Hartati

Umur : 1 jam Tanggal : 12-12-2020 Kelas :

PERENCANAAN RASIONALISASI PARAF

1. Lakukan informed consent 1. Agar memperoleh persetujuan atas


tindakan yang akan kita lakukan
2. Observasi keadaan bayi dan TTV bayi 2. Dengan observasi TTV maka
3. Segera lakukan IMD pada bayi terpantau keadaan bayi
3. Dengan dilakukan nya IMD dapat
merangsang produksi ASI dan
4. Jaga kehangatan bayi
mempercepat proses involusi uteri
5. Beri vit K di paha kiri bayi 4. Agar bayi tidak mengalami
6. Beri imunisasi HB0 di paha kanan bayi
hipotermi
5. Mencegah perdarahan pada otak
1 jam kemudian bayi
7. Enam jam berikutnya ajarkan ibu dan 6. Mencegah penyakit hepatitis
keluarga cara memandikan bayi yang
benar 7. Agar ibu dan keluarga mengetahui
cara memandikan bayi yang benar
8. Beritahu ibu cara perawatan tali pusat

9. Beritahu ibu cara teknik menyusui yang


8. Agar ibu mengetahui cara
benar perawatan tali pusat yang benar
10.Beritahu ibu tanda bahaya BBL 9. Agar ibu mengetahui cara
menyusui yang benar
11.Beritahu ibu program imunisasi
10. Agar ibu mengetahui tanda bahaya
12.dokumentasi pada BBL
11. Agar ibu mengetahui imunisasi
apa saja yang diberikan untuk
bayinya dan kapan saja waktunya
12. Bidan akan memiliki arsip dan
data pasien secara lengkap dan
akurat
TANGGAL CATATAN PELAKSANAAN NAMA &
/ Pkl. PARAF
12-12-2020 1. Melakukan informed consent
03.25 WIB 2. Melakukan observasi bayi dan ttv bayi

3. Segera melakukan imd pada bayi


4. Memberikan injeksi vit k pada paha sebelah kiri bayi ini berguna
untuk mencegah perdarahan otak pada bayi
5. Memberikan vaksin HB O di paha kanan bayi 1 jam setelah vit K
untuk mencegah penyakit hepatitis
6. Menjaga kehangatan tubuh bayi
7. Mengajarkan ibu dan keluarga cara memandikan bayi setelah 6
jam
8. Mengajarkan ibu perawatan tali pusat
9. Mengajarkan ibu teknik menyusui yang benar
10. Mengajarkan ibu tanda bahaya BBL
11. Memberitahu ibu jadwal imunisasi
12. Melakukan pendokumentasian
CATATAN EVALUASI NAMA &
TANGGAL PARAF
/ Pkl.
12-12-2020 1. Informed consent telah dilakukan
03.25 WIB 2. Ibu mengetahui keadaan umum bayi dalam keadaan hangat
3. Bayi sudah diberi IMD
4. Bayi dalam keadaan hangat
5. Bayi telah diberi vit k
6. Bayi telat imunisasi HB 0
7. Ibu mengetahui cara menyusui yang benar
8. Ibu mengetahui tanda bahaya BBL
9. Ibu mengetahui cara perawatan tali pusat
10. ibu mengetahui informasi imunisasi dan jadwal posyandu
11. Dokumentasi telah dilakukan
CATATAN PERKEMBANGAN

NAMA : By. Ny. SP NO RM : PAV :

UMUR : 2 hari TANGGAL : 13-12-2020 KELAS :

Diagnosa : Bayi baru lahir 2 hari

Masalah : tidak ada

SOAP Nama dan


paraf
S O A P
Ibu mengatakan bayinya k/u : baik Bayi baru lahir 2 hari 1. Motivasi ibu untuk tetap menyusui
menyusui dengan kuat nadi : 120x/i bayinya dengan ade kuat
RR : 42x/i 2. Menganjurkan ibu untuk tidak
Suhu : 36,60C memberikan asupan makanan
apapun selain ASI
Anus (+) 3. Motivasi ibu agar tetap menjaga
BAB (+) kehangatan suhu tubuh bayi
BAK (+)
Evaluasi
Ibu mengerti semua penjelasan yang
diberikan oleh petugasss
PENDOKUMENTASIAN
ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA BERENCANA (KB)

Tanggal : 15 Desember 2020 Pukul : 08.30 wib

S : Data Subjek
1. Ibu mengatakan baru melahirkan 4 hari yang lalu
2. Ibu mengatakan tidak mau hamil lagi untuk sementara waktu

O : Data Obyektif
1. Keadaan Umum : Baik
2. TD : 110/80 mmHg
3. RR : 20x/i
4. S : 36,50C
5. TB : 154 cm
6. BB : 60 Kg
7. Ibu menyusui

A ; Asessment
Ibu calon akseptor KB Suntik

Masalah :
- Ibu mengatakan tidak ada keluhan
- Ibu mengatakan masih bingung memilih kontrasepsi

Kebutuhan :
- KIE

125
PERENCANAAN
D
NAMA &
TANGGAL/ DIAGNOSA/
PERENCANAAN PARAF
Pkl. MASALAH
15-12-2020 / Ibu calon akseptor 1. Lakukan informed consent
08.30 Wib KB Suntik Rasionalisasi : agar memperoleh
persetujuan atas tindakan yang akan
dilakukan
2. Lakukan pemeriksaan TTV dan
pemeriksaan fisik pada ibu
3. Rasionalisasi :agar mengetahui
keadaan ibu saat ini.
4. Bantu ibu untuk merencanakan
pemilihan ALKON dengan APBK
5. Jelaskan kembali efek samping dari
KB suntik
6. Rasionalisasi : agar ibu mengetahui
efek samping dari KB suntik dan ibu
tidak khawatir apabila mengalami efek
samping
7. Berikan dukungan emosional pada ibu
dan keluarga
8. Rasionalisasi : agar ibu tidak ragu
akan pilihan jenis kontrasepsinya
9. Buat janji temu untuk pelaksanaan
penyuntikkan KB suntik
10. Rasionalisasi : agar ibu mengetahui
jadwal suntik pasca melahirkan
TANGGAL / CATATAN PELAKSANAAN NAMA &
Pkl. PARAF
1.Melakukan informed consent
15-12-2020 /
2.Melakukan pemeriksaan TTV dan pemeriksaan fisik pada ibu
08.30 Wib
3.Memantu ibu untuk merencanakan
pemilihan ALKON dengan APBK
4.Menjelaskan kembali efek samping dari KB sunti
5.Memberikan dukungan emosional pada ibu dan keluarga
6.Membuat janji temu untuk pelaksanaan penyuntikkan KB
suntik
EVALUASI

TANGGAL / EVALUASI NAMA & s


Pkl. PARAF
1) Ibu telah memilih kontrasepsi KB suntik dan telah membuat janji
15-12-2020 /
temu untuk pelaksanaan penyuntikkan
09.20 Wib

129
BAB IV PEMBAHASAN

A. Kehamilan

1. Pengkajian

Anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan khusus dan pemeriksaan

laboratorium pengkajian secara umum telah dilakukan. Menurut Varney

(2006:27) bahwa langkah pertama adalah mengumpulkan data dasar yang

menyeluruh. Data dasar ini meliputi riwayat, pemeriksaan fisik, melihat catatan

terbaru atau catatan sebelumnya dan melihat data laboratorium serta

membandingkan dengan hasil studi.

Riwayat pengkajian dengan cara anamnesa, yang bertujuan untuk

mendeteksi kompilkasi-komplikasi dan menyiapkan kelahiran dengan

mempelajari keadaan kehamilan dan kelahiran terdahulu serta kesehatan umum

dan kondisi sosial ekonomi. Pengkajian tentang identitas ibu dan suami (nama,

umur, pekerjaan, agama, suku dan alamat) penting dilakukan karena menurut

Hani (2011:87) identifikasi (mengenal) Klien dan menetukan status sosial

ekonomi yang harus kita ketahui, misalnya untuk menentukan anjuran anjuran

apa yang akan diberikan. Umur juga meupakan hal yang penting karena ikut

menetukan prognosis kehamilan. Apabila umur terlalu lanjut atau terlalu tua

maka persalinan lebih banyak resikonya.

Pengkajian tentang keluhan pasien telah dilakukan seperti nyeri punggung,

susah BAB dan sering kencing. Menurut Dewi (2011:151) menanyakan keluhan

pasien bertujuan untuk mengetahui apakah alasan kunjunngan pasien semata-

mata ingin periksa hamil dan keluhan/masalah lain yang dirasakan. Keluhan

130
penting ditanyakan karena dapat membantu untuk mengetahui klien dalam

keadaan normal atau tidak serta mencegah terjadinya komplikasi dann dapat

memberikan penanganan yang sesuai.

Riwayat kehamilan sekarang telah dilakukan pengkajian, masalah pada

hamil muda adalah mual, pinggang sakit, pusing dan masalah pada kehamilan

trimester III yaitu sering kencing, susah BAB dan nyeri punggung. Menurut

Dewi (2011:151) bertujuan untuk menetukan usia kehamilan dengan tepat dan

dapat merencanakan tindakan awal tentang keluhan kehamilun yang basa terjadi

dan dapat mendeteksi adanya komplikasi. Sedangkan pengkajian riwayat

kebidanan yang laku tidak ditemukan masalah. Menurut Dewi (2011:152),

pengkajian riwayat kebidanan yang lalu penting dilakukan karena bertujuan

untuk membantu mengelolah asuhan pada kehamilan ini (konseling khusus, tes,

tindak lanjut, dan rencana persalinan).

Pemeriksaan fisik secara head to toe telah dilakukan. Menurut kuswanti

(2014:141) yang terdiri dari pemeriksaan kepala, muka, mata, leher, dada, dan

pemeriksaan umum yang meliputi keadaan umum, tinggi badan, berat badan

seblum hamil, dan sesudah hamil, LILA dan tanda-tanda vital. Selama

kehamilan Ny. SP mengalami kenaikan berat badan normal adalah 7-10 kg.

Pemeriksaan refleks patella pada kehamilan dilakukan. Menurut Mufdlilah

(2009:21) pemeriksaann refleks patella harus dilakukan untuk mengetahui

apakah ibu kekurangan B1, bila refleks lutut negatif kemungkinan klien

kekurangan B1 menunjukan ada tanda preeklampsi. Pentingnya dilakukan

pemeriksaan reflek patella adalah untuk mendeteksi dini resiko terjadinya

preeklampsi dan mengetahui apakah ibu kekurangan B1 atau tidak.


Selama kehamilan, klien memeriksakan kehamilannya sebanyak 8 kali,

trimester 1 sebanyak 2 kali, trimester II sebanyak 3 kali, dan trimester III

sebanyak 3 kali. Menurut Manuaba (2010:110) program puskesmas yaitu ibu

hamil dianjurkan untuk pemeriksaan antenatal sebanyak 4 kali yaitu 1 kali pada

trimester I dan 2, sedangkan 2 kali pada trimester 3 bermanfaat untuk memantau

dan mengetahui perkembangan dan pertumbuhan janin, kesehatan kebutuhan

gizi, serta mendeteksi dini kelainan/resiko pada ibu dan bayi.

2. Inrterpretasi Data Dasar Untuk Menegakkan Diagnosa Aktual

Diagnosa yang ditegakkan sesuai daftar nomeklatur kebidanan tentang

kehamilan normal. Kehamilan ini dikatakan normal karena usia kehamilan tidak

lewat dari 42 minggu, janin tunggal hidup, intauterin, dan presentasi kepala.

Selama pemeriksaan kehamilan, masalah yang dialami selama kehamilan seperti

sering kencing, susah BAB dan nyeri punggung.

Menurut Ummi Hani (2011:51-56) konstipasi terjadi karena Usus halus

dan usus besar Relaksasi pada usus halus sehingga penyerapan makanan

menjadi lebih maksimal. Relaksasi juga terjadi pada usus besar sehingga

penyerapan air menjadi lebih lama. Peningkatan sensitivitas kandung kemih dan

pada tahap selanjutnya merupakan akibat kompresi pada kandung kemih. Pada

trimester kedua, kandung kemih tertarik keatas dan keluar dari panggul sejati

kearah abdomen. Uretra memanjang sampai 7,5 cm karena kandung kemih

bergeser kearah atas. Kongesti panggul pada masa hamil ditunjukan oleh

hiperemia kandung kemih & uretra. Peningkatan vaskularisasi ini membuat

mukosa kandung kemih mudah luka dan berdarah. Tonus kandung kemih dapat

menurun. Hal ini memungkinkan distensi kandung kemih mencapai 1500 ml.
Pada saat yang sama, pembesaran uterus menekan kandung kemih,menimbulkan

rasa ingin berkemih walaupun kandung kemih hanya terisi sedikit urine.

Lordosis dorsolumbal dapat menyebabkan nyeri akibat tarikan pada saraf

atau kompresi akar saraf. Struktur ligamentum dan otot tulang belakang bagian

tengah dan bawah mendapat tekanan berat sehingga menyebabkan nyeri

punggung.

3. Identifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial

Tidak ada diagnosa potensial pada Ny. SP karena Ny. SP dalam kondisi

fisiologi kehamilan.

4. Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera

Tidak ada penanganan tindakan segera pada Ny. SP karena tidak ada kasus

kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan segera pada masa kehamilan.

5. Menyusun Rencana Asuhan

Berdasarkan diagnosa atau masalah disusun rencana asuhan seperti

informasi tentang hasil pemeriksaan. Menurut saifuddin dkk (2010:44) klien

berhak mendapatkan informasi tentang keadaan kesehatannya. Tanda-tanda

bahaya kehamilan, seperti pendarahan pervagina, sakit kepala yang berat dan

penglihatan kabur.

Menurut Pantikawati (2012:135) yaitu pendarahan pervagina, sakit kepala

yang berat, penglihatan kabur, bengkak diwajah, dan jari-jari tangan, keluar

cairan pervagina, gerakan janin tidak terasa, dan nyeri abdomen yang hebat.

Tanda bahaya kehamilan trimester III ini sangat penting untuk diketahui ibu,

sehinggs ibu mengerti apa yang harus ia lakukan apabila mengalami salah satu

tanda bahaya yang memerlukan penanganan secepatnya, schingga dapat

menyebabkan kematian dan kesakitan pada ibu karena terlambat mendapat


penanganan secepatnya, dan dapat menyababkan peningkatan kematian dan

kesakitan karena terlambat mendapat penanganan.

Anjurkan ibu untuk mengikuti kelas ibu hamil, ibu hamil wajib mengikuti

kelas ibu hamil karena kelas ibu hamil. Menurut Kemenkes (2011:2) bertujuan

memahami tentang kehamilan, perubahan tubuh, dan keluhan selama kehamilan

Ingatkan ibu untuk meminum suplemen yang telah diberikan. Menurut

Kemenkes RI (2015:87) untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil

harus mendapat tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan diberikan

sejak kontak pertama.

Beritahu ibu kunjungan ulang berikutnya, jadwal kunjungan ulang

berikutnya. Bagi ibu dengan kehamilan TM III yang mengalami perkembangan

normal selama kehamilan biasanya dijadwalkan setiap satu minggu usia 36

minggu hingga persalinan (Varney 2006:531).

Jelaskan kepada ibu tentang ketidaknyamanan pada trimester III, menurut

Fraser (2009:213) tentang ketidaknyamanan yang terjadi selama kehamilan

trimester III seperti nyeri ligment dan punggung, sakit kepala, keletihan, varises,

nyeri ulu hati, peningkatan frekuensi berkemih, konstipasi, leukorea, kram

tungkai dan sesak nafas dan cara mengatasinya.

Beritahu ibu tentang tanda-tanda persalinan. Menurut JNPK-KR (2013:37)

seperti penipisan dan pembukaan serviks, kontraksi uterus yang mengakibatkan

perubahan pada serviks (frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit), cairan lendir

lendir bercampur darah ("show") melalui vagina dan kadang ditemui

pengeluaran air ketuban yang terjadi secara spontan (selaput ketuban pecah).

Memberi tahu ibu dan keluarga tentang hal-hal yang harus dipersiapkan

untuk persalinan. Menurut Kuswanti (2014:126) bahwa beberapa hal yamg


harus dipersiapkan untuk persalian adalah biaya dan penentuan, tempat serta

penolongan persalinan, anggota keluarga yang dijadikan sebagai pengambil

keputusan apabila terjadi komplikasi dan butuh rujukan.

Menginformasikan pada ibu tentang ASI eksklusif. Menurut Saifuddin

(2010:376-377) diberi penyuluhan agar termotivasi untuk memberikan ASI

karena keinginan untuk memberikan ASI adalah faktor yang sangat penting

untuk kebersihan menyusui, dan salah satu penyuluhan dan dianjurkan adalah

penyuluhan mngenai pemberian ASI secara eksklusif.

Jelaskan pada ibu bahwa proses kelahiran sudah dekat biasa 2 minggu lebih

cepat dan bisa juga 2 minggu lebih lambat dari taksiran persalinan. Menurut

Varney (2006:525) variasi waktu ovulasi yang bersifat individunini akan

mempengaruhi keakuratan taksiran persainan. Olch karena itu wanita harua

diberitahu bahwa ibu mungkin tidak akan melahirkan pada tanggal yang tepat

sesuai taksiaran persalinan. Sebagian besar wanita melahirkan pada hari ke 10

hingga 14, baik lebih awal maupun lebih lambat dari taksiran partus, dan kisaran

tanggal ini secara fisiologi dianggap normal. Anjurkan ibu melakukan

pemeriksaan USG. Sesuai dengan teori Varney (2006:591) menyatakan bahwa

salah satu indikasi untuk melakukan USG adalah untuk mengevaluasi

pertumbuhan janin.

6. Pelaksanaan

Asuhan Pelaksanaan tindakan dilkukan berdasarkan rencana asuhan yang

telah dibuat sebelumnya, yang sesuai dengan kebutuhan ibu. Menurut Varney

(2007:27) rencana asuhan menyeluruh seperti dilaksaankan secara efesiensi dan

aman.
7. Evaluasi

Asuhan yang diberikan dapat dilaksanakan dan dimengerti, bahkan klien

dapat menjelaskan kembali materi yang dberikan bidan dari perencanan dan

pelaksanaan tindakan. Menurut Varney (2007:28) yang menyatakan bahwa

evaluasi merupakan tindakan untuk memeriksa apakah rencana perawatan yang

dilakukan benar-benar telah mencapai tujuan yaitu memenuhi kebutuhan ibu

seperti yang diidentifikasi dengan masalah diagnos, maupun kebutuhan klien.

B. Persalinan

1. Pengkajian

Pengkajian sudah ada tanda-tanda inpartu seperti nyeri perut bagian bawah

menjalar kepinggang dan keluar lendir bercampur darah. Menurut Manuaba

(2010:196) tanda-tanda inpartu diantaranya adalah adanya rasa sakit oleh adanya

his yang datangg lebih kuat, sering dan teratur. Keluar lendir bercampur darah

(show) yang lebih banyak karena robekan-robekan kecil pada serviks, kadang-

kadang ketuban pecah dengan sendirinya, pada pemeriksaan dalam serviks

mendatar dan pembukaan telah ada.

Kala I persalinan berlangsung 12 jam lebih 30 menit, dihitung dari ibu

merasa mules sampai pembukaan. Menurut JNPK-KR (2013:38) fase laten

berlangsung hampir atau hingga 12 jam dan fase aktif 1 cm perjam (nulipara

atau primigravida) dan 1 cm hingga 2 cm pada multipara. Tidak terjadi

kesenjangan antara teori da praktik, hal ini normal karena dipantau memalui

partograf tidak melewati garis waspada.

Kala II berlangsung 23 menit dari kepala crowing sampai bayi lahir spontan,

menurut Saifudin kala II berlangsung selama 1 jam pada primipara dan 3 jam
pada multipara. Dalam hal ini tidak terjadi kesenjangan hal dikarenakan oleh

beberapa faktor seperti paritas (multipara), his yang adekuat, faktor janin dan

faktor jalan lahir sehingga terjado proses pengeluaran janin yang lebih cepat.

Penatalaksanaan kala III yang dilakukan dengan melakukan manajeme aktif

seperti pemberian oksitosin 10 IU secara IM, melakukan peregangan tali pusat

terkendali dan masase fundus uteri. Plasenta lahir berlangsung 7 menit setelah

bayi lahir. Menurut Saifudin (2006:101) kala III dimulai segera setelah bayinya

lahir sampai lahirnya plasenta, berlangsung tidak lebih dari 30 menit.

Pengkajian pada kala IV tidak terdapat robekan jalan lahir. Tanda-tanda

vital batas normal, tinggi fundus uteri setelah plasenta lahir 2 jari dibawah pusat,

kontraksi baik, kosistensi keras, kandung kemih kosong. Menurut JNPK-KR

(2013:137) selama 2 jam pertama pasca persalinan pantau tanda-tanda vital,

tinggi fundus, kandung kemih, darah yang keluar, kontraksi, dan kandung kemih.

Observasi kala IV dilakukan setiap 15 menit pada 1 jam pertama postpartum.

Sedangkan menurut Saifudin (2006:119) mengatakan perkiraan pengeluaran

darah normal <500 cc.

2. Interpretasi Data Dasar untuk Menegakkan Diagnosa Aktual

Persalinan dimulai dari tahap kala I, II, dan III dengan diagnose G3P2A0.

usia kehamilan aterm, janin tunggal hidup, intrauterine, presentasi kepala

dengan persalinan normal, Hal ini sesuai dengan daftar nomenklatur kebidanan.

Pada kala 1, II, dan III keluhan yang muncul yaitu mules-mules serta keluar

lendir bercampur darah.


3. Identitas Diagnosa atau Masalah Potensional

Tidak ada masalah potensial pada Ny. SP karena masalah yang muncul

seperti nyeri perut bagian bawah menjalar ke pinggang, dan keluar lendir

bercampur darah merupakan tanda-tanda fisiologi persalinan.

4. Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera

Tidak ada penangan tindakan segera pada Ny. SP karena tidak ada kasus

kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan segera selama proses persalinan.

5. Menyusun rencana Asuhan

Berdasarkan diagnosa didapat rencana tindakan yang akan dilakukan seperti

jelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga. Menurut Saifudin (2010:44)

memperoleh pelayanan kesehatan berhak untuk mendapatkan informasi tentang

keadaan kesehatannya. Berika asuhan saying ibu, menurut JNPK-KR (2013:12)

menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan sang ibu, dengan

mengikutsertakan suami dan keluarga selama proses persalinan dan kelahiran

bayi.

Anjurkan ibu untuk tetap makan dan minum. Menurut JNPK-KR (2013:53)

makanan ringan dan asupan cairan yang cukup selama persalinan akan memberi

banyak energi dan mencegah dehidrasi, dehidrasi dapat memperlambat kontraksi

dan membuat kontraksimenjadi tidak teratur dan kurang efektif. Anjurkan pada

ibu untuk tidak menahan BAK/BAB. Menurut JNPK-KR (2013:53) hindari

kandung kemih yang penuh karena berpotensi untuk memperlambat turunnya

janin dan mengganggu kemajuan persalinan. menyebabkan ibu tidak nyaman,

meningkatkan resiko perdarahan pasea persalinan, meningkatkan resiko infeksi

saluran kemih pasca persalinan.


Anjurkan ibu untuk menarik nafas panjang ketika ada his dan istirahat

diantara 2 his serta tidur memiring kekiri. Menurut JNPK-KR (2013:82) tidur

miring kekiri dapat membantu perbaikan posisi oksiput yang melintang untuk

berptitar menjadi posisi oksiput anterior. Siapkan ruangan, alat, dan obat-obatan.

Menurut JNPK-KR (2013:50-51) dimanapun persalina dan kelahiran bayi terjadi,

perlu disiapkan ruangan yang bersih dan hangat, pastikan kelengkapan jenis dan

jumlah alat-alat dan obat-obatan dalam keadaan siap pakai pada setiap

persalinan dan kelahiran bayi.

Pastikan kandung kemih kosong. Menurut JNPK-KR (2013:53) hindari

kandung kemih yang penuh karena berpotensi unruk memperlambat turunnya

janin dan mengganggu kemajuan persalinan, menyebabkan ibu tidak nyaman,

meningkatkan resiko perdarahan pasca persalinan, meningkatkan resiko infeksi

saluran kemih pasca persalinan. Informasikan pada ibu tentang macam-macam

posisi meneran yang nyaman untuk ibu. Menurut JNPK-KR (201380) bantu ibu

nmencari posisi meneran yang paling nyaman dan efektif. Ibu dapat mengubah-

ubah posisi secara teratur karena hal ini dapat membantu kemajuan persalinan.

Observasi keadaan umum ibu, dan tanda-tanda vital dan kemajuan

persalinan dalam partograf. Menurut JNPK-Kr (2013:56) kondidi ibu harus

dinilai dan dicatat secara seksama dalam partograf seperti denyut jantung janin,

frekuensi dan lamanya kontraksi uterus, nadi setiap 30 menit dan pembukaan

serviks, penurunan bagian bawah janin, tekanan darah dan temperatur tubuh

setiap 4 jam.

Pastikan adanya tanda dan gejala kala II. Menurut JNPK-KR (2013:75)

tanda dan gejala kala II seperti merasakan ingin meneran, adanya peningkatan

pada rectum dan vagina, perineum menonjol, vulva-vagina dan sfingter ani dan
membuka serta mengeluarkan lendir bercampur darah. Memakai pelindung diri,

clemek, masker, kacamata, sepatu boat, handscoon. Menurut JNPK-KR

(2013:53) tentang perlindungan diri merupakan penghalang atau bariee antara

penolong dan bahan-bahan yang berpotensi untuk menularkan penyakit.

Meminpin ibu untuk meneran sambil memberi dukungan dan pujian pada

ibu, menolong persalinan kala II melahirkan bayi. Setelah tanpak kepala bayi

dengan diameter 5-6 cm membuka vulva tanan kana menahan perineum dengan

kain bersih dan kering. Tangan kiri menahan puncak kepala bayi untuk menanan

posisi defleksi dan membatu lahirnya kepala.

Anjurkan ibu untuk meneran perlahan atau bernafas sepat dan dangkal.

Setelah kepala bayi lahir dengan lembut, menyeka muka, mulut dan hidung bayı

dengan kain atau kasa yang bersih. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat,

menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.

Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang kepala bayı secara

biparietal. Menganjurkan ibu meneran saat kontraksi berikutnya dengan lembut

menarik kepala bayi kea rah perineum untuk melahirkan bahu anterior dan

mengarahkan ke sympesis untuk melahirkan posterior. Setelah kedua bahu

dilahirkan melakukan sanggah susur hingga seluruh tubuh bayi lahir

menyelipkan jari telunjuk diantara ke 2 tungkai kaki bayi lalu meletakkan diatas

perut ibu.

Penanganan bayi baru lahir melakukan penilaian, apakah bayi menangis

kuat atau bernafas tanpa kesulitan, apakah bayi bergerak kesulita. Keringkan

bayi mulai dari muka, kepala dan bagian lainnya kecuali bagian tangan tanpa

membersihkan verniks. Ganti handuk basah basah dengan handuk atau kain

yang kering. Menurut JNPK-KR (2013:79:88) kala II persalinan.


Memberitahu ibu bahwa bayi sudah lahir, ibu dalam keadaan baik, dan

plasenta akan dilahirkan. Memeriksa fundus untuk memastikan apakah ada janin

kedua atau tidak, melakukan manajemen aktif kala III. Menurut JNPK-KR

(2013:124) tujuann dilakukannya manajemen aktif kala III adalah untuk

menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat mempersingkat

waktu, mencegah perdarahan, dan mngurangi kehilangan darah. Melakuakan

manajemen kala III terdiri dari tiga langkah utama yaitu pemberian oksitosin

dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir, melakukan peregangan tali pusat, dan

masase fudus uteri.

Memberikan suntik oksitosin 10 IU secara IM di 1/3 paha bagian luar.

Menurut JNPK-KR (2013:125) segera melakukan pemberia suntikan oksitosin

10 unit IM pada bagian atas paha bagian luar dalam satu menit pertama bayi

lahir. Oksitosin merangsang fundus uteri untuk bekontraksi dengan kuat dan

efektif sehingga dapat membantu pelepasan plasenta dan mengurangi kehilangan

kehilangan darah.

Melakukan penjepitan dan potongan tali pusat. Menururt JNPK-KR

(2013:89) setelah bayi lahir gunakan klem DTT untuk melakukan penjepitan tan

pusat dengan klem pada sekitar 3 cm dari dinding perut bayi. Dari titik jepitan,

tekan tali pusat dengan 2 jari, kemudian dorong-dorong ii tali pusat kearah ibu,

setelah itu lakukan penjepitan kedua dengan jarak 2 cm dari tempat jepitan

pertama. Pegang tali pusat diantara ke dua klem tersebut, memotong tali pusat

diantara kedua klem tersebut dengan menggunakan gunting steril.

Melakukan inisiasi menyusu dini dengan cara meletakkan bayi diatas dada

ibu secara tangkurap dan kepala bayi berada diantara kedua payudara ibu.

Menurut JNPK-KR (2013:100) melalui pemberian ASI sedini mungkin dan


efektif. Bayi baru lahir harus mendapatkan ASI dalam waktu I jam setelah lahir

untuk membina emosional antar ibu dan bayi. Anjurkan ibu memeluk bayinya

dan mencoba segera menyusukan bayi setelah tali pusat dklem dan dipotong.

Melakukan penegangan tali pusat terkendali. Menurtu JNPK-KR (2013:125)

pergangan tali pusat terkendali dimaksud untuk mengeluarkan plasenta dengan

cara pindahkan klem pada tali pusat sekitar 5-10 cm dari vulva, letakkan tangan

yang lain pada abdomen ibu tepat diatas simfisis pubis. Gunakan tangan ini

untuk meraba kontraksi uterusdan menahan uterus pada saat melakukan

penegangan pda tali pusat, setelah terjadi kontraksi yang sangat kuat tegangkan

tali pusat dengan satu tangan dan tangan yang lain menekan uterus.

Melahirkan plasenta. Menurut JNPK-KR (2013:125) setelah adanya tanda-

tanda pelepasan plasenta yaitu perubahan bentuk dan tinggi uterus, tali pusat

memanjang dan semburan darah mendadak, pada saat plasenta terlihat pada

introitus vagina, lahirkan plasenta dengan mengangkat tali pusat ke atas dan

menopang plasenta dengan tangan lainnya untuk meletakkan dalam wadah.

pegang plasenta dengan kedua tangan dan secara lembut puter plasenta hingga

selaput ketuban terpilin menjadi satu.

Melakukan masase fundus uteri agar tidak terjadi atonia uteri sehingga

uterus berkontraksi (fundus teraba keras) kemudian mengajarkan kepada ibu dan

keluarga untuk melakukan sendiri, masase fundus uterí sudah di lakukan dan

fundus teraba keras. Menurut JNPK-KR (2013:130) segera lakukan masase

fundus uteri stelah plasenta lahir dengan cara letakkan telapak tangan pada

fundus uteri. Periksa uterus setelah 1 hngga 2 menit untuk memastikan uterus

berkontraksi.
Memeriksakan jalan lahir dan robekan. Menurut JNPK-KR (2013:138)

setelah plasenta lahir perhatikan dan temukan penyebab perdarahan dari laserast

atau robekan perineum dan vagiana. Melakukan penjahitan pada luka robeka

pada jalan lahir. Menurut JNPK-KR (2013:151) tujuan menjahit laserasi adalah

untuk menyatuka kembali jaringa tubuh dan mencegah kehilangan darah yang

tidak perlu. Berikan anetesia lokal pada setia ibu yang memerlukan penjahitan

lacerasi atau episotomi.

Membersihkan ibu dari darah dengan menggunakan air DTT dan melakukan

dekontaminasi tempat tidur dengan larutan clorin dan merendam alat- alat bekas

pakai saat pertolongan persalinan dalam larutan 0,5 % selama 10 menit. Menurut

JNPK-KR (2013:139) untuk encegah infeksi setelah persalinan

dikontaminasikan alas plastik, tempat tidur dan matras dengan larutan clorin

0,5% keudian cuci denga deterjen dan bilas dengan air bersi lalu keringkan

dengan air bersih.

Mengobservasi tanda-tanda vital, tinggi fundus uteri, kontraksi uterus,

kandung kemih, dan perdarahan tiap 15 menit pada 1 jam pertama postpartum

dan setia setiap 30 menit pada jam ke 2 post partum. Menurut JNPK-KR

(2013:139) sebagian besar kejadian kesakitan dan kematian ibu yang disebabkan

oleh perdarahan pasca persalian terjadi selama 4 jam pertama setelah kehiran

bayi.oleh karena itu jika pemantau TTV, kontraksi uterus, dan kandung kemih

masih dalam batas normal setelah 2 jam pertama pasca persalinan mungkin ibu

tidak akan mengalami perdarahan pasca persalinan.

Mengajarkan ibu cara masase fundus uteri agar tidak terjadi atonia uteri

yaitu dengan cara meletakkan tepalak tangan di fundus dan melakukan masase

dengan gerakan melingkar dnegan lembut sehingga uterus berkontraksi (fundus


teraba keras) dan beritahu ibu jika fundus teraba lembek kurang baik dan segera

kurang baik, hasilnya ibu dapat melakukan masase fundus uteri. Menurtu JNPK-

KR (2013:130) bahwa segera lakukan masese fundus uteri setelah plasenta lahir.

Memberikan ibu suplemen tambahan yang diberikan seperti, antibiotik 10.

tablet diminum 3x1, ciprofloxadin 10 tablet dimimum 3x1,grafadon 10 tablet

diminum 3x1. Caviplex 10 tab diminum 2x1. Menjelaskan tanda bahaya setelah

bersalin yaitu perdarahan, sakit kepala hebat, kejang, payudara merah dan

bengakak.menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin minimal

setiap 2 jam sekali di kedua payudara secara bergantian, hasilnya ibu berjanji

untuk menyusui anaknya.

Menurut JNPK-KR(2013:101) menjelaskan kepada ibu keuntungan dalam

pemberian ASI ajarkan ibu cara menyusui yang benar, lalu jelaskan kepada ibu

bahwa membatasi lama bayi menyusu akan mengurangi jumlah nutrisi yang

diterima bayi dan akan menurunkan produksi ASI.

6. Pelaksaan Asuhan

Implementasi dilakukan berdasarkan perencanaan asuhan kebidanan

persalinan, pada tahap ini penulis tidak menemukan kesenjangan yang terjadi

antara teori dan hasil studi kasus.

7. Evaluasi

Evaluasi dilakukan berdasarkan tujuan dan hasil pemeriksaan selama

melakukan tindakan. Hasil yang di peroleh adalah hasil pengamatan dan

pemeriksaan. Menurut Varney (2007:28) evaluasi keefektifan dari asuhan yang

sudah di berikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-

benar telah terpenuhi sesuai kebutuhan sebagaimana telah di identifikasi dalam

diagnosa dan masalah. Evaluasi berdasarkan hasil pengamatan pada kasus klien
seperti klein mengetahui hasil pemeriksaan dlam batas normal dan kondisi janin

dlam keadaan baik. Klien mengerti dan mengikuti setiap anjuran dan bimbingan

yang di berikan. Klien mengerti dan dapat menebutkan tentang informasi yang

di berikan seperti tanda-tanda persalinan, posisi dan teknik meneran yang efektif,

menandakan kontraksi tanda bahaya pasca peralinan, pentingnya ASI ekslusif,

mengatur asupan cairan, nutrisi, pola makan dan istirahat yang cukup.

C. Nifas

1. Pengkajian

Data subjektif dilakukan pengkajian tentang keluhan pasien dan apa yang

dirasakan pasien saat ini. Menurut Dewi (2011:87) pengkajian meliputi data

subjektif seperti keluhan yang dirasakan ibu saat ini untuk mengetahui adakah

keluhan ibu dalam pemenuhan kebutuhan masa nifas ibu dan perawatan bayi

sehari-hari.

Secara menyeluruh pemeriksaan fisik dilakukan dan terutama berfokus pada

masa nifas. Menurut Dewi (2011:87) yang terdiri dari pemeriksaan keadaan

umum ibu untuk mengetahui tingkat kesadaran. Pemeriksaan tanda-tanda vital

untuk memastikan tekanan darah, suhu, nadi, dan pernapasan dalam batas

normal. Pemeriksaan payudara ibu seperti pembesaran putting susu, dan

pengeluaran ASI serta adanya peradangan. Pemeriksaan abdonmen untuk

mengtahui tinggi fundus dan kontraksi uterus ibu, kandung kemih, genitalia dan

perineum untuk mengetahui pengeluaran lokia, udema, peradangan, tanda-tanda

infeksi, kebersihan perineum dan hemoroid pada anus, ekstremitas bawah serta

pengkajian psikologis pada ibu.


Pemeriksaan penunjang laboratorium seperti penilaian bemoglobin tidak

dilakukan karena tidak ada indikasi. Menurut Bobak, et al (2005-523) nilai

hemoglobin dan hematokrit seringkali dibutuhkan pada bari pertama pasca

partum untuk mengkaji kehilangan darah pada saat melahirkan. Bila dilakukan

secara lengkap maka seandainya beresiko dapat di deteksi secara dini, maka

semakin lengkap pemeriksaan nifas semakin kecil resiko dan deteksi dini

komplikasi dapat segera diatasi.

Selama masa nifas telah dilakukan kunjungan sebanyak 2 kali. Menurut

Dewi (2011:4) yang mengatakan bahwa pada kebijakan nasional mass nifas

paling sedikit 4 kali kunjungan yang di lakukan Terdapat waktu-waktu khusus

yang diperlakukan untuk kontak selama masa postpartum dengan petugas

kesehatan dalam mengidentifikasi dan masalah responden terhadap kebutuhan

ibu dan adanya komplikasi. Saat-saat penting untuk kontak ibu dala masa

postpartum di tentukan mulai saat kunjungan awal yaitu 2-6 jam postpartum,

kunjungan kedua 2-6 hari postpartum, kunjungan ketiga 2-6 minggu postpartum

dan kunjungan keempat yaitu 6 minggu setelah persalinan. Namun kujungan-

kunjungan tersebut baru terlaksana 2x karena waktu pembuatan laporan belum

sampai pada waktu kunjungan yang sesuai dengan kebijakan nasional.

2. Interprestasi Data Dasar untuk Menegakkan Diagnosa Aktual

Diagnosa yang di tegakkan pada asuhan ini sesuai dengan nomenklatur

kebidanan tentang nifas normal. Semua proses perubahan-perubahan anatomi

dan fisiologi dalam masa nifas ini terjadi sangat jelas dan dianggap normal.

Selama kunjungan nifas, beberapa masalah yang dialami seperti, perutnya masib

terasa mules, mengurangi ketidaknyamanan pada ibu aka penting untuk

mmginformasikan ibu bahwa masa mules yang ibu rasakan meupakan hal wajar
dalam proses involusi uterus. Menurut Maryunani (2009:8) kontraksi uterus

meningkat secara bermakna setelah bayi keluar, yang perkirakan terjadi sebagai

respon terhadap penurunan volume intrauteri yang sangat besar.

ASI kurang lancar, pada hari-hari pertama postpartum, pengeluaran ASI

yang kurang lancar merupakan hal yang wajar. Menurut Maryunani (2009:51)

setelah persalinan kadar esterogen dan progesterogen menurun sedangkan

prolaktin tetap tinggi sehingga merangsang alveoli untuk membuat air susu.

Namun ada beberapa kondisi yang menyebabkan ASI belum keluar pada hari

pertama setelah persalinan seperti kelelahan rasa nyeri dan kecemasan pada ibu.

3. Mengidentifikasi Masalah atau Diagnosa Potensial

Hasil pemeriksaan pada Ny. SP tidak ditemukan masalah potensial karena

Ny. SP dalam kondisi fisiologi masa nifas.


4. Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera

Tidak ada penanganan tindakan segera pada Ny. SP karena tidak ada kasus

kegawat daruratan pada Ny. SP yang memerlukan tindakan segera pada masa

nifas.

5. Menyusun Rencana Asuhan

Berdsarkan diagnosa atau masalah dapat disusun rencanan asuhan seperti

informasi ibu hasil pemerikasaan, Menurut Saifuddin mendapatkan penawaran

maternitas yaitu perempuan yang memperoleh pelayanan kesehatan berhak

untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kesehatannya.

Beritahu ibu tentang perubahan fisiologi masa nifas. Menurut Maryunani

(2009:6) tentang peruubahan fisiologi asa nifas seperti perubahan pada uterus,

kontraksi, pengeluaran lokia, organ otot panggu, perubahan system

kardiovaskuler, perubahan system perkemihan dan gastrointesnital, perubahan

pda sistem endoktrin, dan perubahan berat badan. Beritahu ini tanda-tanda

bahaya masa nifas, seperti perdarahan bertambah banyak, demam lebih dari 2.

hari, keluar cairan berbau, oedema, sakit kepala berat, kejang, payudara merah

dan bengkak. Menurut Maryunani (2009:139) yang mengatakan bahwa ada

beberapa tanda-tanda bahaya yang perlu di perhatikan pada masa nifas ini

seperti demam tinggi, perdarahan yang luar biasa disertai dengan bau yang

busuk, pembengkakan, sakit kepala parah teras mau pingsan, dan payudara

bengkak kemerahan yang disertai dengan demam.

Beritahu ibu untuk melakukan mobilisasi secara bertahap. Menurut Dewi

(2011:102) yang mengatakan bahwa setelah proses persalinan penting bagi ibu

untuk melakukan mobilisasi dini secara bertahap, sistematis, dan kontinu.

Mobilisasi ini penting untuk membatu ibu dalam memperlancar proses involusi
uteri. Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin minimas setiap 2

jam sekali atau setiap bayi menangis di kedua payudara secara bergantian.

Menurut Maryunani (2009:66) tentang pemberian ASI pada bayi minimal 2 jam

sekali atau setiap bayi menangis dikedua susu secara bergantian.

Menginformasikan ibu tentang pemberian ASI eksklusif, menyusukan

bayinya segera setlah lahir sampai 6 bulan tanpa memberikan apapun baik itu air

putih. Menurut maryunani (2009:56) tentang pemberian ASI eksklusif pada 1

jam pertama setelah kelahiran hingga 6 bulan kedepan tanpa adanya makanan

pendampiing lain. Informasikan pada ibu tentang perawatan payudara untuk

memperlancar pengeluaran ASI sedini mungkin. Menurut Dewi (2011:29)

bahwa perawatan payudara dapat di lakukan atas beberapa indikasi seperti

memperlancar ASI atau membantu ibu untuk mengatasi rasa tidak nyamanya

seperti ada kandungan ASI.

Anjurkan ibu untuk beristirahat. Menurut Dewi(2011:101) bawa setelah

melahirkan fisik ibu tentu dalam kondisi yang sangat melelahkan, maka dari itu

istirahat sangat perlu bagi ibu. Jelaskan pada ibu tentang personal hygine,

melakukan perawatan pernineum setelah BAB/BAK dan mengganti pembalut

minimal 3 kali sehari. Menurut Maryunani (2009:135) bahwa ibu tetap di

anjurkan untuk tetap menjaga kebersihan dengan mandi sedikitnya 2 kali sehari,

melakukan perawatan perineum dengan membasuh luka bekas jahitan dengan

benar setelak BAB/BAK dan mengganti pembalut sedikitnya 3 kali sehari.

Informasikan pada tentang rencana penggunaan kontrasepsi pasca salin.

Menurut Saifuddin (2009:129) tentang alat kontrasepsi yang ibu pilih untuk ibu

portpartum seperti IUD, impalan, suntik 3 bulan, mini pil, dan kondom.

Informasikan kepada ibu tentang perawatan bayi. Menurut Maryunani (2009:137)


yang menyatakan bahwa peningkatan informasi ibu tentang kesehatan ibu dan

bayinya sangatlah penting. Hal ini di perlukan agar ibu dapat melakukan asuhan

bayinya mandiridan dapat mengevaluasi secara perkembangan bayinya dengan

baik.

6. Pelaksanaan Asuhan

Pelaksanaan tindakan dilakukan berdasarkan rencana asuhan yang telah di

buat sebelumnya, yang sesuai dengan kebutuhan ibu. Menurut Varney (2007:27)

rencana asuhan menyeluruh seperti dilaksanakan secara efisien dan aman.

Perencanaan ini biasa di lakukan seluruhnya oleh bidan dan sebagian lagi oleh

klien atau oleh anggota tim kesehatan lainnya, dalam melaksanakan pada ibu

nifas disesuaikan dengan kondisi ibu

7. Evaluasi

Seluruh asuhan yang di berikan Ny. SP dapat dilaksanakan dengan di

mengerti, bahkan ibu dapat menjelaskan kembali materi yang di berikan bidan

dari perencanaan dan pelaksanaan tindakan. Menurut Varney (2007:28) evaluasi

merupakan tindakan untuk memeriksa apakah rencana perawatan yang

dilakukan benar-benar telah mencapai tujuan yaitu memenuhi kebutuhan ibu

seperti yang diidentifikasi pada langkah ke dua tentang masalah, diagnosa,

maupun kebutuhan ibu.

D. Bayi Baru Lahir

1. Pengkajian

Pengkajian bayi baru lahir dilakukan secara langsung melalui observasi dan

pemeriksaan fisik. Identifikasi bayi baru lahir telah dilakukan seperti penilaian
kebugaran bayi, apgar skor, menjaga kehangatan suhu tubuh buy. pencegahan

infeksi, perawatan tali pusat, melakukan inisiasi menyusui dimi, pemberian

suntik Vit K, salep mata, dan suntikan Hepatitis B telah dilakukan dan tidak di

temukan adanya masalah. Menurut JNPK-KR (2013:95-106) yang mengatakan

setelah bayi lahir dilakukan observasi dan pemeriksaan fisik, identifikasi bayi

baru lahir dilakukan seperti penilaian kebugaran bayı, apgar skor, menjaga

kehangatan suhu tubuh bayi, pencegahan infeksi, perawatan tali pusat,

melakukan inisisasi menyusui dini, pemberian Vit K, salep mata, dan suntikan

hepatitis B. Memberikan asuhan segera, aman, dan bersih untuk bayı baru lair

merupakan bagian esensial asuhan bayi abru lahir.

Bayi baru lahir dilakukan penghisapan lendir menggunakan suction delay

terdapat kesenjangan dengan teori menurut Saifuddin dkk (2010:369)

penghiapan lendir dari mulut dan hidung bayi, stimulasi bayi dengan mengusap

telapak kaki dan punggung bayi tidak perlu dilakukan bila bayi dapat bernafas

spontan dengan kuat dan menangis. Penghisapan lendir ada baiknya tidak perlu

di lakukan pada bayi batu lahir normal karena karena jika terlalu dalam

memasukkan ujung penghisap lendir dapat mengakibatkan denyut jantung janin

melambat dan henti bernafas.

Inisiasi menyusui dini (IMD) pada bayi Ny. SP dilakukan kurang dari 1 jam,

terdapat kesenjangan pada teori menurut JNPK-KR (2013-103) segera setelah di

lahirkan, bayi diletakkan di dada atau atas perut ibu paling sedikit selama 1 jam

untuk member kesempatan pada bayi mencari dan menemukan putting susu

ibunya. Kemungkinan jika tidak di lakukan IMD akan terjadi perdarahan pasca

salin karena menyusui bayi segera setelah lahir merangsang uterus, mencegah

perdarahan dan membantu mempercepat proses involusi


Penimbangan pada bayi Ny. SP didapat berat 3000 gram, Melakukan

perawatan tali pusat pada Ny. SP dengan menggunakan kassa kering dan steril

tanpa alkohol dan betadin, terdapat kesenjangan dengan treori menurut JNFKE

KR (2013:99) tentang jangan membungkus putung tali pusat atau perut bayi atau

mengoleskan cairan atau bahan apapun ke puntung tali pusat. Dengan

mempertahankan tali pusat dalam keadaan terbuka dapat mempercepat

keringnya tali pusat.

2. Interpretasi Data Dasar untuk Menegakkan diagnosa aktual

Berdasarkan hasil identifikasi bayi baru lahir didapatkan diagnosa neonatus

normal segera menangis setelah lahir cukup bulan sesuai masa kehamilan

dengan daftar nomenklatur. Menurut Saifuddin (2009:133) bayi normal

menangis spontan setelah lahir. Tidak di temukan masalah pada bayi baru lahir.

3. Mengidentifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial

Hasil pemeriksaan pada bayi Ny. SP tidak ditemukan masalah potensial

karena bayi Ny. SP dalam kondisi fisiologi.

4. Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera

Tidak ada penanganan tindakan segera pada By. Ny. SP karena tidak ada

kasus kegawat daruratan pada By. Ny. SP yang memerlukan tindakan segera.

5. Menyusun Rencana Asuhan

Berdasarkan diagnosa By. Ny. SP didapat rencana tindakan yang akan

dilakukan seperti menjelaskan kepada ibu dan suami hasil pemeriksaan bahwa

bayi saat ini dalam keadaan baik. Menurut Saiffudin (2010:44) mendapatkan

berhak untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kesehatannya.

Mengeringkan bayi dengan handuk dan mengganti bedong agar tidak

perawatan maternitas yaitu perempuan yang mmperoleh pelayanan kesehatan


terjadi hipotermi. Menurut JNPK-KR(2013:96) bahwa bayi yang baru lahir

segera dilakukan upaya pencegahan kehilangan panas karena hipotermia mudah

terjadi pada yang tubuhnya dalam keadaan basah atau tidak segera di keringkan

dan diselimuti. Melakukan inisiasi menyusui dini (IMD) menurut JNPK-kk

(2013:100) memulai pemberian ASI sedini mungkin dan eksklusif. Bayi baru

lahir harus mendapatkan ASI dalam waktu 1 jam seteelah lahir untuk membina

emosional antara ibu dan bayi. Anjurkan ibu memeluk bayinya dan mencoba

segera menyusukan bayi setelah tali pusat diklem dan dipotong.

Menimbang berat badan, mengukur panjang badan bayi, lingkar kepala dan

lingkar dada bayi. Menurut JNPK-KR (2013:98) bahwa bayi baru lahir cepat

dan mudah kehilangan panas tubuhnya, maka sebelum melakukan penimbangan

terlebih dahulu selimuti bayi dengan kain. Melakukan perawatan tali pusat

dengan menggunakan kassa kering dan steril tanpa alkohol dan betadin, terdapat

kesenjangan dengan teori menurut JNPK-KR (2013:99) tentang jangan

membungkus putung tali pusat atau perut bayi atau mengoleskan cairan atau

bahan apapun ke putung tali pusat.

Membersihkan mata bayi dan memberikan salep mata, untuk mencegah

terjadinya infeksi pada bayi. Menurut JNPK-KR (2013:105) tentang pencegahan

infeksi dengan memberikan salep mata tetrasiklin 1% diberikan dalam waktu 1

jam setelah melahirkan. Memberikan injeksi vitamin K secara IM dipaha bayi

sebelah kiri (1/3 distal anterior) dan setelah 1 jam injeksi HB0 secara IM dipaha

sebelah kanan (1/3 distal anterior). Menurut JNPK-KR (2013:106) bahwa semua

bayi baru lahir harus diberikan Vitamin K injeksi 1 mg intramascular dipaha

sebelah kiri sesegera mungkin untuk mencegah perdarahan pada bayi baru lahir

akibat defisiensi vitamin K yang dapat dialami oleh sebagian bayi baru lahir.
Imunisasi Hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi Hepatitis B terhadap

bayi, terutama jalur penularan ibu-bayi.

Menginformasikan ibu tentang tanda-tanda bahaya bayi. Menurut Varney

(2008:897) baru lahir seperti bayi lesu, tidak mau menyusu, tidak berkemih 24

mengeluarkan pus, suhu bayi dibawah 36 derajat celcius atau diatas 37 derajat

celcius, dan dan bagian putih mata bayi berwarna tampak kuning, coklat atau

jam pertama, tidak defekasi 48 jam, tali pusat mengeluarkan bau tidak enak atau

persik.

6. Pelaksanaan Asuhan

Implementasi di lakukan berdasarkan perencanaan asuhan bayi baru lahir.

Menurut JNPK-KR (2013:95-98) asuhan segera, aman dan bersih untuk bayi

baru lahir merupakan bagian esensial asuhan bayi baru lahir.

7. Evaluasi

Evaluasi dilakukan berdasarkan tujuan dan hasil pemeriksaan selama

melakukan tindakan. Hasil yang diperoleh adalah hasil pengamatan dani

pemeriksaan. Sesuai dengan langkah-langkah evaluasi menurut Varney (2007:28)

evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan

kebutuhan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai kebutuhan sebagaimana

telah diidentifikasi dalam diagnosa dan masalah. Evaluasi berdasarkan hasil

pengamatan dan pemeriksaan pada bayi Ny. SP dalam batas normal dan kondisi

baik. Bayi Ny. SP telah di berika salep mata, injeksi vitamin K, imunisasi

hepatitis B, imunisasi BCG dan polio. Berdasarkan hasil pemeriksaan dan

penatalaksanaan menurut JNPK-KR (2013:95-97) di dapat hasil fisiologi.


E. Keluarga Berencana

1. Pengkajian

Pengkajian telah di lakukan secara umum melalui anamnesa, pemeriksaan

fisik, pemeriksaan khusus sebelum di lakukan perencanaan kontrasepsi suntik

Menurut Vermey (2006:27) bahwa langkah pertama adalah bulan.

mengumpulkan data dasar yang menyeluruh. Data dasar ini meliputi pengkajian

riwayat, pemeriksaan fisik, meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya

dan meninjau data laboratorium serta membandingkan nya dengan data studi.

Pengkajian riwayat dilakukan dengan penapisan. Menurut Saifuddin (2008)

bahwa tujuan penapisan klien sebelum pemberian suatu metode kontrasepsi

adalah untuk menentukan bahwa calon akseptor dalam keadaan hamil atau tidak,

keadaan yang membutuhkan perhatian khusus dan masalah yang membutuhkan

pengamataan dan pengelolaan lebih lanjut.

Pengkajian riwayat kesehatan pasien dan memberikan konseling tentang

efek samping kontrasepsi suntik 3 bulan perlu dikaji untuk mengetahui apakah

pasien pernah menderita atau menderita suatu penyakit. Menurut Saifuddin dkk

(2011:MK-45) bahwa yang tidak dapat menggunakan kontrasepsi suntikan

progestin hamil atau dicurigai hamil, perdarahan pervaginan yang tidak di

ketahui penyebabnya, tidak dapat menerima efek samping seperti haid, terutama

amenorea, riwayat atau penderita kanker payudara, dan diabetes mellitus disertai

komplikasi. Setelah melakukan konseling, klien membuat keputusan mengenai

pilihan, dalam pengambilan keputusan ini klien memilih kontrasepsi suntik 3

bulan.

Pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik. Menurut Saifuddin dkk

(2011:MK:45) yang boleh menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan adalah usia


reproduksi, ibu sedang menyusui, tekanan darah <1500 mmHg, dan sering lupa

menggunakan pil kontrasepsi.

2. Interpretasi Data Dasar untuk Menegakkan Diagnosa Aktual

Diagnosa yang di tegakkan pada langkah ini sesuai data nomenklatur

kebidanan tentang keluarga berencana. Menurut Masyani (2008:53) metode

kontrasepsi efektif adalah metode yang dalam penggunaannya mempunyai

efektifitas atau tingkat kelangsungan pemaikaian tinggi serta angka kegagalan

rendah bila di bandingkan dengan metode kontrasepsi sederhana. Metode

kontrasepsi efektif ini terdiri dari pil, suntik, AKBK, dan AKDR.

3. Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial

Hasil pemeriksaan pada Ny. SP tidak di temukan masalah potensial karena

Ny. SP dalam kondisi fisiologi calon akseptor keluarga berencana.

4. Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera

Tidak dilakukan tindakan segera atau kolaborasi dengan Ny. SP dengan

tenaga Kesehatan karena tidak ada kegawatdaruratan keluarga berencana untuk

dilakukan tindakan segera pada calon akseptor keluarga berencana.

5. Menyusun Rencana Asuhan

Berdasarkan diagnosa atau masalah yang ditemukan maka penulis

menyusun rencana asuhan seperti informasikan ibu hasil pemeriksaan. Menurut

Saifuddin dkk (2010:44) tentang hak-hak perempuan pada waktu mendapatkan

perawatan maternitas yaitu perempuan yang memperolah pelayanan kesehatan

berhak untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kesehatannya.

Informasikan pada ibu dan suami tentang kontrasepsi perlindungan ganda

(kondom). Menurut APBK (2007:K1) berikan ibu konseling tentang kontrasepsi

perlindungan ganda (kondom) untuk mencegah kehamilan dan IMS termasuk


HIV, sangat efektif digunakan, bisa hanyya kondom dan atau bersama metode

KB lain.

Menginformasikan kepada ibu tentang efek samping kontrasepsi sunti 3

bulan. Menurut saifuddin dkk (2011:MK-44) tentang efek samping suntik3

bulan seperti gangguan siklus haid, permasalahan berat badan, tidak menjamin

perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual, terlambat kembali

kesuburan, dan penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan kekeringan

pada vagina, sakit kepala dan jerawat.

Siapkan alat dan kontrasepsi suntik 3 bulan dan lakukan penyuntikan

suntikan 3 bulan. Menurut APBK (2007:SP5) bahwa setelah ibu sudah siap

untuk memakai suntik 3 bulan siapak tempat, alat dan obat untu penyuntikan,

dan melakukan penyuntikan di bagian bokong setelah itu jangan mengusap area

penyuntikan. Pada tahap ini belum dilakukan karena klien masih dalam masa

nifas hari ke 4, tetapi penulis merencanakan janji temu untuk melakukan

penyuntikkan di hari ke 40 pasca persalinan.

6. Pelaksanaan Asuhan

Pelaksanaan tindakan dilakukan berdasarkan asuhan yang telah disusun

sebelumnya, yang sesuai dengan kebutuhan ibu. Menurut Varney (2007:28)

rencana asuhan dilaksanakan secara efesien dan aman. Perencanaan ini bisa di

lakukan seluruhnya oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien atau oleh anggota

kesehatan lainnya. Dalam melaksanakan pada asuhan keluarga berencana

disesuaikan dengan kondisi ibu. Pada tahap ini belum dilakukan karena klien

masih dalam masa nifas hari ke 4, tetapi penulis merencanakan janji temu untuk

melakukan penyuntikkan di hari ke 40 pasca persalinan.


7. Evaluasi

Asuhan yang di berikan dapat dilaksanakan, bahkan klien dapat

menjelaskan kembali materi yang diberikan dari perencanaan dan pelaksanaan

tindakan. Menurut Varney (2007:28) evaluasi merupakan tindakan untuk

memeriksa apakah rencana perawatan yang di lakukan benar-benar telah

mencapai tujuan seperti memenuhi kebutuhan ibu seperti diidentifikasi pada

langkah kedua tentang masalah, diagnosa maupun kebutuhan ibu.


BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Kehamilan Trimester ke III

a. Pengkajian

Pengkajian kehamilan trimester III, dilakukan melalui anamnesa,

pemeriksaan fisik, pemeriksaan khusus dan pemeriksaan laboraorium sesuai

dengan teori. Frekuensi kunjungan antenatal Ny. SP sudah sesuai dengan

anjuran kunjungan antenatal.

b. Interprestasi Data Dasar/ Analisa Masalah

Diagnosa: G3P2A0H2 hamil 32 minggu janin tunggal hidup, intrauterin,

presentasi kepala

Diagnosa: G3P2A0H2 hamil 38 minggu janin tunggal hidup, intrauterin,

presentasi kepala

c. Masalah Potensial

Tidak ada masalah potensial.

d. Tindakan Segera

Tidak ada kebutuhan tindakan segera Rencana Tindakan

e. Rencana Tindakan

Rencana asuhan pada kehamilan trimester III disusun berdasarkan diagnosa

masalah sesuai dengan kebutuhan klien

f. Pelaksanaan Tindakan

Pada langkah ini penulis melaksanakan semua rencana asuhan dalam masa

kehamilan, yang telah dibuat sebelumnya, sesuai dengan kebutuhan ibu.

g. Evaluasi
Asuhan yang diberikan pada Ny. SP dimulai pada masa kehamilan trimester

III, dapat dilaksanakan dan dimengerti, bahkan dapat dipahami ibu

2. Persalinan

a. Pengkajian

Pengkajian persalinan dilakukan melalui anamnesa, pemeriksaan fisik,

pemeriksaan khusus, dan pemeriksaan laboratorium sesuai dengan teori.

Pengkajian persalinan telah dilakukan sesuai dengan teori karena tidak ada

indikasi kegawatdaruratan dalam persalinan.

b. Interprestasi Data Dasar / Analisa Masalah

1) Diagnosa : Inpartu Kala I Fase aktif

2) Diagnosa : Inpartu kala II

3) Diagnosa : Parturient kala III

4) Diagnosa : Parturient kala IV

c. Masalah Potensial

Tidak ada masalah potensial.

d. Tindakan Segera

Tidak ada kebutuhan tindakan segera

e. Rencana Tindakan

Rencana asuhan pada kehamilan trimester III disusun berdasarkan diagnosa

masalah sesuai dengan kebutuhan klien

f. Pelaksanaan

Tindakan Pada langkah ini penulis melaksanakan semua rencana asuhan

dalam masa persalinan, yang telah dibuat sebelumnya, sesuai dengan

kebutuhan ibu.
Asuhan yang diberikan pada Ny. SP dimulai dari kala 1 persalinan,kalaII dan

kalaIII, dapat dilaksanakan dan dimengerti, bahkan ibu dapat menjelaskan

kembali materi yang diberikan bidan dari perencanaan dan pelaksanaan

tindakan.

3. Nifas

a. Pengkajian

Pengkajian nifas dilakukan melalui anamnesa, pemeriksaan fisik, sesuai

dengan teori

b. Interprestasi Data Dasar/ Analisa

Masalah Diagnosa : Post partum normal 2

jam Diagnosa : Post partum normal hari

ke 2 Diagnosa : Post partum normal hari

ke 4

c. Masalah Potensial

Tidak ada masalah potensial.

d. Tindakan Segera

Tidak ada kebutuhan tindakan segera

e. Rencana Tindakan

Rencama asuhan mifas disusun berdasarkan dingnose masalah sesual dengan

kebutuhan klien

f. Pelaksanaan

Tindakan Pada langkah ini penulis melaksanakan semua rencana asuhan

dalam masa nifas sesuai dengan kebutuhan ibu.


g. Evaluasi

Asuhan yang diberikan pada Ny. SP pada masa nifas, dapat dilakukan dan di

mengerti.

4. Bayi Baru Labir

a. Pengkajian

Pengkajian Bayi baru lahir dilakukan melalui anamnesa, pemeriksaan fisik,

sesuni dengan teori.

b. Interprestasi Data Dasar

Diagnosa: Bayi baru lahir normal 1 jam

c. Masalah Potensial

Tidak ada masalah Potensial

d. Tindakan Segera

Tidak ada kebutuhan tindakan segera

e. Rencana Tindakan

Rencana asuhan pada bayi baru lahir disusun berdasarkan diagnosa masalah

sesuai dengan kebutuhan klien.

f. Pelaksaan Tindakan

Pada langkah ini penulis melaksanakan semua rencana asuhan dalam bayi

baru lahir sesuai dengan kebutuhan ibu.

g. Evaluasi

Asuhan yang diberikan pada bayi Ny. SP sudah dilaksanakan sesuai

kebutuhan
5. Keluarga Berencana

a. Pengkajian

Pengkajian keluarga berencana dilakukan melalui anamnesa, pemeriksaan

fisik, sesuai dengan teori

b. Interprestasi Data Dasar / Analisa Masalah

Diagnosa : Calon Akseptor KB Suntik 3 bulan

c. Masalah Potensial

Tidak ada masalah potensial.

d. Tindakan Segera

Tidak ada kebutuhan tindakan segera

e. Rencana Tindakan

Rencana asuhan keluarga berencana disusun berdasarkan diagnosa masalah

sesuai dengan kebutuhan klien

f. Pelaksanaan

Tindakan Pada langkah ini penulis hanya melaksanakan sebatas perencanaan

pelaksanaan yaitu membuat janji temu pelaksanaan penyuntikan yaitu pada

tanggal 22 Januari 2021.

g. Evaluasi

Asuhan yang diberikan pada Ny. SP pada masa keluarga berencana, dapat

dilakukan dan di mengerti.

B. Saran

1. Bagi Institusi Pendidikan

Poltekkes Kemenkes Jambi Jurusan Kebidanan. Program Studi Diploma IV

Kebidanan Poltekkes Kemenkes Jambi, diharapkan dapat terus mendukung dan


menambah wawasan mahasiswa kebidanan untuk menciptakan berbagai variasi

dalam memberikan asuhan kebidanan.

2. Bagi Puskesmas PMB Neli Bambang

Melengkapi sarana dan prasarana agar pelayanan dapat sesuai dengan standar

kompentensi guna untuk meningkatkan mutu pelayanan kebidanan pada ibu

hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir, dan keluarga berencana.

3. Bagi Penulis.

Meningkatkan pengalaman dan wawasan dalam melakukan asuhan studi kasus

dapat memahami tentang asuhan kebidanan secara serta berkesinambungan

(continuity of care) pada ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir dan keluarga

berencana.

Anda mungkin juga menyukai