Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perdarahan post partum primer adalah perdarahan yang terjadi 24 jam
pertama, penyebab utama perdarahan post partum primer adalah atonis,
retensio placenta, sisa plasenta, dan robekan jalan lahir terbanyak dalam 2
jam post partum.
Perdarahan post partum yang disebabkan oleh atonia uteri atau sisa
placenta sering berlangsung sangat banyak dan cepat. Renjatan karena
perdarahan banyak segera akan disusul dengan kematian maternal, jika
masalah ini tidak dapat diatasi secara cepat dan tepat oleh tenaga yang
terampil dan fasilitas pelayanan kesehatan yang memadai (Sarwono
Prawirohardjo, 2002).
Seperti dikatakan oleh Tadjuluddin (1965) : “Perdarahan post partum
masih merupakan ancaman yang tidak terduga, walaupun dengan pengawasan
yang sebaik-baiknya, perdarahan post partum masih merupakan salah satu
penyebab kematian ibu yang penting”. Sebaliknya menurut pendapat para ahli
kebidanan modern : “Perdarahan post partum tidak perlu membawa kematian
pada ibu bersalin”.
Pendapat ini memang benar bila kesadaran masyarakat tentang hal ini
sudah tinggi dan dalam klinik tersedia banyak darah dan cairan serta fasilitas
lainnya. Dalam masyarakat kita masih besar anggapan bahwa darahnya
adalah merupakan hidupnya, karena itu mereka menolak menyumbangkan
darahnya, walaupun untuk menolong jiwa istri dan keluarganya sendiri.
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan kedokteran diharapkan
kematian maternal akibat perdarahan post partum dapat lebih ditekan terlebih
ditunjang oleh tenaga kesehatan yang profesional, terampil dan fasilitas
pelayanan kesehatan yang memadai.
Sectio Caesarea adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat
diatas 500 gram, melalui sayatan pada dinding uterus yang masih utuh

1
2

(intact). Istilah dalam sectio caesarea adalah primer, sekunder, ulang,


histerektomi. Penyebab dilakukan sectio caesarea diantaranya faktor janin,
faktor ibu, riwayat persalinan sebelum dioperasi, faktor hambatan jalan lahir,
kelainan kontraksi rahim, ketuban pecah dini, rasa takut persalinan. Indikasi
Sectio Caesarea antara lain adalah disproporsi kepala panggul (CPD),
disfungsi uterus, distosia, janin besar, gawat janin, kelainan letak, eklampsia,
hipertensi pernah Sectio Caesarea sebelumnya, persalinan lama, ruptura uteri
iminens, perdarahan antepartum ( Setyowati, 2012). Peran bidan pada pasien
post operasi section caesaria (SC) diarahkan untuk mengembalikan fungsi
fisiologis pada seluruh system secara normal, dapat beristirahat dan
memperoleh rasa nyaman, meningkatkan konsep diri, serta tidak terjadi
infeksi pada luka post operasi. Salah satu upaya untuk mencegah timbulnya
komplikasi dan mengembalikan fungsi fisiologis tubuh dapat diakukan
dengan mobilisasi dini.
Dalam periode sekarang ini asuhan masa nifas sangat diperlukan karena
merupakan masa kritis baik ibu maupun bayi. Diperkirakan 60% kematian ibu
akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas
terjadidalam 24 jam pertama (Prawirohardjo, 2005)
Adapun rincian penyebab langsung kematian ibu di Provinsi Kalimantan
Tengah tahun 2015 sebagai berikut : 44 kasus (55%) Perdarahan, Lain - lain,
12 kasus (15%), Gangguan Sistem Peredaran Darah (Jantung, Stroke) 10
kasus (13%), Hipertensi Dalam Kehamilan, 9 kasus (13%), Infeksi 4 kasus
(5%) dan Gangguan Metabolik 1 kasus (1%).
Sehubungan dengan hal diatas dan karena salah satu penyebab angka
kematian ibu adalah perdarahan serta didukung dengan adanya kasus
perdarahan di lahan praktik, maka penulis bermaksud untuk mempelajari
lebih lanjut kasus perdarahan pada ibu nifas. Maka dari itu penulis tertarik
untuk mengkaji Asuhan Kebidanan Patologis Pada Ibu Nifas Terhadap Ny. M
umur 32 tahun dengan perdarahan di RSUD Dr. Murjani Sampit 2017.
3

B. Batasan Masalah
Dalam penulisan laporan ini, penulis membatasi dalam hal
penerapan manajemen kebidanan pada Ny. M umur 32 tahun dengan
perdarahan di Ruang Seruni RSUD Dr. Murjani sampit tanggal 03 Agustus
2017.

C. Tujuan penulis
1. Tujuan umum
Mampu mendeteksi sedini mungkin masalah atau komplikasi yang
mungkin terjadi pada ibu nifas.

2. Tujuan Khusus
a. Mampu melaksanakan pengkajian data pada ibu nifas
b. Mampu merumuskan diagnosa kebidanan pada ibu nifas
c. Mampu mengidentifikasi masalah potensial yang mungkin terjadi
pada ibu nifas
d. Mampu mengidentifikasi perlunya tindakan segera secara mandiri,
kolaborasi, dan rujukan pada ibu nifas
e. Mampu merencanakan asuhan yang efektif berdasarkan kebutuhan
pada ibu nifas
f. Mampu melaksanakn asuhan secara efisien dan aman pada ibu nifas
g. Mampu mengevaluasi hasil asuhan yang telah diberikan pada ibu nifas

D. Manfaat Penulisan
a. Bagi institusi pelayanan
Dapat meningkatkan keterampilan dan pengetahuan dalam
proses manajemen asuhan pada ibu nifas sesuai dengan standar
profesi.
b. Bagi institusi pendidikan
4

Laporan ini dapat dijadikan bahan masukan dalam peningkatan


dan pengembangan kurikulum pendidikan Akademi Kebidanan
Muhammadiyah Kotim.

c. Bagi Mahasiswa
Dapat mengembangkan kemampuan berfikir dalam menemukan
masalah dan mencari pemecahan masalah tersebut, serta memberikan
pelayanan bermutu dan sesuai dengan standar kebidanan pada ibu
nifas.

Anda mungkin juga menyukai