Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN PRANIKAH PADA NN “S” DIPUSKESMAS


MAKKASAU KOTA MAKASSAR

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Asuhan Kebidanan


Holistik Pada Persalinan

Oleh
WENNI
PO715211211040

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


JURUSAN KEBIDANAN POTEKKES KEMENKES MAKASSAR
2021
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Pendahuluan

ASUHAN KEBIDANAN PRANIKAH PADA NN “S” DIPUSKESMAS


MAKKASAU KOTA MAKASSAR

Oleh:
WENNI
PO715211211040

Menyetujui

Pembimbing Institusi
Andi Syintha Ida, S.ST, SKM, M. Kes (…………………….)
NIP. 19770603 200212 2 003

Pembimbing Lahan
Andi Nurhasmayanti,SST,M.Kes (…………………….)
NIP.19861104 20090 1 200

Mengetahui
Ketua Program Studi pendidikan profesi bidan

Hj. Sitti Mukarramah, S.ST., M.Keb


NIP. 19800430 200312 2 002

ii
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim..
Pertama-tama penulis panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang
Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan ini dengan judul
“Asuhan Kebidanan Pra Nikah pada Nn “S” Di Puskesma Makkasau Makassar”
tepat pada waktunya. Tak lupa pula penulis kirimkan salam dan sholawat kepada
Nabi Muhammad SAW. yang telah menggulung tikar kemaksiatan dan telah
membentangkan permadani-permadani kebahagiaan untuk para umatnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada ibu
Andi Syintha Ida, S.ST., SKM, M. Kes selaku pembimbing institusi dan ibu Andi
Nurhasmayanti,S.ST.,M.Kes selaku pembimbing lahan yang telah banyak
memberikan arahan dan juga saran yang membangun guna menyempurnakan
laporan ini.
Wassalamuaikum Wr.Wb.

Makassar, September 2021

Wenni

iii
DAFTAR ISI

LAPORAN PENDAHULUAN................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................ii

KATA PENGANTAR............................................................................................iii

DAFTAR ISI...........................................................................................................iv

BAB I TINJAUAN TEORI......................................................................................5

A. Pengertian Pendidikan PraNikah...............................................................5

B. Tujuan Asuhan Pranikahperubahan Pada Sistem Pernapasan...................6

C. Kesiapan Menikah (Kertamuda, 2009)....................................................6

D. Pelayanan Kesehatan Pranikah..................................................................7

BAB II TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN.......................................16

A. Pengkajian Data Subjektif.......................................................................16

B. Pengkajian Data Objectif.........................................................................16

C Assasment................................................................................................17

D Penatalaksanaan.......................................................................................17

TINJAUAN KASUS..............................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................22

iv
BAB I

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Pendidikan PraNikah

Menurut George F. Kneller sebagaimana yang dikutip oleh Helmawati dalam

bukunya yang berjudul “Pendidikan Keluarga; Teoritis dan Praktis” memberikan

penjelasan mengenai pendidikan dalam arti secara luas dan secara sempit. Pendidikan

dalam arti luas dijelaskan sebagai suatu tindakan dan pengalaman seseorang yang

dapat mempengaruhi perkembangan kemampuan jiwa, fisik serta wataknya. Adapun

pendidikan dalam arti sempit menurut George ialah sebuah proses mengubah

(mentransformasi) pengetahuan, nilai, serta keterampilan dari suatu generasi ke

generasi setelahnya yang diwariskan oleh masyarakat melalui lembaga pendidikan

baik formal maupun nonformal seperti sekolah, perguruan tinggi dan sebagainya

(Kertamuda, 2009).

Pra nikah tersusun dari dua kata yaitu “pra” dan “nikah”, kata “pra”

sebagaimana yang tercantum di dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia” ialah sebuah

awalan yang memiliki makna “sebelum”. Sedangkan kata “nikah” diartikan di dalam

“Kamus Besar Bahasa Indonesia” ialah sebagai sebuah ikatan atau perjanjian (akad)

perkawinan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan yang dilaksanakan sesuai

dengan ketentuan hokum Negara dan agama. Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun

1974 tentang perkawinan, perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria

dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga

(rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa

dengan batas usia 19 tahun untuk laki-laki dan 16 tahun untuk perempuan.

Akan tetapi, berdasarkan UU No. 35 tahun 2014 tentang perubahan atas UU

No. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, usia kurang dari 18 tahun masih
5
tergolong anak-anak. Oleh karena itu, BKKBN memberikan batasan usia pernikahan

21 tahun bagi perempuan dan 25 tahun untuk pria. Selain itu, umur ideal yang matang

secara biologis dan psikologis adalah 20 – 25 tahun bagi wanita dan umur 25 – 30

tahun bagi pria (BKKBN, 2017). Sedangkan, pasangan yang akan melangsungkan

pernikahan/akad perkawinan disebut calon pengantin (Setiawan, 2017).

B. Tujuan Asuhan Pranikahperubahan Pada Sistem Pernapasan

Menurut Kemenkes (2014), penyelenggaraan pelayanan kesehatan masa sebelum

hamil (prakonsepsi) atau pranikah bertujuan untuk:

a. Menjamin kesehatan ibu sehingga mampu melahirkan generasi yang sehat dan

berkualitas;

b. Mengurangi angka kesakitan dan angka kematian ibu dan bayi baru lahir;

c. Menjamin tercapainya kualitas hidup dan pemenuhan hak-hak reproduksi; dan

d. Mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru

lahir yang bermutu, aman, dan bermanfaat sesuai dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi,

C. Kesiapan Menikah (Kertamuda, 2009)

Upaya yang dapat dilakukan seorang individu untuk mencapai tujuan yang telah

dirumuskan dengan baik adalah dengan melakukan perencanaan dan persiapan. Begitu

pula dalam menyongsong kehidupan pernikahan yang bahagia, akan ada begitu banyak

hal yang harus dipersiapkan oleh seorang calon mempelai baik laki- laki maupun

perempuan. Hasil akhir dari persiapan ini diharapkan mampu menumbuhkan kesiapan,

sehingga pernikahan yang akan dibangun dapat berjalan dengan baik serta tanpa ada

kendala yang berarti. Beberapa kesiapan yang harus dimiliki oleh kedua calon

pengantin diantaranya yaitu; kesiapan fisik, kesiapan mental, dan kesiapan ekonomi.

6
Ketiga hal ini umumnya menjadi pemicu sebuah ketakutan bagi orang-orang yang

hendak memasuki jenjang pernikahan.

D. Pelayanan Kesehatan Pranikah

Pelayanan kesehatan sebelum hamil di Indonesia telah diatur dalam Peraturan

Menteri Kesehatan (PMK No. 97 tahun 2014) dan telah tertulis dalam buku saku

kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon pengantin maupun bagi penyuluhnya yang

dikeluarkan oleh Kemenkes RI. Pemerintah baik daerah provinsi maupun

kabupaten/kota telah menjamin ketersediaan sumber daya kesehatan, sarana, prasarana,

dan penyelenggaraan pelayanan kesehatan sebelum hamil sesuai standar yang telah

ditentukan. Di Surabaya telah diatur dalam Surat Edaran Walikota Surabaya perihal

Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS), beberapa kegiatan program

pendampingan 1000 HPK yang berkaitan dengan pranikah adalah dengan pemeriksaan

kesehatan calon pengantin meliputi pemeriksaan fisik dan laboratorium, serta

penyuluhan kesehatan reproduksi calon pengantin.

Pelayanan kesehatan masa sebelum hamil dilakukan untuk mempersiapkan

perempuan dalam menjalani kehamilan dan persalinan yang sehat dan selamat serta

memperoleh bayi yang sehat. Pelayanan kesehatan masa sebelum hami sebagaimana

yang dimaksud dilakukan pada remaja, calon pengantin, dan pasangan usia subur

(PMK No. 97 tahun 2014). Menurut Kemernkes (2015) dan PMK No. 97 tahun 2014,

kegiatan pelayanan kesehatan masa sebelum hamil atau persiapan pranikah

sebagaimana yang dimaksud meliputi:

1. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang dilakukan minimal meliputi pemeriksaan tanda vital

(tekanan darah, suhu, nadi, dan laju nafas) dan pemeriksaan status gizi

(menanggulangi masalah kurang energi kronis (KEK) dan pemeriksaan status


7
anemia). Penilaian status gizi seseorang dapat ditentukan dengan menghitung

Indeks Masa Tubuh (IMT) berdasarkan PMK RI Nomor 41 Tahun 2014 tentang

Pedoman Gizi Seimbang, sebagai berikut:

IMT = BB (kg) [TB (m)]2

Keterangan:

BB = Berat Badan (kg) TB = Tinggi Badan (m)

Dari hasil perhitungan tersebut dapat diklasifikasikan status gizinya sebagai

berikut:

Kategori IMT
Kekurangan berat badan
< 17,0
tingkat berat
Kurus
Kekurangan berat badan
17,0 – 18,4
tingkat ringan
Normal 18,5 – 25,0
Kelebihan berat badan
25,1 – 27,0
tingkat ringan
Gemuk
Kekurangan berat badan
> 27,0
tingkat berat
Sumber: Depkes, 2011; Supariasa, dkk, 2014.

Jika seseorang termasuk kategori :

a. IMT < 17,0: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan kekurangan berat

badan tingkat berat atau Kurang Energi Kronis (KEK) berat.

b. IMT 17,0 – 18,4: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan kekurangan berat

badan tingkat ringan atau KEK ringan (Depkes, 2011).

Menurut Supariasa, dkk (2014), pengukuran LLA pada kelompok Wanita

Usia Subur (usia 15 – 45 tahun) adalah salah satu deteksi dini yang mudah untuk

mengetahui kelompok berisiko Kekurangan Energi Kronis (KEK). Ambang batas

8
LLA WUS dengan risiko KEK di Indonesia adalah 23,5 cm. Apabila LLA < 23,5

cm atau dibagian merah pita LLA, artinya wanita tersebut mempunyai risiko KEK,

dan diperkirakan akan melahirkan berat bayi lahir rendah (BBLR), BBLR

mempunyai risiko kematian, gizi kurang, gangguan pertumbuhan, dan

perkembangan anak (Supariasa, dkk, 2014).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Pramantya (2012) memberikan hasil

bahwa terdapat pengaruh dari citra tubuh terhadap asupan makan yang

menyebabkan terciptanya hubungan yang berkebalikan antara asupan makan dengan

status gizi. Hal ini didukung oleh data yang menunjukkan bahwa pada kelompok

subjek yang tidak puas, rata-rata asupan makannya lebih rendah dibandingkan

dengan kelompok subjek yang puas. Responden yang tidak puas terhadap citra

tubuhnya cenderung memiliki status gizi lebih, sehingga pada kelompok subjek

dengan status gizi lebih rata-rata asupan makannya malah cenderung lebih rendah.

Pengambilan data mengenai citra tubuh dan asupan makan memiliki kerangka

waktu (time frame) yang sama yaitu dalam 1 bulan terakhir, sehingga pengaruh

faktor pencitraan tubuh terhadap asupan makan dapat terjadi. Untuk itu sebagai

tenaga kesehatan sebaiknya menekankan pentingnya status gizi yang baik untuk

mempersiapkan kehamilan di masa yang akan datang.

datang

2. Pemeriksaan Penunjang

Pelayanan kesehatan yang dilakukan berdasarkan indikasi medis, terdiri atas

pemeriksaan darah rutin, darah yang dianjurkan, dan pemeriksaan urin yang

diuraikan sebagai berikut (Kemenkes, 2015):

a) Pemeriksaan darah rutin

Meliputi pemeriksaan hemoglobin dan golongan darah. Pemeriksaan


9
hemoglobin untuk mengetahaui status anemia seseorang. Anemia

didefinisikan sebagai berkurangnya satu atau lebih parameter sel darah merah:

konsentrasi hemoglobin, hematokrit atau jumlah sel darah merah. Menurut

kriteria WHO anemia adalah kadar hemoglobin di bawah 13 g% pada pria dan

di bawah 12 g% pada wanita. Berdasarkan kriteria WHO yang direvisi/

kriteria National Cancer Institute, anemia adalah kadar hemoglobin di bawah

14 g% pada pria dan di bawah 12 g% pada wanita. Kriteria ini digunakan

untuk evaluasi anemia pada penderita dengan keganasan. Anemia merupakan

tanda adanya penyakit. Anemia selalu merupakan keadaan tidak normal dan

harus dicari penyebabnya (Oehadian, 2012). Anemia defisiensi zat besi dan

asam folat merupakan salah satu masalah masalah kesehatan gizi utama di

Asia Tenggara, termasuk di Indonesia (Ringoringo, 2009). Saat ini program

nasional menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam folat

untuk profilaksis anemia (Fatimah, 2011).

b) Pemeriksaan darah yang dianjurkan

Meliputi gula darah sewaktu, skrining thalassemia, malaria (daerah

endemis), hepatitis B, hepatitis C, TORCH (Toxoplasma, rubella,

ciromegalovirus, dan herpes simpleks), IMS (sifilis), dan HIV, serta

pemeriksaan lainnya sesuai dengan indikasi.

c) Pemeriksaan urin rutin

Urinalissis atau tes urin rutin digunakan untuk mengetahui fungsi

ginjal dan mengetahui adanya infeksi pada ginjal atau saluran kemih.

3, Pemberian Imunisasi

Pemberian imunisasi dilakukan dalam upaya pencegahan dan perlindungan

terhadap penyakit tetanus, sehingga akan memiliki kekebalan seumur hidup untuk
10
melindungi ibu dan bayi terhadap penyakit tetanus. Pemberian imunisasi tetanus

toxoid (TT) dilakukan untuk mencapai status T5 hasil pemberian imunisasi dasar

dan lanjutan. Status T5 sebagaimana dimaksud ditujukkan agar wanita usia subur

memiliki kekebalan penuh. Dalam hal status imunisasi belum mencapai status T5

saat pemberian imunisasi dasar dan lanjutan, maka pemberian imunisasi tetanus

toxoid dapat dilakukan saat yang bersangkutan menjadi calon pengantin.

Tabel 1.2 Perlindungan Status Imunisasi TT

Status TT Interval Pemberian Lama Perlindungan


TT 1 Langkah awal
pembentukan
kekebalan tubuh
terhadap penyakit
Tetanus
TT II 4 minggu setelah TT 1 3 tahun
TT III 6 bulan setelah TT II 5 tahun
TT IV 1 tahun setelah TT III 10
tahun
TT V 1 tahun setelah TT IV > 25 tahun *)
Sumber: Kemenkes, 2017.

*) Yang dimaksud dengan masa perlindungan > 25 tahun adalah apabila telah

mendapatkan imunisasi TT lengkap mulai dari TT 1 sampai TT 5.

4. Suplementasi gizi

Peningkatan status gizi calon pengantin terutama perempuan melalui

penanggulangan KEK (Kekurangan Energi Kronis) dan anemia gizi besi, serta

defisiensi asam folat. Dilaksanakan dalam bentuk pemberian edukasi gizi

seimbang dan tablet tambah darah.

5. Konseling/Konsultasi kesehatan pranikah

Konseling pranikah dikenal dengan sebutan pendidikan pranikah, konseling

11
edukatif pranikah, terapi pranikah, maupun program persiapan pernikahan.

Konseling pranikah merupakan suatu proses konseling yang diberikan kepada

kesehatan reproduksi untuk menjalankan proses fungsi perilaku reproduksi yang

sehat dan aman.

Calon pasangan untuk mengenal, memahami dan menerima agar mereka

siap secara lahir dan batin sebelum memutuskan untuk menempuh suatu

perkawinan (Triningtyas, dkk, 2017). Tujuannya agar mereka dapat berkembang

dan mampu memecahkan masalah yang dihadapinya melalui cara-cara yang saling

menghargai, toleransi, dan komunikasi, agar dapat tercapai motivasi berkeluarga,

perkembangan, kemandirian, dan kesejahteraan seluruh anggota keluarganya

(Willis, 2009).

Bimbingan konseling pra nikah mempunyai objek yaitu calon pasangan

suami istri dan anggota keluarga calon suami istri. Calon suami istri atau lebih

tepatnya pasangan laki-laki dan perempuan yang dalam perkembangan hidupnya

baik secara fisik maupun psikis sudah siap dan sepakat untuk menjalin hubungan

ke jenjang yang lebih serius (pernikahan). Anggota keluarga calon suami istri

yaitu individu- individu yang mempunyai hubungan keluarga dekat, baik dari

pihak suami maupun istri (Zulaekha, 2013).

Menurut Kemenkes (2015), informasi pranikah yang dibutuhkan sebelum

memasuki jenjang pernikahan meliputi:

a) Kesehatan reproduksi

Kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat secara fisik, mental, dan sosial

secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang

berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi. Catin perlu

12
mengetahui mengetahui informasi Kesehatan reproduksi untuk menjalankan

proses fungsi perilaku reproduksi yang sehat dan aman.

Catin perempuan akan menjadi calon ibu yang harus mempersiapkan

kehamilannya agar dapat melahirkan anak yang sehat dan berkualitas. Catin

laki- laki akan menjadi calon ayah yang harus memiliki kesehatan yang baik

dan berpartisipasi dalam perencanaan keluarga, seperti menggunakan alat

kontrasepsi serta mendukung kehamilan dan persalinan yang aman. Laki-laki

dan perempuan mempunyai risiko masalah kesehatan reproduksi terhadap

penularan penyakit.

b) Hak dan kesehatan reproduksi seksual

Hak asasi manusia yang dimiliki oleh setiap laki-laki dan perempuan yang

berkaitan dengan kehidupan reproduksinya. Hak inii menjamin setiap pasangan

dan individu untuk memutuskan secara bebas dan bertanggung jawab mengenai

jumlah, jarak, dan waktu memiliki anak serta untuk memperoleh informasi

kesehatan reproduksi. Informasi yang perlu diketahui antara lain:

1) Kesehatan reproduksi, permasalahan, dan cara mengatasinya.

2) Penyakit menular seksual, agar perempuan dan laki-laki terlindung dari

infeksi meular seksual (IMS), HIV – AIDS, dan infeksi saluran

reproduksi (ISR), serta memahamicara penularannya, upaya pencegahan,

dan pengobatan.

3) Pelayanan Keluarga Berencana (KB) yang aman, efektif, terjangkau,

dapat diterima, sesuai dengan pilihan, dan tanpa paksaan serta

mengetahui dan memahami efek samping dan komplikasi dari masing-

masinng alat dan obat kontrasepsi.

4) Catin laki-laki dan perempuan berhak mendapatkan pelayanan kesehatan


13
reproduksi yang dibutuhkan. Catin perempuan berhak mendapatkan

pelayanan kesehatan reproduksi yang dibutuhkan agar sehat dan selamat

dalam menjalani kehamilan, persalinan, nifas, serta memperoleh bayi

yang sehat.

5) Hubungan suami istri harus didasari rasa cinta dan kasih sayang, saling

menghargai dan menghormati pasangangan, serta dilakukan dalam

kondisi dan waktu yang diinginkan bersama tanpa unsur pemaksaan,

ancaman, dan kekerasan.

Perilaku yang harus dihindari dalam aktivitas seksual antara lain:

1) Melakukan hubungan seksual pada saat menstruasi dan masa nifas

2) Melakukan hubungan seksual melalui dubur dan mulut karena

berisiko dalam penularan penyakit dan merusakorgan reproduksi.

c) Kesetaraan gender dalam kesehatan reproduksi

Gender adalah pembagian dalam peran kedudukan dan tugas antara laki-

laki dan perempuan yang ditetapkan oleh masyarakat berdasarkan sifat laki-laki

dan perempuan yang dianggap pantas sesuai norma, adat istiadat, kepercayaan

atau kebiasaan masyarakat. Kesetaraan gender adalah suatu dan kondisi

(kualitas hidup) adalah sama, laki-laki dan perempuan bebas mengembangkan

kemampuan personil mereka dan membuat pilihan-pilihan tanpa dibatasi oleh

stereotip, peran gender yang kaku. Penerapan kesetaraan gender dalam

pernikahan:

1) Pernikahan yang ideal dapat terjadi ketika perempuan dan laki- laki

dapat saling menghormati dan menghargai satu sama lain, misalnya:

2) Dalam mengambil keputusan dalam rumah tangga dilakukan secara

bersama dan tidak memaksakan ego masing-masing


14
3) Suami-istri saling membantu dalam pekerjaan rumah tangga,

pengasuhan, dan pendidikan anak.

4) Kehamilan merupakan tanggung jawab bersama laki-laki dan

perempuan.

5) Laki-laki mendukung terlaksananya pemberian ASI eksklusif

6) Pernikahan yang bahagia harus terbebas dari hal-hal di bawah ini:

• Kekerasan secara fisik (memukul, menampar, menjambak rambut,

menyudut dengan rokok, melukai, dan lain-lain)

• Kekerasan secara psikis (selingkuh, menghina, komentar- komentar

yang merendahkan, membentak, mengancam, dan lain-lain)

• Kekerasan seksual

• Penelantaran rumah tangga.

d) Cara merawat organ reproduksi

Untuk menjaga kesehatn dan fungsi organ reproduksi perlu dilakukan

perawatan baik pada laki-laki dan perempuan, antara lain:

1) Pakaian dalam diganti minimal 2 kali sehari.

2) Menggunakan pakaian dalam yang menyerap keringat dan cairan.

3) Bersihkan organ kelamin sampai bersih dan kering.

4) Menggunakan celana yang tidak ketat

5) Membersihkan organ kelamin setelah BAK dan BAB.

15
BAB II

TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN

A. Pengkajian Data Subjektif

Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan secara lengkap dan akurat dari berbagai

sumber yang berkaitan dengan kondisi klien secara keseluruhan. Untuk memperoleh

data dilakukan dengan cara:

Data subjektif / anamnesa.

1. Indentitas Data Dasar

Meliputi Nama, Umur, Status Pernikahan,, suku, agama, Pendidikan, peekerjaan,

dan alamat.

2. Riwayat Menstruasi

3. Riwayat Kesehatan yang lalu

4. Riwayat Pemenuhan Kebutuhan Dasar

5. Riwayat Psikososial Budaya

B. Pengkajian Data Objectif

1. Keadaan Umum : Bagaimana Keadaan Calon Pengantin

2. Tanda-tanda Vital, Meliputi :

Tekanan Darah : untuk mengetahui tekanan darah catin

Nadi : untuk mengetahui nadi dari catin

Pernapasan : untuk mengetahui pernapasan dari catin

Suhu : untuk mengetahui suhu dari catin

3. Tinggi Badan : untuk mengetahui tinggi badan dari catin

4. BB : untuk mengetahui berat badan dari catin

5. LILA : untuk mengetahui ukuran LILA dari catin

16
C. Assasment

Menggambarkan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi

data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi:

1. Diagnosis atau masalah

2. Antisipasi diagnosis / masalah potensial

3. Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi /

kolaborasi dan / atau rujukan sebagai langkah II, III,dan IV.

D. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan penatalaksanaan yang sudah

dilakukan seperti tindakan antisipatif, tindakan segera, tindakan secara komprehensif,

penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi/follow up dari rujukan

17
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PRANIKAH PADA Nn”S”


DI PUSKESMAS MAKKASAU
KOTA MAKASSAR

Tanggal Pengkajian : 22 September 2021, Pukul 10.00 WITA

Nama Pengkaji : Wenni

A. DATA SUBJEKTIF
1. Identifikasi Data Dasar
Nama : Nn “S”
Umur : 25 tahun
Nikah/Lamanya : Belum menikah
Suku : Jenneponto
Agama : Islam
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Dg Tata
2. Klien dengan Pranikah dan calon pengantin belum mendapatkan
penyuluhan kesehatan reproduksi pranikah dan perencanaan kehamilan.
3. Riwayat Menstruasi
a. Menarche : 12 tahun
b. Siklus : 28- 30 hari/bulan, teratur, lama ±5-7 hari
c. Banyaknya: ganti pembalut 4 kali/hari 3 hari awal pertama, hari
berikutnya 2-3 kali ganti pembalut
d. Dismeorhe: Tidak ada.
e. Fluor Albus :kadang-kadang, bening, sebelum dan setelah menstruasi,
tidak gatal, tidak berbau
4. Riwayat kesehatan yang lalu
Tidak sedang ataupun pernah menderita penyakit jantung,
18
hipertensi, asma, DM, ginjal, batuk lama (TBC atau difteri), belum pernah
melakukan pemeriksaan hepatitis, IMS dan HIV/AIDS, dan golongan
darah, status TT4 (SD Kelas 1 dan 6).
5. Riwayat pemenuhan kebutuhan dasar.
a. Nutrisi
b. Makan 3 kali sehari dengan porsi sedang, terdiri dari nasi, ayam, telur,
daging, jarang mengkonsumsi buah dan sayur. Minum air putih 8-9
gelas sehari, suka mengkosumsi minuman berwarna seperti es teh dan
kopi. Tidak ada pantangan/alergi makanan
c. Eliminasi
BAB 1 kali sehari, warna kuning khas, tidak ada keluhan sakit saat
BAB.
BAK 4-6 kali sehari, tidak nyeri saat berkemih
d. Pola Istirahat
jarang tidur siang dan pada malam hari tidur 7-8 jam
e. Hygiene
Mandi 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari, ganti celana dalam 2-3
kali/hari atau setiap kali basah. Setelah BAK atau BAB dikeringkan
menggunakan tisu.
5. Riwayat Psikososial Budaya
Keluarga dari dua belah pihak mendukung pernikahan. Kedua
calon pengantin mengatakan sudah siap secara mental untuk menikah
tetapi belum siap untuk hamil setelah menikah,bahkan ingin menunda
kehamilan.

B. Data Obyektif
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Komposmentis
3. Tanda vital
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Nadi : 82 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,80c
4. Tinggi Badan : 158 cm
5. BB : 55 kg
19
6. LILA : 24 cm
C. Analisa
Nn”S” usia 25 tahun Pranikah dan Prakonsepsi dengan Pengatuhan

20
Yang Kurang.
D. Penatalaksanaan
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada kedua calon pengantin bahwa secara
umum keadaan mereka baik, tanda-tanda vital dalam batas normal.
2. Menjelaskan kepada catin mengenai pernikahan ideal, dimana kehidupan
keluarga harus didasari rasa kasih sayang, saling menghargai, dan
menghormati pasangan.
3. Menjelaskan kepada catin perempuan untuk segera merencanakan
kehamilannya, karena usianya saat ini sudah tergolong normal untuk bisa
mengandung/memproduksi, dimana usia tersebut organ reproduksi
sudah/dalam keadaan matang. Sehingga disarankan untuk segera hamil
dan tidak menunda kehamilan.
4. Menjelaskan kepada catin jika sudah hamil dan bersalin segera
menggunakan Kontrasepsi untuk menjarakkan usia kehamilan agar
mengurangi resiko terjadinya jarak kehamilan yg terlalu dekat dan terlalu
banyak anak yang dapat menggangu organ reproduksi.
5. Menjelaskan kepada catin perempuan bahwa keputihan yang dialami
merupakan keputihan yang fisiologis. Menganjurkan klien untuk sering
mengganti celana dalam, menggunakan celana dalam dengan bahan yang
gampang menyerap keringat seperti berbahan cutton, tidak perlu
menggunakan cairan pembersih genitalia untuk menjaga tingkat keasaman
normal vagina dan tidak perlu menggunakan pantyliner untuk mencegah
agar vagina tidak lembab.
7. Menganjurkan kedua catin menjaga pola makan seimbang, mengurangi
makanan yang mengandung kolesterol, kadar garam natrium dan kadar
gula tinggi, mengurangi makanan cepat saji, mencegah stress berlebihan,
melakukan olahraga secara rutin, dan kontrol kesehatan secara rutin
dikarenakan kedua catin berisiko mengalami DM dan khususnya catin
wanita berisiko mengalami hipertensi.
8. Menjelaskan kepada catin wanita bahwa status imunisasi TT saat ini sudah
dilakukan TT Catin 0,5cc secara intra Muskuler.

21
9. Menganjurkan catin untuk mengurangi konsumsi kafein (batas
mengkonsumsi kafein sebanyak 200 miligram/hari), seperti teh dan kopi,
yang dapat memperburuk kesehatan menjelang persiapan kehamilan
10. Menganjurkan kepada catin wanita untuk lebih banyak mengkonsumsi
makanan yang kaya zat besi seperti hati, daging sapi, sayuran berwarna
hijau tua, kacang- kacangan, ikan, dan daging ayam, serta mengandung
asam folat seperti pada sayuran bewarna hijau tua atau minum susu yang
terdapat kandungan asam folat. Selain itu, catin perempuan juga penting
mengonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD). Aturan minum TTD bagi
catin perempuan yaitu diminum secara teratur 1 tablet setiap minggu, TTD
diminum setelah makan dengan air putih/jus buah tidak dengan teh, kopi,
dan susu.
11. Menganjurkan kedua catin untuk memeriksakan kesehatan apabila ada
keluhan.
12. Memberikan tablet tambah darah (Fe) 1x1 untuk mencegah terjadinya
kekurangan zat besi
13. Memberitahukan kepada catin untuk melakukan rapidtes sebelum
pernikahan dilakukan dan memberitahu kepada tamu undangan untuk
menggunakan masker selama acara berlangsung, sesuai dengan protocol
pemerintah saat in

22
DAFTAR PUSTAKA

BKKBN. 2017. BKKBN: Usia Pernikahan Ideal 21 – 25 Tahun. Diunduh di


https://www.bkkbn.go.id/detailpost/bkkbn-usia-pernikahan-ideal-21-25-tahun.
Diakses pada 1 April 2019.
Depkes. 2011. Petunjuk Teknis Pemantauan Status Gizi Orang Dewasa dengan Indeks
Massa Tubuh (IMT). Jakarta: Depkes RI.
Dinkes Prov. Jawa Timur. 2015. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur. Surabaya:
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur.
Fitriyah, Imroatul. 2014. Gambaran Perilaku Higiene Menstruasi pada Remaja Putri di
Sekolah Dasar Negeri di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan. Skripsi : FK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta
Hawkins, A. J., dkk. 2015. Is Couple and Relationship Education Effective for Love
Income Participants? A Meta-Analytic Study. Journal of Family Psychology. 29
(1): 59 – 68.
Katherine, C., dkk. 2013. Preconception Care: Among Maryland Women Giving Birth
2009 – 2011. Article. Maryland Departement of Health and Mental Hygine Center
for Maternal and Child Health.
Kemenkes RI. 2014. Pedoman Gizi Seimbang. Pusat Data dan Informasi Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
Kemenkes. 2015. Kesehatan Reproduksi dan Seksual Bagi Calon Pengantin. Jakarta:
Kemenkes RI.
Kemenkes. 2016. Buku Panduan Germas (Gerakan Masyarakan Hidup Sehat). Jakarta:
Kemenkes RI.
Kemenkes. 2017. Buku Saku Bagi Penyuluh Pernikahan Kesehatan Reproduksi Calon
Pengantin: Menuju Keluarga Sehat. Jakarta: Kementrian Kesehatan dan
Kementerian Agama.
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 369/Menkes/SK/III/2007. Standar Profesi
Bidan Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
Kertamuda, E. F. 2009. Konseling Pernikahan untuk Keluarga di Indonesia. Jakarta:
Salemba Humanika.
Kusharto CM. 2006. Serat Makanan dan Peranannya bagi Kesehatan. Jurnal Gizi dan
Pangan, 1(2), 45—54.
23
Kusmiran, Eny. 2012. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta : Salemba
Medika
PMK No. 41 tahun 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 41
Tahun 2014 tentang Pedoman Gizi Seimbang.
Proverawati, A. dan Misaroh. 2009. Menarche Menstruasi Pertama Penuh Makna.
Yogyakarta: Nuha Medika
Sari, F., dkk. 2013. Kesiapan Menikah pada Dewasa Muda dan Pengaruhnya terhadap
Usia Menikah. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen. 6 (3): 143 – 153.
Setiawan, E. 2017. Kamus Besar Bahasa Indonesia Online versi 2.0. Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Kemdikbud. /. https://www.kbbi.web.id.
(Diunduh dari pada tanggal 1 April 2019)
Triningtyas, D. A., dkk. 2017. Konseling Pranikah: Sebuah Upaya Meredukasi Budaya
Pernikahan Dini di Kecamatan Pulung Kabupaten Ponorogo. Jurnal Konseling
Indonesia. 3 (1): 28 – 32.
Walikota Surabaya. 20117. Instruksi Walikota Surabaya No. 1 Tahun 2017 tentang
Pelaksanaan Pemeriksaan Kesehatan dan Penyuluhan Kesehatan Resproduksi
Calon Pengantin. Surabaya.
Walikota Surabaya. Surat Edaran Nomor 094/3151/436.7.2/2017 perihal Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS).
Willis, S. S. 2009. Konseling Keluarga. Bandung: Alfabeta.
Winardi, B. 2016. Konsep Asuhan Kebidanan pada Masa Prakonsepsi. Bahan Ajar
Perkuliahan Pendidikan Bidan FK UNAIR.
Zulaekha. 2013. Bimbingan Konseling Pra Nikah bafi “Calon Pengantin” di BP4 KUA
Kec. Mranggen (Studi Analisis Bimbingan Konseling Perkawinan. Skripsi.
Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Semarang: Insitut Agama Islam Negeri
Walisong

24
25
26
27
28

Anda mungkin juga menyukai