Menurut Kowalaki (dalam Triwulandari, 2007) regulasi diri adalah tugas seseorang
untuk mengubah respon-respon, seperti mengendalikan impuls-impuls perilaku,
menahan hasrat, mengontrol pikiran, dan mengubah emosi. Menurut Watson
(dalam Triwulandari, 2007) regulasi diri adalah instruksi diri untuk mengadakan
perubahan pada perilaku seseorang.
Brandstatter dan Frank (dalam Taylor, 2008) mengemukakan regulasi diri adalah
individu secara sadar dan aktif membatasi pikiran, emosi dan perilakunya.
Menurut Fiske (dalam Taylor, 2008) regulasi diri diarahkan oleh proses
motivasional yang mendasar, dan yang terpenting dari semua ini adalah
melingkupi sasaran kebutuhan yang tepat, kebutuhan akan konsisten diri,
keinginan untuk lebih baik dan peningkatan diri yang cenderung menganut dan
mempertahankan regulasi diri yang baik.
a. Self Efficacy
Ziegler (dalam Triwulandari, 2007) menyatakan self efficacy berhubungan dengan
penilaian bagaimana seseorang menyadari kemampuan mereka untuk melakukan
suatu perilaku atau tindakan yang berhubungan dengan suatu tugas, dengan
begitu menurut Hergenhann (dalam Triwulandari, 2007) individu yang memiliki
preceived self efficacy akan terus mencoba, memperoleh lebih banyak dan
bertahan lebih lama terhadap suatu tugas dibandingkan dengan mereka yang
memiliki self efficacy dalam tingkat yang lebih rendah. Hal ini menggambarkan
mampu atau tidaknya individu untuk melakukan sesuatu seperti yang
diinginkannya.
Self efficacy menurut Bandura (dalam Feist, 2008) adalah keyakinan individu
terhadap kemampuan dalam mengerjakan tugas, aktifitas ataupun usaha untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. Bandura mengungkapkan bahwa self efficacy
memiliki tiga indikator yaitu :
1) Observasi-diri
Faktor internal pertama pengaturan diri adalah observasi diri terhadap
performa yang sudah dilakukan, orisinalitas tingkah laku diri. Manusia dapat
memonitor penampilannya meskipun tidak lengkap atau akurat. Individu
memilih dengan selektif sejumlah aspek perilaku dan mengabaikan aspek
yang lainnya, yang dipertahankan biasanya adalah yang sesuai dengan
konsep diri.
2) Proses penilaian
Proses penilaian adalah melihat kesesuaian tingkah laku dengan standar
pribadi, membandingkan tingkah laku dengan standar pribadi,
membandingkan tingkah laku dengan norma standar atau dengan tingkah
laku orang lain. Individu sanggup bukan hanya sadar diri secara reflektif,
namun juga menilai berharga tidaknya tindakan-tindakan berdasarkan tujuan
yang ditentukan bagi diri sendiri.
3) Reaksi diri
Berdasarkan pengalaman manusia merespon positif atau negatif perilaku
mereka tergantung kepada bagaimana perilaku itu diukur dan apa standar
pribadinya. Manusia mengarahkan diri pada insentif bagi tindakannya melalui
penguatan diri atau penghukuman diri. Manusia menetapkan standar-standar
tertentu bagi performa yang jika dipenuhi cenderung meregulasi perilaku
dengan memberi penghargaan pada diri sendiri dalam bentuk kebanggaan
diri dan kepuasan diri dan bila gagal memenuhi standar maka perilaku akan
diikuti oleh ketidak puasan dan mengkritik diri.
COMPASSION
A. Expressing Compassion
Orang yang penuh kasih sayang pada umumnya akan selalu peduli terhadap
orang-orang yang ada disekelilingnya. Mereka sangat terampil dalam menjalin
hubungan interpersonal dengan orang lain dalam kesehariannya.
Orang yang penuh kasih sayang biasanya dikenal karena cara mereka
berperilaku. Anda tidak perlu mengenal mereka dengan baik untuk menentukan
apakah mereka memiliki sikap yang penuh kasih atau tidak karena secara spontan
mereka akan menunjukan itu. Anda dapat memercayai mereka dan mengetahui
bahwa mereka akan membantu Anda dalam menghadapi kesulitan. Terdapat
beberapa skill yang digunakan dalam mengekspresikan rasa belas kasih,
diantaranya :
1. Making friends easily
Orang-orang yang penuh belas kasih adalah orang-orang yang ramah. Mereka
tidak takut dan dapat merangkul setiap orang. Mereka sangat terbuka untuk
menjadi seorang teman dan tidak bersikap defensive. Mereka tidak merasa malu
atau bahkan takut pada penolakan orang lain.
2. Feeling empathy
Perasaan empati akan timbul ketika sesuatu yang tidak menyenangkan terjadi
pada seseorang. Ia bisa merasakan setidaknya untuk sesaat perasaan seseorang
saat melalui kesulitan yang terjadi. Ia akan menunjukan perhatiannya dengan
mengungkapkan kata yang menghibur atau pemahaman dan juga menawarkan
bantuan jika diperlukan.
3. Honest about reactions
Orang yang berbelas kasih akan memberitahu seseorang ketika kelakuan orang
itu menyinggung perasaannya. Ia tidak akan mendendam maupun menunggu
orang itu sadar jika mereka salah. Ia akan memberitahu orang itu jika perilakunya
sangat mengusik, dengan harapan orang itu berubah, sehingga hubungan
diantara mereka tetap berjalan.
4. Managing negative emotions
Orang yang berbelas kasih mengetahui jika dirinya sedang merasa marah, sedih,
takut maupun iri. Ia akan mencari tahu dengan berdiskusi bersama dirinya sendiri
di alam sadarnya, kemudian meresolusi apa yang menyebabkan emosi negatifnya
terus ada agar ia bisa mempererat hubungannya dengan orang lain.
5. Expecting fairness
Orang yang penuh kasih sayang sangat mengharapkan keadilan dan biasanya
bersedia untuk mengatasi pelanggaran keadilan yang terjadi. Contoh ketidakadilan
antara lain ketidakadilan peraturan dan regulasi, ketidakadilan pengelompokan,
ketidakadilan perilaku oleh anggota keluarga dan perilaku-perilaku lain yang dinilai
tidak adil jika dikaitkan dengan konsep keadilan dan kesetaraan. Penyelesaian
bisa diselesaikan tanpa dendam dan tuduhan. Namun, bagaimanapun kemarahan
dapat di ekspresikan dan dijelaskan.
6. Demonstrating affection
Orang yang penuh kasih sayang tidak takut untuk menunjukan kasih sayang
kepada orang lain. Mereka bersedia untuk memeluk seseorang atau
mengungkapkan apa yang dia rasakan terhadap mereka. Bagi beberapa orang
kurang menyukai kontak fisik, mereka akan mengungkapkan dengan kata-kata
dan senyuman.
7. Listening
Orang yang berbelas kasih bisa untuk menerima penghargaan dari orang lain
tanpa berkata "oh saya tidak ada melakukan sesuatu yang spesial" atau "aku tidak
layak dipuji seperti ini. Orang lain melakukan lebih banyak." Orang yang berbelas
kasih cenderung memuji orang lain lebih sering, namun ia sulit untuk menerima
pujian.
9. Initiating conversations
Orang yang penuh kasih bersedia memulai percakapan dengan orang lain dalam
rangka untuk menunjukkan keramahan kepada orang lain disekitarnya. Hal ini
berkaitan dengan bagaimana inisiatif Anda untuk memulai percakapan saat
berada dalam keadaan terdesak dengan sopan, sehingga seseorang mau
mendengarkan dengan antusias.
10. Asking for help
Sekelompok orang yang penuh kasih percaya terhadap orang lain, sehingga
dirinya merasa cukup bebas untuk meminta bantuan ketika ia memerlukannya. Ia
telah membangun sebuah jaringan untuk mendukungnya sehingga ia tidak pernah
merasa sendirian atau bahkan ditelantarkan ketika hal yang sangat buruk
menimpanya. Ia melakukan pendekatan kepada orang lain dengan kepedulian.
Sikap yang ditunjukkan oleh orang yang berbelas kasih seperti mengatakan
bahwa dirinya berharap orang lain membantunya karena ia tahu orang lain adalah
orang yang baik juga.
A COMPASSIONATE MAN
Dari anekdot di atas dapat kita tarik kesimpulan bahwa compassion atau
rasa iba atau rasa belas kasih merupakan komponen yang penting dalam
hubungan interpersonal. Mengapa rasa belas kasih menjadi penting? Tidak hanya
dengan belas kasih kita dapat memahami kondisi orang lain, namun dengan belas
kasih juga memungkinkan kita untuk bertindak sesuai kondisi itu, menurut apa
yang baik dan benar. Sekarang terdapat dua sisi dari belas kasih, pertama adalah
bagaimana orang lain memberi kita rasa belas kasih dan kedua adalah bagaimana
kita memberi rasa belas kasih kita kepada orang lain. Dari dua sisi tersebut
terdapat intisari, yaitu simpati dan empati. Tanpa simpati, kita tidak akan merasa
terlibat dengan apa yang dialami orang lain. Tanpa empati, kita tidak akan
bertindak terhadap simpati yang kita rasakan.
Terakhir, secara garis besar ada 3 pertanyaan penting terkait rasa belas kasih kita
terhadap orang lain dan sebaliknya yang dapat menjadi pertimbangan terkait rasa
belas kasih, yaitu: Bagaimana kita, dan orang lain, menunjukkan rasa belas kasih
terhadap sesama? Apakah menurut kita, dan orang lain, ada cara lain yang lebih
baik untuk mengekspresikan rasa belas kasih tersebut? Bagaimana jika kita
dihadapkan pada situasi yang sama dengan yang dialami orang lain, apa yang
akan kita dilakukan? Dan apa yang akan orang lain lakukan jika situasinya
menjadi terbalik?
Kesimpulan
Compassion atau rasa iba atau rasa belas kasih merupakan komponen yang
penting dalam hubungan interpersonal. Tidak hanya dengan belas kasih kita dapat
memahami kondisi orang lain, namun dengan belas kasih juga memungkinkan kita
untuk bertindak sesuai kondisi itu, menurut apa yang baik dan benar. Sekarang
terdapat dua sisi dari belas kasih, pertama adalah bagaimana orang lain memberi
kita rasa belas kasih dan kedua adalah bagaimana kita memberi rasa belas kasih
kita kepada orang lain. Dari dua sisi tersebut terdapat intisari, yaitu simpati dan
empati. Tanpa simpati, kita tidak akan merasa terlibat dengan apa yang dialami
orang lain. Tanpa empati, kita tidak akan bertindak terhadap simpati yang kita
rasakan.