Anda di halaman 1dari 28

TUGAS CRITICAL BOOK REVIEW

STANDARISASI KEAMANAN KESELAMATAN &

HUKUM KETENAGAKERJAAN

CRITICAL BOOK REVIEW

MK. STANDARISASI
KEAMANAN KESELAMATAN&
HUKUM KETENAGAKERJAAN.

Skor Nilai:

OLEH KELOMPOK:

1. PUTRA BANGSAWAN SIREGAR / 5193530018


2. ZEFANYA K. GURNING / 5182230002
3. WAHYU G. HARIANJA / 5183530011
4. MAGDALENA PUTRI B / 5183530006

DOSEN PENGAMPU:
DR. AGUS JUNAIDI, S.T., M.T.
.DENNY HARYANTO SINAGA, S.PD., M. ENG.

TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
Rahmat dan juga Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
laporan ini sebagai “Critical Book Review” dalam mata kuliah Standarisasi
Keamanan Keselamatan & Hukum Ketenagakerjaan yang telah ditanggung
jawabkan oleh dosen kepada penulis.

Dalam kesempatan ini pula kami mengucapkan banyak terima kasih


kepada semua pihak yang telah membimbing dan membantu penulis dalam
pembuatan laporan ini hingga berjalan dengan baik.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan pengetahuan penulis masih sangat kurang dan harus lebih belajar
lagi. Oleh karena itu, saya sangat menerima saran dan kritik pembaca khususnya
dari dosen yang bersifat membangun dan juga menjadikan acuan untuk bekal
penulis di masa yang akan datang agar makalah selanjutnya dapat lebih baik lagi
dari yang sekarang.

Apabila ada kesalahan dari segi bahasa, pembahasan, dan juga penulisan
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada pembaca. Semoga laporan ini
dapat memberikan wawasan yang luas, ilmu pengetahuan yang semakin
meningkat, dan juga pedoman di dalam proses belajar mengajar.

Medan , September 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................

DAFTAR ISI........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................

1.1 Latar belakang............................................................................................

1.2 Permasalahan..............................................................................................

1.3 Tujuan.........................................................................................................

1.4 Identitas Buku............................................................................................

BAB II RINGKASAN BUKU.............................................................................

2.1 Ringkasan Isi Buku....................................................................................

BAB III PEMBAHASAN....................................................................................

3.1 Analisis Dari Setiap Bagian Topik.............................................................

3.2 Penilaian Terhadap Buku............................................................................

BAB IV PENUTUP..............................................................................................

4.1 Kesimpulan.................................................................................................

4.2 Saran...........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Penggunaan buku sebagai bahan dasar sumber pengetahuan masih banyak digunakan
dan dipakai oleh beberapa kalangan khususnya kalangan mahasiswa dan pengajar. Maka dari
itu diperlukan pemilihan sumber pengetahuan yang baik dan mudah dimengerti oleh banyak
orang. Buku yang baik akan lebiih membantu dalam berbagai penyelesaian masalah. Dalam
hal ini buku yang akan dikritik guna mengetahui informasi yang lebih jelas antara beberapa
buku yang membahas suatu topik yang sama.

Latar belakang melakukan pengkritikkan buku ini juga adalah sebagai pemenuhan
tugas “Critial Book Review” dalam mata kuliah Standarisasi Keamanan Keselamatan &
Hukum Ketenagakerjaan. Sebagaimana yang telah ditugaskan, pengkritikan buku yang
dibuat juga berdasarkan pengamatan penulis terhadap isi buku pada topik tertentu yang
dipilih.

1.2. PERMASALAHAN
 Apakah isi buku cukup bermanfaat bagi mahasiswa sebagai salah satu sumber belajar.
 Apakah buku tersebut lebih mudah dipahami daripada buku sejenis lainnya.
 Apakah metode yang digunakan pengarang sesuai dengan kondisi dan lingkungan yang
sedang kita hadapi.
 Apakah isi buku sama dengan isi sebuah buku sejenis.

1.3. TUJUAN
 Mengulas suatu topik dalam satu bab
 Mencari dan mengetahui informasi mengenai topik tersebut yang terkandung dalam
buku.
 Melatih diri untuk berpikir kritis dalam mencari informasi yang diberikan pada buku.
1.4. IDENTITAS BUKU

I. BUKU UTAMA

1. Judul Buku : Electrical Safety HandBook


2. Bab Pembahasan : Accident Prevention, Accident Investigation, Rescue, and First Aid
3. Pengarang : John Cadick, Mary Capelli- Schellpfeffer, Dennis Neitzel
4. Penerbit : The McGraw-Hill Companies, Inc.
5. Kota terbit :-
6. Halaman : 621 halaman

Pada pembahasan Critical Book Review ini membahas tentang Buku Electrical Safety
HandBook oleh John Cadick, Mary Capelli- Schellpfeffer, Dennis Neitzel. Buku ini terdiri dari
13 Bab yaitu :

 Bab 1 Hazards of Electricity (Bahaya Listrik)


 Bab 2 Electrical Safety Equipment (Perlengkapan Keselamatan Listrik)
 Bab 3 Safety Procedures and Methods (Prosedur dan Metode Keselamatan)
 Bab 4 Grounding of Electrical Systems and Equipment (Pembumian Sistem dan Peralatan
Listrik)
 Bab 5 Electrical Maintenance and Its Relationship to Safety (Pemeliharaan Listrik dan
Hubungannya dengan Keselamatan)
 Bab 6 Regulatory and Legal Safety Requirements and Standards (Persyaratan dan Standar
Keselamatan Peraturan dan Hukum)
 Bab 7 Accident Prevention, Accident Investigation, Rescue, and First Aid
 Bab 8 Medical Aspects of Electrical Trauma (Aspek Medis Trauma Listrik)
 Bab 9 Low-Voltage Safety Synopsis (Sinopsis Keselamatan Tegangan Rendah)
 Bab 10 Medium- and High-Voltage Safety Synopsis (Sinopsis Keselamatan Tegangan
Menengah dan Tinggi)
 Bab 11 Human Factors in Electrical Safety (Faktor Manusia dalam Keselamatan Listrik)
 Bab 12 Safety Management and Organizational Structure (Manajemen Keselamatan dan
Struktur Organisasi)
 Bab 13 Safety Training Methods and Systems (Metode dan Sistem Pelatihan Keselamatan).
II. BUKU PEMBANDING

1. Judul Buku : Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Bidang Kelistrikan


2. Bab Pembahasan : Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Berbasis Zerozicks
3. Pengarang : Ketut Ismara: Eko Prianto
4. Penerbit : Adimeka
5. Tahun Terbit : 2016
6. Kota terbit : Solo
7. Halaman : 400 halaman
Pada pembahasan Critical Book Review ini membahas tentang Buku Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di Bidang Kelistrikan oleh J Ketut Ismara: Eko Prianto Buku ini terdiri dari 15
Bab yaitu :

 Bab 1 Sekilas Tentang Kelistrikan


 Bab 2. Peralatan Instalasi Listrik Rumah Tangga Dan Industri
 Bab 3. Proteksi Dan Grounding
 Bab 4 Identifikasi Kelistrikan, Identifikasi Bahaya Pemantauan Dan Pengukuran
 Bab 5. Standarisasi K3 Kelistrikan
 Bab 6. Aspek Medis Terhadap Bahaya Kelistrikan
 Bab 7. Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Berbasis Zerozicks
 Bab 8. Alat Pelindung Diri
 Bab 9. Prosedur Penanganan Kecelakaan Kerja
 Bab 10. Organisasi Yang Mengatur Tentang K3
 Bab 11. Human Factor Dan Human Error Terhadap Bahaya Kecelakaan
 Bab 12. Pendidikan Dan Pelatihan K3
 Bab 13. Manajemen Dan Struktur Organisasi K3
 Bab 14. Sekilas Tentang Pdkb
 Bab 15. Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Di Gardu Induk
BAB II

RINGKASAN ISI BUKU

2.1 RINGKASAN ISI BUKU

2.1.1 RINGKASAN BUKU UTAMA

Pada pembahasan Critical Book Review ini membahas tentang Buku Electrical Safety
HandBook oleh John Cadick, Mary Capelli- Schellpfeffer, Dennis Neitzel dengan bab
pembahasan Bab 7 Accident Prevention, Accident Investigation, Rescue, and First Aid
(Pencegahan Kecelakaan, Investigasi Kecelakaan, Penyelamatan, dan Pertolongan Pertama).

1.PENCEGAHAN KECELAKAAN

Tidak peduli seberapa hati-hati sebuah sistem direkayasa, tidak peduli seberapa hati-hati kinerja
karyawan tugas mereka, dan tidak peduli seberapa baik karyawan terlatih dalam mengenali dan
menghindari bahaya, kecelakaan masih terjadi. Bagian ini memberikan pendekatan umum yang
mungkin digunakan untuk mengurangi jumlah dan tingkat keparahan kecelakaan. Empat langkah
dasar yaitu

 Karyawantanggung Jawab
 Instalasi Yang Aman,
 Praktik Kerja Yang Aman,
 Dan Pelatihan Karyawan

gabungkan untuk menciptakan jenis lingkungan kerja yang aman yang harus menjadi tujuan
setiap fasilitas.

2.TANGGUNG JAWAB INDIVIDU

Orang yang paling bertanggung jawab atas keselamatan pribadi adalah diri sendiri. Tidak
ada seperangkat peraturan, aturan, atau prosedur dapat menggantikan akal sehat di tempat kerja.
Pernyataan ini tidak boleh ditafsirkan sebagai pemberi kerja tidak bertanggung jawab untuk
menyediakan yang paling aman lingkungan kerja praktis, juga tidak berarti bahwa orang yang
terluka itu "bersalah" secara hokum nalar. Dari waktu ke waktu, investigasi kecelakaan
mengungkapkan bahwa orang yang terluka adalah mata rantai terakhir dalam rantai. Jika orang
yang terluka hanya mengenakan peralatan keselamatan yang sesuai atau mengikuti prosedur
yang benar, atau jika dia hanya memeriksa untuk terakhir kalinya, kecelakaan itu tidak akan
pernah terjadi.

3.KEAMANAN INSTALASI

Desain sistem kelistrikan yang tepat terdiri dari tiga bagian—pemilihan, pemasangan, dan
kalibrasi.

I. Pemilihan / Seleksi.

Peralatan listrik harus dipilih dan diterapkan secara konservatif. Untuk membantu hal ini,
organisasi manufaktur seperti National Electrical Asosiasi Produsen (NEMA) telah menetapkan
peringkat untuk peralatan yang memastikan perusahaan anggota hanya memproduksi peralatan
dengan kualitas terbaik. Peralatan diuji sesuai prosedur. Peralatan yang dinilai dan diberi label
oleh organisasi tersebut harus digunakan dalam sistem kelistrikan untuk membantu memastikan
keselamatan. Persyaratan OSHA, NEC,* dan NESC harus dianggap sebagai kriteria minimum
untuk seleksi yang aman. Dengan meningkatnya kesadaran biaya, banyak perusahaan memilih
pemasangan peralatan daur ulang daripada peralatan baru.

Meskipun pemilihan dan penggunaan peralatan tersebut dapat menjadi keuntungan finansial,
setidaknya dua kriteria harus dipertimbangkan dalam pembelian:

a. Meskipun digunakan, peralatan tersebut seharusnya diproduksi oleh perusahaan


profesional yang bereputasi baik.
b. Peralatan daur ulang harus direkondisi secara menyeluruh
c. Studi teknik seperti analisis hubung singkat dan studi koordinasi harus dilakukan untuk
memastikan bahwa peralatan daur ulang memiliki peringkat yang memadai untuk sistem di
mana peralatan tersebut ditempatkan.

II. Instalasi.
Peralatan harus dipasang dengan cara yang aman dan masuk akal. Memadai ruang kerja untuk
izin keselamatan harus diizinkan, penghalang keamanan harus disediakan bila perlu, dan instalasi
listrik tidak boleh bercampur dengan area yang digunakan untuk akses masyarakat umum.

III.Kalibrasi.

Peralatan harus selalu dikalibrasi dengan benar. Misalnya, pelindung perangkat harus
dikalibrasi sehingga akan beroperasi untuk kondisi sistem abnormal minimum. Peralatan yang
tidak dikalibrasi dengan benar dapat mengakibatkan kecelakaan seolah-olah peralatan tersebut
telah dipilih secara tidak benar sejak awal. Kalibrasi juga merupakan proses dua langkah:

1. Rekayasa yang tepat harus dilakukan oleh insinyur profesional untuk memastikan bahwa:
pengaturan kalibrasi yang dipilih cocok untuk aplikasi. Titik awal untuk itu suatu sistem dalam
kinerja rangkaian studi sistem tenaga yang sesuai, dijelaskan nanti di bagian.

2. Pengujian yang tepat dan pengaturan fisik perangkat harus dilakukan untuk memastikan
bahwa: peralatan mampu melakukan saat dipanggil. Pengaturan tersebut harus dijalankan oleh
teknisi profesional yang bersertifikat untuk melakukan pekerjaan ini. Organisasi seperti Asosiasi
Pengujian Listrik Internasional (NETA) telah dibentuk untuk memastikan kontrol kualitas pada
pendidikan dan kinerja teknisi listrik.

4. STUDI SISTEM TENAGA

Studi sistem tenaga adalah prosedur rekayasa yang harus dilakukan. Ada tiga waktu yang
berbeda dalam kehidupan sistem tenaga ketika studi tersebut harus dilakukan:

1. Selama desain awal sistem untuk memastikan bahwa semua peralatan yang dipilih akan
berfungsi dengan benar selama pengoperasian fasilitas sehari-hari.2. Setiap kali terjadi
perubahan signifikan seperti penggantian peralatan yang ada atau penambahan peralatan atau
sirkuit baru.

3. Pada interval selama umur sistem untuk mengidentifikasi kemungkinan perubahan yang
mungkin terjadi terjadi secara eksternal. Misalnya, pasokan utilitas listrik berubah terus-menerus.
Seperti perubahan dapat memiliki efek mendalam pada arus hubung singkat dan operasi normal
tingkat tegangan.
Studi yang dijelaskan dalam bagian ini harus dipertimbangkan sebagai prosedur yang
berhubungan dengan keselamatan. Jika merekatidak dilakukan peralatan dapat diterapkan secara
tidak benar dan dapat gagal, membahayakan personel.

5. PERTOLONGAN PERTAMA

Pemberi pertolongan pertama yang potensial harus mengingat point sangat penting Sebelum
terjadi kecelakaan:

- Bertindak Cepat.

Ingat anda mungkin satu-satunya orang di antara korban dan kematian. Apa pun yang Anda
lakukan, lakukan dengan cepat. Ini tidak berarti bahwa Anda harus bertindak terburu-buru.
Milikmu tindakan harus direncanakan dan metodis, tetapi Anda tidak boleh membuang waktu.
Tidak mencoba untuk melakukan prosedur yang Anda tidak memiliki pelatihan atau
pengalaman. tidak benar prosedur yang diterapkan bisa mematikan.

- Survei Situasi.

Ingatlah bahwa tujuan Anda sebagai pemberi pertolongan pertama adalah untuk membantu
masalah, tidak berkontribusi untuk itu. Jika Anda terluka dalam proses pemberian pertolongan
pertama, Anda tidak dapat membantu korban. Jika penilaian awal Anda menunjukkan bahwa
Anda perlu kenakan pakaian keselamatan, kenakan terlebih dahulu, lalu berikan bantuan.

- Buat Rencana.

Setelah survei awal situasi, kembangkan rencana spesifik dari situasi tertentu akan bervariasi;
namun, pedoman berikut harus digunakan:

● Jika korban berada dalam bahaya langsung, ia harus dipindahkan ke posisi yang aman. (Lihat
bagian selanjutnya tentang memindahkan korban dan bagian selanjutnya tentang teknik
penyelamatan.)

● Jika korban tidak responsif, kaji kondisinya dan tanggapi dengan tepat. (Lihat bagian
selanjutnya tentang menilai kondisi korban.)
● Dapatkan pelatihan pertolongan pertama langsung untuk Anda sendiri dan semua karyawan.
Pelatihan semacam itu mungkin diperoleh dari American Heart Association, Palang Merah
Amerika, atau sumber local seperti departemen pemadam kebakaran atau departemen kepolisian.

6.TEKNIK PENYELAMATAN

a. Prosedur Penyelamatan Umum

Prioritas pertama dalam keadaan darurat apa pun adalah memindahkan korban yang masih hidup
dari daerah bahaya jika mereka tidak dapat melarikan diri dari diri mereka sendiri. Prosedur ini
disebut penyelamatan. Dalam beberapa kasus penyelamat akan mempertaruhkan nyawanya
untuk menyelamatkan korban. Keputusan untuk mempertaruhkan nyawa seseorang adalah
keputusan pribadi dan tidak dapat diatur oleh prosedur standar apa pun. Bagaimanapun,
penilaian yang baik harus dilakukan oleh penyelamat.

Jika terjadi kecelakaan:.

● Dapatkan bantuan medis yang berkualitas dengan cepat. Paramedis dan teknisi medis darurat
dilatih untuk memberikan pertolongan darurat pertolongan pertama dan harus segera dipanggil
mungkin.
2.1.2 RINGKASAN ISI BUKU PEMBANDING
Pada pembahasan Critical Book Review ini membahas tentang Bab 7 dari Buku
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Bidang Kelistrikan oleh J Ketut Ismara: Eko Prianto yaitu
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA BERBASIS ZEROSICKS
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) mempunyai tujuan untuk memperkecil atau
menghilangkan potensi bahaya atau resiko kerja yang mengakibatkan kesakitan, kecelakaan dan
kerugian yang mungkin terjadi. Pemahaman tentang K3 dapat menggunakan istilah
“ZEROSICKS” yang berupa singkatan dari hazard, Environtment, Risk,
Observation/Opportunity/Occupational, Solution, Implementasi, Culture/Climate/ Control,
Knowledge/Knowhow, Standarisasi. Penjabaran istilah ZEROSICKS adalah sebagai berikut:

A. HAZARD (POTENSI BAHAYA)


Hazard (potensi bahaya) merupakan sifat-sifat intrinsik dari suatu zat, peralatan atau
proses kerja yang dapat menyebabkan kerusakan atau membahayakan sekitarnya. Potensi bahaya
tersebut akan tetap menjadi bahaya tanpa menimbulkan dampak atau berkembang menjadi
kecelakaan (accident) apabila tidak ada kontak (exposure) dengan manusia.
Proses kontak antara potensi bahaya dengan manusia dapat terjadi melalui beberapa cara, yaitu:
1. Manusia yang menghampiri potensi bahaya.
2. Potensi bahaya yang menghampiri manusia melalui proses alamiah dan manusia.
3. Potensi bahaya saling menghampiri.

Berdasarkan sumbernya, hazard dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:


1. Occupational Health Hazard (OHH), merupakan potensi bahaya di lingkungan kerja yang
mengakibatkan terjadinya gangguan kesehatan, kesakitan dan penyakit akibat kerja (PAK).
Kelompok OHH terdiri dari:
 Physical Hazard (Bahaya Fisis), merupakan potensi bahaya yang berupa energi,
misalnya: thermis (panas udara, panas mesin, radiasi, ledakan), dinamis (motor, roda gigi,
pemotong), debu, bising.
 Chemical Hazard (Bahaya Kimia), merupakan potensi bahaya yang berkaitan dengan
bahan kimia dalam bentuk gas, cair dan padat yang mempunyai toksik dan beracun,
misalnya: zat kimia (antiseptik, aerosol, insektisida), bahan radioaktif, minyak, limbah B3
(limbah eletroplating, limbah pabrik kimia), uap gas, debu, fume.
 Biological Hazard (Bahaya Biologi), merupakan potensi bahaya yang berasal dari
makhluk hidup (mikroorganisme) di lingkungan kerja yang dapat menimbulkan gangguan
kesehatan, misalnya: racun, bakteri (anthrak, brucella), jamur, virus (flu, hepatitis, HIV,
SARS), B3 (Bahan Berbahaya Beracun), hewan berbahaya (ular, kalajengking, serangga,
tikus, anjing, nyamuk), parasit, kuman, rodant.
 Ergonomic (Aspek Ergonomi), merupakan potensi bahaya yang diakibatkan dari
ketidaksesuaian desain lingkungan kerja dengan pekerja, misalnya: sikap kerja (posisi
duduk), ukuran alat, desain tempat (posisi letak peralatan, desain ruang), sistem kerja, cara
kerja.

2. Occupational Safety Hazard (OSH), merupakan potensi bahaya yang terdapat di lingkungan
kerja yang mengakibatkan terjadinya incident, injury, cacat, gangguan proses, kerusakan alat
bagi pekerja maupun proses kerja.
Kelompok OSH terdiri dari:
 Mechanical Hazard (Bahaya Mekanik), merupakan potensi bahaya yang berasal dari
benda atau proses yang bergerak yang dapat menimbulkan dampak seperti benturan,
terpotong, tertusuk, tersayat, tergores, jatuh, terjepit.
 Chemical Hazard (Bahaya Kimia), merupakan potensi bahaya yang berasal dari bahan
kimia dalam bentuk gas, cair dan padat yang mempunyai sifat mudah terbakar, mudah
meledak dan korosif
 Electrical Hazard (Bahaya Elektrik), merupakan potensi bahaya yang berasal dari arus
listrik, seperti arus kuat, arus lemah, listrik statis, elektron bebas.
 Psychological Hazard (Bahaya Psikologis), merupakan potensi bahaya yang berkaitan
dengan aspek sosial psikologi maupun organisasi di lingkungan kerja yang dapat
memberikan dampak terhadap fisik dan mental pekerja, misalnya pola kerja yang tidak
teratur, waktu kerja yang diluar waktu normal, beban kerja yang melebihi kapasitas mental,
tugas yang tidak bervariasi, suasana lingkungan kerja yang terpisah atau terlalu ramai

Berdasarkan faktor penyebabnya, hazard dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:


1. Faktor Manusia, merupakan potensi bahaya yang disebabkan oleh manasia pekerja,
seperti: human factor (perilaku, kondisi fisik, mental), human error.
2. Faktor Luar, merupakan potensi bahaya yang disebabkan oleh keadaan lingkungan
sekitar, seperti: sarana transportasi, cuaca, bencana alam (badai, banjir, tanah longsor,
petir).
3. Sistem Manajemen, merupakan potensi bahaya yang disebabkan oleh penerapan sistem
manajemen di lingkungan kerja,

B. ENVIRONMENT ENVIRONTMENT,
Mengenali kondisi lingkungan sekitar (alam, udara, air, tanah) yang menimbulkan nilai ambang
batas (NAB).

C. RISK (RESIKO KERJA) RISK


Mengenali suatu resiko yang dapat menimbulkan penyakit akibat kerja (PAK) dan
kecelakaan akibat kerja (KAK), serta MSDS (material safety data sheet). Bahaya yang
mempunyai potensi dan kemungkinan menimbulkan dampak kerugian, baik dampak kesehatan
maupun yang lainnya biasanya dihubungkan dengan risiko (risk). Berdasarkan pemahaman
tersebut, maka risiko dapat diartikan sebagai kemungkinan terjadinya suatu dampak/
konsekuensi.
Dampak/konsekuensi hanya akan terjadi bila ada bahaya dan kontak/exposure antara
manusia dengan peralatan ataupun material yang terlibat dalam suatu interaksi yang kita sebut
sebagai pekerjaan/sistem kerja. Dampak/konsekuensi dapat diartikan sebagai akibat dari
terjadinya kontak/exposure antara bahaya/hazard dengan manusia.
Pengetahuan tentang risiko ini diperlukan untuk mengetahui proses perkembangan
bahaya menjadi dampak/konsekuensi, sehingga kita dapat memotong rantai proses itu agar tidak
menjadi sebuah konsekuensi. Pengelolaan risiko yang ada ditempat kerja merupakan salah satu
metoda ataupun program yang perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya dampak. Pengelolaan
risiko (risk management) dapat dilakukan dengan menggunakan metode:

1. Identifikasi Risiko (Risk Identification) : Pertama mengenali bahaya (hazard) yang


ada di tempat kerja dan yang melekat pada pekerjaan (hazard identification).
2. Analisis Risiko (Risk Assessment) dan evaluasi : Setelah mengenali bahaya dan
risiko yang ada, langkah selanjutnya menganalisis besar dan tingkatannya dengan menggunakan
analisis risiko (risk assessment).
3. Pengendalian Resiko (Risk Control) : Pengendalian resiko sangat bergantung pada
tingkat/derajat risiko yang ada.
Pada umumnya pengendalian risiko terbagi menjadi:
a. Pengendalian engineering Pengendalian risiko dengan cara ini misalnya dengan melakukan
perubahan desain sistem kerja, pemasangan machine-guarding, dan sebagainya.
b. Pengendalian administrative
 Pembuatan standard operating procedure (SOP), pengaturan waktu gilir kerja (shift
work), rotasi,dll
 Pelatihan.
 Penggunaan alat pelindung diri.
4. Pemantauan
Umumnya program safety yang dilakukan di perusahaan dapat digolongkan atas dua bagian
besar yaitu: a. Sistem Manajemen Keselamatan (safety) b. Program teknis operasional.
Ruang lingkup proses manajemen risiko terdiri dari:
1. Penentuan konteks kegiatan yang akan dikelola risikonya
2. Identifikasi risiko
3. Analisis risiko
4. Evaluasi risiko
5. Pengendalian risiko
6. Pemantauan dan telaah ulang
7. Koordinasi dan komunikasi.
Pelaksanaan manajemen risiko merupakan bagian integral dari pelaksanaan sistem
manajemen perusahaan/ organisasi. Proses manajemen risiko merupakan salah satu langkah yang
dapat dilakukan untuk menciptakan perbaikan berkelanjutan (continuous improvement). Proses
manajemen risiko sering dikaitkan dengan proses pengambilan keputusan dalam sebuah
organisasi. Manajemen risiko adalah metode yang tersusun secara logis dan sistematis dari suatu
rangkaian kegiatan: penetapan konteks, identifikasi, analisa, evaluasi, pengendalian serta
komunikasi risiko. Proses ini dapat diterapkan di semua tingkatan kegiatan, jabatan, proyek,
produk ataupun asset. Manajemen risiko dapat memberikan manfaat optimal jika diterapkan
sejak awal kegiatan.

D. OBSERVATION/ OPPORTUNITY/ OCCUPATIONAL


Observation/ Opportunity/ Occupational, mengamati tingkat resiko bahaya, yang
berdampak terhadap lingkungan, mesin peralatan maupun manusia pekerja dengan menggunakan
analisa 5W + 1H (what, where, when, who, why, how).

E. SOLUTION
Solution, mencari alternatif solusi SMART (specifics, measruable, action, realistic, time) yang
akan dilakukan setelah melakukan observasi.

F. IMPLEMENTASI
Implementasi, menerapkan secara KISSS (Koordinasi, Integrasi, Sinkron, Sinergi, Simpel). G.
Culture/ Climate/ Control Culture/ Climate/ Control, melakukan pembudayaan K3 di lingkungan
kerja, kemudian dilakukan kontrol, monitoring dan evaluasi secara berkala.

Usaha untuk menurunkan tingkat kecelakaan dimulai dari usaha untuk memperbaiki dan
meningkatkan teknologi (engineering, equipment, safety, compliance) dan sistem (integrating
HSE, certification, competence, risk assessment), tetapi teknologi dan sistem ini tidak dapat
menurunkan tingkat kecelakaan sampai pada tingkat yang diinginkan. Kemudian pada akhir
tahun 1990 dilakukan pendekatan budaya (behavior, leadership, accountability, attitudes, HSE as
profit center), ternyata pendekatan ini dapat menurunkan tingkat kecelakaan ke level yang lebih
rendah.
Tingkatan paling bawah dari budaya keselamatan adalah pathological, dimana pada
kondisi ini setiap orang yang ada dalam organisasi tidak ada yang peduli satu sama lain karena
mengganggap hal tersebut adalah tanggung jawab dan risiko masing-masing.
Tingkatan kedua sedikit lebih baik daripada tingkatan pertama yaitu reaktif, dimana
sudah terbentuk budaya bertindak setelah terjadi kecelakaan atau kegagalan.
Tingkatan ketiga adalah calculative dimana pada tingkatan ini sudah terdapat sistem
pengendalian bahaya dan risiko di tempat kerja.
Tingkatan keempat adalah proaktif dimana safety leadership dan values sudah diterapkan,
dan perbaikan secara terus menerus sudah dilakukan dengan melibatkan pekerja untuk bersifat
proaktif dalam mengidentifikasi potensi bahaya dan risiko.
Tingkatan paling tinggi adalah generatif, pada tingkatan ini Keselamatan dan Kesehatan
Kerja sudah merupakan bagian dari setiap proses dan kegiatan bisnis pada perusahaan tersebut
dalam segala tingkatan.

Untuk mengembangkan budaya keselamatan yang positif ada beberapa point yang harus
dilakukan yaitu: merubah sikap dan perilaku, komitmen manajemen, keterlibatan karyawan,
strategi promosi, training dan seminar, dan spesial program. Budaya keselamatan yang positif
memiliki lima komponen:
1. Komitmen manajemen terhadap keselamatan
2. Perhatian manajemen terhadap pekerja
3. Kepercayaan antara manajemen dan pekerja
4. Pemberdayaan pekerja
5. Pengawasan, tindakan perbaikan, meninjau ulang sistem dan perbaikan secara terus menerus.

Ada dua pendekatan untuk mengukur kinerja sistem keselamatan:


1. Reactive, downstream or lagging indicators
2. Proactive, upstream or leading indicators.

Ada beberapa jenis metodologi yang digunakan dalam melakukan kajian perilaku dan
budaya keselamatan dalam suatu organisasi dengan tujuan yang berbedabeda. Kajian perilaku
dan budaya keselamatan dapat dilakukan untuk melihat pada tahap mana perilaku dan budaya
keselamatan suatu organisasi berada. Setiap organisasi selalu memiliki ciri-ciri atau karakteristik
sendiri-sendiri. Untuk melihat ciri dan karakteristik tersebut dapat dilakukan dengan metode
survey pada seluruh pegawai dan juga pada organisasi. Data yang dinginkan dapat diperoleh
melalui metode :

1. Penyebaran Angket (Questionare) Metode yang paling sering digunakan dalam berbagai
penelitian perilaku dan budaya keselamatan adalah penyebaran angket secara langsung kepada
para pekerja untuk mendapat informasi dan data. Angket digunakan di dalam survey atau sensus
untuk memperoleh laporan fakta, sikap dan pernyataan subjektif lainnya.

2. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dan tanya jawab yang dilakukan dengan tujuan untuk mendapat
informasi yang diinginkan dari informan. Biasanya pertanyaan diarahkan pada pokok-pokok
permasalahan atau isu-isu yang ingin di eksplorasi yang tidak dapat diperoleh dengan metode
lain. Ada beberapa jenis wawancara yang dapat dilakukan yaitu:
a. Wawancara informal; pertanyaan-pertanyaan berkembang secara spontan dalam interaksi
alamiah.
b. Wawancara dengan pedoman umum; pertanyaan-pertanyaan yang bersifat umum dan terbuka
sudah disiapkan sebelum wawancara dilakukan.
c. Wawancara dengan pedoman terstandar yang terbuka; pertanyaan sudah ditulis secara rinci,
lengkap dengan set pertanyaan dan penjabaran kalimatnya.

3. Fokus Grup Diskusi (FGD)


FGD adalah salah satu teknik dalam mengumpulkan data kualitatif, dimana sekelompok orang
berdiskusi dibawah arahan dari seorang moderator mengenai suatu topik. Kelompok diskusi
harus cukup kecil (6-12 orang) sehingga memungkinkan setiap individu untuk berbicara. FGD
bertujuan untuk mengumpulkan data mengenai persepsi peserta terhadap topik yang dibahas,
akan tetapi tidak mencari konsensus dan tidak mengambil keputusan mengenai tindakan apa
yang harus dilakukan.

4. Observasi
a. Observasi adalah kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul,
mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut. Tujuan observasi adalah
untuk mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung dan makna
kejadian yang diamati tersebut. Deskripsi harus akurat, faktual sekaligus teliti tanpa harus
dipenuhi berbagai catatan panjang lebar yang tidak relevan.

5. Studi Kasus
Studi kasus dapat membuat peneliti memahami secara utuh dan terintegrasi mengenai interelasi
berbagai fakta dan dimensi dari kasus yang dipelajari. Dalam studi kasus, pengumpulan data
dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti wawancara, audit dokumen, observasi dan lain
sebagainya.

6. Audit Dokume
Catatan Dokumen dan catatan sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber informasi
atau data. Dokumen dan catatan yang digunakan dalam penelitian tentunya adalah dokumen dan
catatan resmi yang dapat dipertanggungjawabkan, seperti laporan kecelakaan, work permit, work
instruction, laporan hasil rapat. Alasan penggunaan dokumen dan catatan sebagai sumber data
adalah sebagai berikut (Moleong, 2005):
a. Merupakan sumber yang stabil, kaya dan mendorong.
b. Berguna sebagai bukti untuk suatu pengujian.
c. Mudah diperoleh.

7. KJ Analysis (Affinity Diagram)


KJ analysis atau yang banyak dikenal dengan nama affinity diagram adalah suatu teknik dalam
menggali dan mengorganisasi informasi verbal kedalam bentuk visual terstruktur.

H. KNOWLEDGE/ KNOWHOW
Knowledge/ Knowhow,melakukan pengembangan untuk penelitian dan diklat sebagai tindakan
lebih lanjut.
I. Standarisasi
Standarisasi, merupakan aturan perundangan yang mengatur tentang K3, seperti UU K3,
keputusan menteri, ISO, NIOSH, OHSAS.
1. Undang Undang a. UU No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja. b. UU
No.23 tahun 1992 tentang Kesehatan. ; Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan.
2. Keputusan Menteri
a. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor: Kep-51/Men/1999 Tentang Nilai Ambang Batas
Faktor Fisika di tempat kerja.
b. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor: Kep-187/Men/1999 Tentang Pengendalian
Bahan Kimia Berbahaya di tempat kerja.
c. Keputusan Presiden Nomor 22 tahun 1993 tentang Penyakit yang timbul Akibat hub
ungan Kerja.
d. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 876/Menkes/SK/IX/VIII/2001 tentang Pedoman teknis
analisis dampak lingkungan.
e. Keputusan Menteri kesehatan Nomor 1217/Menkes/SK/IX/2001 tentang pedoman penanganan
dampak radiasi.
f. Keputusan Menteri kesehatan Nomor 315/Menkes/SK/III/2003 tentang komite keselamatan
dan kesehatan kerja sektor kesehatan.

3. Peraturan Menteri Peraturan Menteri Tenaga Kerja No: PER.05/MEN/1996 tentang Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
4. Peraturan Pemerintah Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan.
5. Surat Edaran Surat Edaran Dirjen Binawas No.SE.05/BW/1997 tentang Penggunaan Alat
Pelindung Diri.
BAB III

ANALISIS DARI SETIAP TOPIK

3.1 ANALISIS DARI SETIAP TOPIK

I. BUKU UTAMA

Pada pembahasan Critical Book Review ini membahas tentang Buku Electrical Safety
HandBook oleh John Cadick, Mary Capelli- Schellpfeffer, Dennis Neitzel. Buku ini terdiri dari
13 Bab yaitu :

 Bab 1 Hazards of Electricity (Bahaya Listrik)


 Bab 2 Electrical Safety Equipment (Perlengkapan Keselamatan Listrik)
 Bab 3 Safety Procedures and Methods (Prosedur dan Metode Keselamatan)
 Bab 4 Grounding of Electrical Systems and Equipment (Pembumian Sistem dan Peralatan
Listrik)
 Bab 5 Electrical Maintenance and Its Relationship to Safety (Pemeliharaan Listrik dan
Hubungannya dengan Keselamatan)
 Bab 6 Regulatory and Legal Safety Requirements and Standards (Persyaratan dan Standar
Keselamatan Peraturan dan Hukum)
 Bab 7 Accident Prevention, Accident Investigation, Rescue, and First Aid
 Bab 8 Medical Aspects of Electrical Trauma (Aspek Medis Trauma Listrik)
 Bab 9 Low-Voltage Safety Synopsis (Sinopsis Keselamatan Tegangan Rendah)
 Bab 10 Medium- and High-Voltage Safety Synopsis (Sinopsis Keselamatan Tegangan
Menengah dan Tinggi)
 Bab 11 Human Factors in Electrical Safety (Faktor Manusia dalam Keselamatan Listrik)
 Bab 12 Safety Management and Organizational Structure (Manajemen Keselamatan dan
Struktur Organisasi)
 Bab 13 Safety Training Methods and Systems (Metode dan Sistem Pelatihan Keselamatan).
Untuk Pembahasan Bab 7 membahas tentang Accident Prevention, Accident
Investigation, Rescue, and First Aid (Pencegahan Kecelakaan, Investigasi Kecelakaan,
Penyelamatan, dan Pertolongan Pertama) yang menjadi inti dari tiap topic pembahasan anatara
lain :

1. Pencegahan Kecelakaan walaupun sudah direkayasa dengan system dan berhati- hati
dalam segala aspek harus diberikan pendekatan umum yang mungkin digunakan untuk
mengurangi jumlah dan tingkat keparahan kecelakaan. Empat langkah dasar yaitu

 Karyawan yang bertanggung Jawab


 Instalasi Yang Aman,
 Praktik Kerja Yang Aman,
 Dan Pelatihan Karyawan
2. Setiap Orang yang paling bertanggung jawab atas keselamatan pribadi adalah diri sendiri.

3. Dalam Keamanan Sistem dibuat Desain sistem kelistrikan yang tepat terdiri dari tiga bagian—
pemilihan, pemasangan, dan kalibrasi.

4. Studi sistem tenaga adalah prosedur rekayasa yang harus dilakukan.

5. Dalam Pemberian pertolongan pertama yang potensial harus mengingat point sangat penting
Sebelum terjadi kecelakaan:

- Bertindak Cepat.
- Survei Situasi.
- Buat Rencana Penyelamatan.

II. BUKU PEMBANDING

Pada pembahasan Critical Book Review ini membahas tentang Buku Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di Bidang Kelistrikan oleh J Ketut Ismara: Eko Prianto Buku ini terdiri dari 15
Bab yaitu :
 Bab 1 Sekilas Tentang Kelistrikan
 Bab 2. Peralatan Instalasi Listrik Rumah Tangga Dan Industri
 Bab 3. Proteksi Dan Grounding
 Bab 4 Identifikasi Kelistrikan, Identifikasi Bahaya Pemantauan Dan Pengukuran
 Bab 5. Standarisasi K3 Kelistrikan
 Bab 6. Aspek Medis Terhadap Bahaya Kelistrikan
 Bab 7. Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Berbasis Zerozicks
 Bab 8. Alat Pelindung Diri
 Bab 9. Prosedur Penanganan Kecelakaan Kerja
 Bab 10. Organisasi Yang Mengatur Tentang K3
 Bab 11. Human Factor Dan Human Error Terhadap Bahaya Kecelakaan
 Bab 12. Pendidikan Dan Pelatihan K3
 Bab 13. Manajemen Dan Struktur Organisasi K3
 Bab 14. Sekilas Tentang Pdkb
 Bab 15. Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Di Gardu Induk

Untuk Pembahasan Bab 7 membahas tentang Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Berbasis
Zerozicks yang menjadi inti dari tiap topic pembahasan antara lain :

1. Hazard (potensi bahaya) merupakan sifat-sifat intrinsik dari suatu zat, peralatan atau proses
kerja yang dapat menyebabkan kerusakan atau membahayakan sekitarnya. Potensi bahaya
tersebut akan tetap menjadi bahaya tanpa menimbulkan dampak atau berkembang menjadi
kecelakaan (accident) apabila tidak ada kontak (exposure) dengan manusia.
2. Mengenali suatu resiko yang dapat menimbulkan penyakit akibat kerja (PAK) dan kecelakaan
akibat kerja (KAK), serta MSDS (material safety data sheet). Bahaya yang mempunyai potensi
dan kemungkinan menimbulkan dampak kerugian, baik dampak kesehatan maupun yang lainnya
biasanya dihubungkan dengan risiko (risk). Berdasarkan pemahaman tersebut, maka risiko dapat
diartikan sebagai kemungkinan terjadinya suatu dampak/ konsekuensi.
3. Observation/ Opportunity/ Occupational, mengamati tingkat resiko bahaya, yang berdampak
terhadap lingkungan, mesin peralatan maupun manusia pekerja dengan menggunakan analisa 5W
+ 1H (what, where, when, who, why, how).
4. Solution, mencari alternatif solusi SMART (specifics, measruable, action, realistic, time) yang
akan dilakukan setelah melakukan observasi.
5. Implementasi, menerapkan secara KISSS (Koordinasi, Integrasi, Sinkron, Sinergi, Simpel). G.
Culture/ Climate/ Control Culture/ Climate/ Control, melakukan pembudayaan K3 di lingkungan
kerja, kemudian dilakukan kontrol, monitoring dan evaluasi secara berkala.

3.2 PENILAIAN TERHADAP BUKU


Kelebihan dan Kelemahan Buku

a. Kelebihan Buku
- Dilihat dari isi buku, buku Pembanding ini memberikan pembahsan yang lengkap dengan
susunan tata caranya.
- Buku ini juga memberikan penjelasan mengenai sistem-sistem manajemen k3 yang
lengkap
- Isi buku ini sangat detail dengan memperhatikan setiap susunan-susunan yang terpadat
pada tempat kerja
- Buku ini juga memberikan penjelasan yang sangat berguna untuk di aplikasikan langsung
di tempat kerja dengan memperhatikan aturan-aturan yang ada.

b. Kekurangan Buku
- Isi buku sangat sulit di pahami karna tata bahasanya cukup kaku dan lebih banyak
memberikan susunan dari pada penjelasan
- Kurangnya pembahasan mengenai hal-hal yang mengatur dari setiap peraturan yang ada.
- Kurang bagusnya tata penulisan buku.
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Melalui Laporan ini , menurut penulis pembahasan pada buku ini lumayan terstruktur sehingga
dapat membuat pola pikir pembaca menjadi terarah dan mudah untuk mengikuti langkah-langkah
ataupun ilmu yang akan disampaikan dan cocok direkomendasikan sebagai dasar bahan untuk
mempelajari Standarisasi Keamanan Keselamatan& Hukum Ketenagakerjaan

B.SARAN

Melalui Laporan ini, diharapkan dapat disempurnakan untuk meningkatkan baik dari ilmunya
maupun perkembangan teknologi yang diterapkan. Dan kami mengharapkan pembahasan
maupun penelitian dari makalah ini, meskipun masih banyak kekurangan yang yang dilakukan
baik dari penulisan, dapat dikembangkan sehingga dapat perkembangan itudapat bermanfaat
bagi kehidupan.
DAFTAR PUSTAKA
1. John Cadick, Mary Capelli- Schellpfeffer, Dennis Neitzel ; Electrical Safety
HandBook ;The McGraw-Hill Companies, Inc.

2. Ketut Ismara: Eko Prianto ; Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Bidang Kelistrikan ;
Adimeka; 2016; Solo

Anda mungkin juga menyukai